Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan hak azasi setiap manusia. Sehat adalah keadaan

dimana fisik, mental, dan sosial dalam keadaan baik tidak hanya terbebas dari

penyakit. Menurut UU Kes 23/1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produkif

secara sosial dan ekonomi.1 Konsep pembangunan kesehatan di Indonesia

dimulai dengan pemikiran tentang paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang melihat

masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor

yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,

pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang

sakit atau pemulihan kesehatan.2 Konsep paradigma sehat tersebut tertuang

dalam Visi Indonesia Sehat 2010, dimana untuk mencapai Indonesia sehat

dimulai dari terbentuknya dusun sehat.

Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program

kesehatan adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih

memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat

serta merawat yang sakit agar menjadi sehat. Oleh karena itu berbagai upaya

harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan baik, diantaranya

dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan

1
kesehatan, khususnya untuk penduduk usia lanjut. Salah satu bentuk kegiatan

yang perlu digalakkan agar tujuan dimaksud dapat lebih cepat dicapai adalah

mendorong pembentukan dan pemberdayaan berbagai Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat khususnya usia lanjut.2

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai salah satu pelayanan

kesehatan tingkat masyarakat harus digerakkan untuk mencapai dusun sehat

2010. Posyandu merupakan pos pelayanan kesehatan dasar yang pada

hakekatnya merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

Kegiatan Posyandu adalah kegiatan dari dan oleh dan untuk masyarakat,

sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana menjadi tanggung

jawab bersama terutama masyarakat sekitar.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui

pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program

Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh

masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Di beberapa kabupaten/kota pada hampir semua propinsi yang ada

di Indonesia, atas inisiatif/keinginan masyarakat dan/atau dorongan/

bimbingan petugas, terutama petugas kesehatan, telah terbentuk sejumlah

kelompok usia lanjut dan melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan dan

ketersediaan sarana prasarana. Keberadaaan kelompok usia lanjut yang telah

2
mulai berkembang, merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan

masyarakat khususnya para usia lanjut terhadap pelayanan yang terjangkau,

berkelanjutan dan bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,

bahagia, berdayaguna dan produktif selama mungkin.2

Berdasarkan SPM 2010 yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Magelang telah ditetapkan target pelayanan pra usila dan usila sebesar 70%.

Namun data Desa Menoreh periode Januari-Juni tahun 2010 didapatkan

cakupan pelayanan pra usila dan usila sangat rendah yaitu 33,25%.

Sedangkan cakupan pelayanan pra usila dan usila di Dusun Kempul adalah

sebesar 48,27% yang jika dibandingkan dengan target Kabupaten Magelang,

cakupan tersebut masih kurang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan sebuah masalah yaitu

apakah yang menyebabkan rendahnya cakupan pelayanan pra usila dan usila

di Dusun Kempul, Desa Menoreh?

C. Batasan Judul

1. Batasan judul

Laporan kegiatan ini berjudul Evaluasi kegiatan Posyandu Pra Usila dan

Usila di Dusun Kempul Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten

Magelang memiliki pengertian sebagai berikut:

a. Evaluasi: Adalah suatu penilaian terhadap sebuah

kegiatan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan.

3
b. Posyandu: Suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam

pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan

pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan

keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

c. Pra usia lanjut (usila): Adalah seseorang yang berusia

antara 45-59 tahun.

d. Usia lanjut (usila): Adalah seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih.

e. Dusun Kempul: Adalah salah satu dusun yang terletak di

Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Provinsi

Jawa Tengah.

f. Desa Menoreh: Adalah salah satu desa di Kecamatan

Salaman, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

g. Kecamatan Salaman: Adalah salah satu kecamatan di

Kabupaten Magelang, Jawa tengah

h. Kabupaten Magelang: Adalah salah satu kabupaten di

propinsi Jawa Tengah

2. Ruang lingkup kegiatan

a Lingkup lokasi: Dusun Kempul, Desa Menoreh Kecamatan Salaman

Kabupaten Magelang.

b Lingkup waktu: Januari-Juni 2010

4
c Lingkup sasaran: Cakupan pelayanan pra usila dan usila

d Lingkup metode: Wawancara, pencatatan, dan pengamatan

e Lingkup materi: Evaluasi kegiatan Posyandu pra usila dan usila di

Dusun Kempul periode Januari-Juni 2010.

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui penyebab rendahnya cakupan pelayanan pra usila dan usila di

Dusun Kempul, Desa Menoreh.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui data umum Dusun Kempul, Desa Menoreh

Kecamatan Salaman

b. Mengidentifikasi penyebab rendahnya cakupan pelayanan pra

usila dan usila di Dusun Kempul, Desa Menoreh Kecamatan Salaman.

c. Menganalisa penyebab masalah yang muncul dalam

pelaksanaan Posyandu pra usila dan usila di Dusun Kempul, Desa

Menoreh Kecamatan Salaman.

d. Mencari alternatif pemecahan masalah pelaksanaan Posyandu

pra usila dan usila di Dusun Kempul, Desa Menoreh Kecamatan

Salaman.

E. Manfaat

1. Manfaat bagi Puskesmas

5
Sebagai data dasar evaluai kegiatan posyandu pra usila dan usila serta

sebagai bahan masukan untuk peningkatan pelayanan Posyandu pra usila

dan usila.

2. Manfaat bagi masyarakat

Masyarakat lebih mengetahui kegiatan yang ada di Posyandu Lansia.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan

posyandu lansia.

F. Metodologi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Dusun Kempul Desa Menoreh

Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang pada tanggal 30 Juli 2010. jenis

data adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh melalui

observasi atau wawancara langsung.8 Data primer dari kegiatan ini diperoleh

dengan cara mendatangi dan memberikan kuesioner kepada 10 orang pra usila

dan usila, selain itu juga dilakukan wawancara kepada kader dan bidan desa.

Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif dengan

metode pendekatan sistem, dengan melihat input, proses, dan output, yang

bertujuan untuk mengidentifikasi masalah. Setelah mengidentifikasi masalah,

maka dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab

melalui pendekatan sistem. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif

pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin dilaksanakan.3

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.4

B. Tujuan penyelenggaraan Posyandu Lansia

Adapun tujuan penyelenggaraan Posyandu Lansia adalah

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Selain

itu, pembentukan Posyandu ini juga bertujuan untuk mendekatkan pelayanan

dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan

kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia

lanjut.4

C. Sasaran

7
Sasaran pelaksanaan pembinaan Kelompok Usia Lanjut, terbagi dua

yaitu:2

1. Sasaran Langsung :

Pra usia lanjut (viriiitas/pra senilis) 45-59 tahun

Usia lanjut 60-69 tahun

Usia Lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia

lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

2. Sasaran tidak langsung :

Keluarga dimana usia lanjut berada

Masyarakat di lingkungan usia lanjut

Organisasi s os ial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan

usia lanjut

Petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut

Petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut

Masyarakat luas

D. Mekanisme pelayanan

Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung

pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah

kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan

posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya

menggunakan sistem pelayanan 3 meja.2,4

8
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia

lanjut di kelompok, mekanisme kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah

sistem 5 meja, sebagai berikut:2

1. Tahap pertama: pendaftaran anggota

2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila serta

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan

pemeriksaan status mental.

4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah

5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling

Sedangkan kegiatan sistem tiga meja adalah sebagai berikut:4

1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan

atau tinggi badan

2. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa

tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan

rujukan kasus

3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa

dilakukan pelayanan pojok gizi.

E. Jenis pelayanan

Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita

(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.4

9
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di

Posyandu Lansia adalah:2

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula (diabetes mellitus).

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

9. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi

setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan

memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga

seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.2,4

10
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,

dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung,

ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan

kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,

tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, termometer, Kartu Menuju

Sehat (KMS) lansia, dan buku pedoman pemeliharaan kesehatan usia lanjut.2,4

F. Pembinaan dan evaluasi

1. Pembinaan

Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan kelompok usia lanjut

sebagai suatu bentuk pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari

peran masyarakat atau kelompok usia lanjut itu sendiri. Pembinaan yang

dilakukan berupa asistensi kepada masyarakat dan kelompok usia lanjut

dengan menggunakan prinsip kemitraan artinya dalam pelaksanaan

pembinaan masyarakat dan kelompok usia lanjut sebagai mitra petugas

yang secara bersama-sama menganalisis dan memecahkan dengan

memanfaatkan potensi yang dimiliki kelompok.2

2. Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan

beberapa indikator. Indikator yang dimaksud meliputi input, proses, output.

Selain itu dalam penyusunan indikator harus memenuhi unsur SMART

(Spesific, measurable, Achievable, Reliable, Time bound).2

Spesifik artinya indikator yang diusulkan bersifat khusus.

Terukur artinya indikator yang diusulkan dapat diukur.

11
Mudah didapat artinya indikator yang diusulkan optimis dapat dicapai.

Terpercaya artinya indikator tersebut dapat dipercaya.

Waktu tertentu artinya adanya kurun waktu yang jelas.

Disamping persyaratan diatas, hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan:

Indikator bersifat dinamis, artinya dapat berubah sesuai dengan

perkembangan/ keadaan.

Mudah diperoleh, artinya dapat diamati, tersedia informasi/datanya.

Beragam, artinya adanya perbedaan antara unit yang diamati.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, ditetapkan beberapa

indikator yang dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi tingkat

perkembangan kegiatan usia lanjut di bidang kesehatan, sebagai berikut:

a. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan selama satu tahun

b. Kehadiran kader

c. Pelayanan kesehatan:

1). Cakupan penimbangan (berat badan dan tinggi badan) (CB) yaitu

presentase usia lanjut anggota kelompok yang ditimbang berat

badan serta diukur tinggi badan

Cara penghitungan: CB = A x 100%

BXC

Keterangan:

CB: Cakupan penimbangan

A: Jumlah usia lanjut anggota kelompok yang ditimbang berat

badan serta diukur tinggi badan dalam setahun

12
B: Jumlah anggota kelompok

C: Frekuensi pertemuan pertahun

2). Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urine dan darah/Hb)

(CL)

Didalam buku petunjuk pengisian KMS usia lanjut tertulis

bahwa pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, maka untuk

mengetahui strata kelompok usia lanjut dilakukan perhitungan

sebagai berikut:

Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urine dan darah/Hb)

(CL) yaitu presentase jumlah usia lanjut anggota kelompok yang

mendapat pemeriksaaan laboratorium sederhana (urine dan

darah/Hb) minimal 1 kali dalam setahun

Cara penghitungan : CL = A x 100%

Keterangan:

CL: Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urine dan

darah/Hb)

A: Jumlah usia lanjut anggota kelompok yang diperiksa

laboratorium sederhana (urine dan darah/Hb) minimal 1 kali dalam

setahun

B: Jumlah anggota kelompo

13
3). Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan (CK) yaitu presentase

jumlah usia lanjut anggota kelompok yang mendapat pemeriksaaan

kesehatan (termasuk pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan

status mental) dalam setahun.

Cara penghitungan sama seperti cakupan penimbangan (berat badan

dan tinggi badan)

4). Cakupan penyuluhan (CP) yaitu presentase jumlah usia lanjut

anggota kelompok yang mendapat penyuluhan dalam setahun. Cara

penghitungan sama seperti cakupan penimbangan (berat badan dan

tinggi badan)

d. Senam usia lanjut

Frekuensi pelaksanaan senam usia lanjut selama satu tahun

e. Kegiatan sector terkait antara lain:

- Pengajian/ pendalaman agama untuk kelompok usia lanjut

- Diskusi atau pertemuan ceramah (pertanian, tenaga kerja, dll)

- Usaha ekonomi produktif

- Rekreasi, dll

f. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan kegiatan kelompok usia lanjut

Tingkat perkembangan Kelompok Usia Lanjut dapat digolongkan

menjadi empat tingkat sebagai berikut :

a. Kelompok Usia Lanjut Pratama

- Kelompok yang belum mantap.

- Kegiatan terbatas dan tidak rutin setiap bulan (frekuensi < 8 kali).

14
- Kader aktif terbatas

- Perlu dukungan dana dari Pemerintah

b. Kelompok Usia Lanjut Madya

- Kelompok yang telah berkembang

- Kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8 kali setahun)

- Jumlah kader aktif > 3 orang

- Cakupan program 50%

- Perlu dukungan dana dari Pemerintah

c. Kelompok Usia Lanjut Purnama

- Kelompok yang sudah mantap

- Kegiatan lengkap (paling sedikit 10 kali setahun)

- Kegiatan tambahan diluar kesehatan

- Cakupan program 60%

d. Kelompok Usia Lanjut Mandiri

- Kegiatan secara teratur dan mantap

- Kegiatan tambahan yang beragam

- Cakupan program/kegiatan baik

- Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap


Tabel 1. Strata Kelompok Usia Lanjut di bidang kesehatan2

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI


Frekuensi pertemuan : <8 8-9 > 10 > 10
(x/tahun)
Kehadiran kader (pada hari H) <3 >3 >3 >3
(orang)
Pelayanan kesehatan :
Cakupan Penimbangan (CB) < 50% 50-60 % >60% >60%
Cakupan pemeriksaan laboratorium (CL) < 25% 25-50 % >50% >50%
Cakupan pemeriksaan kesehatan (CK) (termasuk
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan status
mental)
< 50% 50-60 % >60% >60%
Cakupan penyuluhan (CP) < 50% 50.60 % >60% >60%

15
Senam usia lanjut <8 8-9 10 10
Kegiatan sektor terkait (jenis) 0 1 2 >2
Pendanaan kegiatan berasal dari - - <50% >50%
masyarakat
G. Kendala pelaksanaan posyandu lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

antara lain :4,5

1. Pihak Pemerintah/Institusi

Permasalahan yang ada biasanya adalah belum dijadikannya program ini

sebagai program unggulan sehingga di dalam satu wilayah kecamatan

hanya terbentuk 1 atau 2 Posyandu Usila saja.

2. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri

kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang

bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah

kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,

pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan

sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu

mengikuti kegiatan posyandu lansia.

3. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit

dijangkau.

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam

16
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan

atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah

untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan

atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau

motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian,

keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk

menghadiri posyandu lansia.

4. Kurangnya dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa

menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk

mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia

jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala

permasalahan bersama lansia.

5. Kesiapan petugas

Belum siapnya petugas, baik kader maupun petugas kesehatan bagaimana

bentuk pelaksanaan kegiatan Posyandu Usila. Dalam hal ini perlu adanya

pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila.

6. Sikap petugas

Sikap petugas Posyandu yang kurang baik terhadap para lansia.

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar

atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

17
Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau

mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.

BAB III

DATA UMUM DUSUN KEMPUL

A. Letak Wilayah

Dusun Kempul terletak di wilayah Desa Menoreh, Kecamatan

Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dusun ini terdiri dari empat

RT, yaitu RT 27, RT 28, RT 29, dan RT 30. Adapun batas wilayah Dusun

Kempul adalah sebagai berikut:

Utara : Dusun Sewan

Selatan: Desa Kalirejo

Timur : Dusun Ngaglik

Barat : Dusun Beteng

B. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Dusun Kempul pada bulan Juni tahun 2010

berdasarkan data statisktik kantor Desa Menoreh adalah 575 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 167 KK.

Adapun jumlah penduduk Dusun Kempul menurut jenis kelamin

berdasarkan data bulan Juni 2010 yaitu: Laki-laki berjumlah 299 jiwa,

18
perempuan berjumlah 276 jiwa. Sedangkan penduduk yang tergolong pra

usila dan usila berjumlah 145 jiwa.

Tabel 2. Jumlah pra usila, usila, dan usila resti Dusun Kempul
Kelompok Penduduk (orang)

Pra usila 131

Usila 7

Usila resti 7

Total 145

Sumber: Data statistik kantor Desa Menoreh, Juni 2010

19
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada tanggal 30 Juli 2010, telah dilakukan survei dan pengamatan

mengenai pelaksanaan Posyandu Pra usila dan Usila di Dusun Kempul. Sampel

diambil secara acak sebanyak 10 orang. Kuesioner dibuat dengan pertanyaaan

yang terstruktur tentang pengetahuan pra usila tentang fungsi dan kegiatan

posyandu, perilaku dan sikap pra usila dan usila terhadap kegiatan posyandu serta

faktor-faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan kegiatan

posyandu lansia sehingga berkurangnya minat lansia terhadap posyandu lansia.

A. Hasil kuesioner

Hasil kuesioner yang diberikan kepada para pra usila dan usila terlihat pada

tabel 2.

Tabel 3. Hasil kuesioner sasaran (pra usila dan usila)


No Pertanyaaan Frekuensi Persentase
1 Apakah dalam 3 bulan terakhir anda mendapatkan penyuluhan
pembinaan kesehatan usia lanjut?
Iya 6 60%
Tidak 4 40%
2 Dimanakah Anda mendapatkan penyuluhan tersebut?
Posyandu Lansia di daerah tempat tinggal 10 100%
Rumah 0 0%

20
Puskesmas 0 0%
3 Siapakah yang melakukan penyuluhan pembinaan kesehatan usia
lanjut?
Kader 3 30%
Bidan 7 70%
Dokter umum 0 0%
4 Apakah dalam 1 tahun terakhir ini anda telah memeriksakan kondisi
kesehatan anda?
Ya 8 80%
Tidak 2 20%
5 Dimanakah Anda memeriksakan kondisi
kesehatan Anda?
Posyandu Lansia 1 10%
Puskesmas 9 90%
Dokter praktek umum 0 0%
6 Berapa kali dalam 1 tahun anda memeriksakan kondisi kesehatan
Anda di Posyandu Lansia ?
Lebih dari 10 kali dalam 1 tahun 4 40%
8 kali dalam 1 tahun 0 0%
Kurang dari 8 kali dalam 1 tahun 2 20%
Tidak pernah 4 40%
7 Apakah Anda tahu tentang Posyandu Lansia?
Tahu 10 100%
Tidak tahu 0 0%
8 Adakah Posyandu Lansia di tempat anda?
Ada 10 100%
Tidak ada 0 0%
9 Apakah Anda pernah datang ke Posyandu Lansia?
Pernah 6 60%
Pernah sebelumnya tapi sekarang tidak 4 40%
Tidak pernah 0 0%
10 Apakah kegiatan-kegiatan di Posyandu Lansia?
Pemeriksaan kegiatan sehari-hari, status 5 50%
mental, timbang badan, ukur tinggi badan, ukur
tekanan darah
Penyuluhan, konseling, pemberian makanan 5 50%
tambahan, senam lansia, kerohanian, dll
Tidak tahu 0 0%
11 Apabila anda datang ke Posyandu Lansia apakah dilayani dengan
baik?
Sangat baik 4 40%
Cukup baik 6 60%
Kurang baik 0 0%
Tidak baik 0 0%

21
12 Apakah pelayanan Posyandu Lansia sudah memuaskan?
Sangat puas 0 0%
Puas 1 10%
Kurang puas 9 90%
Tidak puas 0 0%
13 Sudah cukupkah jumlah petugas kesehatan di Posyandu Lansia?
Sangat cukup 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang cukup 10 100%
Tidak cukup 0 0%
13 Apakah petugas di Posyandu Lansia melakukan pengobatan?
Ya 0 0%
Tidak 10 100%
14 Apakah petugas Posyandu Lansia memberikan informasi yang anda
butuhkan?
Selalu 0 0%
Kadang-kadang 10 100%
Jarang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
15 Puaskah anda terhadap informasi yang diberikan oleh petugas?
Sangat puas 0 0%
Puas 6 60%
Kurang puas 4 40%
Tidak puas 0 0%
16 Apa alasan anda tidak melakukan pemeriksaan kesehatan di Posyandu
Lansia?
Tidak ada dokter 10 100%
Tidak ada waktu 0 0%
Pelayanan kurang memuaskan 0 0%
Dari hasil survei didapatkan bahwa 60% responden pernah datang ke

posyandu lansia dan 40% responden lainnya pernah datang ke posyandu

lansia, akan tetapi sekarang tidak lagi. Adapun penyebab responden tidak

datang lagi antara lain:

1. Petugas kesehatan yang tidak rutin datang ketika kegiatan

berlangsung.

2. Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan karena tidak ada

dokter

22
3. Tidak dilakukan pengobatan

4. Petugas posyandu lansia kurang memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh para pra usila dan usila.

5. Kegiatan di posyandu lansia hanya berupa kegiatan

kerohanian, pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan IMT. Sedangkan

kegiatan lain, seperti pemeriksaan laboratorium sederhana, pengobatan,

senam lansia, dan lain-lain tidak dilakukan.

Dari hasil survei, juga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pra usila

dan usila mengenai posyandu lansia masih kurang.

B. Hasil wawancara dengan kader

Kader posyandu lansia Dusun Kempul berjumlah 5 orang. Wawancara

dilakukan pada masing-masing kader saat kegiatan posyandu berlangsung.

Dari 5 kader yang diwawancarai, mereka mengatakan bahwa penyebab

dari kurang berjalannya posyandu Lansia di wilayah mereka adalah kurangnya

kepercayaan masyarakat lansia terhadap Posyandu Lansia. Mereka hanya

mempercayai bidan atau dokter untuk memeriksa, mengobati dan memberi

keterangan tentang penyakit mereka. Dikatakan pula bahwa para pra usila dan

usila menginginkan adanya pemeriksaan dan pengobatan oleh bidan atau

dokter. Oleh karena tidak adanya dokter atau bidan di posyandu tersebut

menyebabkan para pra usila dan usila enggan untuk datang ke posyandu.

Selain itu, sebab lainnya adalah adanya keterbatasan fisik juga mengakibatkan

para usila tidak datang.

C. Hasil wawancara dengan bidan desa

23
Dari hasil wawancara bidan desa, didapatkan bahwa posyandu lansia

telah berjalan selama 3 tahun akan tetapi persentase cakupan pelayanan pra

usila dan usila hanya sebebesar 33,25%.

Menurut bidan desa, penyebab kurangya cakupan pelayanan posyandu

pra usila dan usila adalah para pra usila dan usila masih menganggap bahwa

posyandu adalah tempat pengobatan, sehingga tidak adanya dokter atau bidan

di posyandu menyebabkan para pra usila dan usila enggan untuk datang ke

posyandu. Bidan desa juga mengatakan bahwa tidak ada jadwal khusus untuk

datang ke posyandu lansia karena masih mengutamakan posyandu balita.

24
BAB V

ANALISIS MASALAH

A. Kerangka pikir pemecahan masalah

Dalam memecahkan suatu masalah, langkah pertama adalah

mengidentifikasi masalah yang ada. Langkah berikutnya adalah menganalisis

penyebab masalah dengan cara menggali berdasarkan data atau kepustakaan.3

Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dipergunakan

diagram tulang ikan (Fish Bone).3 Langkah selanjutnya adalah mencari

penyebab yang paling mungkin dengan cara mengkonfirmasi kemungkinan

penyebab yang ditemukan ke bagian program masalah tersebut. Setelah

menemukan penyebab yang paling mungkin, dilakukan penanggulangan

25
penyebab masalah dengan menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut.

Selanjutnya adalah menetapkan pemecahan masalah terpilih dengan

menggunakan kriteria matriks.6,7 Setelah menemukan urutan prioritasnya

maka langkah selanjutnya menyusun Plan Of Action (POA).6

B. Identifikasi masalah
Gambar 1. Siklus pemecahan masalah6
Dari hasil survei didapatkan bahwa 60% responden pernah datang ke

Posyandu Lansia, sedangkan 40% responden pernah datang ke Posyandu

Lansia tetapi sekarang tidak lagi. Didapatkan juga 40% responden lebih dari

10 kali dalam setahun, kurang dari 8 kali dalam setahun memeriksakan

kesehatan ke Posyandu Lansia sebanyak 20%, sedangkan 40% responden

lainnya tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatannya ke posyandu lansia.

Dari keseluruhan responden, sebanyak 90% memeriksakan kondisi

kesehatannya ke puskesmas sedangkan 10% responden memeriksakan

kondisi kesehatannya ke posyandu lansia. Dari hasil survei terlihat bahwa

sebagian besar responden lebih memilih untuk memeriksakan kesehatannya

di puskesmas, hal ini disebabkan oleh tidak adanya tenaga kesehatan yang

melakukan pemeriksaan saat kegiatan posyandu lansia berlangsung.

Berdasarkan hasil survei di atas dapat disimpulkan bahwa

permasalahan yang ada di Posyandu Lansia Dusun Kempul adalah kurangnya

minat lansia untuk memeriksakan kesehatan ke Posyandu Lansia karena tidak

26
adanya tenaga kesehatan saat kegiatan berlangsung dan kurang mengerti

pentingnya Posyandu Lansia.

C. Analisa penyebab masalah

Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditemukan penyebab-penyebab

dari menurunnya minat lansia untuk memeriksakan kesehatan di Posyandu

lansia Dusun Kempul. Masalah tersebut dapat disebabkan oleh input,

lingkungan, dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu : Man, Money,

Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri P1

(perencanaan), P2 (pergerakan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan,

pengendalian, dan penilaian).

Adapun analisis penyebab rendahnya cakupan pelayanan Posyandu

Pra usila dan usila Dusun Kempul terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis penyebab rendahnya cakupan pelayanan Posyandu


usila dan para usila Dusun Kempul

Kemungkinan Kelebihan
Hambatan
MAN Tidak ada kader Terdapat kader
khusus untuk posyandu balita.
posyandu lansia. Kader telah
Petugas kesehatan terlatih.
tidak rutin datang.
KOMPONEN MONEY Tidak adanya bantuan Ada dana swadaya
INPUT dana dari Puskesmas. masyarakat.
Terbatasnya dana
swadaya masyarakat
terhadap Posyandu
Lansia
METHOD Terdapat buku
pedoman kegiatan
kesehatan di
kelompok usia lanjut
MATERIAL Tersedianya sarana
dan pra sarana untuk

27
melaksanakan
posyandu
MACHINE Tidak adanya poster, Terdapat tensi di
leaflet tentang posyandu lansia
posyandu lansia dan Terdapat
sasaran yang ingin timbangan di
dicapai. posyandu lansia
Tidak adanya
peralatan
laboratorium
sederhana.
LINGKUNGAN Kurangnya Pra usila dan usila
pemahaman lansia mengetahui adanya
akan kegiatan di posyandu lansia
posyandu lansia.
Kurangnya
kepercayaan lansia
kepada kader dan
bidan setempat.
Kurangnya dukungan
dari keluarga lansia
kepada lansia.
Faktor sosial budaya :
Para pra usila dan
usila masih
mempunyai pola pikir
bahwa posyandu
adalah tempat untuk
berobat, sehingga
tidak adanya tenaga
kesehatan saat
kegiatan berlangsung
membuat para pra
usila dan usila enggan
datang ke posyandu.

PROSES P1 Tidak terdapat jadwal rutinAdanya jadwal kegiatan


untuk melakukan untuk posyandu lansia
penyuluhan. dan jadwal tersebut
ditepati
P2 Pelaksanaan Program kegiatan
penyuluhan tidak posyandu lansia telah
kontinyu. ada
Petugas

28
kesehatan tidak rutin
datang saat kegiatan
berlangsung.
Kegiatan
hanya sekedar kegiatan
kerohanian,
pemeriksaan tekanan
darah, dan pemeriksaan
IMT.
P3 Evaluasi tentang
pengawasan dan
pemantauan program
posyandu lansia telah
dilaksanakan

29
Input
Machine Man

Tidak ada kader khusus untuk posyandu lansia


Tidak adanya media penyuluhan tidak
Petugas kesehatan tidak rutin datang saat kegiatan berlangsung.
Tidak adanya peralatan laboratorium
sederhana
Material Money

Tidak adanya bantuan dana dari Puskesmas.


Terbatasnya dana swadaya masyarakat terhadap
Method Posyandu Lansia
Cakupan pelayanan pra
usila dan usila sebesar
33,25% dari target
P1 Dinkes 70%
P3
Tidak terdapat jadwal rutin
untuk melakukan penyuluhan
Lingkungan
P2
Kurangnya pemahaman lansia akan kegiatan di posyandu lansia.
Pelaksanaan penyuluhan tidak kontinyu Kurangnya kepercayaan lansia kepada kader dan bidan setempat.
Petugas kesehatan tidak rutin datang Kurangnya dukungan dari keluarga lansia kepada lansia.
saat kegiatan berlangsung. Faktor sosial budaya :
Kegiatan hanya sekedar kegiatan Para pra usila dan usila masih mempunyai pola pikir bahwa posyandu adalah tempat
kerohanian, pemeriksaan tekanan untuk berobat, sehingga tidak adanya tenaga kesehatan saat kegiatan berlangsung
darah, dan pemeriksaan IMT. membuat para pra usila dan usila enggan datang ke posyandu.
Prose

Gambar 2. Diagram fish bone

30
Setelah dilakukan konfirmasi kepada kader dan bidan, dari kemungkinan
penyebab masalah di atas maka didapatkan masalah yang paling mungkin, yaitu:
1. Kurangnya pemahaman lansia akan kegiatan di posyandu lansia.
2. Faktor sosial budaya: pola pikir lansia yang beranggapan bahwa posyandu
adalah tempat berobat.
3. Kurangnya dukungan dari keluarga lansia kepada lansia.
4. Tidak ada jadwal rutin kunjungan dari petugas kesehatan saat kegiatan
berlangsung.

31
BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menemukan penyebab paling mungkin masalah rendahnya

cakupan pelayanan pra usila dan usila di Dusun Kempul maka langkah

selanjutnya ialah menyusun alternatif pemecahan penyebab paling mungkin

masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Penyebab masalah dan kemungkinan alternatif pemecahan masalah


Penyebab Masalah Pemecahan dan Penerapannya
Kurangnya pemahaman lansia Bekerjasama dengan perangkat
akan kegiatan di posyandu dusun dan tokoh masyarakat
lansia. untuk mensosialisasikan kepada
Faktor sosial budaya : lansia tentang kegiatan
Pola pikir lansia yang posyandu lansia dan manfaat
beranggapan bahwa posyandu posyandu lansia.
adalah tempat berobat. Penyuluhan mengenai kesehatan
Kurangnya dukungan dari lansia dan pentingnya posyandu
keluarga lansia kepada lansia. lansia kepada keluarga
Tidak ada jadwal rutin Membuat jadwal kunjungan.
kunjungan dari petugas
kesehatan. .

B. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya adalah

melakukan penggabungan alternatif pemecahan masalah. Berikut ini

digambarkan penggabungan alternatif pemecahan masalah.

32
Penyebab masalah Alternatif pemecahan masalah

1. Kurangnya pemahaman A. Bekerjasama dengan


lansia akan kegiatan di perangkat dusun dan tokoh
posyandu lansia. masyarakat untuk
2. Faktor sosial budaya : mensosialisasikan kepada
Pola pikir lansia yang lansia tentang kegiatan
beranggapan bahwa posyandu lansia dan manfaat
posyandu adalah tempat posyandu lansia.
berobat. B. Penyuluhan mengenai
3. Kurangnya dukungan dari kesehatan lansia dan
keluarga lansia kepada pentingnya posyandu lansia
lansia. kepada keluarga
4. Tidak ada jadwal rutin C. Membuat jadwal
kunjungan dari petugas kunjungan.
kesehatan.

Gambar 3. Penggabungan alternatif pemecahan masalah

C. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah dengan Kriteria

Matriks Menggunakan Rumus MxIxV/C

Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya

dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan

prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan

kriteria matriks dengan rumus MxIxV/C.7

Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut:7


1. Efektivitas program

33
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
a. Magnitude (m) Besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan.
b. Importancy (I) Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Vulnerability (v) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5. Bila makin magnitude maka nilai
nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian
pada kriteria I dan v.
2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah ( cost ). Kriteria
cost ( c ) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matrix :
Tabel 6. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah
Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan
Masalah
M I V C (M x I x V) /
C
A 2 3 3 2 9 I
B 1 3 4 2 6 III
C 1 2 4 1 8 II
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab

masalah dengan menggunakan metode matriks, maka didapatkan urutan

prioritas alternatif pemecahan penyebab-penyebab masalah kurangnya

cakupan pelayanan pra usila dan usila di Posyandu pra usila dan usila Dusun

Kempul, sebagai berikut:

1. Bekerjasama dengan perangkat dusun dan tokoh masyarakat untuk

mensosialisasikan kepada lansia tentang kegiatan posyandu lansia dan

manfaat posyandu lansia.

2. Membuat jadwal rutin kunjungan.

34
3. Penyuluhan mengenai kesehatan lansia dan pentingnya posyandu lansia

kepada keluarga.

35
D. Rencana Kegiatan dari Masalah yang Terpilih

Tabel 7. Rencana kegiatan masalah yang terpilih

Pemecahan masalah terpilih Rencana kegiatan


1. Bekerjasama dengan perangkat dusun dan 1. Advokasi kepada perangkat dusun dan
tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan tokoh masyarakat
kepada pra usila dan usila tentang kegiatan
posyandu lansia dan manfaat posyandu lansia.
2. Penyusunan jadwal rutin kunjungan. 2. Membuat jadwal rutin kunjungan posyandu lansia
3. Penyuluhan mengenai kesehatan lansia dan 3. Membuat penyuluhan mengenai kesehatan lansia
pentingnya posyandu lansia kepada keluarga. dan dan pentingnya posyandu lansia.
Tabel 8. Rencana kegiatan untuk meningkatkan cakupan pelayanan pra usila dan usila

No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1 Bekerjasama dengan Mempermudah Perangkat dusun Rumah salah Bidan desa dan September 2010 Swadaya Musyawarah Terciptanya
perangkat dusun dan tokoh sosialisasi kepada dan tokoh satu tokoh kader posyandu masyarakat kerjasama
masyarakat untuk pra usila dan masyarakat masyarakat atau dengan
mensosialisasikan kepada usila tentang perangkat dusun perangkat dusun
pra usila dan usila tentang kegiatan dan tokoh
kegiatan posyandu lansia posyandu lansia masyarakat
dan manfaat posyandu dan manfaatnya untuk sosialisasi
lansia. posyandu lansia

Tabel 9. Ghann chart

2010

Agustus September Oktober November Desember

36
Advokasi ke perangkat dusun dan tokoh masyarakat
untuk mensosialisasikan tentang kegiatan posyandu
lansia dan manfaatnya

37
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari survei yang telah dilakukan didapatkan bahwa 60% responden


pernah memeriksakan kesehatan ke Posyandu Lansia, sedangkan 40%
responden pernah memeriksakan kesehatan ke Posyandu Lansia tetapi
sekarang tidak lagi. Didapatkan juga 40% responden lebih dari 10 kali dalam
1 tahun memeriksakan kondisi kesehatannya ke posyandu lansia, 20%
responden kurang dari 8 kali dalam setahun memeriksakan kesehatan ke
posyandu lansia, dan 40% responden tidak pernah memeriksakan kondisi
kesehatannya ke posyandu lansia. Adapun alasan responden tidak melakukan
pemeriksaan di posyandu lansia dikarenakan tidak adanya dokter.
Setelah melakukan analisis masalah ditemukan kemungkinan
penyebab masih rendahnya cakupan pelayanan posyandu usila dan pra usila
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman lansia akan kegiatan di posyandu
lansia.
2. Faktor sosial budaya: pola pikir lansia yang beranggapan
bahwa posyandu adalah tempat berobat.
3. Kurangnya dukungan dari keluarga lansia kepada lansia.
4. Tidak ada jadwal rutin kunjungan dari petugas kesehatan.
Adapun alternatif pemecahan dari keempat masalah tersebut antara lain:
1. Bekerjasama dengan perangkat dusun dan tokoh masyarakat

untuk mensosialisasikan kepada lansia tentang kegiatan posyandu lansia

dan manfaat posyandu lansia.

2. Membuat jadwal rutin kunjungan.

38
3. Penyuluhan mengenai kesehatan lansia dan pentingnya

posyandu lansia kepada keluarga.

B. Saran

1. Melakukan advokasi lepada perangkat dusun dan tokoh

masyarakat agar dapat mensosialisasikan menganai kegiatan posyandu

lansia, fungsi, dan manfaatnya.

2. Petugas kesehatan membuat jadwal rutin kunjungan ke

posyandu lansia

3. Melakukan penyuluhan mengenai kegiatan posyandu

lansia, fungsi dan manfaatnya baik ke sasaran langsung, yakni pra Usila

dan Usila, maupun ke sasaran tidak langsung, yakni keluarga dimana pra

usila dan usila tinggal.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang Undang no. 23 Tahun 1992. [diakses pada: 29 Juli 2010]. Diunduh
dari http://www.dpr.go.id/uu/uu1992/UU_1992_23.pdf.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengelolaan


kegiatan kesehatan di kelompok usia lanjut. 2003.

3. Hartoyo, Handout instrumen analisa penyebab untuk pemecahan masalah:


Magelang, 2010.

4. Erfandi, Pengelolaan posyandu lansia. [diakses pada:29 Juli 2010].


Diunduh dari http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/04/pengelolaan-
posyandu-lansia.html

5. Mahyuliansyah, Pengelolaan posyandu lansia. Last update: 1 Juni 2009


[diakses pada:29 Juli 2010]. Diunduh dari http://askep-
askeb.cz.cc/2010/02/pengelolaan-posyandu-lansia.html

6. Hartoyo, Handout manajemen program/pelayanan di puskesmas:


Magelang, 2010.

7. Hartoyo, Handout penentuan prioritas pemecahan masalah: Magelang,


2010.

8. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta; 2005.

40
Lampiran kuesioner
Nama responden :
Usia :
Alamat :
Tanggal wawancara :

1. Apakah dalam 3 bulan terakhir anda mendapatkan penyuluhan pembinaan


kesehatan usia lanjut?
a. Ya
b. Tidak
2. Dimanakah Anda mendapatkan penyyuluhan tersebut?
a. Posyandu lansia di daerah tempat tinggal
b. Rumah
c. Puskesmas
3. Siapakah yang melakukan penyuluhan tersebut?
a. Kader
b. Bidan
c. Dokter umum
4. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini Anda memeriksakan kondisi kesehatan
Anda?(jika tidak langsung ke pertanyaan no. 6)
a. Ya
b. Tidak
5. Dimanakah Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
a. Posyandu Lansia
b. Puskesmas
c. Dokter praktek umum
6. Berapa kali dalam 1 tahun anda memeriksakan kondisi kesehatan anda di
Posyandu Lansia ?
a. Lebih dari 10 kali dalam setahun
b. 8 kali dalam setahun

41
c. Kurang dari 8 kali dalam setahun
d. Tidak pernah
7. Apakah Anda tahu tentang Posyandu Lansia?
a. Tahu
b. TIdak tahu
8. Apakah di tempat Anda terdapat Posyandu Lansia?
a. Ada
b. Tidak ada
9. Apakah Anda pernah dating ke Posyandu Lansia?
a. Pernah
b. Pernah sebelumnya, tetapi sekarang tidak
c. Tidak pernah
10. Apakah kegiatan-kegiatan yang ada di Posyandu Lansia?
a. Pemeriksaan kegiatan sehari-hari, status mental, timbang badan,
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah
b. Penyuluhan, konseling, pemberian makanan tambahan, senam
lansia, kerohanian, dll
c. Tidak tahu
11. Apabila Anda datang ke Posyandu Lansia, apakah dilayani dengan baik?
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
12. Apakah pelayanan Posyandu Lansia sudah memuaskan?
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
13. Apakah jumlah petugas di Posyandu Lansia sudha mencukupi?
a. Sangat cukup
b. Cukup

42
c. Kurang
d. Tidak cukup
14. Apakah petugas di Posyandu Lansia melakukan pengobatan?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah petugas di Posyandu lansia memberikan informasi yang Anda
butuhkan?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Tidak pernah
16. Apakah Anda puas terhadap informasi yang diberikan oleh petugas?
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
17. Apa alasan Anda tidak melakukan pemeriksaan kesehatan di Posyandu
Lansia?
a. Tidak ada dokter
b. Tidak ada waktu
c. Pelayanan kurang memuaskan

43

Anda mungkin juga menyukai