Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi
biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun
mendadak (Dep.Kes RI, 2005).
Menurut Undang-undang No 4 tahun 2009 gawat darurat adalah keadaan
klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Penderita atau pasien gawat darurat adalah
pasien yang perlu pertolongan “tepat, cepat, cermat” untuk mencegah kematian atau
kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang
bila tidak ditolong segara akan meninggal/ menjadi cacat, sehingga diperlukan
tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas tersebut,
tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas
pada fungsi fital sesuai urutan A (Airway), B (Breathing), C (Circultion). (Maryuni A
& Yulianingsih, 2009). Namun menurut penelitian yang dilakukan AHA (American
Heart Association 2010) urutan ABC direkomendasikan lebih efektif dan terbukti
secara ilmiah menjadi CAB (Circulation- Airway- Breathing) (JMS 119, 2013).
Di Indonesia sendiri angka kejadian kasus kegawatdaruratan nasional belum
terangkum sepenuhnya. Salah satu faktor yang dapat mempersulit pengumpulan data
bisa berasal dari luas daerah Indonesia dan jumlah pusat kesehatan yang tersebar di
berbagai daerah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes,
pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri
atas1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000,
sementaradata kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh
kunjungandi RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari
pasienrujukan.Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan
yangcepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanangawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga

1
dapatmenjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat (Kemenkes RI, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan gawat darurat ?
2. Apa tujuan dari keperawatan gawat darurat?
3. Bagaimana prinsip gawat darurat dan prinsip situasi gawat darurat?
4. Bagaimana falsafah keperawatan kritis dan kegawatdaruratan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gawat darurat.
3. Untuk mengetahui prinsip gawat darurat dan prinsip situasi gawat darurat.
4. Untuk mengetahui falsafah keperawatan kritis dan kegawatdaruratan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keperawatan Gawat Darurat


Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan.
Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan keahlian dalam pengkajian
pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat.
(Burrel et al, 1997, hal.2060). Sebagai seorang spesiais perawat gawat darurat
menghubungkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menangani respon pasien pada
resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisistem, keracunan, dan kegawatan yang
mengancam jiwa lainnya.

Kegawatdaruratan adalah kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan


segera, suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera
untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan (Sendra
E & Koekoeh, 2015). Kegawatdaruratan adalah pelayanan professional keperawatan
yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgent dan kritis.

2.2 Tujuan Keperawatan Gawat Darurat


Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatdaruratan, dapat dijadikan sebagai
aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat
darurat dengan tujuan (Sendra E & Koekoeh, 2015):
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
gawat darurat yang diberikan.
b. Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat
darurat yang diberikan dan tanggung jawab secara profesional.
c. Memelihara kualitas atau mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan (Sendra E & Koekoeh, 2015).
g. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam mayarakat.

3
h. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
i. Penanggulangan korban bencana (Krisanty, 2009).
2.2.1 Tujuan Pertolongan Pertama
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah kesakitan makin parah
3. Meningkatkan pemulihan

2.2.2 Tujuan Prioritas Penolong

1. Ambil alih situasi


2. Minta bantuan pada orang sekitar
3. Kaji bahaya lingkungan
4. Yakinkan area aman bagi penolong dan korban
5. Kaji korban secara cepat untuk masaah yang mengancam kehidupan
6. Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang mengancam kehidupan
7. Kirim seseorang untuk memanggil polisi atau ambulan

2.2.3 Mengontrol Area

1. Kecelakaan kendaraan bermotor, yang harus dilakukan : pelarangan merokok,


cegah kerumunan, minta pertolongan pada orang lain.
2. Kecelakaan listrik, yang harus dilakukan : putuskan hubngan listrik dengan kayu
atau lainnya, jaga jarak dengan korban sampai korban berada diarea yang aman.
3. Gas, asap dan gas beracun maka pindahkan pasien.
4. Kebakaran, yang harus dilakukan adalah : menjauhkan pasien dari api

2.2.4 Sikap Penolong

1. Jangan panik
2. Bersikap tenang
3. Cekatan daam melakukan tindakan
4. Jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempatnya sebelum dipastikan
terdapat sarana angkutan yang memadai
5. Hal-hal penting yang harus diperhatikan terhdap korban atau pasien adalah :
a. Pernapasan dan denyut jantung

4
(1) Bila napas berhenti maka segera akukan pernapasan buatan
(2) Bila jantung berhenti berdenyut maka lakukan Kompresi Jantung Luar
b. Perdarahan
Bila terjadi perdarahan maka lakukan usaha-usaha menghentikan perdarahan.
Terutama perdarahan dari pembuluh darah besar
c. Syok
Bila terjadi syok maka perhatikan tanda-tandanya serta lakukan
penanggulangan.
d. Cegah aspirasi terhadap muntahan dengan mengatur posisi pasien miring pada
salah satu sisi tubuh atau ditelungkupkan
e. Bila terjadi fraktur maka lakukan pembidaian

2.3 Prinsip Gawat Darurat


a. Sadar peran.
b. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat.
c. Melakukan pengkajian sistematik.
d. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi.
e. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu.
f. Jangan diberi minum.
g. Bertindak sesuai protap (ketika dirumah sakit) (Sendra E & Koekoeh, 2015).
Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban.
Pertolongan pertama adalah pertolongan yang diberikan saat kejadian atau bencana
terjadi di tempat kejadian (Krissanty,2009).

2.4 SITUASI GAWAT DARURAT


Ada 4 tipe kondisi gawat darurat, yaitu :
1. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat meninggal
atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama. Sehingga dalam
keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang termasuk keadaan gawat darurat adalah
pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran, gangguan jalan napas,
gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata yang dapat
menyebabkan kebutaan.

5
2. Gawat Tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Keadaan ini termasuk prioritas kedua dan setelah dilakukan resusitasi segera
konsulkan kedokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang termasuk pasien
gawat tidak darurat adalah pasien kanker stadium lanjut yang mengalami
keracunan akut.
3. Darurat Tidak Gawat
Keadaaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien biasanya sadar tidak ada gangguan pernapasan dan sirkulasi serta
tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi definitif. Pasien dapat
dirawat diruang rawat inap atau jika keadaannnya ringan dapat dipulangkan untuk
selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
4. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis. Setelah mendapat terapi
definitif, penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat
jalan.
Langkah membagi situasi darurat menjadi 4 keadaan sesuai dengan
kondisi klien berdasarkan pada prioritas kondisi yang paing mengancam nyawa.
Kondisi yang mengancam nyawa dinilai berdasarkan jalan napas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi (circulation), dan kondisi neurologis (disability).

2.5 Falsafah Keperawatan Kritis dan kegawatdaruratan

a. Bidang cakupan keperawatan gawat darurat.


b. Resusitasi bentuk pemulihan.
c. Pertolongan diberikan karena keadaan yang mengancam kehidupan.
d. Terapi kegawatan intensive.
e. Mati klinis:
f. Mati biologis:
g. Mati klinis 4-6 menit, kemudian mati biologis.
h. Fatwa IDI mati (Sendra E & Koekoeh, 2015).

6
7

Anda mungkin juga menyukai