Anda di halaman 1dari 3

Yuk Mengenal UU 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan

Undang-Undang (UU) Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan ditetapkan pada tanggal
23 September 2009. Penetapan UU 30/2009 ini dimaksudkan untuk menggantikan UU Nomor 15
Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan yang dirasakan sudah tidak dapat mengakomodir
perkembangan terkini dari industri ketenagalistrikan nasional dan sekaligus diharapkan dapat
mengatasi berbagai permasalahan dalam penyediaan tenaga listrik nasional, tuntutan
perkembangan keadaan, perubahan dalam kehidupan masyarakat, dan melaksanakan amar
putusan Mahkamah Konstitusi.

Diharapkan, dengan terbitnya UU 30/2009 dapat memberikan payung bagi penyelesaian


hambatan penyediaan tenaga listrik nasional.

UU ini terdiri dari 17 bab yang memuat 58 pasal yang mengatur beberapa hal penting yang
belum diatur dalam UU 15/1985. Hal-hal penting tersebut diantaranya:

1.
2. Pembagian wilayah usaha penyediaan tenaga listrik yang terintegrasi;
3. Penerapan tarif regional yang berlaku terbatas untuk suatu wilayah usaha tertentu;
4. Pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan
informatika; serta
5. Mengatur tentang jual beli tenaga listrik termasuk untuk lintas negara.

Beberapa substansi dalam UU 30/2009 saya uraikan sebagai berikut.

UU 30/2009 ini mengamanatkan adanya perubahan struktur industri ketenagalistrikan nasional.


Perubahan tersebut adalah sebagai berikut: (a) Pembentukan Wilayah Usaha (tidak harus
berdasarkan wilayah administratif); (b) Ijin usaha untuk pelaku usaha terintegrasi terbatas hanya
di Wilayah Usaha; (c) Ijin usaha untuk pelaku usaha baru adalah di pembangkitan /atau transmisi
/atau Distribusi /atau Retail atau Distribusi dan Retail.

Dengan demikian, ke depan dimungkinkan adanya badan usaha terintegrasi di luar PT. PLN
dengan wilayah usaha tertentu dan dengan tarif listrik yang (mungkin) berbeda dari tarif PT.
PLN. Diharapkan, dengan kondisi tersebut, dapat dilakukan benchmarking (atau kompetisi)
pelayanan diantara badan usaha terintegrasi yang ada.

Selain itu, UU 30/2009 juga menetapkan bahwa 'harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan
tenaga listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang sehat'. Tarif listrik nasional (TDL), yang
mungkin berbeda tiap wilayah, ditetapkan Pemerintah atas persetujuan DPR nasional. Sedangkan
Tarif daerah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah atas persetujuan DPRD.

Pengaturan tarif listrik dalam UU 30/2009 walaupun belum tegas namun secara implisit
memberikan amanat bahwa tarif listrik nantinya harus mampu mendukung terciptanya
jaminan sustainibilty penyediaan tenaga listrik (tarif memperhitungkan biaya operasi dan
investasi).

Apabila tarif yang ditetapkan di bawah biaya pokok penyediaan maka subisidi yang diberikan
juga harus mempertimbangkan adanya margin untuk investasi. Hal tersebut sebagaimana amanat
UU 19/2003 Tentang BUMN.

Mengenai jaminan energi primer, UU 30/2009 belum secara eksplisit memberikan jawaban. UU
tersebut hanya menyatakan bahwa 'Pemanfaatan sumber energi primer yang terdapat di dalam
negeri diutamakan untuk kepentingan ketenagalistrikan nasional'. Dengan demikian diharapkan
Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan dan pemanfaatan sumber energi
untuk pernbangkit tenaga listrik mampu bersikap tegas, diantaranya melalui kebijakan DMO dan
pengawasan implementasinya.

Udah ah, cukup sekian dulu yah. Kalau ada salah2 kata mohon dimaklumi.

Anda mungkin juga menyukai