PENDAHULUAN
1
menjadi tanggungannya, serta dapat menjaga kesinambungan yang
dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dilakukan. Salah satu
diantaranya adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) terhadap
keluarga yang membutuhkan (Murti B, 2011).
Home visit adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien
untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan
kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien (Syarifudin. 2009).
Dengan peningkatan usia harapan hidup jumlah penduduk lansia
semakin bertambah. Perhatian terhadap lansia perlu ditingkatkan agar
terwujud kualitas keluarga yang sejahtera lahir dan batin. Penduduk lanjut
usia menghadapi berbagai prubahan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi.
Diperlukan kesiapan keluarga, yang mempunyai lansia melalui kelompok
kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) (BKKBN, 2010).
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2. 1. LANSIA
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia yaitu lanjut usia atau manusia usia lanjut (manula). Usia
lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun
karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam
pembangunan (Depkes RI, 2000).
Menurut dokumen Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan
Bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan
Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia
lanjut adalah 60 tahun atau lebih, sebelumnya berdasarkan UU No 4 tahun
1965 yang dimaksud usia lanjut dalam program pemerintah adalah mereka
yang berusia 55 tahun keatas. Hal ini selaras berdasarkan usia harapan hidup
yang makin meningkat.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai
usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegarasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi
empat, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Lanjut usia sangat tua (very old) : >90 tahun
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2009) ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
3
1. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
2. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan
masyarakat.
3. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok
sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki
strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan
mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki
kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.
4
Dengan semakin bertambahnya usia, semakin banyak masalah yang
dialami. Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai
masalah, bukan hanya masalah kesehatan tapi juga masalah Sosial-Budaya,
Ekonomi dan Psikologi. Adapun masalah-masalah tersebut yaitu:
1. Kesehatan
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai
menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai
menampakkan diri pada usia ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan
bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik
menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%,
makin tua tentu presentase ini semakin besar. Demikian pula usia lanjut
yang tidak lagi dapat melakukan "aktivitas sehari-hari" (Activities of Daily
Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur.
Di samping faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku
(hidup sehat) mempunyai peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat
harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh sebelumnya).
Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi oleh
kesadaran, keimanan dan pengetahuan. Menjadi tua secara sehat (normal
ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa
diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut paradigma, mencegah
dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda
kesakitan dan cacat selama mungkin.
2. Sosial
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan
mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi
seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa
kehilangan semua perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti
dihormati, diperhatikan dan diperlukan.
Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa
perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan
ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya.
5
Di dalam keluarga, peranannyapun mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi
orang", mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin
jauh. Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
3. Ekonomi
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada
penghasilan. Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pensiun
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan
kemudahan-kemudahan. Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak
terlalu menjadi masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.
Namun bagi "non profesional" pensiun dapat menimbulkan goncangan
ekonomi. Oleh karena itu, pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-
persiapan untuk alih profesi dengan latihan-latihan keterampilan dan
menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun pendidikan
formal.
Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor nonformal, seperti
petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usia lanjut umumnya tidak
akan banyak berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak
terlalu cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu.
Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi
yang satu menjadi kendala seperti untuk mencari nafkah dan pada sisi lain
menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi
ini.
4. Psikologi
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau
bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis.
Hal-hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik
akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai
manifestasinya. Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan
masalah. Usia kronologis memang tidak dapat dicegah, namun penuaan
6
secara biologis dapat diperlambat. Rambut yang memutih, kulit yang mulai
keriput, langkah yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus diterima
dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara psikologis terjadi lebih
cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang
positif terhadap proses penuaan. (BKKBN, 2010 dan Syarifudin F, 2009).
7
2.1.4 Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Untuk mencapai usia lanjut sehat, tua berguna, bahagia dan sejahtera
ialah dengan mengaktifkan fisik, mental dan sosial ditujukan pada usia 45-
59 tahun. Banyak hal yang harus dilakukan baik dari lansia itu sendiri atau
dari petugas kesehatan maupun dari pihak keluarga lansia. Adapun
pemeliharaan kesehatan lansia seperti:
1. Pemberian gizi yang seimbang
Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada usia lanjut, perlu diberikan
makanan seimbang dengan cara mengurangi bahan makanan yang
banyak mengandung lemak terutama yang berasal dari hewan. Batasi
gula, kopi, garam, dan makanan yang diawetkan. Disarankan lansia
mengkomsumsi makanan yang mengandung zat besi dan banyak
mengandung vitamin.
2. Latihan (olah raga)
Olah raga untuk lansia bertujuan untuk perbaikan otot, perbaikan
stamina, membangun kontak psikologis yang lebih luas.
3. Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan kebersihan diri bagi lansia sangat bermanfaat untuk
mengurangi terjadinya gangguan kulit, mencegah infeksi, menimbulkan
suasana yang nyaman.
4. Kebersihan lingkungan
Selain kebersihan diri, keadaan dan suasana lingkungan tempat tinggal
usia lanjut perlu diupayakan agar bersih dan menyenangkan.
5. Pemeriksaan kesehatan berkala
Oleh karena fungsi organ-organ tubuh pada lansia sudah menurun, perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala seperti pemeriksaan
tekanan darah, jantung, fungsi ginjal, fungsi hati, dan gula darah.
2. 2. RUMAH SEHAT
2.2.1. Definisi Rumah Sehat
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
8
keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO dalam Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan (2001), rumah adalah struktur fisik
atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan
keluarga dan individu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur
sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan
baik (Febri S, 2012).
9
tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir (Febri S, 2012).
10
BAB 3
LAPORAN HASIL KELUARGA BINAAN
11
3.4. Identifikasi Masalah dan Pemecahan Masalah Pada Keluarga
Binaan
Berikut ini adalah 5 keluarga Binaan Lansia di wilayah kerja
Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Sei Putih Tengah Lingkungan V.
12
3. Prioritas Masalah (Tanggal 11 September 2015)
a. Hipertensi
b. Tidak menggunakan kartu jaminan kesehatan
c. Mempunyai masalah yang sedang dipikirkan
13
3.4.2 Keluarga Binaan 2 (Dua)
1. Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 11 September 2015)
Nama Lansia : Yasri (Bapak Y)
Usia : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pend. Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Menikah
14
menjemput cucu yang pulang dari sekolah. Pada pemeriksaan fisik
tampak peningkatan tekanan vena jugularis, tekanan darah 120/70
mmHg, respiratory rate 20x/i, dan pulse 77x/i. Kondisi fisik
bangunan rumah baik, bapak Y dan keluarga mengonsumsi air
mineral yang dibeli.
15
b. Bapak Y masih belum membuat kartu jaminan kesehatan.
c. Bapak Y kembali berobat ke salah satu klinik spesialis penyakit
dalam untuk memeriksa jantungnya.
16
menimba di sumur. Ibu A dan keluarga mengonsumsi air minum yang
dimasak dari air sumur rumahnya.
17
3.4.4 Keluarga Binaan 4 (Empat)
1. Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 12 September 2015)
Nama Lansia : Misna (Ibu M)
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausaha
Pend. Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Menikah
18
c. Mempunyai masalah yang sedang dipikirkan
19
2. Identifikasi Masalah (Tanggal 12 September 2015)
Bapak Z tinggal di Kecamatan Medan Petisah Kelurahan Sei
Putih Tengah Lingkungan V, sebagai kepala keluarga yang memiliki
2 anggota keluarga yaitu 1 orang istri dan 1 orang anak. Bapak Z
memiliki 4 orang anak yang hidup tetapi 3 orang anak lainnya tidak
tinggal bersamanya karena sudah berkeluarga dan tinggal di rumah
mereka masing-masing.
Dari data-data yang didapat adalah bapak Z memiliki kartu jaminan
kesehatan dan sumber pendapatan diperoleh dari hasil ladang serta
menyewakan beberapa rumah kos yang ia punya . Bapak Z mengaku
mempunyai riwayat hipertensi namun suka makan-makanan yang
berlemak dan bersantan khususnya masakan Padang dan baru
sembuh dari stroke 2 bulan yang lalu. Dokter mengatakan terdapat
penyumbatan di pembuluh darah otak kanan sehingga bagian tubuh
sebelah kiri sulit untuk di gerakkan. Setelah keluar dari rumah sakit,
bapak Z rutin berobat dan melakukan fisioterapi. Pada pemeriksaan
tekanan darah didapatkan 130/90 mmHg. Kondisi fisik bangunan
rumah baik, bapak Z dan keluarga mengonsumsi air mineral yang
dibeli.
20
5. Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 13 September s/d 16
September 2015)
a. Setiap hari selama 4 hari mengawasi makanan yang dimakan
oleh bapak Z agar tidak memakan-makanan yang terlalu asin,
bersantan dan berlemak.
b. Memantau tekanan darah bapak Z dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah.
21
BAB 4
PEMBAHASAN
22
penulis tetap menekankan pentingnya memeriksakan kesehatan secara
berkala, untuk dapat mengantisipasi penyakit-penyakit lanjut usia.
23
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semua lansia dalam keluarga binaan telah memahami manfaat dari
jaminan kesehatan, namun tidak semuanya memiliki kartu jaminan
kesehatan.
2. Dari kelima keluarga binaan, 1 keluarga binaan yang mempunyai
perilaku beresiko merokok. Namun sudah tidak merokok setelah sakit.
3. Penyakit-penyakit pada lansia seperti; Hipertensi, stroke, gagal
jantung, dan osteoartritis, sudah mendapat penanganan dari dokter.
4. Semua keluarga binaan memiliki tempat pembuangan sampah dan
pembuangan limbah.
5. Beberapa lansia di dalam keluarga binaan telah memenuhi syarat
rumah sehat, antara lain; kamar mandi bersih dan lantai rumah bersih,
walaupun masih ada lansia yang belum memenuhi syarat rumah sehat.
6. Semua lansia dalam keluarga binaan telah melakukan pengelolaan air
minum dengan baik.
5.2 Saran
Disarankan kepada lansia untuk tetap melakukan upaya hidup sehat,
dan menghindari faktor resiko yang dapat memperberat penyakit, serta
tetap memeriksakan kesehatan secara berkala ke Puskesmas/ pelayan
kesehatan terdekat.
.
24
DAFTAR PUSTAKA
Murti B, Hadinoto SH, & Herlambang G. 2011. Modul Field Lab, Edisi
Revisi I, keterampilan kedokteran keluarga : Kunjungan Pasien di
rumah (Home Visit). Diunduh dari :
http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_2011.pdf. [Diakses pada 18
September 2015]
25