VeR perlukaan
(termasuk Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
keracunan)
Kejahatan
Psikodinamik
VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
kejahatan
penyakit jiwa
Sebab dan
Mekanisme Waktu perkiraan
VeR jenazah Identifikasi
kematian
Cara kematian
kematian
MACAM-MACAM Visum et Repertum
Bagian II
PENDAHULUAN
Bagian III Bagian IV Bagian V
–keterangan
PEMBERITAAN KESIMPULAN PENUTUP
Bagian I permohonan VeR
(identitas Berisi keterangan -Jenis luka dan - Pernyataan visum
Pro Justitia pemohon) mengenai apa jenis kekerasan telah dibuat sesuai
Ditulis dibagian -keterangan dokter yang ditemukan dan derajat luka sumpah atau janji
atas visum pada korban oleh seperti: luka sesuai jabatan
pembuat VeR
dokter yang memar karena
-Identitas korban memeriksa benda tumpul
yang diperiksa
Dan peristiwa
OTOPSI FORENSIK
1. Wajar
pencekikan, luka tusuk Perdarahan, asfiksia 2.Tidak Wajar : pembunuhan,
luka tembak, (mati lemas), refleks bunuh diri, kecelakaan
adenokarsinoma paru vagal 3. Tidak dapat ditentukan
Tanatologi
Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut
Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
• Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi,
dan waktu yang lama
TRAUMATOLOGI
Tajam
MEKANIK
tumpul
Senjata api
LUKA
Arus listrik
FISIK
Petir
Suhu
KIMIAWI Asam
Basa
Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul
• Memar (Kontusio, hematom)
• Luka Lecet ( ekskoriasi, abrasi)
• Luka robek (vulnus laseratum)
Luka Memar
• Perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit
akibat ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun
vena.
• Umur luka memar berdasarkan perubahan warna:
• Awal muncul: merah lalu ungu
• 4-5 hari: hijau
• 7-10 hari:kuning
• 14-15 hari:menghilang
Perbedaan Memar dan Lebam Mayat
Lebam Mayat Luka Memar
DEFINISI
• Kelainan pada tubuh yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda atau alat yang
bermata tajam dan berujung runcing, sehingga kontinuitas jaringan hilang.
CIRI-CIRI
• Tepi rata, sudut luka tajam, tidak ada jembatan jaringan, sekitar luka bersih tidak ada memar
KLASIFIKASI
• Luka tusuk
• Luka iris
• Luka bacok
LUKA TUSUK
• Arah biasanya tegak lurus
• Luka terbuka dengan DALAM LUKA LEBIH BESAR DARI PANJANG LUKA
LUKA IRIS
• Arah kurang lebih sejajar dengan permukaan tubuh
• PANJANG LUKA BIASANYA LEBIH BESAR DARI DALAMNYA
• Tidak dijumpai jembatan jaringan
LUKA BACOK
• Semacam luka iris yang terjadi akibat benda tajam yang lebih besar dengan
pengerahan tenaga yang lebih besar pula
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua
Luka bacok: tepi luka rata, Luka iris: jembatan jaringan (-),
panjang = dalam tepi luka rata
Derajat Perlukaan
Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat
• Tidak menimbulkan • Di antara luka ringan • Jatuh sakit atau mendapat
luka yang tidak memberi
penyakit atau halangan dan luka berat harapan akan sembuh sama
untuk menjalankan sekali atau menimbulkan
• Dapat merupakan bahaya maut (KUHP 90)
jabatan atau pekerjaan hasil dari tindak • Tidak mampu terus menerus
(KUHP 352) untuk menjalankan tugas
penganiayaan (KUHP jabatan atau pekerjaan
• Umumnya tanpa luka, pasal 351 (1) atau 353 • Kehilangan salah satu panca
indra
atau dengan luka lecet (3)) • Cacat berat
atau memar kecil di • Sakit lumpuh
lokasi yang tidak • Terganggu daya pikir selama
empat minggu lebih
berbahaya/tidak • Gugur atau matinya
menurunkan fungsi alat kandungan seorang
perempuan
tubuh
Luka Tembak
FLAME
BARREL
Luka Tembak Masuk
Abrasion Zone
FAT ZONE A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
• Because the inside of the
barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet Bullet Hole
become greasy after passing it
• This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone Blackish-dirty
called fat zone Abrasion Zone
(Fat Zone)
Wound Shape A Bullet Hits the Stomach Perpendicularly
Bullet Hole
Laceration
Luka Tembak Keluar
Exit Wound
If the bullet hits the body and the
penetrating power strong enough, it can
pass the body and causing an exit wound • Laceration Like
on the opposite side of the body • No Abrasion Zone
• Beside have no marginal abrasion, exit
wounds are characteristically large and
irregular, consisting of holes and
lacerations
• This large and irregular wound take place
when splintered bone is carried out with
the bullet at exit
Gunpowder Particles
Effect (Kelim Tatto)
Gun powder particles effect
black spots surrounding the Bullet Hole
gunshot wound
• Those gunpowder particles had Gunpowder
gone so deep into the flesh that Particles
to remove them by rubbing the Abrasion Zone
skin surface was ineffective
• Gunpowder particles can reach
the target at a range of 60 cm
Smoke Effects (Kelim
Jelaga)
• Because of the imperfect Bullet Hole
burning process, soot will be Soot
resulted in Gunpowder
• The soot is found only on the Particles
surface, easily removed by Abrasion Zone
rubbing
• Soot is capable of reaching
a target at a range of 20-30 cm
Flame Effect (Kelim
Api)
Bullet Hole
• Flame/hot gas will burn Soot
the skin when the bullet Gunpowder
Particles
hits the target
Abrasion Zone
• Flame can reach a target
at a range of 15 cm Burn
GUNSHOT WOUND CLASIFICATION
Blackish Abrasion
Zone
Hard Contact Soft Contact
•Luka tembak tempel •Luka tembak tempel
yang erat sebagian
•Jejas laras jelas •Jejas laras tampak
mengelilingi lubang sebagai garis lengkung
luka •Terdapat kelim jelaga
•Tidak akan dijumpai dan kelim tattoo
kelim jelaga atau kelim
tattoo
Ringkasan Luka Tembak
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Trauma Listrik
• The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is measured in
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and the
voltage of the power supply in volts (V).
• Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductor, and the
exit is to earth (or ‘ground’), often via the other hand or the feet. In either case, the current will
cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardiac arrest
or respiratory paralysis.
Internal and External Findings
• The focal electrical lesion is usually a
blister ‘electric mark’, which occurs
when the conductor is in firm contact
30 mA with the skin and which usually
‘Hold-on’ effect, collapses soon after infliction, forming
a raised rim with a concave centre
the muscles will go
10 mA into spasm, which 50 mA • The skin is pale, often white, and there
Pain and muscle Fatal ventricular is an areola of pallor (owing to local
cannot be vasoconstriction), sometimes
twitching of the voluntarily released fibrillation is likely accompanied by a hyperaemic rim
hand because the flexor to occur
muscles are • ‘Crocodile skin’
stronger than the
extensors
Asfiksia
Definisi
• Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea)
Etiologi
• Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
• Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Anemik-hipoksia Stagnan-hipoksia Histotoksik-hipoksia
Hipoksik-hipoksia Darah yang tersedia Dimana oksigen yang
Dimana oksigen gagal tidak dpt membawa Di mana oleh karena terdapat didalam darah,
untuk masuk ke oksigen yang cukup sesuatu terjadi oleh karena sesuatu hal,
untuk metabolisme kegagalan sirkulasi tdk dapat dipergunakan
dalam sirkulasi darah dalam jaringan oleh jaringan
Fase Asfiksia
1. Fase dispnea
2. Fase Konvulsi
3. Fase Apnea
4. Fase akhir
Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia
Fase dispneu / Fase akhir / terminal /
Fase konvulsi Fase apneu
sianosis final
• Berlangsung kira-kira • Berlansung kira-kira • Berlangsung kira-kira • Paralisis pusat
4 menit. 2 menit. 1 menit. pernapasan lengkap.
• Pernapasan terlihat • Awalnya berupa • Depresi pusat • Denyut jantung
cepat, berat. kejang klonik lalu pernapasan (napas beberapa saat masih
• Nadi teraba cepat. kejang tonik lemah), kesadaran ada lalu napas
• Tekanan darah kemudian menurun sampai terhenti kemudian
terukur meningkat. opistotonik. hilang dan relaksasi mati.
• Kesadaran mulai spingter.
hilang, pupil dilatasi,
denyut jantung
lambat, dan tekanan
darah turun.
Pemeriksaan Jenazah
Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Gagging dan (Manual
(Smothering) (Strangaulation)
Choking)
(Hanging) (Drowning)
Strangulation)
Pembekapan (Smothering)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru
• Bunuh diri (suicidal smothering) misal pada penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untuk
menutupi hidung dan mulut
• Pembunuhan (homicidal smothering) misal pada kasus pembunuhan anak sendiri
• Kecelakaan (accidental smothering) missal pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya
• Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi
Penyumbatan (Gagging dan Choking)
• Gagging sumbatan jalan napas pada orofaring
• Choking sumbatan jalan napas pada laringofaring
• Bunuh diri (suicidal choking) jarang terjadi karena ada reflex batuk dan muntah
• Pembunuhan (homicidal choking) umumnya korban adalah bayi atau orang dengan fisik yang
lemah
• Kecelakaan (accidental choking) tersedak makanan saat berbicara atau tertawa (bolus death)
• Pemeriksaan luar terdapat benda asing pada mulut, orofaring, atau laringofaring
Pencekikan (Manual Strangulation)
• Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan
dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
• Pemeriksaan luar
• Pembendungan muka dan kepala akibat tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial
• Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior kartilago thyroid unilateral
Penjeratan (Strangulation)
• Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau
mengikat leher hingga saluran pernapasan tertutup
• Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan
jumlah lilitan lebih dari satu
• Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
• Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit
• Pemeriksaan luar
• Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah
mikroskop
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Gantung (Hanging)
• Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat
berasal dari tubuh korban sendiri
• Berdasarkan posisi korban
- Complete hanging kedua kaki tidak menyentuh lantai
- Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai
• Berdasarkan posisi titik gantung
- Typical hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada
arteri karotis paling besar
Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi
sangat miring (fleksi lateral)
• Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)
• Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan
kepuasan terlambat mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan
kesadaran
Drowning
Definisi Vicious Cycle of Drowning
Klasifikasi Deep
inspiration
Cough reflex
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkan
selama kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil
diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan
sentrifugasi hingga terbentuk sedimen lihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer
taruh pada gelas objek amati di bawah mikroskop
Pemeriksaan Darah Jantung (Getler Chloride Test)
• This is analysis of blood in the right and left sides of the heart
• In freshwater, the chloride level was high in the right than on the left
• In saltwater, the chloride level was high in the left than on the right
Kasus Kejahatan Seksual
Pengertian
• Perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis, sehingga digunakan istilah persetubuhan
• Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang meliputi
persetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan
Pembuktian
• Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa kecuali dengan sekurang-
kurangnya 2 alat bukti yang sah ia yakin bahwa tindak pidana tersebut telah terjadi (pasal 183 KUHP)
Penentuan Jenis Delik
• Perkosaan Kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan,
termasuk dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP)
• Persetubuhan di luar perkawinan
• Bila wanita berusia >15 tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan dilakukan dalam keadaan
wanita pingsan atau tidak berdaya
• Bila wanita berusia 12-15 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin, akan tetapi
harus ada pengaduan dari korban atau keluarganya (delik aduan)
• Bila wanita berusia <12 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin dan tidak
diperlukan adanya pengaduan dari korban (delik temuan)
• Perzinahan Persetubuhan antara pria dan wanita di luar perkawinan, di mana salah satu diantaranya
telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya. Pasal 27 BW adalah mengenai asas monogamy, di mana
dalam waktu yang bersamaan seorang laki-laki hanya boleh dengan satu istri, dan seorang perempun hanya
noleh dengan satu suami.
• Perbuatan cabul Kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau
membiarkan perbuatan cabul
• Pada kasus homoseksual atau lesbian dimasukkan sebagai kejahatan seksual bila partnernya belum
dewasa, dikatakan dewasa bila secara yuridis berumur di atas 21 tahun atau dibawahnya tapi sudah pernah
kawin
Tanda Persetubuhan Tanda Kekerasan Penentuan Layak Dikawin
Tanda Penetrasi • Luka lecet bekas kuku, gigitan • Pemeriksaan identitas diri
• Robekan selaput dara pada
lokasi pukul 5 sampai 7 (bitemark), serta luka memar (KTP, SIM, dll)
• Luka lecet, memar, luka pada tubuh • Pemeriksaan erupsi gigi molar
robek di daerah kemaluan • Pemeriksaan toksikologi obat II dan IIIa
• Adanya penyakit menular atau racun yang dapat • Erupsi molar II 12 tahun
seksual
Tanda Ejakulasi membuat pingsan • Mineralisasi mahkota molar
• Pemeriksaan sperma dan III tanpa pembentukan akar gigi
komponen cairan mani dengan 12-15 tahun
tes fosfatase asam • Erupsi molar III 17-21
• Pemeriksaan sperma
mikroskopik dengan pewarnaan tahun
malachite green • Pernah atau belumnya
• Pemeriksaan sampel bercak menstruasi, bila belum pernah
pakaian dengan tes Baechi menstruasi diobservasi
• Pemeriksaan komponen sekret selama 8 minggu di rumah
kelenjar prostat, yaitu spermin sakit
(uji Florence), cholin (uj), zink (uji
PAN)
Abortus
Pengguguran kandungan menurut hukum
• Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu
kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya
• Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi
hidup atau mati
• Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu pengguguran
dilakukan
Abortus
Indikasi ibu
spontan
Abortus Terapeutik
Abortus
Indikasi anak
Provokatus
Kriminalis
Pelaku abortus yang terkena pidana
• Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau menyuruh
orang lain melakukannya (KUHP pasal 346)
• Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita lain tanpa (KUHP
347) atau dengan seizinnya (KUHP 348)
• Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas (KUHP
349)
• Orang yang mempertunjukkan alat/cara mengugurkan kandungan pada
anak dibawah 17 tahun (KUHP 283)
• Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seseorang
wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (KUHP 299)
Infanticide
Definisi
• Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada saat dilahirkan atau tidak berapa
lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
• Pasal 341 Ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya karena takut ketahuan diancam
karena pembunuhan anak sendiri dengan pidana penjara 7 tahun
• Pasal 342 Apabila didahului oleh niat atau rencana membunuh sebelumnya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana dengan pidana penjara 9 tahun
Faktor Penting
• Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut membantu maka
orang lain tersebut diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
• Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian” belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
• Psikis Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak
Lahir Mati (stillbirth)
Lahir Hidup (livebirth)
Kematian hasil konsepsi sebelum
Keluar atau dikeluarkannya produk
keluar atau dikeluarkan dari ibunya,
tanpa mempersoalkan usia konsepsi yang lengkap, tanpa
kehamilan mempersoalkan usia gestasi dan
Janin tidak bernapas atau tidak kondisi tali pusat, dan telah
menunjukkan tanda kehidupan
menunjukkan tanda kehidupan lain
Uji apung paru hasil negatif Uji apung paru hasil positif
(tenggelam) (terapung)
Pemeriksaan mikroskopik paru Pemeriksaan mikroskopik paru
adanya tonjolan (projections) yang tidak adanya tonjolan (projections)
©Bimbel UKDI MANTAP
berbentuk seperti bantal yang berbentuk seperti bantal
Kemampuan Hidup (Viabilitas)
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
Information understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa
4 KDB:
1. Tindakan berbuat baik (beneficence)
2. Tidak merugikan (non-maleficence)
3. Keadilan (justice)
4. Otonomi (self determination)
Etika Klinis
(Jonsen, siegler & winslade, 2002)
1. Medical Indication
( terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai … dari sisi etik kaidah yang
digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence )
2. Patient Preferrence
(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan
diterimanya … cerminan kaidah otonomi)
3. Quality of Life
(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga atau meningkatkan
kualitas hidup insani … terkait dengan beneficence, nonmaleficence & otonomi)
4. Contextual Features
(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan keputusan, spt
faktor keluarga, ekonomi, budaya … kaidah terkait justice )
The patient’s contexts for prima facie’s choice
(Agus Purwadianto , 2004)
Beneficence Autonomy
Non Justi ce
Time maleficence
Vulnerables,
> 1 person, others
emergency, life
similarity, community /
saving, minor YL-BLOK 1- 2010
social’s rights
beneficence
ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku
pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang
terbaik untuk kepentingan pasien
• Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara
dalam mengalami gangguan kesehatan di luar diri pasien, serta
membahas hak-hak sosial masyarakat atau komunitas sekitar
pasien.
