Anda di halaman 1dari 10

Zaki Alifsyah Putra AR

04011281823164
Asma Bronchial
Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang ditandai dengan
hiperreaktivitas bronkus dan tingkat variabel obstruksi jalan napas.

Asma bronkial adalah sebutan lain untuk penyakit asma umum yang disebabkan oleh peradangan
dalam saluran udara (bronkus). Peradangan ini kemudian mengakibatkan bronkus menjadi
bengkak dan menyempit, serta memproduksi lendir berlebih.

Produksi lendir paru yang berlebihan sebagai reaksi dari peradangan akan menyumbat saluran
udara, sehingga membuat Anda sulit bernapas.

Tanda dan gejala asma bronkial yang paling umum

Serangan asma adalah saat di mana otot yang mengelilingi saluran udara dipicu untuk
mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut bronkospasme. Selama serangan itu, lapisan
saluran udara menjadi bengkak atau meradang dan sel-sel yang melapisi saluran udara
menghasilkan lebih banyak lendir lebih dari biasanya.

Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan penyebab gejala asma seperti
kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas, dan kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-
hari.

Obstruksi saluran napas pada asma bronkial terutama disebabkan oleh empat mekanisme berikut

Kontraksi otot polos bronkus

Edema dinding saluran napas

Mencolokkan mukosa bronkusus

Perubahan ireversibel di paru-paru ("remodelling").


Beberapa ciri-ciri dan gejala khas dari penyakit asma bronkial adalah:

1. Batuk keras

2. Suara mengi

3. Sulit bernapas lega

4. Dada sesak

Tingkat keparahan penyakit asma bronkial

1. Asma intermiten

Ciri-ciri asma intermiten adalah:

 Gejala: 2 hari atau kurang dalam satu minggu.


 Terbangun di tengah malam: 2 kali atau kurang dalam satu bulan.
 Menggunakan inhaler: 2 kali atau kurang per minggu.
 Tidak mengalami gangguan saat beraktivitas.

Biasanya jika Anda mengalami asma jenis ini, maka Anda tidak akan diberikan obat pengendali
asma. Hanya saja, Anda perlu menghindari berbagai hal yang dapat membuat asma ini muncul.

2. Asma persisten ringan

Ciri-ciri asma persisten ringan seperti:

 Gejala: gejala muncul lebih dari 2 hari dalam satu minggu.


 Terbangun di tengah malam: 3-4 kali dalam satu bulan.
 Menggunakan inhaler: lebih dari 2 kali per minggu.
 Aktivitas sedikit terganggu.

Jika Anda mengalami penyakit asma jenis ini, maka dokter hanya akan memberikan
obat antiradang untuk mengatasi asma yang Anda derita.

3. Asma persisten sedang

Asma persisten sedang memiliki ciri-ciri seperti:

 Gejala: gejala muncul hampir setiap hari.


 Terbangun di tengah malam: lebih dari 2 kali dalam satu minggu.
 Menggunakan inhaler: hampir setiap hari.
 Aktivitas terganggu
Orang yang memiliki asma persisten sedang akan diberikan obat untuk mengendalikan penyakit
asma yang dideritanya. Selain itu, pasien dengan jenis asma ini akan dianjurkan untuk mengikuti
terapi bronkodilator. Bronkodilator adalah terapi yang terdiri dari berbagai obat-obatan untuk
melegakan dan memperlancar pernapasan.

4. Asma persisten berat

Asma persisten berat memiliki ciri-ciri seperti:

 Gejala: gejala muncul setiap hari, bahkan hampir seharian.


 Terbangun di tengah malam: setiap malam.
 Menggunakan inhaler: beberapa kali dalam satu hari.
 Aktivitas sangat terganggu.

Obat pengendali asma yang diberikan pada penyakit asma persisten berat ini tak cukup satu jenis
saja. dokter akan memberikan beberapa kombinasi inhaler kortikosteroid dalam dosis tinggi.

