Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan
berbagai macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler.
Keluhan utama yang sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri
dada, berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin
menyertai keluhan utama, ialah poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan
badan sering terasa lemas, perasaan seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki
rasa berat atau membengkak, perut kembung atau membuncit disertai kencing yang
berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan ( cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis
dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas dengan perasaan
tidak enak pada perut bagian atas.
Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam
makalah ini yakni angina pectoris. Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana
terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang
sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu
melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.
Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan
mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit
tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?
2. Ada berapakah jenis Angina Pektoris?
3. Apa etiologi dari Angina Pektoris?
4. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris ?
6. Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Angina Pektoris ?
7. Bagaimanakah Patofisiologi dari Angina Pektoris?
C. Tujuan
1. Mengerti Pengertian dari Angina Pektoris
2. Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
3. Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
4. Menjelaskan Manifestasi Klinis dari Angina Pektoris
5. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Angina Pektoris
6. Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Angina Pektoris
7. Menjelaskan Tentang Patofisiologi dari Angina Pektoris
D. Manfaat
Memberikan gambaran dan penjelasan mengenai jantung dan msalah masalah yang
terjadi di dalamnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada
sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher
atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof.
Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996)
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia
miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada
biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari
20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan
disebabkan angina pektoris biasa. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul
keluhan lain seperti sesak napas, perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat
dingin
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun
Praktis Kardiovaskuler)
B. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit arteri koroner.
Penyebab yang kurang umum dari angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-
arteri koroner.
Penyakit Arteri Koroner Arteri-arteri koroner mensuplai darah yang beroksigen
pada otot jantung. Penyakit arteri koroner berkembang ketika kolesterol mengendap
di dinding arteri, menyebabkan pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang
disebut plak kolesterol. Akumulasi dari plak kolesterol dari waktu ke waktu
menyebabkan penyempitan dari arteri-arteri koroner, proses yang disebut
arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat dipercepat dengan merokok, tekanan darah
tinggi, kolesterol yang naik, dan diabetes. Ketika arteri-arteri koroner menjadi sempit
lebih dari 50% sampai 70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan oksigen darah
yang meningkat oleh otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan oksigen pada
otot jantung menyebabkan nyeri dada (angina).
Coronary artery spasm Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat
otot. Kontraksi yang cepat dari serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang
tiba-tiba dari arteri-arteri. Spasme dari arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot
jantung dan menyebabkan angina. Angina sebagai akibat dari spasme (kekejangan)
arteri koroner disebut "variant" angina atau Prinzmetal angina. Prinzmetal angina
secara khas terjadi waktu istirahat, biasanya di jam-jam pagi dini. Spasme dapat
terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta pada yang disempitkan oleh
arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan oleh penggunaan atau
penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang disebbkan oleh cocaine
dapat begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat menyebabkan serangan jantung.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

Penyebab angina pectoris adalah adanya arterosklerosis pada arteri koroner.


Adapun faktor resikonya dibagi menjadi yaitu:
a. Faktor resiko yang dapat dirubah:
- merokok
- Hipertensi
-Aktifitas fisik
- Obesitas
- Dislipidemia
b. Faktor resiko yang tidak dirubah:
- Umur
- Jenis Kelamin
- Herediter
c. Faktor resiko lainnya:
- Diabetes Mellitus
- Stress
- Alkohol
- Hormon
C. Manifestasi Klinik
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi,
mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut
atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum
atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat
menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah
atau baal di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri.
Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik
utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat
Oksido yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus
koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak
bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk
membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
asam laktat nyeri akan reda.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:

1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan


oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
E. Tipe Angina
1. Angina Pektoris Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah
raga atau naik tangga.
 Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.
 Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
 Durasi nyeri 3 – 15 menit.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis
koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
 Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
 Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas
ringan.
 Kurang responsif terhadap nitrat.
 Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
 Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau
trombosit yang beragregasi.
3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko
tinggi terjadinya infark.
 Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
 Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
 EKG menunjukkan elevasi segmen ST.
 Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
 Dapat terjadi aritmia.
4. Angina Nokturnal
Nyeri terjadi saat malam hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan
duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
5. Angina Refrakter atau Intraktabel
Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.
6. Angina Dekubitus
Angina saat berbaring.
7. Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak
menunjukkan gejala.
F. Pemeriksaan Penunjang
 Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan
bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG
kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard
pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel
kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan
perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan
angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.
 Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi
pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-
kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard
jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau
LDH.
Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar
kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan
faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor
risiko bagi pasien angina pectoris.
 Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat
EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat
treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung
maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian
pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila
didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan
atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien
memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
 Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat
menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning
jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien
sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada
daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal
setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung
yang menderita iskemia.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini
dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah
tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah
pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi
antara terapi medisdan pembedahan. Tiga teknik utama yang menawarkan
penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat
intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan
plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian
yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan.
Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran
proses angina yang diderita pasien.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
 Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
- Chin lift / jaw trust
- Suction / hisap
- Guedel airway
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
 Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar.
 Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan

b. Pengkajian Sekunder
Anamnesa
 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekerang
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat psikososial
Pengumpulan informasi diperlukan untuk mengetahui seluruh aktivitas pasien,
terutama yang beresiko mengalami serangan jantung atau angina pectoris.
Tanyakan mengenai :
 Kapan biasanya terjadi serangan? Setelah melakukan aktivitas tertentu?
 Bagaimana gambaran nyeri yang dirasakan?
 Apakah awitan nyeri mendadak atau bertahap?
 Berapa lama nyeri tersebut berlangsung dalam beberapa detik? Menit? Jam?
 Apakah kualitas nyeri menetap dan terus-menerus?
 Apakah rasa tidak nyaman disertai rasa mual, sakit kepala, palpitasi dan napas
pendek?
 Bagaimana nyeri berkurang?
Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breath) : Dyspnea
 B2 (Blood) : Palpitasi
 B3 (Brain) : normal, biasanya ditemukan pusing
 B4 (Bladder) : normal
 B5 (Bowel) : Obesitas, biasa ditemukan mual dan muntah
 B6 (Bone) : normal
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien ini
mencakup yang berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
3. Intervensi
1. Manajemen nyeri
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Moitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS,hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin, terapi
bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangka jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Jelaska strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmkologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


2. Manajemen energi
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenngkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborai
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara mengingatkan asupan makanan
3. Perawatan Jantung
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung
- Identifikasi penurunan curah jantung sekunder
- Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor ekg 12 sadapan
- Monitor aritmia
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesdah aktivitas
Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress jika perlu
- Berikan dukungan erosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahakan saturasi oksigen
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat bada harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitas jantug
4. Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Identifikasi kemampuan pengambilan keputusan
- Monitor tanda – tanda ansietas (verbal dan noverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengrangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan perspsi
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan :
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada
sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher
atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
B. Saran
Saran dari penulis yaitu diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan
tentang proses asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit angina pectoris.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan ndonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Suci, Ramadhani (2016). “Makalah Angina Pectoris” https://www.academia.edu


diakses pada tanggal 2 januari 2018

Amijaya, Trisna.(2014). Hubungan antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian


Angina Pectoris. http://download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 2 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai