Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi

ginjal yang bersifat progresif dan irreversible atau tidak dapat kembali

seperti semula, tubuh juga tidak mampu menjaga metabolisme dan

tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga

ureum atau azotemia mengalami peningkatan (Smeltzer & Bare, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit gagal ginjal

kronik merupakan penyakit tertinggi ke-12 yang menyebabkan

kematian sebanyak 850.00 jiwa pada tahun 2012. Jepang merupakan

Negara tertinggi yang penduduknya menderita gagal ginjal dengan

1.080 kasus per juta penduduk, dan 220 kasus baru per tahun. Negara

Indonesia menurut data WHO menempati peringkat 4 dunia sebagai

Negara penderita gagal ginjal terbanyak. Jumlah penderita mencapai

16 juta jiwa. Hasil Riskesdas menunjukkan prevalensi gagal ginjal

kronis berdasarkan terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 0,6%.

Prevalensi tertinggidi Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, disusul oleh

Aceh, Gorontalo, Sulawesi Utara dengan prevalensi 0,4%, sedangkan

provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur prevalensi gagal ginjal

masing-masing 0,3% (Riskesdas, 2013)

Pelayanan gagat darurat merupakan salah satu komponen

pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat.

1
2

Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan

asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan darurat bagi

pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai unit

pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, komponen

pelayanan di instalasi gawat darurat harus memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat dan

dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama dengan unit-unit

dan instalasi-instalasi lain rumah sakit (Depkes R.I. 2006).

Dalam konteks pelayanan kegawatdaruratan, aspek asuhan

keperawatan pada tahap pelaksanaan/implementasi harus mengacu

pada doktrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life

saving (waktu adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah

respon time (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam

dengan ingkup pelayanan kegawatdaruratan yaitu melakukan primery

survey, tanpa dukungan alat diagnostik kemudian dilanjutkan dengan

secondary survey menggunakan tahapan ABCD yaitu A: Airway

management, B: Breathing management, C: Circulation management,

D: Disability dan E: Exposure (Basoeki, dkk, 2015).

Kegawatan yang terjadi pada gagal ginjal kronik terjadi akibat

komplikasi yang membahayakan kehidupan dalam waktu singkat

adalah sesak napas, napas tampak cepat dan dalam atau yang disebut

pernapasan Kussmaul. Hal tersebut terjadi karena adanya

penumpukan cairan didalam jaringan paru atau dalam rongga dada,

ginjal yang terganggu mengakibatkan kadar albumin menurun. Selain


3

disebabkan karena penumpukan cairan, sesak napas juga dapat

disebabkan karena pH darah menurun akibat perubahan elektrolit serta

hilangnya bikarbonat dalam darah. selain itu rasa mual, cepat lelah,

serta mulut yang kering, juga sering di alami oleh penderita gagal ginjal

kronik. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan kadar natrium dalam

darah, karena ginjal tidak dapat mengendalikan ekskresi natrium, hal

tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya pembengkakan (Dialife,

2012).

Selama masa Praktik Klinik Keperawatan dengan peminatan

kegawatdaruratan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo penulis praktik

di Instalasi Gawat Darurat Non Bedah yang merupakan ruang

kegawatdaruratan untuk pasien dengan penyakit dalam. Pengamatan

yang penulis dapatkan yaitu dari pasien masuk dilakukan pemilihan

triase untuk menyeleksi semua penderita yang datang ke IGD untuk

mengetahui dalam keadaan gawat darurat atau non emergency. Hasil

seleksi penderita dikategorikan dalam lima kelompok yang ditandai

dengan label warna: label biru untuk kondisi gawat darurat

mengancam jiwa (resusitasi), label merah untuk kondisi gawat darurat

berat (emergency), label kuning untuk kondisi gawat darurat ringan

(urgent), label hijau untuk kondisi tidak gawat tapi darurat (non urgent),

label putih untuk kondisi tidak gawat darurat (false emergency).

Setelah dilakukan triase kemudia dilakukan primary survey meliputi

ABCDE dan dilanjutkan dengan pengkajian secondary survey meliputi

pengkajian head to toe. Kesimpulannya perawat melakukan pengkajian


4

ABCDE hanya sesuai kebutuhan pasien. Fenomena tersebut

cenderung terjadi akibat lingkungan IGD yang kompleks dengan beban

kerja tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut makan penulis tertarik untuk membuat

Karya Ilmiah Akhir yang berjudul ”Manajemen Pelayana Dan Asuhan

Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn. A Dengan Diagnosa

Medis Chronic Kidney Disease (CKD) Di Ruang Intalasi Gawat

Darurat Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”

B. Tujuan Umum

Menggambarkan analisis praktik klinik tentang manajemen pelayanan

dan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik tahap akhir

di Ruang IGD Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

C. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran manajemen pelayanan diruang IGD Non

Bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2017

2. Melakukan proses pengkajian primer dan sekunder

kegawadaruratan pada Tn”A” dengan gagal ginjal kronis tahap

akhir diruang IGD Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar Tahun 2017

3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn”A” dengan gagal

ginjal kronis tahap akhir diruang IGD Non Bedah RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2017


5

4. Menetapkan perencanaan keperawatan yang tepat pada klien

Tn”A” dengan gagal ginjal kronis tahap akhir diruang IGD Non

Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2017

5. Melakukan implementasi pada Tn”A” dengan gagal ginjal kronis

tahap akhir diruang IGD Non Bedah RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Tahun 2017

6. Melakukan evaluasi pada Tn”A” dengan gagal ginjal kronis tahap

akhir diruang IGD Non Bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar Tahun 2017

7. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus pada

Tn”A” dengan gagal ginjal kronis tahap akhir diruang IGD Non

Bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2017

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain:

1. Bagi Bidang Akademik

Hasil penulisan ini diharapakan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan

sistem urologi khususnya mengenai asuhan keperawatan penyakit

gagal ginjal kronis tahap akhir.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapakan dapat memberikan inspirasi kepada

para perawat untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun

asuhan keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi

keperawatan kepada penderita gagal ginjal kronis yang mengalami


6

masalah kegawatdaruratan. Intervensi tersebut dilakukan sesuai

dengan penelitian yang telah ada dan mudah untuk dilakukan.

3. Rumah Sakit

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan

infomarmasi mengenai penanganan kegawatdaruratan pasien

gagal ginjal kronis di Ruang IGD Non Bedah RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan

mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diwujudkan dengan

meningkatnya kepuasaan pasien terhadap pelayanan keperawatan

yang diberikan.

4. Klien dan Keluarga

Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan tentang

bagaimana merawat dirinya atau oranglain dengan gagal ginjal

kronik tahap akhir di IGD Non Bedah RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo.

5. Penulis

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan.

E. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini tersusun atas lima bab yang terdiri dari

pendahuluan, laporan pelaksanaan praktik, tinajaun kasus kelolaan,

pembahasan kasus kelolaan, dan penutup.


7

1. BAB 1

Penulis akan menjabarkan data-data hasil studi literatur terkait

gagal ginjal kronis tahap akhir dan juga studi kasus yang didapat

selama praktik peminatan kegawatdaruratan yang telah dijalani

selama dua minggu di IGD Non Bedah pada bab ini.

2. BAB 2

Pada bab ini penulis akan menjabarkan manajemen pelayanan

keperawatan di ruang IGD Non Bedah berupa perencanaan,

pengorganisasian, staffing, pengarahan, pengendalian dan

hubungan professional antar perawat. Serta penulis akan

menjabarkan manajemen asuhan keperawatan pada pasien

kegawatdaruratan.

3. BAB 3

Pada bab ini penulis akan menjelaskan singkat teori-teori terkait

kasus gagal ginjal kronist tahap akhir yang terdiri atas definisi,

etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, faktor risiko,

komplikasi dan penatalaksanaan keperawatan dan non

keperawatan. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai teori

asuhan keperawatan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis. Serta

penulis akan menjelaskan mengenai proses asuhan keperawatan

gawatdarurat yang telah diberikan pada Tn. A di IGD Non Bedah.

4. BAB 4

Pada bab ini penulis akan menganalisis kesenjangan antara teori

dan praktek terhadap masalah keperawatan yang telah ditegakan,


8

dan intervensi keperawatan telah dilakukan selama merawat pasien

dengan gagal ginjal tahap akhir di IGD Non Bedah.

5. BAB 5

Pada bab ini akan dijabarkan kesimpulan dari isi karya ilmiah ini

dan saran yang ditujukan kepada perawat, masyarakat, dan

pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai