Anda di halaman 1dari 3

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RSB. PERMATA SARANA HUSADA


N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015
TENTTANG
KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan untuk karyawan Rumah
Sakit Bersalin Permata Sarna Husada perlu diadakan pemeriksaan kesehatan karyawan.
2. Bahwa dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan karyawan dilakukan
pemeriksaan kesehatan karyawan sebagaimana acuan standar pelayanan kesehatan kerja
3 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu DITETAPKAN
dengan Keputusan Direktur Rumah RSUD Cengk

Mengingat :
1. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan PPI di RS dan
FPK lain
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sak

Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG
KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN DI RUMAH
SAKIT BERSALIN PERMATA SARANA HUSADA.
Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan Pemeriksaan
Kesehatan karyawan Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada disusun
oleh Tim K3.
Ketiga : Kebijakan ini mengatur Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Karyawan di
Rumah Sakit
Keempat : Rumah Sakit bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada
karyawan Rumah Sakit
Kelima : Keputusan ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini
Ditetapkan : Di Tangerang Selatan
Pada tanggal : 1 September 2015
Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada
d r Novi Gracia , SpOG
Direktur RSB. Permata Sarana Husada

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RSB. PERMATA SARANA HUSADA
NOMOR : N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015
TANGGAL : 15 OKTOBER 2015
TENTANG : KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
1. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US terdapat 18 juta
pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard yang terlibat dalam
aktifitas ini sangat beragam, seperti needle stick injuries, back injuries, latex allergy,
violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury
maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan
kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan. Menurut WHO, dari 35 juta petugas
kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan oleh bloodborne pathogen dengan 2 juta
dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS.
Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat
kerja, sarana kesehatan sekarang semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sektor
konstruksi dan agri culture yang dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu
Infeksi nosokomial masih menjadi isu cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga
pengembangan program patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu
pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga
kesehatan sendiri maupun pasien. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu
program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Upaya penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan
program kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan
baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan
alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun
rumah
sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “ concern” keselamatan dan hak-hak
pasien,
yang masuk kedalam program patient safety.
2. RUANG LINGKUP
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat
mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain. Saat menjadi
karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa
saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B, bila memungkinkan
haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca
pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV.
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah
sakit, meliputi :
a. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.
b. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
c. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
d. Menyediakan antivirus profilaksis.
e. surveilens mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari
manusia ke manuasia.
f. terapi dan follow up
g. Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila
terkena infeksi.
h. upayakan support psikososial.
3. TUJUAN
a. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
b. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
c. Mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).
Unsur yang dibutuhkan :
a. petugas yang berdedikasi.
b. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
c. Koordinasi yang baik antar unit.
d. Penanganan pasca pajanan infeksius.
e. Pelayanan konseling dan privasi.
4. PELAKSANAAN
a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B,
imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
1) tes pada pasien sebagai sumber pajanan.
2) tes HBSAg dan Anti HBs petugas.
3) Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam
5. EVALUASI
a. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.
b. Status imunisasi .

Anda mungkin juga menyukai