Anda di halaman 1dari 8

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “tawuran”dapat diartikan sebagai

perkelahian yang meliputi banyak orang.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”


mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada
masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari
pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

Sumber : http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html

Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999) “perkelahian pelajar” atau yang biasa
disebut dengan tawuran adalah perkelahian massal yang merupakan perilaku kekerasan antar
kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain.

Sumber:http://dmaulidyani.blogspot.com/2012/10/tawuran-antar-pelajar-yang-terjadi-
di.html#!/2012/10/tawuran-antar-pelajar-yang-terjadi-di.html

Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Umumnya dilakukan oleh remaja di bawah
umur 17 tahun.

Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari :

1) Aspek perilaku yang melanggar aturan atau status.

2) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

3) Perilaku yang mengakibatkan korban materi.

4) Perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Sumber:http://jendelailmupendidikan.blogspot.com/2013/08/tawuran-pelajar-
pengertiandefinisiarti.html

Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di
kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan.Biasanya dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial
yang berupa perkelahian.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran

Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

Sumber:http://triwijayantiyanti.blogspot.com/2012/10/makalah-tentang-tawuran-
pelajar.html#!/2012/10/makalah-tentang-tawuran-pelajar.html

2.2 Faktor-faktor penyebab tawuran

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :

a. Faktor Internal

Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan
semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak
mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.

Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala
masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka
biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang
disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-
tengah orang-orang sekelilingnya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :

1. Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh
menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman
dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan
bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku
baik.

2. Faktor Sekolah

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik,
hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak
jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik
anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal
ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang
remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan
dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran.

4. Faktor Pacar

Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang menggoda pacar satu
sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran
antar sekolah yang melibatkan massa yang besar karena solidaritas atas sesama.

5. Faktor Geng

Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang didirikan oleh kakak-
kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan
geng ini kepada adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan
dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang
sudah telanjur menjadi anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat
perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah
sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.

6. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran.
Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi
tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat.

Sumber :http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html

2.3. Macam-macam tawuran

a. Tawuran di tingkat sekolah

Tawuran paling banyak diartikan sebagai perkelahian massal antaradua kubu siswa suatu
sekolah. Misalnya tawuran antar SMA C melawan SMA D yang sering diakibatkan oleh hal-
hal sepele, mulai dari saling mengejek, sampai tawuran karena salah satu sekolah memang
ingin mengajak tawuran sekolah lain karena hanya ingin bersenang-senang.

b. Tawuran di tingkat fakultas

Tawuran di tingkat fakultas (kampus) biasanya dilakukan antar mahasiswa kampus itu
sendiri, namun berbeda faklutas.Misalnya mahasiswa fakultas XXX mempunyai masalah
dengan fakultas lain; maka tawuran biasanya akan terjadi di dalam area universitas / kampus.
Sebab tawuran di tingkat fakultas biasanya hampir sama dengan sebab tawuran di tingkat
sekolah.

2.4 Dampak Tawuran

Tawuran antar pelajar yang ada di Indonesia saat ini sudah menjadi agenda rutin dan
sepertinya sudah membudaya dalam kalangan mereka. Banyak tawuran yang terjadi antar
sekolah hanya karena dendam dari alumni yang tidak terbalas dan akhirnya menjadi budaya
turun temurun yang susah untuk dihapuskan atau dihilangkan dari sekolah tersebut. Apabila
tawuran tetap ditumbuh kembangkan di kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak
negatif berupa kerugian. Tidak hanya bagi mereka para pelajar dan sekolah yang
bersangkutan, namun juga masyarakat sekitar.

Kerugian tersebut antara lain:

a. Kerusakan tempat tawuran / material.

Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku
tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya
mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil,
perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.

b. Rusaknya citra baik sekolah.


Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala
sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan
pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi
tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan berkurang.

c. Adanya korban jiwa.

Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya
korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu,
clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban luka ringan
maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.

d. Dampak psikis.

Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan


menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen
perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di
lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi berhadapan
dengan kelompok pelajar.

e. Rasa malu orang tua dan pihak sekolah atas ketidakberhasilan mendidik anak
didiknya.

f. Proses pembelajaran yang tertunda, dikarenakan skorsing ataupun di keluarkan dari


sekolah.

g. Dipenjarakan.

a. Menurunnya moralitas para pelajar

Yang paling dikhawatirkan oleh para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa
terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa
kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan
karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir
ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di
Indonesia.

Sumber:http://dmaulidyani.blogspot.com/2012/10/tawuran-antar-pelajar-yang-terjadi-di.html

2.5 Contoh tawuran

a. 3 Mei 2012

Satu pelajar meninggal dunia diantara luka-luka akibat tawuran pelajar di Jalan Ampera
RT 03/05 Bekasi Timur, Kota Bekasi. Korban tewas diketahui bernama Bayu Dwi
Kurniawan (16). Ia tewas dengan luka bacok di tubuhnya, sedangkan dua rekannya Rahman
Aldi (17), dan Muhaji Adenan (16) dirawat akibat terkena lemparan batu.
b. 26 Juli 2012

Tawuran siswa SMA Budi Utomo dengan Santa Yoseph di Jalan Kramat Raya Senen,
Jakarta Pusat. Korban benama Roni (28). Ia mengalami luka bakar di bagian kaki kanannya
akibat lemparan air keras.

c. 29 Agustus 2012

Siswa SMP bernama Jasuli (16) meninggal dunia akibat tawuran di Stasiun Panjang
Buaran Duern Sawit, Jakarta timur. Jasuli tewas tersambar Kereta Api yang melintas. Ia yang
sebelumnya terlbat tawuran dengan pelajar lain itu tak menyadari kereta api. Alhasil ia pun
tersambat dan terseret hingga tewas.

d. 12 September 2012

Tawuran kembali merenggang nyawa, kali ini pelajar kelas SMK Baskara Pancoran Mas
Depok bernama Didik Triyuda. Ia tewas setelah terlibat tawuran di Jalan Raya Sawangan
perempatan masjid Mampang Pancoran Mas Depok.

e. 26 September 2012

Tawuran yang merenggut nyawa Deni Januar (27), siswa kelas XII SMA Yayasan Karya
66. Ia tewas setelah dibacok dibagian perut oleh siswa STM Kartika Zeni di Manggarai,
Jakarta Selatan, rabu siang.

Sumber:http://kabarsore.com/berita/1842-8-kasus-tawuran-antarpelajar-di-tahun-2012.html

f. 12 September 2012

Tawuran di Jalan Raya Sawangan peremptan Masjid Pancoran Mas Depok tanggal 12
September 2012. Korban Didik Triyuda pelajar kelas 3 SMK Baskara meninggal dunia.
Terjadi tawuran pelajar yang menewaskan satu orang pelajar dari SMK Baskara Pancoran
Mas Depok Tawuran antar pelajar SMK terjadi di seberang Gerbatama Universitas Indonesia
(UI). Puluhan pelajar antar dua SMK terlibat tawuran dengan sasaran bus Debora jurusan
Lebak Bulus - Depok.

Kejadian berawal saat belasan siswa SMK berada di dalam bus Debora ke arah Margonda,
Depok. Tiba - tiba belasan siswa yang berada di pinggir jalan pun mengolok - olok pelajar di
dalam bus. Lantaran bus mengetem di jalan untuk mendapat penumpang, kedua kelompok
pelajar tersebut akhirnya beradu mulut hingga saling lempar batu. Penumpang di dalam bus
Debora pun kesal hingga berinisiatif menangkap beberapa diantaranya dan membawanya ke
Polres Depok.

"Mereka lempar - lemparan batu, akhirnya kita suruh sopir untuk cepat jalan, dan sejumlah
pelajar kami tangkap saja untuk dibawa ke Polres, biar kapok," ujar salah satu penumpang,
Imam (42), Senin 14 Mei 12. Kabagops Polres Depok Kompol Suratno mengatakan pihaknya
masih memeriksa sejumlah pelajar. Motifnya lantaran kedua kelompok pelajar SMK swasta
tersebut saling ejek. "Masih kami selidiki, kalau memang ada tindak pidana akan kami
proses, tetapi kalau tidak bawa senjata tajam atau narkoba dan miras, kita kembalikan ke
orang tua dengan syarat membuat surat pernyataan," tandasnya.

g. 26 September 20112

Tawuran di Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan Rabu Siang Tanggal 26 Semptember


2012. Korban Deny Yanuar (27) siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66. (Yake).
Tersangka Pembacokan : AD, Siswa STM Kartika Zeni. Serta E dan G yang juga STM
Kartika Zeni.

JAKARTA -- Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan,


AKBP Hermawan membeberkan kronologis
peristiwa tawuran antarpelajar SMA Yayasan Karya
66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni yang terjadi di
Jalan Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan,
Rabu (26/9). Ia mengaku memang belum diketahui
motif tawuran itu, tapi aksi itu merupakan tawuran
lanjutan yang sering dilakukan pelajar sekolah
tersebut.

"SMK Kartika Zeni dan SMA Yayasan Karya 66 kan berada di wilayah Jakarta Timur nah
mereka (saksi) menyampaikan pertengkaran sudah sejak lama terjadi di sana. Jadi ini
peristiwa lanjutan. Kebetulan rumah mereka di Saharjo, Manggarai sekitarnya. Jadi tadi saat
turun angkot ke rumah masing-masing mereka berpapasan dan terjadilah tawuran," papar
Hermawan di Polres Jaksel, Rabu Malam. Saat tawuran terjadi jumlah pelajar SMK Yake
hanya 8 delapan orang. Jumlah ini lebih sedikit dibanding kelompok penyerang SMA Kaze
yang berjumlah 20 orang.

"Saat bertemu mereka (pelajar Yake) langsung diserang. Karena jumlahnya sedikit mereka
langsung lari kocar-kacir. Salah satu siswa Kaze membawa senjata tajam untuk membacok
korban yang lari tertinggal dari teman lainnya," sambung Hermawan.Kini pelaku dari SMK
Kaze telah dibekuk kepolisian. Pelaku berinisial AD. Ia mengakui membawa senjata tajam
dan membacok korban hingga tewas.

h. 24 September 2012

Tawuran pelajar SMAN 6 & SMAN 70 di Bundaran Bulungan, Blok M Plaza Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Korban pelajar dari siswa SMAN 6, Alawi Yusianto tewas dalam aksi
tawuran tersebut. Sementara itu rekannya Ramdan Dimas dan Diaz Fahlevi mengalami luka-
luka. Alawi tewas dibacok oleh Fitra Rahmadhani, siswa
dari SMAN 70.

WartaNews-Jakarta, Sebelumnya berita


pertikaian yang hangat diperbincangkan, antara pelajar yang terjadi di bulungan antara
SMAN 70 dan SMAN 6 menewaskan satu orang pelajar SMAN 6.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI), mencatat sepanjang enam bulan pertama di
tahun 2012. Sudah ada 139 kasus tawuran pelajar. Naik dari tahun sebelumnya sebanyak 128
kasus.

Anda mungkin juga menyukai