Anda di halaman 1dari 6

Penyakit apa saja yang disertai bercak merah ?

A. HERPES SIMPLEKS

DEFINISI
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis)
tipe I atau tipe II yang di tandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

GEJALA KLINIS
Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat:
1. Infeksi primer
2. Fase laten
3. Infeksi rekurens

Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I didaerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung, biasanya di mulai pada usia anak-anak inokulasi dapat
terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau
pada orang yang sering menggigit jari (herpetic whit-low).
Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS
tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama
didaerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi
neonatus.

Fase laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif,
dengan ekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa troma fisik (
demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma
psikis ( gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan
berlangsung kira-kira 7-10 hari.
B. KUSTA

DEFINISI
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium Leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.

GEJALA KLINIS
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakterioskopis,
histopatologis, dan serologi. Diantara ketiganya, diagnosis secara klinislah yang
terpenting dan paling sederhana. Hasil bakterioskopis memerlukan waktu aling
sedikit 15-30 menit, sedangkan histopatologik 10-14 hari. Kalau memungkinkan
dapat dilakukan tes lepromin (mitsuda) untuk membantu penentuan tipe, yang
hasilnya baru dapat diketahui setelah 3 minggu. Penentuan tipe kusta perlu
dilakukan agar dapat menetapkan terapi yang sesuai.
Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis
sesuai dengan kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis bergantung pada
sistem imunitas seluler (SIS) penderita. Bila SIS baik akan tampak gambaran
klinis ke arah tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah memberikan gambaran
lepromatosa.

C. PITIRIASIS ROSEA

DEFINISI
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai dengan
sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh
lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai
dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.

GEJALA KLINIS
Pada sebagian kecil pasien dapat terjadi gejala menyerupai flu termasuk malese,
nyeri kepala, nausea, hilang nafsu makan, demam dan arthralgia. Sebagian
penderita mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama (heral patch), umumnya dibadan, soliter, berbentuk oval dan
anular, diameternya kira-kira 3 cm. ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di
pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang
khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan
kosta, sehinga menyerupai pohon cemara terbalik.
D. CANDIDIASIS

DEFINISI
Penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies candida,
biasanya candida albicans, dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki,
atau paru. Kadang-kadang dapat menyebabkan septicemia, endocarditis dan
meningitis.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-
laki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi
insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang.

E. VARICELA

DEFINISI
Infeksi akut primer oleh virus varicela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
manifestasi klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh.

GEJALA KLINIS
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung14-21 hari. Gejala klinis di mulai dengan
gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri
kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulir berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas
mirip tetesan embun (teardrops) diatas dasar yang eritematosa. Vesikel akan
berubah menjadi keruh menyerupai pustule dan kemudian menjadi krusta .
sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel baru sehingga pada suatu
saat tampak gambaran polimorfi.
Penyebaran terutama didaerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke
wajah dan ektremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan
saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran
kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih serimg pada orang
dewasa.
F. HERPES ZOSTER

DEFINISI
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi
vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radicular unilateral
yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi
reaktivasi infeksi laten endogen virus varicela zoster didalam neuroganglion
sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik
yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.

GEJALA KLINIS
Herpes zoster dapat dinilai dengan timbulnya gejala prodromal berupa sensasi
abnormal atau nyeri otot local, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang
dermatom, gatal, rasa terbakar dari ringa sampai berat. Nyeri dapat menyerupai
sakit gigi, pleuritis, infark jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau
empedu, apendisitis dapat juga dijumpai gejala konsitusi misalnya nyeri kepala,
malaise dan demam. Gejala prodromal dapat berlangsung beberapa hari (1-10
hari,rata-rata 2 hari).
Setelah awitan gejala prodromal, timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau
nyeri terlokalisata (terbatas di satu dermatom). Berupa makula kemerahan.
Kemudian berkembang menjadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5
hari. Selanjutnya isi vesikel menjadi keruh dan akhirnya pecah menjadi krusta
(berlangsung selama 7-10 hari). Erupsi kulit mengalami involusi setelah 2-4
minggu. Sebagian besar kasus herpes zoster, erupsi kulitnya menyembuh secara
spontan tanpa gejala sisa.

G. PITIRIASIS ALBA

DEFINISI
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dn belum diketahui penyebabnya. Ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta
meninggalkan area depigmentasi.

GEJALA KLINIS
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
Perempuan dan laki-laki sama banyak. Lesi berbentuk bulat, oval dan plakat yang
teratur. Warna merah muda sesuai dengan warna kulit disertai skuama halus.
Setelah eritema menghilang lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan
skuama halus. Pada stadium ini penderita datang berobat terutama pada orang
dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multiple 4-20 dengan luas hingga
seperwajah (50-60%). Paling sering disekitar mulut, dagu, pipih, serta dahi. Lesi
dapat dijumpai pada ektremitas dan badan. Dapat simetris pada bokong, tungkai
atas, punggung, dan ekstensor lengan tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap
terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.

REFERENSI:
1. Stanberry LR. Genital and perinatal herpes simplex virus infection. Dalam:
Stanburry LR, Rosenthal SL, editor. Sexually transmitted disease. Vaccines,
preention, and control. Edisi ke-2. Amsterdam: Academic Press; 2013.p.273-
313.
2. Agusni I, Menaldi SL. Beberapa prosedur diagnosis baru pada penyakit kusta.
Dalam: Syamsoe Dail ES, Menaldi SL, Ismiarto SP, Nilasari H, Editor. Kusta.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2003. H. 59-65.
3. James WD, Berger TG, Elston D.M. Pityriasis Rosea, Pityriasis Rubra Pilaris,
and other papulosquamous. Andrew’s Disease of the skin Clinical
Dematology. USA: Saunders Elsevier; 2006.p 208-9.
4. Breuer J. In: Zuckerman A J, Banatyala JE, Schoub BD, GriffithsPD,
Mortiner P. Principles and practice of clinical virology. 6 th ed. London UK:
Health Protection Agency John Wiley and Sons Lth; 2009. p 133-60.
5. Cohen KR, Salbu RL, Frank J, Israel Igor. Presentation and management of
Herpes zoster (Shingles) in the Geriatri Population. P and T. 2013; 38(04): p
217-27.
6. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffei DJ, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York: Mc
Graw-Hill;2012.

Anda mungkin juga menyukai