Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN MASALAH KESEHATAN DAN PERILAKU PENGOBATAN LANSIA

DI DESA RANDEGAN WETAN KECAMATAN JATITUJUH


KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Arni Wianti*, Nia Kurniasih**,Wawan Kurniawan***,


* Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka
** Alumni Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka
*** Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukan kurang dari setengahnya (42,9%) lansia mengalami keluhan
pusing, lebih dari setengahnya (73,8%) lansia melakukan pengobatan alternatif, lebih dari setengahnya
(73,8%) lansia mengkonsumsi obat warung, kurang dari setengahnya (27,4%)lansia meminum obat tidak
tuntas di Desa Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara wawancara dan
kuisioner. Dengan jumlah sampel sebanyak 84 lansia pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple
random sampling
Perjalanan penyakit pada lansia menempuh waktu yang sangat lama sebelum menimbulkan
komplikasi dan tanda gejala penyakit. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
masalah kesehatan dan perilaku lansia di Desa Randegan Wetan Kecamatan jatitujuh Kbupaten
Majalengka tahun 2012.
Saaran ditujukan bagi petugas kesehatan sangat penting di lakukan untuk membantu lansia
dalam mengatasi penyakitnya, dengan mengadakan program psyandu lansia secara rutin dapat
mengurangi masalah-masalah kesehatan yang di alami lansia.

PENDAHULUAN Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik


Pada hakikatnya pembangunan yang kita (BPS), pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk
laksanakan ini adalah pembangunan manusia, lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yaitu
dengan kata lain kita membangun sumber daya 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta
manusia. Pencapaian pembangunan manusia jiwa. Pada tahun 2004, UHH penduduk Indonesia
adalah Ideks Pembangunan Manusia (IPM). Salah adalah 66,2 tahun, kemudian meningkat menjadi
satu ukuran indeks pembangunan manusia yaitu 69,4 tahun pada tahun 2006. Diperkirakan pada
Umur Harapan Hidup (UHH) adalah tanggung tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 29 juta
jawab dari pembagunansektoral kesehatan (depkes orang atau 11% dari total populasi (Subagio,
RI,2010). 2008).
Meningkatnya Umur Harapan Hidup Semakin bertambahnya penduduk lansia
(UHH) dapat memberikan suatu gambaran dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam
kesehatan yang merupakan hak dasar manusia dan kehidupan lansia, baik secara personal maupun
merupakan salah satu faktor yang sangat dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh Permasalahan tersebut dapat berupa kesehatan
karena itu kesehatan perlu dipelihara dan fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Dari sekian
ditingkatkan kualitasnya mencakup seluruh lapisan banyak permasalahan yang dihadapi, kesehatan
masyarakat tidak terkecuali para lansia (Depkes dan kesejahteraan merupakan masalah yang
RI, 2010). mendominasi dalam kehidupan mereka (Tamher,
Peningkatan jumlah lansia terjadi akibat 2009).
dari meningkatnya umur harapan hidup manusia Perjalanan penyakit pada lansia
yang merupakan dampak positif dari keberhasilan menempuh waktu yang sangat lama sebelum
pembangunan nasional, khususnya di bidang menimbulkan komplikasi dan tanda dan gejala
kesehatan. Di seluruh Asia, diperkirakan bahwa penyakit. Pada awalnya seseorang sehat, dengan
jumlah lansia akan meningkat 31,4% dari 207 juta bertambahnya usia dan tergantung gaya hidup
di tahun 2000 menjadi 857 juta di tahun 2050 yang dijalaninya dari lingkungan serta pelayanan
(WHO, 2001). kesehatan yang dialaminya, orang tersebut

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


menderita penyakit yang biasanya disebut sebagai dan pusing-pusing). Pengobatan yang dilakukan
faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, oleh lansia atau keluarganya adalah dengan obat
kolesterol meninggi dan lain-lain. Apabila warung atau obat yang dijual bebas. Perilaku lansia
penyakit tersebut tidak diobati dari awal maka dalam meminum obat masih kurang, hal ini dapat
akan terjadi komplikasi penyakit yang menetap dilihat dari kebiasaan lansia minum obat, hanya
dalam tubuh lansia. Permasalahan penyakit yang mengandalkan obat warung tetapi tidak
dihadapi lansia tersebut karena adanya menggunakan obat sesuai dengan diagnosis dari
kemunduran sel-sel (proses penuaan) yang dapat petugas medis. Beberapa alasan lansia lebih
mempengaruhi fungsi dan kemampuan sistem memilih pengobatan dengan obat warung karena
tubuh termasuk syaraf, jantung dan pembuluh malas menunggu selama pengobatan, jarak yang
darah akan berdampak pada masalah kesehatan jauh ke tempat pelayanan kesehatan, Adapun
keluarga baik secara langsung maupun tidak dampak yang bisa terjadi pada lansia yang tidak
langsung. Oleh karena itu merupakan suatu mau memanfaatkan pelayanan kesehatan
tantangan untuk mengupayakan lansia tetap diantaranya kesehatan lansia tidak terpantau
memiliki kesiapan fisik dan mental serta adanya dengan baik, menurunnya jumlah kunjungan lansia
peningkatan perilaku hidup sehat sehingga menjadi ke pelayanan kesehatan dan angka kesakitan pada
sumber daya manusia yang optimal. lansia menjadi meningkat.
Pola pengobatan pada usia lanjut Berdasarkan uraian latar belakang
memerlukan perhatian khusus karena berbagai masalah, penelitian ini adalah Mengetahui
masalah dapat terjadi yang disebabkan oleh faktor Gambaran Masalah Kesehatan dan Perilaku
fisiologis, penurunan daya tahan tubuh pada usia Pengobatan Lansia di Desa Randegan Wetan
lanjut, faktor farmakokinetik dan faktor Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun
farmakodinamik yang terkait dengan 2012, secara rinci :
bertambahnya usia (Prest, 2003). Perubahan  Diketahuinya gambaran penyakit lansia di
fisiologis yang terjadi pada usia lanjut adalah Desa Randegan Wetan Kecamatan
penurunan massa otot, cairan tubuh, laju filtrasi Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun
glomerulus, aliran darah ke hepar serta 2012
peningkatan lemak tubuh (Soejono, 2001). Faktor-  Diketahuinya gambaran pengobatan yang
faktor tersebut jika tidak diperhatikan dapat dilakukan lansia di Desa Randegan Wetan
menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
karena terjadi perubahan efek terapi obat. Majalengka tahun 2012
Kenyataan menunjukkan faktor-faktor tersebut  Diketahuinya gambaran obat yang
kurang mendapat perhatian dari para praktisi dikonsumsi lansia di Desa Randegan
medik sehingga pola pengobatan pada usia lanjut Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
seringkali kurang rasional. Majalengka tahun 2012
Berdasarkan hasil observasi dan  Diketahuinya gambaran cara minum obat
wawancara dengan masyarakat lansia di Desa lansia di Desa Randegan Wetan
Randegan Wetan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Jatitujuh tahun 2012 didapatkan kebanyakan lansia Majalengka tahun 2012
mengeluh tentang penyakit (kesemutan, reumatik

METODE PENELITIAN Desa Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh


Jenis penelitian yang digunakan adalah Kabupaten Majalengka tahun 2012 yaitu sebanyak
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif. Populasi 84 orang. Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang untuk penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat
berada di Desa Randegan Wetan Kecamatan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan
Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012 yaitu di Desa Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh
sebanyak 525 lansia. Untuk sampel penelitian Kabupaten Majalengka pada bullan juli 2012.
Sampel ini adalah sebagian lansia yang berada di

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penyakit Lansia di Desa Randegan Wetan Kecamatan
Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012.

Penyakit Lansia f %
Pusing 36 42.9
Sesak Nafas 8 9.5
Maag 7 8.3
Rematik 16 19.0
Pegal Linu 7 8.3
Hipertensi 10 11.9
Total 84 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pusing dan sebagian kecil (8,3%) lansia
bahwa sebagian besar (42,9%) lansia di Desa mengalami penyakit pegal linu dan maag di Desa
Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Majalengka tahun 2012 mengalami penyakit Majalengka tahun 2012

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengobatan Yang Dilakukan Lansia di Desa Randegan
Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012.

