Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Status Karies Dan Perilaku Kesehatan Mulut Dengan Tingkat

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dan Guru


ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menilai status karies pada anak-anak
kelas 1 SD (6tahun) sampai kelas 6 SD (12tahun), pengetahuan, sikap dan
perilaku (KAP-Knowledge, Attitude, Practice) ibu dan guru di kota Mathura.
Bahan dan metode : Sebanyak 857 ibu, 140 guru, 500 anak kelas 1, dan 500
anak kelas 6 diikutsertakan pada penelitian ini. Dilakukan pemeriksaan fisik pada
anak kelas 1 dan 6. Data dari kelompok ibu dan kelompok guru dikumpulkan
melalui wawancara dan pengisian kuisoner. Secara statistik dianggap bermakna
bila P ≤ 0,05.
Hasil : Nilai indeks DMFT (decayed-missing-filled-teeth) pada usia 6 tahun
sebesar 2,4 dan pada usia 12 tahun berusia 1,3. Ibu menunjukan tingkat
pengetahuan 74,9% dan sikap 70,6% terhadap kesehatan mulut. Kelompok guru
menunjukan tingkat pengetahuan 67,9% dan sikap 57,1% terhadap kesehatan
mulut. Guru di sekolah, dokter gigi, dan televisi merupakan sumber informasi
yang lebih berpengaruh terhadap kesehatan gigi dibandingkan oleh guru dan ibu.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
tentang kesehatan mulut pada kelompok ibu dan kelompok guru cukup baik. Guru
mengetahui tentang kondisi gigi yang kurang baik dan berkeinginan terlibat
untuk melakukan edukasi kesehatan mulut. Pelatihan kepada guru merupakan hal
penting dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan mulut.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku kesehatan mulut, karies dentis
PENDAHULUAN
Negara industri mengalami penurunan prevalensi pada karies dentis anak
untuk beberapa dekade terakhir. Sedangkan peningkatan prevalensi ditemukan
pada beberapa negara berkembang, khususnya pada negara yang tidak memiliki
program preventif untuk karies dentis. Dalam upaya mengurangi angka kejadian
penyakit mulut, beberapa negara berkembang menggalangkan eduakasi
kesehatan mulut pada sekolah dasar dan program preventif yang bertujuan untuk
menignkatkan perilaku kesehatan mulut pada anak-anak.
India, sebuah negara berkembang yang menghadapi banyak masalah
kesehatan mulut. Sebagian besar penduduk India tinggal pada daerah pedesaan,
dengan 40% populasi merupakan anak-anak. Anak-anak di pedesaan tidak
mendapatkan fasilitas kesehatan gigi karena akses yang tidak dapat dijangkau,
masalah keuangan dan adanya stagnansi pelayanan kesehatan gigi masyarakat.
Sehingga para ahli kesehatan perlu melakukan pendekatan yang lebih praktis
untuk mencegah terjadinya penyakit mulut.
Edukasi kesehatan mulut pada anak-anak merupakan prioritas utama
karena karies dentis sering terjadi pada usia anak-anak, dan perlu dilakukan
penyediaan fasilitas kesehatan gigi sebagai sarana untuk mengubah kebiasaan
buruk dan pembelajaran tentang kesehatan mulut. Edukasi pada anak-anak perlu
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak, untuk mengambil keputusan
dalam komunitas, untuk menciptakan lingkungan yang sehat, dan mengarahkan
kebijakan politik untuk meningkatkan kuatlias hidup.
Guru dan orang tua, khususnya ibu yang memiliki peran penting dalam
melakukan edukasi tentang gaya hidup sehat pada anak-anak selama masa
hidupnya. Pada beberapa tahun usia awal, guru terlibat sebagai “Primary
socialization” yang berperan dalam membentuk rutinitas dan kebiasaan anak.
Termasuk kebiasaan makan dan perilaku sehat yang dikuatkan dengan norma
yang diajarkan di rumah, yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku orang
tua dan saudara kandung yang lebih tua. Penelitian melaporkan bahwa sikap
orang tua terhadap kesehatan mulut anak-anak berhubungan dengan
meningkatnya prevalensi karies dentis. Sebaliknya, penelitian menunjukan
bahwa semakin meningkatnya sikap perhatian orang tua untuk memeriksakan
anaknya ke dokter gigi menunjukan kesehatan gigi yang lebih baik pada anak
mereka.
Adanya kebijakan untuk dilakukanya pelatihan dan kesempatan untuk
memberikan edukasi pada anak-anak dan orang tua dalam jumlah yang besar,
guru dapat membentuk kelompok untuk melakukan perencanaan dan penerapan
program preventif kesehatan mulut. Meningkatnya pengetahuan kesehatan mulut
pada guru memberikan kesempatan yang besar untuk melakukan edukasi pada
murid-muridnya.
Guru tidak dapat mengajari muridnya dengan baik bila guru tersebut tidak
memiliki ilmu yang benar. Guru harus meningkatkan pengetahuannya tentang
kesehatan mulut sebagai tindakan preventif mencegah penyakit mulut.
Pengetahuan, skill dan motivasi yang kurang dari guru dan ibu dapat memberikan
dampak yang tidak menguntungkan pada kesehatan mulut anak. Sangat sedikit
literatur membahas tentang pengaruh perilaku kesehatan mulut, pengetahuan dan
sikap ibu dan guru terhadap status karies dentis pada anak. Berdasarkan hal diatas,
penelitian ini bertujuan untuk menilai status karies dentis pada anak, perilaku
kesehatan mulut, pengetahuan dan sikap ibu dan guru di kota Mathura.
TUJUAN
1. Menilai status karies dentis pada anak-anak sekolah dasar kelas 1 (6tahun),
dan kelas 6 (12 tahun).
2. Menilai perilaku kesehatan mulut, pengetahuan, dan sikap ibu dan guru.
3. Menentukan sumber informasi kesehatan mulut dari ibu dan guru.
4. Menilai peran promosi kesehatan oleh guru.

BAHAN DAN METODE


Survei epidemiologi untuk menilai status karies dentis anak-anak sekolah
dasar kelas 1 (6tahun) dan kelas 6 (12tahun),dan perilaku kesehatan mulut,
pengetahuan dan sikap dari ibu dan guru di kota Mathura.
Sumber data
Menurut data dari kantor Shiksha Ahikaari, terdapat 7.000 murid Sekolah
Dasar kelas 1 dan kelas 6 pada 125 sekolah swasta di kota Mathura. Sebelumnya
dilakukan Informed consesnt pada setiap subjek penelitian. Data diambil dari
pemeriksaan fisik siswa sekolah dasar kelas 1 (6tahun) dan kelas 6 (12 tahun)
pada sekolah swasta di kota Mathura. Penelitian ini melibatkan ibu dari murid
untuk dilakukan wawancara (n=872, 86,3%). Penelitian ini melibatkan 20
sekolah swasta dengan total 140 guru bersedia untuk mengisi kuisoner.
Kriteria Inklusi
- Seluruh murid kelas 1 (6tahun), dan kelas 6 (12 tahun) dari 20 sekolah
dasar swasta di kota Mathura diikutsertakan dalam penelitian ini.
- Ibu dan guru dari murid kelas 1 (6tahun), dan kelas 6 (12 tahun) dengan
rentang usia 15-64 tahun dan bersedia mengikuti survey
Kriteria eksklusi
- Subjek yang tidak setuju untuk berpartisipasi dan tidak hadir pada hari
pemeriksaan
- Subjek dengan penyakit sistemik
Metode sampling
Berdasarkan prevalensi pada keries dentis anak berusia 6-12 tahun, makan
dibutuhkan minimal sampel 925. Sebanyak 1.000 sampel telah terpilih untuk
mengurangi segala jenis kesalahan dan meningkatkan akurasi penelitian. Kota
Mathura dibagi menjadi 5 zona secara geografis, Tengah, Utara, Selatan, Timur,
dan Barat. Untuk memenuhi jumlah sampel 1.000, maka diambil 200 murid setiap
zona, dengan komposisi 100 anak-anak kelas 1 (6tahun) dan 100 anak-anak kelas
6 (12tahun). Total 20 sekolah swasta ikut serta pada penelitian ini.
Seluruh ibu dari 1.000 murid diminta untuk hadir pada sesi wawancara.
Sebanyak 872 ibu (86,3%) bersedia untuk dilakukan wawancara. Seluruh proses
wawancara dilakukan di sekolah, dan ibu tidak diberitahu latar belakang
profesional pewawancara. Pertanyaan seputar informasi kesehatan mulut,
perilaku kesehatan mulut anak dan ibu, dukungan orang tua pada kesehatan
mulut, evaluasi kesehatan gigi anak, jumlah anak dalam keluarga, dan tingkat
edukasi orang tua. Pengetahuan kesehatan mulut dan sikap diukur melalui
jawaban positif dan negatif (ya/tidak), dan untuk pertanyaan pendapat
menggunakan 5-point Likert scale. Sebelumnya telah dilakukan penelitian
metodologi untuk menguji validitas dan reliabilitas dari item pertanyaan.
Dari 20 sekolah swasta, sebanyak 140 guru (100%) bersedia untuk mengisi
kuisoner. Pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap yang diajukan untuk guru
dan ibu sama, tetapi terdapat beberapa pertanyaan tambahan untuk guru,
dikarenakan guru memeriki peran dalam promosi kesehatan.
Analisa statistik
Data dikumpulkan pada program Microsoft excel dan dianalisa
menggunakan SPSS versi 17.0. Tingkat signifikasi (Nilai P-) ditetapkan 0,05%.
Dilakukan pengujian χ2 untuk menilai proporsi data, dan t-test untuk
membandingan antar data.
HASIL
Hasil penelitian tertera pada gambar 1-4 dan tabel 1-4. Pada kelompok ibu
dan guru terbanyak pada usia 31-40 tahun (Gambar 1). Sumber informasi
kesehatan gigi yang diperoleh guru dan ibu diilustrasikan pada Gambar 2.
Karies Dentis
Rata-rata munculnya karies dentis tertera pada Tabel 1, dan
memperlihatkan bahwa komponen d/D merupakan indeks caries terbanyak. Tidak
ada perbedaan signifikan indeks karies berdasarkan jenis kelamin, meskipun pria
lebih tinggi dibanding wanita pada murid kelas 1. Sebaliknya rata-rata karies
dentis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria pada murid kelas 6 (P<0,05).
Tabel 2 memperlihatkan distribusi dari indeks karies anak-anak berdasarkan kelas
dan jenis kelamin. Tabel 3 memperlihatkan distribusi zona karies.

Pengetahuan dan sikap ibu


Sebanyak 74,9% ibu menunjukan tingkat pengetahuan kurang tentang
kesehatan mulut, dan 25% menunjukan tingkat pengetahuan baik tentang
kesehatan mulut. Proporsi signifikan pada ibu dengan sikap menguntungkan pada
kesehatan mulut sebesar 70,6% (Gambar 3 dan 4). Pengetahuan kesehatan mulut
iu dikorelasikan dengan tingkat pendidikan, usia, dan jumlah anak. Secara
statistik signifikan pada hubungan pengetahuan kesehatan mulut ibu terhadap
ketiga hal diatas (nilai P=0,000)
Pengetahuan dan sikap guru
Sebanyak 67,9% menunjukan tingkat pengetahuan baik tentang kesehatan mulut,
dan 32,1% menunjukan tingkat pengetahuan kurang tentang kesehatan mulut.
Proporsi signifikan pada ibu dengan sikap sangat menguntungkan sebesar 57,1%
dan menguntungkan sebesar 42,9% (Gambar 3 dan 4). Hubungan antara
pengetahuan kesehatan oral dan jenis kelamin secara statistik signifikan
(P=0,000). Hubungan antara pengetahuan kesehatan oral dengan tingkat
pendidikan tidak signifikan (P=0,74). Hubungan antara jenis kelamin dan sikap
dari guru signifikan (P=0,000).
Kebiasaan kesehatan mulut
Sebanyak 64% guru dan 47,6% ibu periksa ke dokter gigi bila mengalami
masalah pada gigi. Sebanyak 100% guru menyikat gigi menggunakan sikat gigi
dan pasta gigi, sedangkan pada ibu sebanyak 99,5%. Sebanyak 72% ibu menyikat
gigi sehari sekali, sedangkan seluruh guru menyikat gigi dua kali sehari.
Peran guru dalam promosi kesehatan
Responden diminta untuk menunjukan sejauhmana mereka setuju atau tidak
setuju dengan tanggung jawab sebagai promosi kesehatan. Menggunakan skala
dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Kebanyakan responden menerima
tanggung jawab dengan tidak mengurangi jam pelajaran dan memberikan
pengawasan langsung, meskipun kategori terakhir tidak disetujui oleh responden
sebagai tanggung jawab guru (Tabel 4).

DISKUSI
Dilakukanya wawancara dikarenakan pada survey sebelumnya banyak ibu
yang tidak mengerti maksut dari kuisoner. Karena terbatasnya biaya, kelompok
guru mengumpulkan kuisoner secara mandiri. Untuk menjaga reabilitas data,
kuisoner untuk ibu dan guru dibuat sama untuk memastikan perbandingan yang
valid dari kedua kelompok responden. Metodologi dari kuisoner telah dinilai pada
penelitian sebelumnya.
Sumber informasi kesehatan gigi yang diperoleh ibu dan guru
Pada penelitian ini menunjukan bahwa televisi, dokter gigi, dan guru merupakan
sumber terbanyak untuk mendapatkan informasi kesehatan gigi. Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya oleh Petersen dkk, Elena dkk, dan Lang dkk.
Status karies murid
Penelitian ini menunjukan rata-rata indeks DMFT pada usia 6 tahun sebesar 2,4
dan pada usia 12 tahun 1,3. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
indeks DMFT pada usia 12 tahun antara 1,1-1,9. Penelitian ini menunjukan hasil
yang lebih rendah dibandingkan penelitian terdahulu oleh Bondarik Elena, pada
penelitian tersebut indeks DMFT pada usia 12 tahun sebesar 2,7.
Pengetahuan ibu dan guru tentang gigi
Pengetahuan tentang kesehatan mulut oleh ibu dan guru sedikit membingungkan.
Pada satu sisi, ibu mengetaui peran bakteri dan gula pada karies dentis, pada sisi
lain tingkat pengetahuan rendah tentang efek gula dan flouride. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya oleh Petersen dkk, Elena dkk, dan Lang dkk.
Sikap ibu terhadap kesehatan mulut
Ibu dan guru memperlihatkan sikap yang positif terhadap tindakan preventif
untuk kesehatan mulut. Penelitian juga menunjukan bahwa banyak yang bisa
dijadikan sumber informasi kesehatan mulut. Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian oleh Ramen dkk, dan Pankaj dkk, yang mengungkapkan bahwa
sebagian besar subjek penelitian menunjukan sikap menguntungkan pada
kesehatan mulut.

Perilaku kesehatan mulut ibu dan guru


Tidak ada perbedaan signifikan antara ibu dan guru tentang perilaku kesehatan
mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Petersen dkk, Elena dkk,
dan Lang dkk.
Peran promosi kesehatan oleh guru
Responden menerima tanggung jawab dengan tidak mengurangi jam pelajaran,
dan melakukan pengawasan langsung, walaupun pada kategori terakhir tidak
disetujui sebagai tanggung jawab guru.
Bagaimanapun, metode pengumpulan data sangatlah terbatas. Dengan
adanya pengetahuan yang baik tentang gigi, kebiasaan higinitas mulut yang baik,
dan frekuensi kontrol ke dokter gigi yang tinggi, perlu adanya dugaan bahwa data
dilebih-lebihkan, dan perlu juga diduga data kurang mengingat konsumsi gula,
makanan dan minuman manis.
KESIMPULAN
Penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat
pengetahuan kesehatan mulut antara ibu dan guru, meskipun guru lebih sering
mendapat informasi melalui dokter gigi. Ibu dan guru menunjukan sikap positif
terhadap tindakan preventif dan banyak hal yang bisa dijadikan sumber informasi
kesehatan mulut. Hasil menunjukan perbedaan antara pengetahuan tentang gigi
dan praktik keseharan mulut antara ibu dan guru. Guru menunjukan respon positif
untuk terlibat dalam edukasi kesehatan mulut pada anak-anak. Bagaimanapun,
guru memerlukan bantuan berupa pelatihan dari dokter gigi dan harus juga
disediakan alat-alat untuk edukasi. Dengan tersediaanya alat-alat kesehatan dapat
membantu dokter gigi memberikan pelatihan kepada guru dengan lebih baik.

Gambar 1. Distribusi dari subjek penelitian menurut usia

Gambar 2. Distribusi sumber informasi kesehatan gigi yang diperoleh subjek penelitian

Gambar 3. Distribusi skor tingkat pengetahuan pada guru dan ibu


Gambar 4. Ditribusi skor sikap pada guru dan ibu

Tabel 1. Karies dentis pada murid kelas 1 dan kelas 6 menurut jenis kelamin
Indeks karies dentis Kelas 1 (n=500) Kelas 6 (n=500)
Pria Wanita Pria Wanita
Decayed (d) 3,3 2,59 - -
Missing (m) 0,02 0,02 - -
Filled (f) 0,02 0,02 - -
Total DMFT 3,4 2,64 - -
Decayed (D) - - 0,76 0,93
Missing (M) - - 0 0,05
Filled (F) - - 0,19 0,46
Total DMFT - - 0,96 1,45

Tabel 2. Distribusi dalam persen, index karien dentis menurut kelas / usia
Kelas Jenis kelamin 0 1-4 5-8 9-12
Kelas 1 Pria 18,8% 54,5% 24,4% 2,4%
(Gigi susu) wanita 26% 56,8% 15,6% 1,6%
Kelas 6 Pria 67,1% 29,7% 3,2% 0
(Gigi permanen) wanita 43,9% 56,1% 0 0

Tabel 3. Distribusi dalam persen, zona keparahan karies menurut kelas / usia
Zona keparahan karies 6 tahun (gigi susu) 12 tahun (gigi permanen)
Pria Wanita Pria Wanita
Zona 1 (tidak ada karies) 18,8% 26% 67,1% 43,9%
Zona 2 (karies pada 5,2% 8,7% 21,5% 40,5%
fisura molar/premolar)
Zona 3 (karies pada 18,1% 20,3% 2,1% 4,2%
permukan approximal
dari
kanina/premolars/molars)
Zona 4 (Karies pada 57,9% 45% 9,3% 11,4%
geligi dan/atau pada
permukaan halus
Tabel 4. Guru berperan dalam promosi kesehatan mulut
Kewajiban guru Setuju Tidak setuju
Mengarahkan murid dengan masalah gigi 93,6% 6,4%
ke dokter gigi
Menasehati murid tentang mengenai 72,9% 17,1%
iklan produc mengandung gula
Mengajarkan metode untuk mencegah 88,6% 11,4%
penyakit mulut
Memperbolehkan murid untuk 45% 55%
memperoleh perawatan gigi selama jam
sekolah
Secara aktif ikut dalam meningkatkan 60% 40%
kesehatan mulut murid
Memantau murid untuk menyikat gigi 12,1% 87,9%
setiap hari

Anda mungkin juga menyukai