Latar Belakang
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan
manajemen pendidikan. Runag lingkup dan bidang kajian manajemen sekolah merupakan ruang
lingkup dan bidang kajian manajemen pendidikan. Dengan kata lain manajemen sekolah
merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen pendidikan dalam
organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Hal yang
paling penting dalam implementasi manajeman berbasis sekolah adalah manajemen terhadap
komponen-komponen sekolah itu sendiri. Setidaknya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus
dikelola dengan baik dalam rangka manajemen berbasis sekolah, yaitu kurikulum dan program
pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan,
pengelolaan hubungan sekolah masyarakat, serta manajemen layanan khusus.
Oleh karena itu dalam laporan ini akan dibahas mengenai kondisi real dari manajemen
berbasis sekolah dari beberapa sekolah yang menjadi sample obsevasi dan pembahasan setiap
keadaan komponen sekolah, permasalahan implementasi, perbandingan antara sekolah yang satu
dengan sekolah yang lain dan bagaimana strategi yang bisa diterapkan untuk mengatasi
permasalahan implementasi manajemen berbasis sekolah yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. untuk mengetahui bagaimana kompenen MBS yang diterapkan pada sekolah negeri?
2. untuk mengetahui bagaimana komponen MBS yang diterapkan pada sekolah swasta?
3. untuk mengetahui bagaimana permasalahan implementasi MBS pada sekolah negeri dan
Swasta?
4. untuk mengetahui bagaimana konparasi perbandingan implementasi MBS sekolah negeri
dengan sekolah swasta?
5. unutk mengetahui bagaimana saran strategi penerapan MBS pada sekolah negeri dan
swasta?
Sekolah negeri yang menjadi tempat melakukan observasi adalah SDN 03 Bajur yang
berada di desa Bajur, Kec Labuapi kabupaten Lombok Barat.
a. Manajemen Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan pada SDN 03 Bajur pada saat ini adalah kurikulum
2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kedua kurikulum memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada kurikulum KTSP memiliki ciri khas
banyak materi dan terlihat jelas. Akan tetapi dalam pengembangan afektifnya masih
kurang. Berbeda dengan K-13 yang pada dasarnya menggunakan tema-tema untuk setiap
pembelajaran. Dalam satu pembelajaran mencakup beberapa mata pelajaran yang diajarkan
sekaligus. Jumlah kelas di SDN 03 Bajur sebanyak 8 kelas, terdapat dua kelas paralel yakni
kelas 2 dan kelas 4. Untuk mata pelajaran tida jauh berbeda dengan sekolah pada
umumnya, yakni pengetahuan umum ditambah dengan agama dan bahasa inggris. Dengan
jumlah jam efektif belajar sebanyak 6 hari dalam satu minggu.
Sekolah negeri yang menjadi tempat melakukan observasi adalah NW Dasan Agung yang
berada di kecamatan Selaparang kota Mataram.
a. Manajemen Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan pada NW Dasan Agung pada saat ini adalah kurikulum
2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut keterangan dari kepala
sekolahnya yang kami wawancarai lansung, sekolah tersebut masih kesulitan dalam
menerapkan kedua kurikulum tersebut. Kekurangan dan kelebihan masing-masing
kurikulum tersebut juga diuraikan lansung oleh narasumber. Menurutnya untuk KTSP
sendiri dari sisi keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih kurang, pembentukan
karakter siswa juga tidak terlalu diutamakan. Berbeda dengan kurikulum 2013 yang
memang merupakan evaluasi dari kurikulum-kurikulum lama yang diterapkan dalam
pendidikan Indonesia. Pada kurikulum 2013 ditekankan pada student center dan
penggunaan media dan sumber belajar yang lebih bervariasi. Selain itu pada ranah
pembentukan karakter peserta didik sudah dialokasikan bahwa ranah afektif memiliki
kuantitas yang lebih daripada ranah yang lain.
Pada kurikulum 2013 juga sudah diterapkan kegiatan ekstrakurikuler. Di NW
Dasan Agung sendiri, baru menerapkan satu jenis ekstrakurikuler yakni Pramuka, Drum
Band, Qasidah, Tilawah, dan Taekondo . Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan
penunjang akademik siswa dalam ranah keterampilan. Selain pengadaan ekstrakurikuler,
guru juga melakukan pengadaan buku belajar yang terkait dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Sekolah ini memiliki 7 kelas dengan mata pelajaran yang diterapkan sama
seperti sekolah pada umumnya tetapi dengan tambahan mata pelajaran Agama yang terbagi
lagi dalam beberapa macam ilmu-ilmu agama.
Untuk jam efektif belajar siswa juga tidak jauh berbeda dengan sekolah yang lain
yakni 6 hari hari dalam satu minggu. Sehingga untuk satu tahun 264 hari setelah dikurangi
dengan hari libur dan jam tidak efektif saat ada kegiatan-kegiatan sekolah yang lain.
d. Manajemen Anggaran
Anggaran dana sekolah didapatkan dari pemerintah yang biasa disebut dana bos.
Jumlah dana bos yang didapatkan sekolah dalam periode satu semester adalah senilai
71.650 juta. Jadi dalam satu tahun senilai 143.200 juta. Selain dana untuk sekolah,
pemerintah juga memberikan dana sertifikasi bagi guru yang sudah lolos ujian sertifikasi.
Sekolah sudah tidak melakukan pemungutan dana dari siswa sehingga sumber dana
sekolah yakni dari pemerintah dan pemasukan lain juga didapatkan dari sumbangsih
pengelolaan kantin. Mengenai penggunaan anggaran, sekolah transparan kepada wali
murid. Setiap penggunaan dirincikan dalam bentuk laporan sederhana yang ditempel di
papan pengumuman sekolah agar mudah diakses lansung oleh wali murid.
Kemudian untuk dana beasiswa, sekolah memberikan beasiswa kepada siwa yang
beprestasi. Sedangkan dari pemerintah sendiri untuk saat ini belum ada yang
mendapatkannya.
1. Sekolah Negeri
Permasalahan implemantasi MBS pada sekolah negeri yakni pada komponen
kurikulum. Rata-rata setiap guru disetiap sekolah mengalami kesulitan pada penerapan
kurikulum K-13. Kebanyakan guru masih terbiasa dengan penerapan kurikulum lama.
Sehingga sulit beradaftasi dengan kurikulm baru. dalam K-13 sudah diterapkan adanya
ekstrakurikuler bagi setiap sekolah. Namun di SDN 3 Bajur masih kekurangan akan hal
itu. Sekolah ini hanya memiliki satu eskul yakni pramuka. Permasalahan yang kedua yakni
pada komponen sarana dan prasarana yang masih kurang seperti pada UKS dan musholla.
Kekurangan alat-alat kesehatan dan fasilitas pendukung UKS dan musholla yang belum
memadai dari segi lantai yang belum di keramik merupakan masalah implementasi pada
komponen sarana dan prasarana.
2. Sekolah Swasta
Permasalahan implementasi MBS pada sekolah swasta yakni terletak pada
implementasi komponen kurikulum serta sarana dan prasarana. Pada komponen kurikulm
lebih spesifik pada pelatihan bagi tenaga pendidik. Diakui oleh kepala sekolah sendiri
bahwa kendala pada kurikulum 2013 saat ini adalah masih kurang penguasaan guru akan
kurikulum 2013 itu sendiri. Banyak hal yang masih harus dipelajari oleh para guru terutama
bagaimana untuk melaksanakan penialaian yang sesuai karena pada K-13 ini setiap ranah
memiliki format dan cara penilaian yang berbeda. Kemudian untuk komponen sarana dan
prasarana yang menjadi masalah adalah masih ada beberapa sarana yang kurang memadai
untuk digunakan. Salah satunya kamar mandi sekolah yang masih butuh peningkatan untuk
kelayakannya.