Pengobatan Yang Dilakukan Lansia f %


Alternatif 62 73,8
Dokter 22 26,2
Total 84 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat kurang (26,2%) lansia melakukan pengobatan ke dokter di
dari setengahnya (73,8%) lansia melakukan Desa Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh
pengobatan alternatif dan lebih dari setengahnya Kabupaten Majalengka tahun 2012
.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Obat Yang Dikonsumsi Lansia di Desa Randegan Wetan
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012

Obat Yang Dikonsumsi Lansia f %


Obat Warung 62 73,8
Resep Dokter 22 26,2
Total 84 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat kurang lansia mengkonsumsi obat berdasarkan resep
dari setengahnya (73,8%) lansia mengkonsumsi dokter di Desa Randegan Wetan Kecamatan
obat warung dan lebih dari setengahnya (26,2%) Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Cara Minum Obat Lansia di Desa Randegan Wetan
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


Cara Minum Obat Lansia f %
Tuntas 61 72.6
Tidak Tuntas 23 27.4
Total 84 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat lebih (72,6%) lansia meminum obat tidak tuntas di Desa
dari setengahnya (72,6%) lansia meminum obat Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
sampai tuntas dan kurang dari setengahnya Majalengka tahun 2012

PEMBAHASAN magg, rematik dan pegal linu. Apabila penyakit


Hasil penelitian menunjukan sebagian tersebut tidak diobati dari awal maka akan terjadi
besar lansia mengalami penyakit pusing dan komplikasi penyakit yang menetap dalam tubuh
sebagian kecil lansia mengalami penyakit pegal lansia.
linu dan maag di Desa Randegan Wetan Kemunduran biologis dan depresi
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun mental yang menyertai proses penuaan, seringkali
2012. Banyaknya lanisa yang mengalami keluhan menjadi hambatan bagi kesehatan para usia lanjut.
pusing dikarenakan kondisi fisik yang sudah renta Bahkan masalah-masalah fisiologis seperti
dan mudah terserang penyakit, kondisi lingkungan terjadinya gangguan pencernaan, penurunan
keluarga, stress psikologis dan stress fisik. sensitivitas indera perasa dan pencium,
Pada lansia yang mengeluhkan penyakit malabsorpsi nutrisi, serta beberapa kemunduran
rematik dikarenakan banyak lanisa dengan postur fisik lainnya dapat menyebabkan timbulnya
tubuh yang gemuk, aktifitas yang berlebihan berbagai macam penyakit seperti penyakit
sehingga berlebihan memakai lutut, factor cucaca degenerative, penyakit yang bersifat kronis, sering
juga berperan terhadap kambuhnya penyakit kambuh, multipatologis, proses penyembuhannya
rematik dan biasanya terjadi pada peralihan musim lama serta memerlukan biaya perawatan dan
dan stress yang disertai dengan kelelahan. Pada pengobatan yang relatif tinggi (Depkes RI, 2003).
penderita hipertensi pada umumnya disebabkan Peranan petugas kesehatan sangat
karena faktor keturunan namun ada juga yang penting dilakukan untuk membantu lansia dalam
bukan keturunan yang diakibatkan karena mengatasi penyakitnya, dengan mengadakan
kebiasaan merokok yang berlebihan dan jarang program posyandu lansia secara rutin dapat
berolahraga, kebiasaan bergadang malam dan pola mengurangi masalah-masalah kesehatan yang
makan yang tidak sehat. dialami lansia. Pemerintah daerah dalam hal ini
Permasalahan penyakit yang dihadapi Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka berperan
lansia tersebut karena adanya kemunduran sel-sel untuk mengadakan program-program layanan
(proses penuaan) yang dapat mempengaruhi fungsi kesehatan bagi lansia, terutama daerah-daerah
dan kemampuan sistem tubuh termasuk syaraf, pedesaan yang jauh dari pelayanan kesehatan.
jantung dan pembuluh darah akan berdampak pada 4.2.2 Gambaran Pengobatan Yang
masalah kesehatan keluarga baik secara langsung Dilakukan Lansia di Desa Randegan Wetan
maupun tidak langsung. Oleh karena itu Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun
merupakan suatu tantangan untuk mengupayakan 2012.
lansia tetap memiliki kesiapan fisik dan mental Berdasarkan hasil penelitian
serta adanya peningkatan perilaku hidup sehat menunjukan lebih dari setengahnya (73,8%) lansia
sehingga menjadi sumber daya manusia yang melakukan pengobatan alternatif di Desa
optimal. Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Perjalanan penyakit pada lansia Majalengka tahun 2012. Masih ditemukannya
menempuh waktu yang sangat lama sebelum lansia yang melakukan pengobatan alternatif
menimbulkan komplikasi dan tanda dan gejala dikarenakan jauhnya jarak ke tempat pelayanan
penyakit. Pada awalnya seseorang sehat, dengan kesehatan, kurangnya transportasi umum untuk
bertambahnya usia dan tergantung gaya hidup menjangkau tempat pelayanan kesehatan dan
yang dijalaninya dari lingkungan serta pelayanan keterbatasan ekonomi menjadi alasan utama bagi
kesehatan yang dialaminya, orang tersebut lansia untuk mendapatkan pengobatan yang lebih
menderita penyakit yang biasanya disebut sebagai baik.
faktor resiko seperti hipertensi, pusing, sesak nafas

