Disusun oleh :
ANTASENA 2
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kesalahan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar Makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga Makalah ini dapat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilakukan oleh para manusia itu sendiri. Kesalahan yang dilakukan oleh
Beberapa contoh kasus tindak pidana dalam masyarakat yaitu tindak pidana
oleh pelaku sehingga dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Selain
beberapa tindak pidana tersebut terdapat salah satu contoh tindak pidana
”peras‟ yang bisa bermakna meminta uang dan jenis lain dengan ancaman.
Tindak pidana pemerasan ditentukan dalam Bab XXII Pasal 368 KUHP
Tindak pidana pemerasan sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu
(afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama,
yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya
yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasanya disebut dengan nama yang
sama, yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab yang sama. Unsur-Unsur yang
ada di dalam ketentuan Pasal 368 KUHP ayat (2) yaitu sebagai berikut:
1. Barang siapa
2. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum.
3. Memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4. Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain).
5. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
6. Pada waktu malam dijalan umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pemerasan ?
2. Apa jenis-jenis dan hukum yang berlaku pada pemerasan ?
3. Apa saja unsur-unsur dari pemerasan ?
4. Apa klasifikasi dari pemerasan ?
5. Apakah inti delik dari pemerasan ?
6. Apa saja contoh kasus pemerasan ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian pemerasan.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya pemerasan.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari pemerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “pemerasan” berasal dari kata
dasar “peras” yang bermakna leksikal “meminta uang dan sejenisnya
dengan ancaman. Sementara menurut Black’s Law Dictionary (2004: 180),
blackmail: diartikan sebagai “a threatening demand made without
justification”. Sinonim dengan extortion, yaitu suatu perbuatan untuk
memperoleh sesuatu dengan cara melawan hukum seperti tekanan atau
paksaan. Pengertian yang diberikan Black’s Law Dictionary lebih
mendekati dari maksud hukum terhadap pemerasan sebagai sebuah
kejahatan atau tindak pidana.
Pemerasan dalam Bahasa Belanda “afpersing” dan dalam Bahasa
Inggris “blackmail” adalah satu jenis tindak pidana umum yang dikenal
dalam hukum pidana Indonesia. Spesifik tindak pidana ini diatur dalam
pasal 368 KUHP. Dalam struktur KUHP, tindak pidana pemerasan diatur
dalam satu bab (Bab XXIII) bersama tindak pidana pengancaman. Karena
itu kata afpersing sering digabung dengan kata afdreiging yang diatur pasal
369 KUHP.
Pemerasan adalah tindakan melawan hukum memaksa seseorang
dengan kekerasan atau pencurian yang didahului disertai kekerasan atau
ancaman kekerasan, baik diambil sendiri oleh tersangka maupun
penyerahan barang oleh korban.(Pasal 368 ayat (2) KUHP ) : ketentuan
pasal 365 ayat 2,3 dan 4 berlaku bagi kejahatan ini (KUHP 35, 89 , 335, 370
dst.).
B. Jenis-Jenis Pemerasan dan Hukumannya
1. Hukuman maksimal 9 tahun penjara
Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk memberikan barang atau memberikan hutang maupun menghapus
piutang (Pasal 368 (1) KUHP.
2. Hukuman maksimal 12 tahun penjara
a. Jika perbuatan pemerasan dilakukan pada waktu malam
dalamsebuah rumah ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya,
di jalan umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan
(KUHP pasal 365 ayat 2).
b. Jika perbuatan pemerasan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu.
c. Jika masuknya ke tempat kejahatan dengan merusak atau memanjat
atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
palsu.
d. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat (Pasal 356 (2)
KUHP).
3. Hukuman maksimal 15 tahun penjara
Dihukum maksimal 15 tahun, jika perbuatan pemerasan mengakibatkan
mati.
4. Hukuman maksimal 20 tahun penjara, pidana mati atau penjara seumur
hidup.
Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, atau mati dan dilakukan dua
orang atau lebih dengan bersekutu pula disertai oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam No. 1 dan 3 (Pasal 365 (3,4) KUHP).
C. Unsur-Unsur Pemerasan
1. Unsur obyektif
a) Dalam pemerasan terdapat unsur kesengajaan yang bersifat
tujuan, yaitumengambil barang orang lain dengan cara kekerasan
atau ancaman kekerasan atau mengambil barang dengan
membunuh korban.
b) Unsur memaksa pelaku terhadap korban. Memaksa merupakan
tindakan yang merugikan orang lain.
c) Yang dipaksa yaitu orang (yang menjadi korban)
d) Cara memaksa menggunakan ancaman tertulis, lisan, maupun
akan membuka rahasia korban.
2. Unsur subyektif
a) Maksud yang dituju. Maksud pelaku untuk melakukan pemerasan
merupakan tindakan pidana yang dilarang.
b) Menguntungkan diri atau orang lain.Perbuatan ini dilakukan,
untuk menguntungkan diri atau orang lain, sebagaiman dijelaskan
dalam pasal pemerasan.
c) Melawan hukum. Pemerasan merupakan pidan terhadap benda
orang lain, yang sudah menjadi kekuasaan mereka.
D. Klasifikasi Pemerasan
Berdasarkan definisi dan dasar hukumnya, pemerasan dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah kepada orang lain
atau kepada masyarakat. Pemerasan ini dapat dibagi lagi menjadi 2
(dua) bagian berdasarkan dasar hukum dan definisinya yaitu :
a) Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah karena
mempunyai kekuasaan dan dengan kekuasaannya itu memaksa
orang lain untuk memberi atau melakukan sesuatu yang
menguntungkan dirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 12 huruf e UU
PTPK.
b) Pemerasan yang dilakukan oleh pegawai negeri kepada seseorang
atau masyarakat dengan alasan uang atau pemberian ilegal itu
adalah bagian dari peraturan atau haknya padahal kenyataannya
tidak demikian. Pasal yang mengatur tentang kasus ini adalah Pasal
12 huruf e UU PTPK.
2. Pemerasan yang di lakukan oleh pegawai negeri kepada pegawai
negeri yang lain. Korupsi jenis ini di atur dalam Pasal 12 UU PTPK
(Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
F. Contoh Kasus
A. Kesimpulan
Pada kasus di atas, karena yang melakukan tindak pidana adalah
warga Negara Indonesia dan terjadi di wilayah Indonesia, maka berlaku
hukum pidana Indonesia , yaitu
1. KUHP (asas teritorialitas). Pelaku dijerat oleh pasal mengenai
pemerasan yang diatur dalam pasal 368 KUHP ayat (1)“ Barang
siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang
seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya
memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena
pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun ”
2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku dalam
tindak pidana ini. Unsur-Unsur yang ada di dalam ketentuan Pasal
368 KUHP.
B. Saran.
Sebagai pelengkap dalam penulisan hukum ini maka penulis
akan menyumbangkan beberapa pemikiran-pemukiran yang kemudian
penulis tuangkan dalam bentuk saran yaitu:
1. Putusan pemidanaan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan hukum.
2. Mengingat efek jera adalah suatu tujuan dari pemidanaan, maka bagi
hakim yang memutus perkara pemerasan yang berawal alasan iuran
keamanan, hendaknya memberikan hukuman yang cukup berat agar
fenomena iuran keamanan yang berakhir dengan pemerasan yang
meresahakan masyarakat dapat diberantas. Pihak kepolisian sebagai
mitra dari badan peradilan hendaknya mendukung upaya badan
peradilan untuk memberantas berbagai kejahatan dan tindak pidana
yang dewasa ini banyak dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA