Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HEMOROID

Oleh :

IRMA OKTAVIANI

ERIKA PRAWITASARI

SOFI ARSI ELMIYATI

SUBIANTO EKA PUTRA

GALIANO RAGA P.

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2018

1. Definisi Pengertian
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan deketahui
mengawali atau memperberat adanya hemoroid. Hemoroid diksifikasikan
menjasi 2 tipe. Hemoroid internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter
anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid external.
(KMB)
Hemoroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi
menjadi 2 jenis yaitu, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises varises vena hemoroidalis inferior.
Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar
otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis.

2. Penyebab
 Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
 Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
 Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis
 Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
 Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
 Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
 Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.

3. Patofisiologi
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus,
karena vena-vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan
beban, namun bila distensi terjadi terus menerus akan timbul gangguan.
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena adalah
peningkatan tekanan intra abdominal. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
tekanan vena porta dan tekanan vena sistemik, yang kemudian akan
ditransmisi ke daerah anorektal. Elevasi tekanan yang berulang-ulang akan
mendorong vena terpisah dari otot disekitarnya sehingga vena mengalami
prolaps. Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya elevasi yang berulang
antara lain adalah obstipasi / konstipasi, kehamilan dan hipertensi portal.
Hemorrhoid dapat menjadi prolaps, berkembang menjadi trombus atau terjadi
perdarahan.
Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan
umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar
berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam.
Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis
ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis.(patofis). Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik

4. Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 2 tipe :
 Hemoroid eksterna
Merupakan wasir yang timbul pada daerah yang dinamakan anal verge,
yaitu daerah ujung dari anal kanal (anus). Wasir jenis ini dapat terlihat dari
luar tanpa menggunakan alat apa-apa. Biasanya akan menimbulkan
keluhan nyeri. Dapat terjadi pembengkakan dan iritasi. Jika terjadi iritasi,
gejala yang ditimbulkan adalah berupa gatal. Wasir jenis ini rentan
terhadap trombosis (penggumpalan darah). Jika pembuluh darah vena
pecah yang mengalami kelainan pecah, maka penggumpalan darah akan
terjadi sehingga akan menimbulkan keluhan nyeri yang lebih hebat.
Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
 Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
(hematoma)ànyeri dan gatal
 Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah
 Hemoroid interna
Merupakan wasir yang muncul didalam rektum. Biasanya wasir jenis
ini tidak nyeri. Jadi kebanyakan orang tidak menyadari jika mempunyai
wasir ini. Perdarahan dapat timbul jika mengalami iritasi. Perdarahan yang
terjadi bersifat menetes. Jika wasir jenis ini tidak ditangani, maka akan
menjadi prolapsed and strangulated hemorrhoids.
- Prolapsed hemorrhoid adalah wasir yang keluar dari rektum.
- Strangulated hemorrhoid merupakan suatu keadaan
terjepitnya prolapsed hemorrhoid karena otot disekitar anus
berkontraksi. Hal ini menyebabkan terperangkapnya wasir dan
terhentinya pasokan darah, yang pada akhirnya akan menimbulkan
kematian jaringan yang dapat terasa nyeri sekali.
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
1. Derajat I: perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, bila
terjadi pembesaraN hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus.
Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop,
2. Derajat II: menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan ringan,
tetapi dapat masuk kembali secara spontan, pembesaran hemoroid
yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
spontan.
3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Hemoroid menonjol saat
mengejan dan harus didorong kembali sesudahdefekasi
4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung
untuk mengalami trombosis atau infark. Hemoroid menonjol keluar
dan tidak dapat didorong masuk.