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


Pola pengobatan pada usia lanjut pemahaman terhadap aneka perubahan kinerja
memerlukan perhatian khusus karena berbagai farmakokinetika maupun farmakodinamika selama
masalah dapat terjadi yang disebabkan oleh faktor proses menua. Kedua kinerja bersangkutan saling
fisiologis, penurunan daya tahan tubuh pada usia terkait serta mempengaruhi keberadaan obat di
lanjut, faktor farmakokinetik dan faktor tempat kerja tertentu dan keefektifan antaraksinya
farmakodinamik yang terkait dengan dengan tempat kerja terkait. Yang lebih lanjut, ini
bertambahnya usia (Prest, 2003). akan menentukan kinerja farmakologi dan
Perubahan fisiologis yang terjadi pada toksikologi obat bersangkutan. Meskipun
usia lanjut adalah penurunan massa otot, cairan demikian, pengambilan keputusan terapi pada
tubuh, laju filtrasi glomerulus, aliran darah ke lansia, seyogyanya tidak hanya didasarkan pada
hepar serta peningkatan lemak tubuh (Soejono, pertimbangan-pertimbangan pergeseran nasib obat
2001). Faktor-faktor tersebut jika tidak karena proses menua saja, tetapi juga pergeseran
diperhatikan dapat menyebabkan kegagalan dalam nasib obat karena komplikasi penyakit, kebiasaan
pengobatan, karena terjadi perubahan efek terapi polifarmasi (antaraksi obat), faktor lingkungan,
obat. Kenyataan menunjukkan faktor-faktor dan status gizi, yang pada hakikatnya sulit
tersebut kurang mendapat perhatian dari para dipisahkan secara jelas dengan faktor proses
praktisi medik sehingga pola pengobatan pada usia menua.
lanjut seringkali kurang rasional. Menurut Graham ( 2008 ) dari komite
Perlunya upaya dari pemerintah agar penasihat Food and Drug Administration, “ ketika
mengaktifkan kembali pelayanan kesehatan di kita sebagai dokter meresepkan obat pada pasien,
Desa khususnya yang sulit dijangkau oleh kita bukan hanya harus menjelaskan jenis obat
kendaraan umum atau jauh dari perkotaan seperti yang kita berikan, tetapi kita juga perlu membahas
kegiatan poskesdes diaktifkan lagi, kegiatan efek samping obat dengan baik dan apa yang harus
posyandu lansia dan puskesmas keliling agar dilakukan untuk mencegah terjadinya efek
menjangkau daerah terpencil. samping tersebut”.
4.2.4 Gambaran Cara Minum Obat
4.2.3 Gambaran Obat Yang Lansia di Desa Randegan Wetan Kecamatan
Dikonsumsi Lansia di Desa Randegan Wetan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
2012 kurang dari setengahnya lansia meminum obat
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak tuntas di Desa Randegan Wetan Kecamatan
lebih dari setengahnya (73,8%) lansia Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2012.
mengkonsumsi obat warung di Desa Randegan Banyaknya lansia yang tidak menuntaskan
Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten pengobatannya dikarenakan lansia sudah merasa
Majalengka tahun 2012. Pada lansia yang memilih sembuh meskipun obatnya belum habis. Selain itu
pengobatan dengan obat warung dikarenakan ada juga lansia yang kurang mendapat perhatian
keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk dari keluarga terutama masalah pengobatan seperti
menjalani pengobatan ke dokter, sehingga lansia cara minum obat, waktu minum obat dan dosis
memilih obat warung sebagai pengobatan alternatif yang harus diminum. Sehingga banyak lansia yang
lain selain ke dokter. Selain itu dari jenis penyakit tidak menuntaskan pengobatan tersebut.
yang dialami lansia tergolong ringan seperti pusing Secara konsisten, kelompok usia lanjut
dan pegel linu, yang biasa disembuhkan hanya banyak mengkonsumsi obat-obat yang dijual
dengan pengobatan yang sederhana seperti obat bebas/tanpa resep. Pemakaian obat-obat pada
yang bias dibeli diwarung. penderita usia lanjut bukannya tidak memberi
Gejala yang sering timbul akibat efek resiko, mengingat kandungan zatzat aktif dalam
samping dari obat-obat tanpa resep dokter antara satu obat kadang-kadang belum jelas efek
lain gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak farmakologiknya atau malah bersifat
nyaman di uluhati, mual, muntah, perlukaan membahayakan.
bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Pasien-pasien usia lanjut sering pula
Dan bisa mengakibatkan erosi klinis dilambung menjadi korban dari tidak jelasnya informasi
sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian pengobatan dan beragamnya obat yang diberikan
atas yang bisa berlanjut dengan kematian (Fahrial, oleh dokter. Keadaan ini banyak dialami oleh
2008) penderita-penderita penyakit yang bersifat hilang
Pendekatan yang rasional terhadap timbul (sering kambuh). Kesalahan umumnya
pengobatan pada lansia, nampaknya memerlukan berupa salah minum obat (karena banyaknya jenis

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


obat yang diresepkan pada suatu saat), atau berupa tahun 2012 mengalami penyakit
ketidaksesuaian dosis dan cara pemakaian seperti pusing
yang dianjurkan. Kelompok usia ini tidak jarang 2. Lebih dari setengahnya (73,8%)
pula memanfaatkan obat-obat yang kadaluwarsa lansia melakukan pengobatan
secara tidak sengaja, karena ketidaktahuan ataupun alternatif di Desa Randegan Wetan
ketidakjelasan informasi. Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Pada usia lanjut umumnya akan terjadi Majalengka tahun 2012
penurunan motilitas gastrointestinal, yang biasanya 3. Lebih dari setengahnya (73,8%)
dikeluhkan dalam bentuk konstipasi. Pemberian lansia mengkonsumsi obat warung di
obat-obat laksansia jangka panjang sangat tidak Desa Randegan Wetan Kecamatan
dianjurkan, karena di samping menimbulkan Jatitujuh Kabupaten Majalengka
habituasi juga akan memperlemah motilitas usus. tahun 2012
Pemberian obat-obat ini hendaknya disertai 4. Kurang dari setengahnya (27,4%)
anjuran agar melakukan diet tinggi serat dan lansia meminum obat tidak tuntas di
meningkatkan masukan cairan serta jika mungkin Desa Randegan Wetan Kecamatan
dengan latihan fisik (olah raga). Jatitujuh Kabupaten Majalengka
tahun 2012
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan SARAN
pembahasan mengenai “Gambaran Masalah Peranan petugas kesehatan sangat
Kesehatan dan Perilaku Pengobatan Lansia di Desa penting dilakukan untuk membantu lansia dalam
Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten mengatasi penyakitnya, dengan mengaktifkan
Majalengka tahun 2012” dapat disimpulkan kembali posyandu lansia agar dapat mengurangi
beberapa hal sebagai berikut : masalah-masalah kesehatan yang dialami lansia,
1. Sebagian besar (42,9%) lansia di khususnya di desa terpencil yang sulit di
Desa Randegan Wetan Kecamatan jangkauoleh kendaraan umum atau jauh dari
Jatitujuh Kabupaten Majalengka perkotaan.

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta
_______, 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT bumi Aksara.
Depkes RI. 2003. Menyongsong Lanjut Usia Tetap Sehat dan Berguna. Jakarta : Depkes RI
________. 2010. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta : Kemenkes RI
Gulo, 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hernawati. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga,Kesehatan. Depkes : Jakarta
Mubarak. 2007. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika
Mangoenprasodjo, 2005. Mengisi Hari Tua dengan Bahagia. Pradipta Publishing. Jakarta.
Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta
Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
___________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pudjiastuti, 2003. Fisioterapi pada lansia. Jakarta. Penerbit Buku: EGC
Prest, 2003. Kepatuhan Minum Obat. http://etd.eprints.ums.ac.id
Soejono, 2001. Pendekatan Klinis Pada Pasien Geriatri. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam, edisi Keempat-
Jilid III.Jakarta : FKUI
Sekaran. 2000 Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sukadinata, 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sugiono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alphabeta.
_______. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Badung : Alfabeta
Sarwono. 2004. Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta
Subagio, 2008. Studi kelayakan teori dan aplikasi. Jakarta: Elex Media
Tamher, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan. Asuhan Keperawtan. Jakarta: Salemba Medika.
Yunindyawati. Status Lansia di Pedesaan. http://sosiokita-sosio.blogspot.com

JURNAL KAMPUS STIKes YPIB Majalengka # Volume I No 3 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai