Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk lebih kurang
252,20 juta jiwa dan jumlah penduduk tersebut tidak terbagi merata ke seluruh
wilayah Indonesia tetapi berpusat di pulau Jawa sesuai dengan data Badan Pusat
Statistik pada tahun 2014 (www.bps.go.id/ diakses pada 17 November 2015 pukul
13.30 WIB). Jumlah penduduk yang setiap tahun terus meningkat tentu akan
berakibat pula pada meningkatnya kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat
tidak hanya terbatas pada sandang, pangan, maupun papan, tetapi juga kebutuhan
akan listrik. Kebutuhan akan tenaga listrik dapat dikatakan menjadi salah satu
kebutuhan pokok untuk menunjang kebutuhan manusia saat ini. Konsumsi listrik
Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan
baik di sektor rumah tangga, industri, usaha dan umum. Kondisi ini merupakan
gambaran umum dari negara yang sedang berkembang, dimana penyediaan listrik
bukan merupakan pemenuhan kebutuhan riil seluruhnya tetapi lebih merupakan
kemampuan untuk membangkitkan dan mendistribusikan listrik ke masyarakat.
Kebutuhan listrik di Indonesia dikelola oleh Perseroan Terbatas
Perusahaan Listrik Negara (selanjutnya disebut sebagai PT PLN) yang merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurus semua aspek kelistrikan
yang ada di Indonesia. Dari keseluruhan kapasitas pembangkit yang ada, 56%
merupakan pasokan dari PT PLN dan sisanya adalah milik swasta (independent
power plant), koperasi, dan untuk keperluan sendiri (captive power) yang dimiliki
oleh industri (Iswan, 2010:71).
Menurut data statistik pada website resmi PT PLN (www.pln.co.id diakses
pada 17 November 2015 pukul 23.00 WIB), beban puncak pada tahun 2014
mencapai 33.321,15 MW, meningkat 8,06% dibandingkan tahun sebelumnya dan
beban puncak sistem interkoneksi Jawa Bali mencapai 23.900 MW, atau naik
5,90% dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu perlu adanya suplai listrik yang
cukup karena digunakan terus menerus. Untuk memenuhi pasokan listrik yang
2
terus meningkat pemerintah bekerjasama dengan perusahaan swasta yang
bergerak dibidang kelistrikan. Salah satu upaya penambahan pasokan listrik
tersebut adalah dengan membangun suatu pembangkit tenaga listrik. Dari
keseluruhan pembangkit listrik yang ada di Indonesia, batu bara memiliki peranan
yang cukup tinggi yakni sebesar 34,5% disusul gas bumi sebesar 30,4%.
Berikutnya adalah tenaga diesel sebesar 21%, tenaga air 10,9% dan panas bumi
sebesar 3,2% (Iswan, 2010 : 71). Batubara berpotensi menggantikan minyak bumi
sebagai sumber energi utama dunia hal ini dikarenakan cadangan batubara yang
melimpah dan mudah didapatkan.
Salah satu upaya untuk memenuhi pasokan listrik khususnya di pulau Jawa
dan Bali adalah dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(selanjutnya disebut dengan PLTU) di Kabupaten Batang tepatnya di desa
Ujungnegoro. PLTU tersebut mengandalkan batubara sebagai tenaga utama
dengan kapasitas 2 x 1.000 Megawatt yang merupakan kerjasama antara
pemerintah dengan perusahaan Jepang. Perusahaan Jepang yaitu J-Power
memiliki saham 34% dan Itochu Corporation memiliki saham 32%, perusahaan
Indonesia yaitu PT Adaro Power dengan saham 34%, yang kemudian dikelola
oleh kontraktor yaitu PT Bhimasena Power Indonesia
(http://www.tribunnews.com/tag/pltu-batang diakses pada 17 November 2015
pukul 15.18 WIB).
Kerjasama antara pemerintah dengan perusahaan swasta tersebut tentunya harus
memiliki izin. Izin diberikan untuk mendukung iklim investasi yang kondusif
dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Adinastiti
Cahyo Wulanningsih, 2011:24).
Salah satu izin yang harus dipenuhi adalah izin gangguan. Izin gangguan
merupakan izin yang diberikan oleh seorang kepala daerah terhadap suatu usaha
dan atau kegiatan yang menimbulkan gangguan. Izin gangguan termasuk salah
satu izin yang berlaku untuk jangka waktu lama. Klasifikasi bangunan yang
memerlukan izin gangguan terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 sebagaimana
telah diubah dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450.
3
Izin gangguan diperlukan bagi setiap tempat usaha dikarenakan adanya
hal-hal yang membatasi dalam banyak sisi tempat usaha tersebut, khususnya
mengenai dampak lingkungan. Dampak penting dari suatu usaha tidak selamanya
positif, tetapi terdapat pula sisi negatif. Seperti halnya suatu kegiatan usaha pasti
sedikitnya dapat menyebabkan terganggunya suatu kehidupan lingkungan di
sekitar tempat kegiatan usaha tersebut (Rigky Nodang R, 2012:5).
Keberadaan izin gangguan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban umum
dalam masyarakat. Izin gangguan yang harus dimiliki dalam proses pembangunan
PLTU berfungsi untuk mencegah kerusakan lingkungan di sekitar tempat usaha
dan menghindari bahaya yang mungkin timbul akibat kegiatan pembangunan
PLTU yang dapat mengganggu kepentingan umum. Izin gangguan untuk PLTU
diberikan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (selanjutnya
disebut dengan BPMPT) Kabupaten Batang. Terdapat syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam permohonan penerbitan izin gangguan atas pembangunan PLTU.
Selain itu terdapat pula prosedur yang harus dilalui oleh pemohon izin, begitu
pula dengan izin gangguan atas pembangunan PLTU di Ujungnegoro.
Tetapi faktanya, prosedur pengurusan perizinan usaha di Indonesia masih
relatif sulit, lama, dan mahal. Hal tersebut akan mengakibatkan keengganan
pelaku usaha untuk mengurus perizinan, padahal tanpa adanya izin kegiatan usaha
tidak dapat dilakukan secara legal. Kinerja perizinan menjadi sinyal awal lancar
atau tidaknya aktivitas usaha selanjutnya (Robert Endi Jaweng, 2014:127).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai pelaksanaan izin gangguan atas pembangunan PLTU di Kabupaten
Batang dan menyajikannya dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Pelaksanaan
Pemberian Izin Gangguan Atas Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) di Ujungnegoro Kabupaten Batang Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Batang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan”.
4
B. Rumusan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini dalam dua rumusan masalah yang
menjadi objek penelitian, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian izin gangguan atas pembangunan PLTU di
Ujungnegoro, Kabupaten Batang ?
2. Apa saja kendala-kendala yang terjadi dalam pemberian izin gangguan atas
pembangunan PLTU di Ujungnegoro, Kabupaten Batang dan bagaimana
penyelesaiannya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan penulis di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pemberian izin gangguan atas
pembangunan PLTU di Ujungnegoro, Kabupaten Batang dan
b. mengetahui dan menganilisis kendala-kendala yang dialami oleh
pemerintah dan pihak pengembang PLTU terkait dengan proses pemberian
izin gangguan atas pembangunan PLTU di Ujungnegoro, Kabupaten
Batang.
2. Tujuan Subyektif
a. menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan analisis penulis,
khususnya dalam bidang Hukum Administrasi Negara,
b. menambah pengetahuan penulis dalam hal pelaksanaan pemberian izin
gangguan dan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian izin
gangguan atas pembangunan PLTU di Ujungnegoro, Kabupaten Batang,
dan
c. memperoleh informasi sebagai bahan utama dalam penulisan hukum untuk
memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian tentunya diharapkan terdapat manfaat dan kegunaan yang
dapat diambil dari penelitian tersebut. Manfaat penelitian bukan hanya untuk
penulis tetapi juga harus bermanfaat bagi semua pihak. Penelitian dalam penulisan
hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. mengembangkan ilmu pengetahuan hukum serta memberikan suatu
pemikiran di bidang ilmu hukum yang diperoleh dari perkuliahan, dan
b. hasil penelitian ini dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi
ilmiah yang dapat dijadikan acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis
untuk tahap berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti,
b. memberikan pendalaman pengetahuan dan pengalaman baru pada penulis
mengenai permasalahan hukum yang dikaji, sehingga dapat berguna bagi
penulis maupun oraang lain dikemudian hari, dan
c. hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum (legal research) merupakan proses menemukan
kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah
norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta
apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai
aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014:47).