Penyebab asma bronkial

Para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab asma. Akan tetapi, serangan asma umumnya
terjadi ketika seseorang terpapar “pemicu asma”. Berbagai pemicu asma mungkin termasuk:

 Perokok aktif dan perokok pasif.


 Infeksi saluran pernapasan atas (seperti pilek, flu, atau pneumonia).
 Alergen seperti makanan, serbuk sari, jamur, tungau debu, dan bulu hewan peliharaan.
 Olahraga.
 Paparan zat-zat di udara (seperti polusi udara, asap kimia, atau racun).
 Faktor cuaca (seperti cuaca dingin, berangin, dan panas yang didukung dengan kualitas udara
yang buruk dan perubahan suhu secara drastis).
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti aspirin, NSAID, dan beta-blocker).
 Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG).
 Mengalami stres dan kecemasan berat.
 Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.
 Parfum dan wewangian.
 Memiliki riwayat penyakit refluks asam lambung (GERD).

Berisiko tinggi terkena penyakit asma bronkial

Sekitar 10% anak-anak menderita asma. Asma pada anak biasanya karena alergi.
Pada 30% hingga 50% penderita asma, tidak ada alergi yang ditemukan sebagai penyebab asma.

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bahkan orang dewasa yang berusia 30 atau 40-an
sekalipun. Memang kebanyakan kasus asma diketahui sejak seseorang masih bayi atau kanak-
kanak. Namun, kira-kira sejumlah 25 persen dari pengidap asma baru pertama kali mengalami
serangan di usia dewasa.
Menurut WHO, asma adalah penyakit paling umum yang dialami anak-anak karena:

 Orangtua memiliki riwayat asma.


 Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia, bronkitis, dan lain sebagainya.
 Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.
 Lahir dengan berat badan rendah.
 Kelahiran prematur.

Di antara anak-anak, anak laki-laki lebih berisiko tinggi terkena asma dibandingkan anak
perempuan. Akan tetapi di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini
dibanding pria. Tidak jelas bagaimana seks dan hormon seks berperan menjadi penyebab asma.

Pengobatan asma bronkial

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada ditujukan hanya untuk
mengurangi gejala dan mencegah timbulnya kekambuhan serangan asma. Berikut beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mengobati asma bronkial adalah:

1. Merancang pengobatan bersama dokter

2. Menggunakan spirometer

3. Obat jangka pendek

Penyempitan saluran napas pada asma bisa dilegakan kembali dengan memberikan obat
bronkodilator. Obat ini berguna untuk melemaskan otot-otot di sekitar saluran napas sehingga
dapat membuka dan melebarkannya.

Obat bronkodilator ditujukan untuk penggunaan jangka pendek. Bila Anda mengalami serangan
asma, dengan batuk dan/atau mendesah, Anda dapat menggunakan obat bronkodilator. Dengan
membuka saluran udara yang menyempit, obat bronkodilator mampu meredakan rasa sesak di
dalam dada dan mengurangi mengi dan perasaan tidak dapat bernapas. Biasanya obat ini
diresepkan berdasarkan kebutuhan.

4. Obat jangka panjang

Kebanyakan orang yang menderita asma harus minum obat kontrol jangka panjang setiap hari
untuk membantu mencegah gejala. Obat-obatan jangka panjang efektif mengurangi peradangan
saluran napas, dan membantu mencegah gejala. Obat-obatan ini termasuk kortikosteroid hirup,
cromolyn, Omalizumab(anti-IgE).

Jika Anda memiliki asma yang parah, Anda mungkin harus menggunakan pil kortikosteroid atau
cair untuk jangka pendek agar asma Anda tetap terkontrol.

Pada umumnya, obat pengontrol jangka panjang diperuntukkan bagi seseorang yang memiliki:
 Serangan asma lebih dari dua kali seminggu
 Sering terbangun karena serangan asma lebih dari dua kali sebulan
 Membutuhkan lebih dari dua rangkaian obat steroid oral dalam setahun
 Pernah dirawat di rumah sakit karena gejala asma

5. Nebulizer

Cara lain untuk memasukkan obat adalah dengan nebulizer. Nebulizer terdiri dari kompresor
(mesin pernapasan) yang terhubung dengan tabung ke alat seperti gelas kecil menuju tempat
obat.

Kompresor mengubah cairan menjadi uap yang kemudian dihirup. Pada anak kecil, masker
digunakan dan harus dipasang di wajah dengan segel yang baik. Jika tidak memiliki segel yang
baik, sebagian besar obat-obatan menguap dan tidak mencapai paru-paru. Akibatnya, obat tidak
dapat bekerja secara optimal.

Pencegahan serangan asma bronkial

Ada beberapa tips dan saran yang diberikan para untuk menghindari serangan asma bronkial, di
antaranya:

1. Mencegah pemicu dan zat alergi

2. Menggunakan sistem filter udara

3. Immunotherapy

Immunotherapy dalam masalah alergi, berfungsi untuk meningkatkan atau menekan sistem imun.
Tujuan dari immunotherapy adalah untuk mengurangi sensitivitas pada allergen seiring waktu.
Untuk beberapa bulan pertama, injeksi akan diberikan biasanya sekali dalam seminggu.
Terkadang, dapat juga hanya diberikan sekali dalam sebulan. Hal ini dapat berlangsung selama
beberapa tahun hingga sistem imun menjadi peka.

4. Menggunakan pengobatan pencegahan

 Kortikosteroid isap (inhaler) untuk mencegah peradangan. Inhaler kortikosteroid adalah


pengobatan terampuh untuk asma, namun risiko efek jangka panjangnya membuatnya tidak
dianjurkan untuk pemakaian sehari-hari.
 Leukotriene modifiers. Pengobatan ini bekerja dengan melawan leukotrienes. Leukotrienes
adalah substansi yang dilepaskan oleh sel darah putih di paru-paru yang menyebabkan aliran
udara terhambat. Obat ini biasanya ditujukan pada kondisi asma yang disebabkan oleh obat
aspirin/asma karena olahraga/asma persisten berat.
 Long Acting Beta agonist. Pengobatan ini digunakan untuk mencegah serangan zat pemicu yang
ada dalam kegiatan dan olah raga. Pengobatan ini bersifat bronchodilators, dan bekerja dengan
menenangkan saluran pernapasan, membuat napas menjadi lebih lega. Biasanya digunakan jika
inhaler belum dapat mengontrol gejala asma. Obat ini tidak efektif jika digunakan sebagai
monoterapi, tapi harus dikombinasikan dengan inhaler.

5. Pakai pelembap udara

6. Memeriksa fungsi paru-paru

Daftar Pustaka

1. Ärztliches Zentrum für Qualität in der Medizin. Nationale Versorgungs-Leitlinie Asthma


bronchiale ( www.asthma.versorgungsleitlinien.de) Dtsch Arztebl. 2005;102(40):A 2734–A
2734.
2. Bateman ED, Hurd SS, Barnes PJ, et al. Global strategy for asthma management and
prevention: GINA executive summary. Eur Respir J. 2008;31:143–178. [PubMed]
O’Byrne P, Bateman ED, Bousquet J, Clark T, Paggario P, Ohta K, dkk. Global Initiative For
Asthma. Medical Communications Resources, Inc ; 2006

Supriyatno B, Wahyudin B. Patogenesis dan Patofisiologi Asma Anak. dalam: Rahajoe NN,
Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI ; 2008.
2.1.2 Patofisiologi asma
Proses inflamasi saluran nafas pasien asma tidak saja ditemukan pada pasien asma berat,
tetapi juga pasien asma ringan, dan reaksi inflamasi ini dapat terjadi lewat jalur imunologi maupun
nonimunologi. Dalam hal ini banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, limfosit T,
netrofil dan sel epitel. Gambaran khas inflamasi ini adalah peningkatan sejumlah eosinofil teraktifasi,
sel mast, makrofag dan limfosit T. Sel limfosit berperan penting dalam respon inflamasi melalui
pelepasan sitokin-sitokin multifungsional. Limfosit T subset T helper-2 (Th-2) yang berperan dalam
patgenesis asma akan mensekresi sitokin IL-3,IL-4,IL-5,IL-9,IL-13,IL-16 dan Granulocyte Monocyte
Colony Stimulating Factor (GMCSF).
Respon inflamasi tipe cepat dan lambat berperan terhadap munculnya manifestasi klinis
asma. Pada fase cepat, sel-sel mast mengeluarkan mediator-mediator, seperti histamin, leukotrien,
prostaglandin dan tromboksan yang menimbulkan bronkokonstriksi. Pada fase lambat, sitokin-sitokin
dikeluarkan sehingga memperlama inflamasi dan mengaktivasi eosinofil, basofil, limfosit dan sel-sel
mast. Sitokin bersama sel inflamasi yang lain akan saling berinteraksi sehingga terjadi proses
inflamasi yang kompleks yang akan merusak epitel saluran nafas.
Hiperplasia otot polos dan hiperresponsif bronkial akibat proses inflamasi kronis
menyebabkan menyempitnya saluran udara, hal ini menimbulkan gejala-gejala mengi, batuk, sesak
dada dan nafas pendek.18
Serangan asma berkaitan dengan obstruksi jalan nafas secara luas yang merupakan kombinasi
spasme otot polos bronkus, edem mukosa, sumbatan mukus, dan inflamasi saluran nafas. Sumbatan
jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas, terperangkapnya udara, dan distensi paru
yang berlebih (hiperinflasi). Perubahan tahanan jalan nafas yang tidak merata di seluruh jaringan
bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dan perfusi. Hiperventilasi paru menyebabkan
penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan
intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat semakin
sempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
pnemotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal dapat mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi
curah jantung yang bermanifestasi sebagai pulsus paradoksus
Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan kerja nafas
menyebabkan perubahan gas dalam darah. Pada awal serangan untuk mengompensasi hipoksia
terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik. Pada
obstruksi jalan nafas yang berat akan terjadi kelelahan otot pernafasan dan hipoventilasi alveolar
yang berakibat terjadi hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Selain itu dapat terjadi pula asidosis
metabolik akibat hipoksia jaringan, produksi laktat oleh otot nafas, dan masukan kalori yang
berkurang. Hipoksia dan anoksia dapat menyebabkan vasokonstriksi pulmonal. Hipoksia dan
vasokonstriksi dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan berkurang dan meningkatkan
risiko terjadinya atelektasis.7
Reaksi tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat inflamasi dan bersifat
irreversibel disebut remodelling. Remodelling saluran nafas merupakan serangkaian proses yang
menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran nafas melalui proses
diferensiasi, migrasi, dan maturasi struktur sel. Kombinasi kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang
berlanjut, produksi berlebihan faktor pertumbuhan profibotik/transforming growth factor (TGF-β)
dan proliferasi serta diferensiasi fibroblast menjadi myofibroblast diyakini merupakan proses yang
penting dalam remodelling. Miofibroblast yang teraktivasi akan memproduksi faktor-faktor
pertumbuhan, kemokin dan sitokin yang menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos saluran nafas dan
meningkatkan permeabilitas mikrovaskular, menambah vaskularisasi, neovaskularisasi dan jaringan
saraf. Peningkatan deposisi matriks molekul termasuk proteoglikan kompleks pada dinding saluran
nafas dapat diamati pada pasien yang meninggal karena asma dan hal ini secara langsung
berhubungan dengan lamanya penyakit.7,19
Hipertrofi dan hiperplasi otot polos saluran nafas, sel goblet kelenjar submukosa pada
bronkus terjadi pada pasien asma terutama yang kronik dan berat. Secara keseluruhan, saluran nafas
pada pasien asma memperlihatkan perubahan struktur yang bervariasi yang dapat menyebabkan
penebalan dinding saluran nafas. Selama ini asma diyakini merupakan obstruksi saluran nafas yang
bersifat reversibel. Pada sebagian besar pasien reversibilitas yang menyeluruh dapat diamati pada
pengukuran dengan spirometri setelah diterapi dengan kortikosteroid inhalasi. Beberapa penderita
asma mengalami obstruksi saluran nafas residual yang dapat terjadi pada pasien yang tidak
menunjukkan gejala, hal ini mencerminkan adanya remodelling saluran. Fibroblast berperan penting
dalam terjadinya remodelling dan proses inflamasi.

Patifisiologi asma terbagi kedalam ketiga fase. Pertama, munculnya asma


ditandai adanya peningkatan respon dinding bronkial. Kedua, reaksi asma fase ini,
berupa bronkokonstriksi, dimana terjadi : (1) rangsangan antigen terhadap dinding
bronkial; (2) terjadinya proses degranulasi sel mest yang melepaskan histamin,
kemotaktik, proteolik serta heparin; dan (3) bronkokonstriksi otot polos. Ketiga,
reaksi asma fase lanjut, berupa inflamasi bronkial dimana terjadi : (1) sel-sel
inflamasi melibatkan neutrofil, eosinofil; (2) pelepasan sitokin, bahan-bahan
vasoaktif dan asam arakhidonat; (3) inflamasi sel-sel epitelial dan endotelial; (4)
pelepasan interleukin 3 (IL-3) dan IL-6, tumor necrotic factor (TNF), Interferongamma.
Analisis Masalah
1. Bagaimana mekanisme bunyi mengi??
- penyempitan saluran respirasi akan menyebabkan peningkatan kecepatan udara
didalam saluran respirasi dan menghasillkan getaran dinding saluran respirasi dan
terciptalah suara wheezing tersebut.
2. Bagaimana pengaruh usia?

sejumlah 25 persen dari pengidap asma baru pertama kali mengalami serangan di usia dewasa.

Menurut WHO, asma adalah penyakit paling umum yang dialami anak-anak karena:

 Orangtua memiliki riwayat asma.


 Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia, bronkitis, dan lain sebagainya.
 Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.
 Lahir dengan berat badan rendah.
 Kelahiran prematur.

Di antara anak-anak, anak laki-laki lebih berisiko tinggi terkena asma dibandingkan anak
perempuan. Akan tetapi di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini
dibanding pria. Tidak jelas bagaimana seks dan hormon seks berperan menjadi penyebab asma.

3. Bagaimana mekanisme asma?


Ada diatas

4. Mengapa asma pada malam hari?

- Pengaruh Perubahan Suhu Malam Hari


- Penyebab sesak nafas di malam hari yang pertama adalah karena adanya perubahan
suhu. Kondisi suhu di malam hari pastinya berbedan dan dapat lebih rendah jika
dibandingkan pada siang hari. Sehingga suhu dimalam hari akan membuat kekebalan
tubuh adan menjadi menurun seketika. Aliran darah anda pun akan sedikit melemah
dan membuat sistem pernafasan tidak maksimal lagi mendapat pasokan oksigen.
- Pengaruh Asam Lambung Meningkat di Malam Hari
- Penyebab kedua sesak nafas tiba bisa di malam hari pun dapat disebabkan oleh
karena pengaurh dari asam lambung yang meningkat. Malam hari seringkali orang
mengeluhkan asam lambung yang naik dan membuat tubuh kekurangan cairan. Maag
menyebabkan sesak nafas memang sudah sering terjadi. Sehingga tidak lancarnya
sistem pencernaan ini menyebabkan kerugian lain pada orang sekitarnya seperti
kentut sembarangan.
- Pengaruh Alergi yang Terjadi
- Seseorang juga dapat mengalami sesak nafas dimalam disebabkan oleh adanya
sebuah alergi.
5. Hubungan factor keturunan?
-

Anda mungkin juga menyukai