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi


I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) tetap Tidak
dapat
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis
superior vena porta sedangkan Pleksus hemoroid eksterna
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum
dan lipat paha ke vena ilia

5. Gejala Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksterna
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan. Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes. Hemoroid yang
membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada
waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium
yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid
dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan
tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses
pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus
menerus dan rangsangan mukus. Gejala hemoroid eksternal adalah nyeri
jika terjadi trombosis akut dari vena hemoroidalis eksterna yang bisa
terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat melakukan aktivitas fisik,
mengedan saat konstipasi, diare, dan perubahan diet. (Smeltzer, 2002:
1139-1140)
6. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Anuskopi
Pemeriksaan dengan anuskopi diperlukan untuk melihat hemorroid
interna yang tidak menonjol keluar. Anuskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati ke empatkuadran. Hemorroid interna terlihat sebagai
susunan vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.Apabila penderita
diminta mengedan sedikit maka ukuran hemorroid akanmembesar dan
penonjolan/ prolaps akan lebih nyata.
 Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukandisebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat lebih tinggi.
 Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalam nya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. apabila
hemoroid sering polaps, selaput lendir akan menebal. trpmbosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum
 Pemeriksaan Feses
Feses juga harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
 Untuk pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan :
 Pemeriksaan Darah
 Pemeriksaan Urin
(Syaiffudin, 2006)
7. Theraphy
Terapi Konservatif diberikan pada hemoroid derajat I dan II dimana bukan
ditujuan untuk menghilangkan pleksus hemoroidalis tapi untuk
menghilangkan keluhan. Terapi konservatif ini diberikan untuk pasien dengan
gejala yang minor dan memiliki kebiasaan diet atau higiene yang tidak
normal.
a. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara
defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan
dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut
Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam
posisi jongkok/squatting). Makanan berserat akan menyebabkan gumpalan
isi usus besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus
dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium
permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10
liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan
rasa gatal bila dibiarkan.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas
empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan
pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang
banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta,
Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago
ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja
dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik
usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah
laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya
Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya
vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida
yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki
permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari,
lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c. Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit
dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif. Dilakukan
jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil. Prinsip
dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada
derajat I dan II. Dan selebihnya adalah eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:
 Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini
menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu,
sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga
menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya,
perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in
almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman
dan memberikan hasil baik.
 Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan
mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10
hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini
dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
 Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein
melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan
jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared
berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu
paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini
diperuntukkan pada derajat 1-2.
 Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya
saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun,
biayanya mahal.
 Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini
menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat
mengetahui secara tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak dijahit.
 Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali
kurang akurat dalam menentukan area freezing.
Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St. Marks
Milligan – Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy (Parks
method), dan yang terbaru adalah Circular Stapler Anopexy (teknik
Longo). Teknik Circular Stapler Anopexy atau dikenal dengan Procedure
for Prolapse and Haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan sekitar tahun
1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang
merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus.
Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut.
d. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat
ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa
karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. Ada
tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).
 Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama.
Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada
tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan
dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian
dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui
otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang
dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi
secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut
maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang
pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari
eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih
baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini
yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan
mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa
kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan
klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut
chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu
klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang
biasa menimbulkan stenosis.
 Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong,
pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah,
tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat
post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan,
serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan
rawat jalan.
 Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang
bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo.
Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang
digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang
terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang
air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran
dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan
hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas
dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika
mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam
dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan
hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong
jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi
anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge,
nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat. Meskipun
jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
 Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
 2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan
disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang.
 3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga
pernah dilaporkan.
 4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena
sulit untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun
bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam
stapler.
8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga
sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah
karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Penanggung jawab
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Riwayat penyakit masalalu
e) Riwayat penyakit turunan
f) Pola aktifitas sehari-hari

2. Pemeriksaan fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan menempel pada tempat tidur.
 Inspeksi
1. Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
2. Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
3. Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
4. Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
 Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan
melakuakn rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus.
Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.
 Subyektif
Batasan karakteristik
a) Pola makan dan minum
 Kebiasaan
 Keadaan saat ini
b) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
c) Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih
besar.
d) Gejala / keluhan yang berhubungan
- Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
- Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes)
- c. Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-
faktor yang menyebabkannya dan upaya yang dapat
menguranginya serta upaya atau obat-obatan yang sudah
digunakan)
- d. Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus
 Obyektif
Batasan karakteristik
a) Pemeriksaaan daerah anus
- Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna dapat
dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan
apakah ada tanda trombus juga amati apakah ada lesi.
- Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
b) Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :
- Warna kulit
- Warna konjungtiva
- Waktu pengisian kembali kapiler
- Pemeriksaan Hb
3. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
 Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada
area rectal yang ditandai dengan klien melaporkan nyeri dan wajah
tampak meringis menahan nyeri.
 Ansietas berhungan dengan prosedur pembedahan yang akan
dilakukan yang ditandai dengan klien mengatakan takut menghadapi
proses pembedahan.
 Konstipasi berhubungan dengan pengebaian dorongan untuk defekasi
akibat nyeri saat eleminasi yang ditandai dengan klien melaporkan
tidak bisa BAB
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps
pada anus ditandai oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk.
 Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman yang diakibatkan
luka terbuka pada daerah rectal
POST OPERASI
 Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka post
op, klien tampak meringis, klien tampak memposisikan diri untuk
menghindari nyeri.
 Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (post
hemoroidektomi) dan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap
pathogen.
 Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan di tandai
dengan pasien tampak gelisah, pasien selalu bertanya-tanya tentang
kesembuhannya.

4. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
No Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut a. Dorong pasien untuk a. Mencoba untuk
berhubungan melaporkan nyeri mentoleransi nyeri dari
dengan iritasi, b. Kaji laporan nyeri catat pada meminta analgesik
tekanan, dan lokasi, lamanya b. Perubahan pada
sensitivitas pada intensitas (skala 0-10) karakteristik nyeri dapat
area rectal selidiki dan laporkan menunjukkan terjadinya
perubahan karakteristik komplikasi seperti
nyeri perforasi, toksik.
c. Catat petunjuk non c. Bahasa tubuh/petunjuk
verbal seperti gelisah nonverbal dapat secara
menolak untuk berhati- psikologis dan
hati, selidiki perbedaan fisiologik dan dapat
petunjuk verbal dan non digunakan pada
verbal hubungan petunjuk
d. Berikan tindakan verbal untuk
nyaman seperti pijatan mengidentifikasi
punggung, ubah posisi luas/beratnya masalah.
e. Bersihkan arena rektal d. Meningkatkan relaksasi,
dengan sabun ringan memfokuskan kembali
dan air/lap setelah perhatian dan
defekasi dan berikan meningkatkan
perawatan kulit seperi kemampuan koping
jeli, minyak e. Melindungi kulit dari
f. Berikan rendam duduk asam usus, mencegah
dengan tepat ekskoriasi
g. Kolaborasi dengan tim f. Meningkatkan
gizi dalam kebersihan dan
memodifikasi diet kenyamanan pada
sesuai dengan adanya iritasi didaerah
kebutuhan misalnya onal
makanan tinggi serat g. Makanan tinggi serat
h. Kolaborasi dalam membantu
pemberian obat seperti : melembekkan feces
Analgesik : Anodin sehingga feces mudah
supositoria dikeluarkan.
h. Nyeri bervariasi dari
ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat
adekuat dan
penyembuhan.
Merilekskan otot rektal
menurunkan nyeri
spasme.
2. Konstipasi a. Catat adanya a. Distensi dan hilangnya
berhubungan distensi abdomen peristaltik usus
dengan nyeri pada dan auskultasi merupakan tanda bahwa
saat defikasi peristaltik usus fungsi defekasi hilang
b. Anjurkan minum yang kemungkinan
2000-2500 ml/hari berhubungan dengan
kecuali bila ada kehilangan persarafan
kontra indikasi parasimpati usus besar
c. Berikan diet rendah dengan tiba-tiba.
sisa, tinggi serat, b. Membantu memperbaiki
lunak sesuai konsistensi feses bila
toleransi konstipasi.
d. Kolaborasi dalam c. Makanan rendah sisa
pemberian pelunak
tinggi serat membantu
feses. Anjurkan
defekasi sesegera memperbaiki
mungkin bila
konsistensi feses
dorongan terjadi
b) Mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi

1. Adanya peningkatan
suhu tubuh adalah
3. Risiko infeksi
1. Pantau tanda-tanda karakteristik infeksi.
berhubungan
vital, perhatikan 2. Tanda adanya syok
dengan prolaps dan
peningkatan suhu tubuh septik, endotoksin sirkulasi
strangulasi didaerah
2. Kaji tanda vital dengan menyebabkan vasodilatasi,
anus
sering, catat tidak kehilangan cairan dari
membaiknya atau sirkulasi dan rendahnya
berlanjutnya hipotensi, status curah jantung.
penurunan tekanan nadi, 3. Menurunkan risiko
takikardia, demam takipnea infeksi (penyebaran
3. Lakukan pencucian bakteri)
tangan yang baik dan 4. Pengetahuan tentang
perawatan prolaps aseptik. kemajuan situasi
Berikan perawatan memberikan dukungan
paripurna. emosi, membantu
4. Berikan informasi yang menurunkan ansietas.
tepat, jujur pada 5. Mungkin diberikan
pasien/orang terdekat secara profilaksi atau
5. Kolaborasi dalam menurunkan jumlah
organisme (pada
memberikan antibiotik
infeksi yang telah ada
sesuai indikasi sebelumnya) untuk
menurunkan penyebaran
dan pertumbuhan bakteri

4. Kerusakan integritas 1. Area ini meningkat


1. Observasi kemerahan,
kulit berhubungan
pucat, ekskoriasi dan risikonya untuk kerusakan
dengan adanya
pruritus
oedema dan pruritus dan memerlukan
2. Gunakan krim kulit/
pada daerah arus
minyak sesuai yang pengobatan lebih intensif.
direkomendasikan oleh
dokter
3. Diskusikan 2. Untuk meliarkan kulit
pentingnya perubahan
dan menurunkan gatal
posisi yang sering, perlu
untuk mempertahankan 3. Meningkatkan sirkulasi
aktifitas
dan perfusi kulit dengan
mencegah tekanan lama
pada jaringan hemoroid

5 Intoleran aktivitas 1. Aktifitas, jenis


berhubungan 1. Berikan tindakan prosedur yang kurang
dengan adanya pengamanan sesuai berhati-hati akan
massa atau prolaps indikasi dengan situasi meningkatkan kerusakan
pada anus ditandai yang spesifik daerah haemoroid
oleh pasien sulit 2. Catat respon-respon 2. Imobilisasi yang
untuk berjalan emosi/perilaku pada dipaksakan dapat
maupun duduk. imobilisasi. Berikan memperbesar kegelisahan.
aktivitas yang sesuai Aktivitas pengalihan
dengan pasien membantu dalam
3. Berikan perawatan memfokuskan kembali
hemoroid dengan baik perhatian pasien dan
4. Kolaborasi dalam meningkatkan koping
pemberian obat analgetik + dengan keterbatasan
30 menit sebelum tersebut.
melakukan aktifitas 3. Menurunkan resiko
iritasi pada hemoroid
4. Antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan
ketegangan otot. Obat
dapat merelaksasikan
pasien, meningkatkan rasa
nyaman selama pasien
melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2009. Hemoroid.


http://medlinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html. (diakses : 7 April
2011).

 Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

 http://ilmukedokteran.blog.ca/2010/12/07/askep-hemoroid-10134695/

 http://www.gocb.co.cc/2011/03/askep-hemoroid.html

 Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah,


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier
 Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition,
USA : Mosby Elsevier
 T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai