Anda di halaman 1dari 8

a.

Nama penyakit : emboli arteri


b. Level SKDI :1
c. Perbandingan usia : usia >60 tahun
d. Etiologi : tromboemboli vena
e. Faktor resiko :
- Kuat : Fraktur (terutama pada panggul atau tungkai bawah)
Penggantian panggul atau lutut Operasi umum besar
Trauma besar
Cedera pada saraf tulang belakang
- Sedang : Gagal jantung atau napas kronik
Terapi hormon Keganasan
Stroke paralitik
Keadaan postpartum
Riwayat emboli paru
Thrombofilia
- Lemah : Tirah baring lebih dari 3 hari
Usia lanjut
Operasi laparoskopik Obesitas
Keadaan antepartum
Varises
f. Gejala : dispneu, nyeri pleuritic, batuk, pembengkakakn
tungkai bawah, batuk darah, mengi
g. Tanda : RR >20x/menit, ronkhi, HR >100x/menit, bunyi
jantung 3 dan 4 gallop, sianosis, suhu >38,5C
h. Pemeriksaan penunjang : D-dimer test, foto rontgen thorax, EKG
i.

j. Referensi :
- White RH. The Epidemiology of Venous Thromboembolism. Circulation.
2003;107:4-8.
- Yung GL, Fedullo PF. Pulmonary thromboembolic disease. Dalam: Fishman AP,
Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, penyunting. Texbook of Fishman’s Pulmonary
Disease and Disorders. Edisi ke-4. New York: Mc Graw Hill, 2008. h.1421-46.
a. Nama penyakit : Aterosklerosis
b. Level SKDI :1
c. Perbandingan usia : usia >40 tahun
d. Etiologi : Peningkatan kadar kolesterol, Tekanan darah
tinggi, Virus, Reaksi alergi, Bahan-bahan iritan, seperti nikotin atau drugs atau terlalu
banyak homocysteine (suatu asam amino yang terdapat pada darah), Penyakit tertentu,
seperti diabetes.
e. Faktor resiko : faktor resiko biologis, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung coroner,
hiperhomosisteinemia, obesitas, merokok, aktivitas jasmani, homosisteinuria, stress,
penuaan, perubahan hormonal
f. Gejala :
 Plaque yang telah terbentuk dapat pecah dan mengalir mengikuti pembuluh darah
menjadi trombus dan emboli. Trombus ini dapat menyumbat arteri-arteri penting tubuh
yang penting. Jika menyumbat arteri koroner maka dapat mengakibatkan otot jantung
mengalami iskemia (kekurangan nutrisi) dan selanjutnya dapat memicu terjadinya
infark myocard dan stroke. Emboli ini dapat juga terjadi secara tanpa sengaja pada
peristiwa pembedahan aorta, angiograf, dan terapi trombolitik pada pasien
aterosklerosis.
 Angina pectoris ditunjukkan dengan perasaan tidak nyaman pada daerah retrosternal
dan menyebar ke daerah lengan kanan yang kadang-kadang disalah artikan sebagai
gejala dyspnea. Angina pectoris timbul setelah melakukan kerja berat dan diobati
dengan beristirahat atau terapi nitrat. Jika angina pectoris berlanjut dan terjadi berulang-
ulang dapat berlanjut kepada infark myocard (serangan jantung).
 Stroke merupakan kelanjutan dari adanya sumbatan pada pembuluh darah otak.
Akibatnya sel-sel otak mengalami iskemia dan mangalami gangguan dalam hal
fungsinya.
 Penyakit vaskuler perifer meliputi perasaan pegal, impotensi, luka yang tak kunjung
sembuh dan infeksi pada daerah ekstremitas. Perasaan pegal ini meningkat setelah
berolahraga dan sembuh ketika beristirahat. Perasaan ini dapat diikuti dengan kulit
kepucatan atau kesemutan
 Iskemia pada organ-organ visceral berakibat pada kerusakan susunan dan fungsi dari
organ yang terkena
 Mesenterik angina ditandai dengan sakit pada epigastrium atau periumbilikal setelah
makan dan dianalogkan dengan henatemesis, diare, defisiensi nutrisi, atau
berkurangnya berat badan.
 Aneurisme pada aorta abdominalis dimana aorta abdominalis mengalami kerusakan
sehingga membesar menimbulkan sebuah benjolan pada dinding luar aorta
abdominalis.
 Emboli arteri sering timbul bersamaan dengan nekrosis pada jari-jari, pendarahan
saluran pencernaan, infark myocard, iskemia pada retina, infark serebral, dan gagal
ginjal.
g. Tanda :
 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah adalah meningkatnya kadar lemak di dalam darah. Lemak ini
dapat memicu terjadinya penimbunan plaque pada dinding pembuluh darah.
 Penyakit pada arteri koroner
Ditandai dengan adanya bunyi jantung keempat yang semakin jelas, takikardi,
hipotensi, atau hipertensi.
 Penyakit serebrovaskuler
Ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri karotis dan kemunduran dari
fungsi otak
 Penyakit vaskuler perifer
Ditandai dengan penurunan denyut nadi perifer, sumbatan pada erteri perifer, sianosis
perifer, gangrene, atau luka yang sukar sembuh
 Aneurisme pada aorta abdominalis
Ditandai dengan timbulnya benjolan pada arteri abdominalis atau kolapsnya sistem
sirkulasi
 Emboli pada arteri
Ditandai dengan gangrene, sianosis, munculnya “pedal pulses” yang dikaitkan adanya
penyakit mokrovaskular dan emboli kolesterol.
i. Pemeriksaan penunjang :
 Test darah. Suatu test darah dapat mengetahui peningkatan level kolesterol,
homocysteine atau gula darah (glukosa), yang juga merupakan faktor resiko untuk
penyakit ini.
 Ankle-Brachial Index (ABI). Dengan menggunakan manset untuk mengukur tekan
darah dan alat ultrasound khusus yang digunakan untu menetukan nilai dan aliran darah
(Doppler Ultrasound). Dokter dapat mengukur tekanan darah pasien pada lengan dan
kaki pasien menunjukkan penyakit arteri perifer, yang mana biasanya disebabkan
aterosklerosis.
 Electrocardiogram (ECG)
Elektrokardiogram merupakan alat uji diagnosa yang terdiri atas element-element
elektroda yang di tempelkan di kulit pasien untuk mengukur hantaran elektrik (listrik)
atau impuls dari jantung. ECG juga dapat mendeteksi serangan jantung lebih dini pada
beberapa pasien. Biasanya dokterakan melakukan pemeriksaan ECG sepanjang dan
setelah treadmill
 Gambar
Chest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scana dan magnetic
resonance imaging (MRI) merupakan cara yang tidak invasif untuk dokter memeriksa
arteri pasien, apakah di arteri terdapat sumbatan dan berapa banyak sumbatan yang
menutup arteri. Semua test ini kadang-kadang dapat menunjukkan pengerasan dan
penyempitan serta arteri utama yang lebih besar, sama baiknya seperti pada aneurisma
dan simpanan kalsium pada dinding arteri
 Doppler Ultrasound
Alat ini digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan menentukan
tekanan darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki. Pemeriksaan ini dapat
menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan kecepatan aliran darah pada arteri.
 MUGA / radionuclide angiograpy
Nuclear scan untuk melihat bagaimana dinding jantung bergerak dan berapa banyak
darah yang di paksa keluar setiap ketukan jantung (heartbeat), ketika pasien dalam
keadaan istirahat.
 Thallium / myocardial perfusionscan
Pengamatan nuclear yang diberikan ketika pasien dalam keadaan istirahat atau setelah
latihan yang dapat mengungkap daerah dari otot jantung yang tidak cukup mendapatkan
suplai darah.
h. Referensi :
- Hansson GK. Inflammation, atherosclerosis, and coronary artery disease. N Engl J
Med 2005; 352 : 1685 – 95.
- Adi PR. Pencegahan dan Penatalaksanaan Aterosklerosis. Dalam : Setiati S, Alwi
I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiyohadi B, Syam AF. Editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi keenam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam; 2014. h:1427
a. Nama penyakit : Subclavian Steal Syndrome
b. Level SKDI :1
c. Perbandingan jenis kelamin : laki-laki > perempuan
d. Perbandingan usia : usia >55 tahun
e. Etiologi : oklusi arteri subklavia proksimal, stenosis berat,
aterosklerosis.
f. Faktor resiko : Usia, Seks, Laki-laki, Riwayat keluarga, Merokok,
Hiperkolesterolemia, Diabetes mellitus, Hipertensi, Hyperhomocysteinemia
g. Gejala dan tanda : Pada ektremitas atas yang terkena terjadi nadi yang
lemah bahkan tidak teraba, perbedaan tekanan darah pada lengan kiri dan kanan yang
lebih dari 20 mmHg akibat dari gangguan aliran darah ke lengan. SSS mungkin
dicurigai bila terjadi penurunan tekanan darah pada lengan yang terkena 15-20 mmHg.
Jika lengan dilakukan latihan akan terjadi gejala neurologi seperti pusing, vertigo,
sinkop, ataksia, perubahan visual, disartria, kelemahan otot, dan gangguan sensorik
sebagai akibat gangguan serebrovaskular.
Gejala yang paling umum meliputi :
 Claudication lengan terjadi secara berkala.
 Rasa sakit istirahat bukanlah gejala yang biasanya berhubungan dengan stenosis
subklavia.
 Tromboemboli akan dipertimbangkan dalam keadaan nyeri saat istirahat.
 Penurunan penglihatan, yang bisa berkisar dari kebutaan total hingga
kehilangan bidang visual unilateral atau amaurosis fugas.
 Vertigo, Syncope, Diploplia, disartria, ataksia, dan disfagia
 Pulsatile tinnitus
 Mati rasa atau kesemutan pada wajah, hemiparesis sementara, atau sensori
Hemianaesthesia
h. Pemeriksaan penunjang : Tes ini harus mencakup profil lipid puasa dan glukosa
darah. Pencitraan yang dapat dipertimbangkan meliputi duplex ultrasonography,
computed tomography (CT) angiography (CTA), four-vessel cerebral arteriography,
magnetic resonance angiography (MRA), chest radiography, and electrocardiography

(ECG).
i. Referensi :
- Potter BJ. Pinto DS. Subclavian Steal Syndrome. 2014. Circulation; 129:2320-2323
- Bayat I. Subclavian steal syndrome. [Online] 2015 [Diakses, 25 April 2017] dari :
http://emedicine.medscape.com/article/462036
- Amini R, Gornik HL. Gilbert L. Whitelaw S. Shishehbor M. Case report : Bilateral
Subclavian Steal Syndrome. 2011. Case reports in cardiology Vol 2011, article DI
146267

Anda mungkin juga menyukai