Lampiran
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
YL-BLOK 1- 2010
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
YL-BLOK 1- 2010
autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien
sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
YL-BLOK 1- 2010
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010
Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut,
dikenal prinsip "turunan"nya dengan nilai-nilai seperti :
1. Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth telling
2. Kesetiaan (fidelity) : keep promise
3. Privacy (dari otonomi dan beneficence)
4. Konfidensialitas.
5. Menghormati kontrak (perjanjian)
6. Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien
atau pihak ketiga seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
7. Menghindari membunuh
Kegagalan Medis/Hasil
Buruk/Adverse Event
Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Malpractice
Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan
Kedokteran
Etika Hukum
Aturan Penerapan Aturan Hukum
Etika Kedokteran Kedokteran
(KODEKI)
Praktik Kedokteran
Praktik kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dokter wajib
berpedoman pada 3
oleh dokter dan dokter gigi nilai, yaitu:
Surat Tanda
Disiplin
Sertifikat Surat Izin
Ijazah Kompetensi
Registrasi
Praktik (SIP)
(STR)
Hukum
Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik Kedokteran
ETIK vs HUKUM
• Hukum mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan
ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang
tertentu dan baku.
Kewajiban
Umum
Diatur dalam
Kewajiban Kode Etik Kewajiban
Dokter Kedokteran Dokter
terhadap Diri Indonesia terhadap
Sendiri (KODEKI) Pasien
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan
kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental
sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan
pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada
pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau
wali atau pengampunya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai
dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri
dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan
atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yg diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan
dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau
eksekusi hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap
pasien, di tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan
resep obat/alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI
untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
Tugas MKDKI
Tugas KKI
Wewenang KKI
Divisi KKI
REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI
Definisi
• Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
• Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
Aspek Hukum Euthanasia di Indonesia
Lex Generalis/umum
• Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 120, 133, 180)
• Undang-undang tentang KUH Pidana (KUHP) (Pasal 338, 340, 344, 345,
359)
• Undang-undang tentang KUH Perdata
Lex Spesialis/khusus
• Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Klasifikasi Euthanasia
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
• Euthanasia Pasif
• Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil tindakan
pertolongan, dan menghentikan pertolongan yang sedang berlangsung
• Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
• Euthanasia Aktif
• Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak langsung apat
mengakibatkan kematian
• Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang dapat mematikan
tubuh
Berdasarkan Kesukarelaan Penderita
• Euthanasia Voluntary
• Mempercepat kematian atas permintaan pasien
• Euthanasia Involuntary
• Mempercepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien, bahkan bertentangan dengan
pasien
• Euthanasia Nonvoluntary
• Mempercepat kematian sesuai dengan keinginan yang disampaikan lewat pihak kedua (keluarga)
atas keputusan pemerintah
Physician-assisted suicide
Suicide committed with the aid of physician at the request and with
the consent of the patient, since he or she self-administers the
means of death