PENDAHULUAN
(DBD) di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta
kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus ditahun 2010. Pada tahun
(WHO) yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi
demam dengue (DD) dan 500.000 kasus demam berdarah dengue (DBD) yang
kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit demam berdarah
tahunnya.2
1
DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang
mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan
Incidence rate DBD provinsi Bali pada tahun 2015 yaitu, 208,7 per
dimana angka insiden penyakit DBD sebesar 142,63 per 100.000 penduduk
dan menurun lagi menjadi 177,9 per 100.000 di tahun 2014. Angka
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue tipe 1-
disebabkan oleh virus dengue tipe I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD merupakan salah satu
virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat
juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
3
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh
(infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
2.3. Epidemiologi
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti
Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai
sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang
terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri
otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara
Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan
4
Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia,
dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan
DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2)
Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol
vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana
transportasi.8
faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi
penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD
melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005
per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per
iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32°C) dengan
kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk
jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak
sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda
untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi
5
mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada
2.4. Patogenesis
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila
daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun
bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan
masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan
secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua
kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah
ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan
dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan
6
antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan
Suvatte, tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue
yang berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan
Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini
terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang
7
yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting
virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain
8
9
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-
melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh
10
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
11
dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang
terjadi.8
1. Demam
hari, naik turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi
sampai 40 C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan
fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai
menurun dan pasien seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai
pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam.
3. Hepatomegali
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
12
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi
dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit.
perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus
berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari
demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat
tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada
ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi
cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat,
tampak gelisah.
13
Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
1. Darah
penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah
2. Urine
3. Serologi
dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji
14
B . Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang
2.8. Diagnosis
menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
A. Kriteria Klinis
3. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
B. Kriteria Laboratoris
15
Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi
a. Demam Tifoid
b. Campak
c. Demam Cikungunya
2.10. Tatalaksana
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan
simptomatis :
inguinal.
16
Gambar 3. Tatalaksana Kasus Tersangka Infeksi Virus Dengue
17
Gambar 4. Tatalaksana Kasus Demam Dengue
18
Gambar 5. Tatalaksana Kasus DBD derajat 1 dan 2
19
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : IKW
Umur : 17 tahun
Agama : Hindu
No. RM : 238898
3.2 Anamnesa
Demam
21
tubuhnya kurang begitu bugar. Setelah pulang dari sekolah pasien
akan tetapi tidak ada perbaikan, setelah 3 hari tidak ada perbaikan
otot, nyeri pada persendian sejak 3 hari yang lalu, nyeri dirasakan
pasien seperti tertusuk yang hilang timbul. Nyeri kepala, otot dan
kali dengan BAB cair dan berampas serta berbau busuk, lender
sebelumnya.
22
3.2.3 Riwayat pengobatan
3. Hipertensi (-)
5. TB (-)
6. Jantung (-)
3200 gram. Sejak lahir kulit tidak pernah biru atau kuning, sakit
23
mengetahui usia perkembangan dan pertumbuhan anak secara
1. BCG : + 1 kali
4. Hepatitis B : 3 kali
5. Campak : + 1 kali
6. HIB : 4 kali
b) Umur: 17 tahun
c) BB: 50 kg
BB/U = Persentil 5
BBI = 65 kg
(gizi kurang)
24
3. Kesadaran : Composmentis, GCS: E4V5M6
4. Nadi : 57 x/menit
6. Temperatur : 38 ˚C
7. SpO2 : 99 %.
kripta (-)
),massa (-)
3.3.2.2 Thoraks
1 Paru-Paru
a) Inspeksi :
sinistra
25
Dinamis :Hemithorax dextra sama dengan
sinistra
sinistra
(-)
2. Jantung
c) Perkusi :
sinistra
dekstra
sinistra
gallop (-)
3.3.2.3 Abdomen
26
3. Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, Turgor kulit
normal
3.3.2.3 Ekstremiras :
Hangat
+ +
+ +
Edema
- -
- -
27
3.4 . Pemeriksaan Penunjang
67.1 % 20– 40
LYM%
39.8 % 37– 54
HCT
1. Demam Dengue
3. Demam typoid
3.7 Penatalaksanaan
28
1. IVFD RL 30 tetes/menit Macro
3. Ranitidin 40 mg IV
3.8 Follow Up
Tanggal Follow Up
Tax : 36.20C
Nadi: 92x/menit
RR: 20x/menit
SpO2: 98%
Status lokalis
HCT: 42.4 %
PLT: 59 103/ul
29
- Rillus 1x1 tab
Tax : 36,70C
Nadi: 80 x/menit
RR: 20x/menit
SpO2 :97%
Status generalis
HCT: 41.2 %
PLT; 54 103/ul
30
- Rillus tab 1x1
- Ranitidin 2x 50 mg IV
KU: Baik
Tax : 36.7 0C
Nadi: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
HCT:40.6 %
PLT: 70 103/ul
- Cefixime 2x 1 ½ cth
- Ranitidin 2x 50 mg IV
KU: Baik
Tax : 36,60C
Nadi: 80x/menit
RR: 18 x/menit
31
DL: WBC: 8.12 103/ul
HCT:40.4 %
PLT: 97 103/ul
P: BPL
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 17 Tahun
mengalami demam, nyei kepala, nyeri otot serta persendian. Hal ini sesuai dengan
pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
Pasien dengan DD dan DBD pada umumnya mengalami hal seperti diatas
provokasi. Pada kasus ini ditemukan tanda tanda perdarahan dengan provokasi
berupa uji rumple leed positif yaitu muncul bintik perdarahan dengan jumlah lebih
mendadak yang berlangsung selama 6 hari dengan diikuti nyeri kepala, otot dan
persendian sebelum masuk rumah sakit. Hal ini menunjukan bahwa pada kasus ini
sesuai dengan teori dimana pada demam dengue didapatkan demam akut dengan
dua atau lebih gejala atau tanda berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri
sendi, nyeri otot, ruam, manifestasi perdarahan, leukopenia, dan ada kejadian
dilokasi waktu yang sama, serta telah dikonfirmasi oleh kriteria laboratorium.
33
kebocoran plasma dengan menilai parameter hematokrit. Pada kasus ini terjadi
respirasi meningkat, dan denyut nadi yang menurun serta ditemukannya rumple
leed test positif. Pemeriksaan fisik paru meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
Prognosis pada kasus ini baik karena tidak ditemukan adanya perdarahan
spontan maupun tanda tanda syok. Jika dilihat berdasarkan gambaran klinis
34
BAB V
KESIMPULAN
Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi. Virus dengue
pendarahan, hepatomegali dan syok. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis
mengobati gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.
35
DAFTAR PUSTAKA
36