Makalah Konflik Social
Makalah Konflik Social
MAKALAH
Disusun oleh :
Ana Nur Azizah
Diah Ayu Kartika
Ida Nur Fitri
Lailatul Qori’ah
Riska Fadriah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, tugas kelompok “Makalah tentang Konflik Sosial” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas kelompok ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Dalam makalah ini disajikan materi pembelajaran tentang pengertian konfik sosial,
faktor-faktor penyebab konflik sosial, dampak akibat konflik sosial, bentuk pengendalian
konflik sosial. Tujuannya untuk mempermudah dalam memahami materi yang sedang
dipelajari.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini. Dan kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini
masih banyak kekurangan, namun kami harap bahwa dengan pembuatan tugas ini akan
meningkatkan pengetahuan kami. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan , guna memperbaiki tugas ini di kemudian hari.
Demikian semoga tugas ini ada manfaatnya, khususnya bagi kami umumnya bagi
semua pihak. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius
berkaitan dengan mengerasnya konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal.
Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada di
sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan dengan orang – orang
yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika
dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan bahwa konflik
merupakan suatu proses social antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya
berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang
melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik
melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bias kita simpulkan bahwa kita sebagai
masyarakat tidak bias menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita.
Contoh kecil dari konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang kita mengalami perbedaan
pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti akan menjadi sebuah konflik
karena konflik terjadi karena beberapa penyebab yang masing – masing mempunyai jalan
tersendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada empat bentuk konflik yaitu konflik tujuan,
konflik peranan, konflik nilai dan konflik kebijakan. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi
konflik mempunyai sumber – sumber yang menjadi patokan atu pemicu munculnya konflik antar
individu maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Untuk dapat membahas lebih jauh tentang konflik social, kita harus member batasan -
batasan materi yang akan dibahas, agar materi yang disajikan tidak keluar dari pembahasan.
1. Apa pengertian dari konflik sosial ?
2. Apa saja faktor - faktor penyebab terjadinya konflik sosial ?
3. Apa Sumber Konflik pada manusia?
4. Apa bentuk - bentuk dari konflik sosial ?
5. Bagaimana proses dari konflik itu sendiri ?
6. Bagaimana cara kita mengendalikan konflik dan bagaimana cara penyelesaiannya ?
C. Tujuan
Kita sebagai masyarakat harus bisa lebih teliti dengan semua yang ada di sekitarr
lingkungan, agar setidaknya kita bisa menghindari masalah-masalah dengan orang-orang yang
ada di sekitar kita, teruama konflik yang selalu menemani setiap langkah keidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Proses Konflik
Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik
kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan
personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik
yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang
menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada
tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk bertindak
dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik
ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Oposisi atau ketidakcocokan potensial.
2. Kognisi dan personalisasi.
3. Maksud.
4. Perilaku
5. Hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang mencipta-kan
kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik,
tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul. Kondisi tersebut dikelompokkan
dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan
alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam
menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman. Struktur juga bisa menjadi titik awal
dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang
diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota tujuan, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok.
Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi
ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya,
pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang
dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik.
Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak
terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi
kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi
dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk
bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang
berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, yaitu:
1. Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang
atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode konflik.
2. Berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat untuk memenuhi
sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencaharian hasil yang bermanfaat
bagi semua pihak.
3. Mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk
menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik.
4. Mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan dari
salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya diatas
kepentingannya.
5. Berkompromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia
untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.
Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat an untuk menghancurkan
pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan verbal yang tegas,
pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah
paham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan
menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu
perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok.oleh
pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terang-terangan untuk menghancurkan
pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan verbal yang tegas,
pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau
salahpaham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan
menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu
perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok.
Konflik sosial bisa terjadi pada setiap lapisan masyarakat dan golongan. Dengan suatu
pertentangan yang bisa dijadikan ukuran untuk melakukan suatu pemberontakan, maka konflik
tersebut tidak bisa dihindari lagi karena Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala
pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak
yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar kesadaran pada masing-
masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan. Dalam hubungannya dengan
pertentangan sebagai konflik, Marck, Synder dan Gurr membuat kriteria yang menandai suatu
pertentangan sebagai konflik. Pertama, sebuah konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak di
dalamnya; Kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi
(mutualy opposing actions). Ketiga, mereka biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif
untuk menghadapi dan menghancurkan “sang musuh”. Keempat, interaksi pertentangan di antara
pihak-pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan
itu dapat dideteksi dan dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam
pertentangan. Konflik dalam pengertian yang luas dapat dikatakan sebagai segala bentuk
hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan. Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang
antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional
yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah
yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung,
sampai pada bentuk perlawanan terbuka. Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang
disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang
manajemen, serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide.
Konflik muncul diakibatkan salah satunya perebutan sumberdaya. Misalnya, jika dua orang
duduk sebangku dalam kelas, maka bangku itu menjadi sumberdaya. Apabila salah satu pihak
bertingkah laku seakanakan mau menguasai kamar, pihak lain akan terganggu maka terjadilah
konflik diakibatkan sumberdaya.
F. Pengendalian Konflik
Pengendalian konflik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan konsiliasi
(conciliation), mediasi (mediation), dan perwasitan (arbitration). Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik. Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di
antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan berfungsi secara
efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal:
1. Harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan dari badan-badan lain.
2. Lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi demikian
3. Lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik.
4. Lembaga tersebut harus bersifat demokratis.
Tanpa keempat hal tersebut, konflik yang terjadi di antara beberapa kekuatan sosial, akan
muncul ke bawah permukaan, yang pada saatnya akan meledak kembali dalam bentuk kekerasan.
Pengendalian dengan cara mediasi, dengan maksud bahwa pihak-pihak yang berkonflik
bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan
dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami. Pengendalian konflik dengan
cara perwasitan, dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menerima
pihak ketiga, yang akan berperan untuk memberikan keputusan-keputusan, dalam rangka
menyelesaikan yang ada. Berbeda dengan mediasi, cara perwasitan mengharuskan pihak-pihak
yang berkonflik untuk menerima keputusan yang diambil oleh pihak wasit.
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk social yang selalu berinteraksi dengan sesama yang ketika
melakukan suatu interaki dengan sesama manusia terkadang diwarnai dengan adanya konflik
karena konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Perbedaan dan pertentangan –
pertentangan yang terkadang terjadi di antara sesama bias menyebabkan suatu masalah yang jika
terus dibiarkan berlarut – larut akan menyebabkan suatu masalah yang besar. Biasanya konflik –
konflik yang terjadi bias menghasilakn sesuatu yang lain dari sebelumnya, yang antara lain
adalah meningkatkan solidaritas antara sesama kelompok, keretakan antar kelompok yang
bertikai, kerus harta benda dan hilangnya nyawa manusia, perubahan kepribadian individu, dan
lain – lain.
Bentuk – bentuk konflik meliputi konflik nilai, konflik tujuan, konflik kebijaksanaan, dan
konflik perantara. Salah satu pola penyelesaian konflik adalah dengan cara menghindar dari
konflik yang sedang terjadi.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa ang beragama dan juga Negara kita adalah Negara
hukum,berusaha menghindari adanya konflik sosil di antara masyarakat, agar Negara kita ini
bias menjadi Negara yang penuh dengan kedamaian dan bebas dari konflik dan pertentangan.