Anda di halaman 1dari 8

A.

SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


1. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Rencana pembangunan PLTMG Luwuk 40 MW mencakup wilayah studi di
Kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Kata Makassar. Kondisi demografi pada wilayah
studi disajikan pada Tabel 21. Berdasarkan jumlah penduduk kecamatan Tamalanrea tahun
2018 sebanyak 113.439 jiwa dengan luas wilayah 31,84 km2, kepadatan penduduk sebesar
…….. Jiwa per kilometer persegi, dimana rasio jenis kelamin 96. Wilayah studi berada di
kelurahan Kapasa dengan luas wilayah 4,18 km2 dengan jumlah penduduk 19.328 jiwa.

Tabel 12. Kondisi Demografi di Wilayah Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar Tahun
2018
Jenis Kelamin
Kecamatan Jumlah Sex
Laki-laki Perempuan Ratio

Tamalanrea Indah 9.056 9.120 1.876 99,2


Tamalanrea Jaya 9.587 10.854 20.441 88,3
Tamalanrea 1.826 1.858 3.684 98,2
Buntusu - - - -
Kapasa 9.542 9.786 19.328 97,5
Kapasa Raya - - - -
Parangloe 3.405 3.479 6.884 97,8
Bira 5.818 6.108 11.926 95,2
Kec. Tamalanrea 2018 55.534 57.905 113.439 95,9
Kec. Tamalanrea 2017 54.988 57.182 112.170 96,1
Sumber : Data BPS Kota Makassar Tahun 2018.

Sementara hasil survey di wilayah studi dengan jumlah sampel 50 rumah tangga
menunjukan jumlah jiwa mencapai 218 jiwa (rata – rata perrumah tangga 4 jiwa). Komposisi
penduduk menurut umur di wilayah studi berdasarkan hasil survey disajikan pada Tabel 2.24.
Pada tabel tersebut umur produktif (15-64 tahun) yang berpotensi sebagai modal
pembangunan di wilayah studi mencapai 54,1% sedangkan yang berpotensi sebagai beban
mencapai 21,1% yang terdiri atas penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) dan
penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas)
sebesar 24,8%. Komposisi penduduk usia produktif di wilayah studi yang cukup tinggi dapat
dijadikan modal dasar pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi
dan operasional Pabrik Kecap.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Tamalanrea, Tahun 2018
Laki-laki Perempuan
Umur Total Persentase (%)
(Jiwa) (Jiwa)
0- 14 Tahun 19.399 19.223 38.622 34,0
15 - 64 Tahun 34.784 36.839 71.623 63,1
64 + 1.351 1.843 3.194 2,8
Total 55.534 57.905 113.439 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2018
Dari penduduk di wilayah studi memperlihhatkan bahwa paling tinggi umur
responden berada pada usia produuktif yaitu 63,1 persen dan sisanya responden berumur 64
tahun keatas.
Tabel 2.2. Jumlah Keluarga Responden Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Tamalanrea, Kelurahan Kapasa Tahun 2018.
Laki-laki Perempuan
Umur Total Persentase (%)
(Jiwa) (Jiwa)
0- 14 Tahun 11 17 28 29.8
15 - 64 Tahun 32 27 59 62.8
64 + 3 4 7 7.4
Total 46 48 94 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2018
Dari penduduk di wilayah studi memperlihhatkan bahwa paling tinggi umur
responden berada pada usia produktif yaitu 62,8 persen dan sisanya responden berumur 64
tahun keatas.

b. Tingkat Penduduk Menurut Pendidikan yang Ditamatkan/Dimiliki


Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber
daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas
sumber daya manuasianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat
dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan.
Tabel 5.7 memperlihatkan penduduk Kato Makassar usia 15 tahun ke atas menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2016-2017. Bahwa sebagai ibukota provinsi
pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, kemungkinan
penduduknya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi lebih mudah. Pada tahaun 2017
sebagian besar penduduk yang berusia 15 tahun keatas berijazah SD, SLTP, SMA umum SMA
Kejuruan masing-masing sebesar 14,07 persen; 17,60 persen; 53,14 persen dan 4,90 persen.
Sementara penduduk Kota Makassar yang berijazah DIV/S1/S2/S3 sebesar 18,50 persen.
Selengkapnya pada Tabel dibawah ini;
Tabel 2.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Yang
Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2017
Pendidikan Yang Tahun 2017
Ditamatkan L P L+P
Tidak punya ijazah 5.26 7.81 6.54
SD 12.53 15.59 14.06
SLTP 17.88 17.33 17.61
SMU 34.98 35.3 35.14
SMA Kejuruan 5.89 3.92 4.91
D I/II 0.48 0.76 0.62
D III 1.76 3.46 2.61
D IV/S1/S2/S3 21.22 15.83 18.53
Sumber : BPS Kota Makassar, Sesenas 2017

Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pertumbuhan


ekonomi melalui upaya pengembangan sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi itu
sendiri memiliki kaitan langsung dengan kesempatan kerja baru (employment opportunity)
yang dapat menyerap tenaga kerja terdidik dan terlatih. Pendidikan dan pelatihan memiliki
peranan dalam pengembangan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan
kesempatan kerja baru. Tenaga kerja produktif adalah mereka yang memiliki keahlian dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja baik dipandang dari jenis
lapangan usaha maupun jabatan. Tingkat pendidikan responden di wilayah studi rencana
pembangunan PLTMG Baubau dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Studi


Jumlah Persentase
Tingkat Pendidikan
Penduduk (jiwa) (%)
Belum Usia Sekolah 3 7.5
Tidak punya Ijazah 2 5
SD 7 17.5
SMP 11 27.5
SMU/SMK 13 32.5
Diploma/Sarjana 4 10
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Pada Tabel 2.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di sekitar wilayah
studi pada umumnya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 27.5 persen. Hal ini
menggambarkan tingkat pendidikan responden berada pada kategori sedang, sehingga
menjadi faktor yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja lokal. Tingkat pendidikan
yang relatif rendah ini akan berimplikasi pada rendah daya serap tenaga kerja lokal. Untuk
tingkat pendidikan SMA dikategorikan sebagai angkatan kerja “terdidik”. Tingkat pendidikan
penduduk di wilayah studi relatif sama dari angka tingkat pendidikan penduduk Kota
Makassar hal ini tergambar pada semua level pendidikan.

c. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat dibedakan
atas dua kelompok yaitu :
1. Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas dan mempunyai pekerjaan
(bekerja) atau sedang mencari pekerjaan (pengangguran terbuka). Penduduk yang
bekerja tidak hanya meliputi penduduk yang sedang bekerja, tetapi sementara tidak
bekerja karena suatu sebab, misalnya cuti, petani yang sedang menunggu panen dan
sebagainya.
2. Bukan angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang kegiatannya
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (tidak aktif secara ekonomis).

Tabel dibawah ini menyajikan persentase penduduk usia 15 tahun keatas menurut
kegiatan utama di Kota Makassar tahun 2017. Table ini menunjukkan bahwa dari seluruh
penduduk angkatan kerja ada sebanyak 48,38 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja dan sebanyak 5,85 persen yang sedang mencari pekerjaan. Divbanding tahun 2015
angkatan kerja yang bekerja mengalami kenaikan sebesar 0,81 persen.

Tabel 14. Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Kegiatan Utama Di Kota Makassar Tahun
2015 dan 2017

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Tahun Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya
Kerja
Tangga
2015 48,57 6,64 19,19 20,55 5,05
2017 49,38 5,85 12,53 27,24 5,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Seperti di negara-negara berkembang, pengangguran masih menjadi persoalan


ekonomi di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh tidak terserapnya sebagian angkatan kerja
dalam sektor kegiatan ekonomi (lapangan pekerjaan). Dengan kata lain pertumbuhan
angkatan kerja lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan lapangan kerja baru. Sehingga
sangat diperlukan data mengenai pencari pekerjaan sebagai bahan untuk pertimbangan
mengenai masalah ketenagakerjaan. Selanjutnya bagian dari angkatan kerja yang saat ini
tidak bekerja tetapi sedang aktif mencari pekerjaan, dapat diartikan pula sebagai tingkat
pengangguran terbuka (TPT).
Berdasarkan data hasil survey menunjukkan bahwa mata pencaharian utama
masyarakat sekitar antara lain pegawai negeri sipil/pensiunan, wiraswasta, nelayan, ibu
rumah tangga, buruh/tukang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27 berikut.
Tabel 15. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Studi
Persentase
Jenis Pekerjaan Jumlah
(%)
Pegawai Negeri Sipil
2 5
(PNS)
Pegawai Swasta 25 62.5
Petani 0 0
Pedagang 7 17.5
Pensiunan 0 0
Ibu Rumah Tangga (IRT) 6 15
Total 40 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2018

Pada Tabel 27 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di wilayah studi


bervariasi, dan yang dominan adalah Pegawai Swasta sebanyak 62,5 persen yang bekerja
disekitar pergudangan di wilayah stusi dimana 17,5 adalah sebagai pedagang.

Pendapatan Responden di Wilayah Studi


Pada Tabel 29 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan responden pada lokasi studi
pada umumnya di kisaran < Rp 750.000,- per bulan yakni sebanyak 33,75 persen, kemudian
pada kisaran Rp 751.000 – Rp 1.500.000 sebanyak 27,5 persen.

Tabel 16. Tingkat Pendapatan Penduduk di Wilayah Studi

Jumlah Persentase
No. Tingkat Pendapatan
Responden (%)

1. < Rp 750.000,- 27 33,75


2. Rp 751.000 – Rp 1.500.000 22 27,5
3. Rp 1.501.000 – Rp 3.000.000 15 18,75
4. Rp 3.001.000 – Rp 5.000.000 9 11,25
5. > Rp 5.000.000 7 8,75
Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2016

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat di sekitar lokasi studi
tergolong cukup memadai, tapi masih ada pula sebahagian masyarakat yang tingkat
pendapatannya masih tergolong rendah sehingga masih perlu upaya peningkatan
pendapatan masyarakat tersebut baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta yang ada
di wilayah studi.
d. Budaya Masyarakat
Masyarakat responden yang ada disekitar lokasi pembangunan pada umumnya
sudah lama menetap di wilayah studi dimana suku mereka kebanykan suku Makassar
yaitu 47,5 persen dan suku masyarakat pendatang dari banyak berasal dari kabupatenn
Kab. Maros, Kab. Pangkep, Kab. Bone yang bersuku Bugis yaitu 35 persen.

Tabel 1.2. Suku Masyarakat Responden Yang Ada Sekitar Lokasi Studi

Persentase
No. Budaya Responden Responden
(%)
1 Suku Makassar 19 47.5
2 Suku Bugis (Maros - Bone - Pangkep) 14 35
3 Suku Jawa 5 12.5
4 Suku Toraja 2 5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2018.

e. Sikap Persepsi Masyarakat di Wilayah Studi


Sebanyak 52,5 persen responden mengetahui rencana pembangunan PLTMG Luwuk
dan sisanya sebanyak 40 persen mengatakan tidak mengetahui dan tidak menjawab. Sumber
informasi berasal dari pihak pemerintah setempat, masyarakat dan pihak PT PLN.

Tabel 17. Pengetahuan Responden terhadap Rencana Kegiatan

No. Sikap Responden Persentase (%)

1 Mengetahui 21 52.5
2 Tidak Mengetahui 16 40
3 Tidak Menjawab 3 7.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018s

Sikap dan persepsi masyarakat merupakan bentuk respon individu atau kelompok
dalam memberi makna dan nilai terhadap sesuatu dan merupakan aspek lingkungan yang
sensitif pada setiap tahap kegiatan karena akan bermuara diterima atau tidaknya proyek di
lokasi tersebut. Sehubungan dengan rencana Proyek tersebut, sikap dan persepsi masyarakat
cukup beragam.

Tabel 18. Sikap Masyarakat Pada Wilayah Studi

No. Sikap Responden Persentase (%)

1 Setuju 33 82.5
2 Tidak Setuju 0 0
3 Tidak Menjawab 7 17.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Sikap masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTMG Luwuk sebanyak 82,5


persen menyatakan setuju dan tidak setuju 0 persen, dan sisanya 17,5 persen tidak
menjawab. Adapun alasan responden setuju adalah karena pembanngunan ini untuk
kepentingan umum, dan juga dapat mebuka lapangan pekerjaan bagi mereka dan anak
mereka kemudian, kebutuhan listrik dapat terpenuhi karena sering mati lampu, dengan
adanya perusahaan yang masuk akan terjadi perbaikan infrastruktur seperti jalan dan
pemasangan lampu jalan.
Masyarakat pada lokasi studi memiliki beberapa tanggapan terhadap
pembangunan Rencana Pembangunan T/L 150 kV Bolangi - Lanna dan Gardu Induk
Terkait, yakni :

 Penggunaan Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja Lokal
1. Responden yang setuju terhadap pembangunan tersebut karena pihak PT
PLN menggunakan tenaga kerja lokal, karena di lokasi tersebut banyak
masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan.
b. Tenaga Kerja Pendatang
Tidak masalah menggunakan tenaga kerja pendatang, asalakan pemrakarsa
masih mengggunakan tenaga kerja lokal.

 Kegiatan mobilisasi peralatan dan material


1. Manysarakat sekitar pabrik yang bekerja mengatakan, tidak ada masalah
mengenai mobilisasi peralatan dan bahan yang digunakan pabrik, mereka
mengatakan sudah terbiasa dengan kepadatan lalulintas disekitar lokasi
studi.

 Kebisingan
Responden tidak khawatir dengan kebisingan pada dalam lingkungan usaha
sebab tidak terlalu bising bagi mereka.

 Penurunan kualitas udara


Responden beranggapan bahwa kegiatan ini tidak menyebabkan penurunan
kualitas udara, sebab kegiatan pembangunan seperti ini sudah pernah mereka
rasakan dan tidak terjadi penurunan kalitas udara.
 Operasional
1. Responden berharap kegiatan ini melibatkan banyak masyarakat lokal, sebab
disekitar lokasi kegiatan terdapat banyak masyarakat yang belum memiliki
pekerjaan.
2. Berharap pada saaat operasional pabrik, para pekerja diberi fasilitas BPJS
ketenaga kerjaan.

Anda mungkin juga menyukai