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif. Menurut
pendapat Peter Mahmud Marzuki (2014:55) penelitian hukum tidak perlu
6
ditambahkan kata “normatif” karena istilah penelitian hukum atau legal
research selalu normatif.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan
mengenai keadaan hukum yang berlaku di suatu tempat tertentu dan pada saat
tertentu.
3. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan kasus (case approach) dimana fakta
materiil menjadi rujukan dalam mengajukan argumentasi sesuai ketentuan
hukum.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Jenis dan sumber bahan hukum dalam penelitian hukum ini yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatsblad Tahun
1926 Nomor 226 juncto Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
5) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 13 Tahun 2005 tentang
Izin Gangguan
6) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu
7) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031
8) Peraturan Bupati Batang Nomor 59 Tahun 2012 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Kabupaten Batang
9) Keputusan Bupati Batang Nomor 530/102/2014 Tentang Izin
Gangguan (HO) Atas Nama Sdr. Kenichi Seshimo untuk Kegiatan
7
Usaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) “PT. Bhimasena
Power Indonesia”
10) Keputusan Bupati Batang Nomor 530/464/2015 tentang Izin Gangguan
(HO) Atas Nama PT. Bhimasena Power Indonesia untuk Kegiatan
Usaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Gardu Induk, Tower
Transmisi dan Jaring Pengaman Kabel)
b. Bahan Hukum Sekunder
1) Buku-buku ilmiah dalam bidang hukum, diantaranya :
a) Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik (Adrian Sutedi);
b) Undang-Undang Gangguan dan Masalah Lingkungan (John
Salindeho); dan
c) Hukum Administrasi Negara (Ridwan HR).
2) Makalah dan karya ilmiah para sarjana, diantaranya:
a) Pelaksanaan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta Nomor 2 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Pemberian
Ijin Tempat Usaha (Studi Tentang Izin Gangguan/Ho) (Reyzha
Sabani);dan
b) Pemberian Izin Gangguan Terhadap Usaha Hiburan (Restoran) di
Kota Surabaya (Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2004 tentang Izin Gangguan) (Rigky Nodang R.).
3) Literatur dan hasil penelitian lainnya, diantaranya:
a) Perkiraan Penduduk Beberapa Negara 2000-2014
(www.bps.go.id/) dan
b) Laporan Statistik 2014(www.pln.co.id).
c. Bahan nonhukum berupa wawancara dengan narasumber yaitu Kepala Sub
Bidang Pelayanan Perizinan BPMPT Kabupaten Batang (bapak Margo
Santosa) dan Project Operation Manager PT BPI (bapak Dany Daulay).
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan yaitu pengumpulan bahan hukum dengan mempelajari,
membaca, mencatat buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, serta
8
jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu penulis
juga melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam penelitian ini.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah dengan cara
teknik analisis silogisme deduksi. Teknik analisis silogisme deduksi
berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor.
Berdasarkan kedua premis tersebut maka dapat ditarik kesimpulan atau
conclusio (Peter Mahmud Marzuki, 2014:89).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum dilakukan untuk memberikan gambaran,
penjabaran maupun pembahasan secara menyeluruh mengenai pembahasan yang
akan dirumuskan sesuai kaidah atau aturan baku penulisan hukum. Adapun
sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab dimana setiap bab terbagi
dalam beberapa sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman
terhadap keseluruhan hasil penelitian. Sistematika penulisan hukum dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan memberikan landasan teori yang
bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan dan doktrin
ilmu yang dianut secara universal mengenai persoalan yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu
untuk memudahkan pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini
juga disertai kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dan
pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang ada yaitu
mengenai pelaksanaan pemberian izin gangguan serta hambatan
9
yang terjadi terkait dengan pembangunan PLTU di Ujungnegoro,
Kabupaten Batang.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis akan mengemukakan simpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, serta memberikan saran terkait dengan permasalahan
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai