Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Laki-laki 30 tahun dengan Hidung Meler

Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Umun Bagian Ilmu THT

Pembimbing: dr. Wahyu Budi M, Sp. THT-KL

Disusun Oleh:
1. Adib Priambudi (H2A012026)
2. Andhita Amirudin Ambo (H2A012055)
3. Annisa Fasichatul L. S (H2A012010)
4. M. Mirza Fajar Handoko (H2A012047)
5. Rifky Habib Amperawan (H2A012021)
6. Risfal Laksana A (H2A010031)

Kepaniteraan Umum
DEPARTEMEN ILMU THT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
- Nama : Tn. A
- Usia : 30 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Agama : Islam
- Alamat : Telogorejo
- Pekerjaan : PNS (guru)

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Oktober 2016 di
ruang Skill lab FK UNIMUS.
- Keluhan Utama
Hidung meler
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan hidung meler yang sudah terjadi sejak 3
bulan. Keluhan terjadi secara tiba-tiba di pagi hari keluar ingus dari kedua
lubang hidung pasien. Keluhan ini terjadi secara terus menerus selama 3
bulan. Dengan ingus yang dikeluarkan berwarna kuning, cair dan tidak
berbau. Keluhan hidung meler yang dirasakan pasien akan semakin keluar
banyak saat di pagi hari dan saat pasien melakukan aktivitas. Untuk
mengurangi keluarnya ingus, pasien mengkonsumsi makanan dan
minuman hangat. Selain itu, pasien merasa berkurang keluhan nya saat
beristirahat. Pasien belum mengkonsumsi obat untuk menangani keluhan
nya tersebut. Pasien juga mengeluhkan ada nya keluhan hidung tersumbat
yang terjadi pada kedua lubang hidung nya. Keluhan ini muncul terus
menerus bebarengan dengan keluhan hidung meler. Keluhan pusing juga
dirasakan oleh pasien. Pusing ini juga dirasakan sejak 3 bulan. Muncul
terus menerus, dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan semakin berat saat
menunduk, menoleh, dan menengadah. Keluhan pusing ini juga disertai

2
dengan keluhan kepala terasa berat terutama saat bangun tidur di pagi
hari. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk yang terjadi secara terus
menerus. Batuk berupa batuk kering tidak berdahak yang terjadi
bersamaan dengan hidung meler. Dan pasien juga mengeluhkan sering
terasa adanya cairan yang turun dari belakang hidung ke tenggorokan.
Keluhan ini juga dirasakan sejak 3 bulan bersamaan dengan keluhan-
keluhan yang lain. Pasien tidak mengeluhkan ada nya mata nrocos (-),
penglihatan kabur (-), nyeri telinga (-), telinga terasa penuh (-), serak pada
tenggorokan (-), nyeri telan (-), mual (-), muntah (-).
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengakui adanya keluhan yang sama pada 1 tahun lalu. Dan
keluhan yang lalu tersebut sudah di beri pengobatan di klinik. Keluhan
dirasa membaik tetapi sering kambuh. Dalam 1 tahun pasien
menyebutkan sudah kambuh sebanyak 3 kali. Riwayat sakit gigi disangkal
oleh pasien. Riwayat sering bersin-bersin di pagi hari (-), riwayat batuk
lama (-), dan riwayat alergi obat/makanan (-).
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat dengan keluhan serupa pada keluarga disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal riawayat batuk lama (-), riwayat bersin-bersin di
pagi hari (-), riwayat hipertensi (-), riwayat dm (-) pada keluarga nya.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai PNS (guru). Untuk bekerja, pasien mengendarai
motor dan selalu menggunakan masker. Pendidikan terakhir pasien adalah
sarjana strata satu. Pasien tidak merokok (-) dan tidak mengkonsumsi
alkohol (-). Jendela rumah pasien jarang di buka dan rumah selalu
dibersihkan seminggu dua kali.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : tampak baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital : dalam batas normal
3
4. Status generalis
- Kepala : bentuk mesosefali, rambut hitam tidak ada
kelainan
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
pupil (+), pupil bulat, sentar, regular.
- Thorak :
Pulmo
a. Inspeksi : hemithorax desxtra et sinistra simetris, massa (-)
b. Palpasi : taktil fremitus normal, nyeri (-)
c. Perkusi : sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
Jantung
a. Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : iktus kordis tidak teraba, nyeri (-)
c. Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
d. Auskultasi : S1 > S2, suara tambahan (-)
- Abdomen
a. Inspeksi : bentuk normal, warna sama dengan sekitar
b. Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
c. Perkusi :timpani seluruh lapang abdomen
d. Auskultasi: bising usus (+) normal
- Ekstremitas :

Pemeriksaan Superior Inferior


Akral hangat (+) (+)
Sianosis (-) (-)
CRT > 2 detik > 2 detik

4
5. Status lokalis

Pemeriksaan telinga Hasil

Kanan Kiri

Telinga Inspeksi Preauricula Secret - -

Abses - -

Fistula - -

Benjolan - -

Darah - -

Aurikula Secret - -

Abses - -

Fistula - -

Benjolan - -

Darah - -

Retroauricula Abses - -

Fistula - -

Benjolan - -

Darah - -

Palpasi Preauricula Tragus: nyeri tekan? - -

Benjolan - -

Aurikula Nyeri tarik? - -

Benjolan - -

Retroauricula Mastoid: nyeri tekan? - -

Benjolan - -

5
Perkusi Preaurikula Tragus  diketuk, - -
nyeri/tidak?

Retroauricula Mastoid  nyeri - -


ketuk?

CAE Inspeksi Serumen - -

Benjolan - -

Mukosa hiperemis - -

Darah - -

Corpus alienum - -

Membrane Warna Putih Putih


timpani
Reflex cahaya + +

Secret - -

Perforasi - -

Bulging - -

Bentuk permukaan cembung cembung

Hasil
Pemeriksaan Hidung
Kanan Kiri

Hidung Luar Inspeksi Hiperemis - -

Lesi - -

Septum deviasi - -

Deformitas - -

Secret + +

Darah - -

6
Benjolan - -

Palpasi Nyeri tekan - -

Krepitasi - -

Deformitas - -

Sinus maksilaris + +

Sinus frontalis - -

Sinus etmoidalis - -

Perkusi Sinus maksilaris - -

Sinus frontalis - -

Sinus etmoidalis - -

Hidung Dalam Inspeksi Darah - -

Krusta - -

Secret + +

Corpus alienum - -

Edem konka inferior + +

Pemeriksaan tenggorok Hasil


Bibir :
Menutup sempurna (+)
Sianosis (-)
Mulut :
Warna sianosis (-)
Warna bukal sianosis (-)
Palatum :
Warna hiperemis (-)
Simetris atau asimetris Simetris

7
Nodul (-)
Darah (-)
Ulcus :
Stomatitis (-)
Lidah :
Atrofi papil lidah (-)
Ulkus (-)
Plak putih (-)
Benjolan (-)
Frenulum lidah (-)
Gigi geligi :
Missing teeth (+)
Karies (+) 1.3 2.3
Tambalan (+)
Gusi (-)
Arcus faring :
Warna hiperemis (-)
Sudut 90o (+)
Ulkus (-)
Uvula :
Deviasi (-)
Lokasi ditengah (+)
Warna hiperemis (-)
Ulkus (-)
Bergetar (-)
Tonsil :
Odem (-)
Ukuran T1 & T1
Kripte melebar (-)
Kripte menyempit (-)

8
Dedritus (-)
Permukaan berbenjol (-)
Dinding posterior faring :
Warna hiperemis (-)
Granulasi (-)
Laringoskopi indirect :
Pangkal Lidah :
Benda asing (-)
Ulkus (-)
Warna hiperemis (-)
Stomatitis (-)
Epiglotis :
Ulkus (-)
Warna hiperemis (-)
Massa (-)
Plica vokalis :
Warna hiperemis (-)
Nodul (-)
Massa (-)
(Bilang iiii)
Simetris atau asimetris Simetris

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium darah rutin (hb, ht, eritrosit, leukosit,


trombosit, MCH, MCV, MCHC, LED)

2. Foto X-Ray sinus paranasal posisi waters PA & lateral

9
V. RESUME

Pasien Tn.A 30 tahun pekerjaan PNS sebagai guru, datang dengan keluhan

hidung meler kanan dan kiri. Keluhan hidung meler tiba-tiba dirasakan sejak 3

bulan yang lalu. Hidung meler dirasakan terus-menerus dan semakin memberat

sampai mengganggu aktifitas. Pasien merasa lebih baik apabila minum dan

makan-makanan hangat serta saat istirahat, pasien merasa keluhannnya semakin

memburuk pada saat sedang beraktifitas dan terutama pada pagi hari. Pasien

merasa keluhannnya semakin memburuk pada saat sedang beraktifitas dan

terutama pada pagi hari. Keluhan lain yang dirasakan batuk (+), pusing (+),

hidung tersumbat (+). Keluhan pada tenggorokan juga tidak di keluhkan seperti

serak (-), sulit menelan (-). Pasien pernah mengalami keluhan hidung meler

seperti ini sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sekret pada hidung

kanan kiri, sekret berwarna kekuningan, oedema konka, karies pada gigi 1.3 dan

2.3, terdapat missing dan tambalan pada gigi.

VI. RENCANA PENGELOLAAN

Diagnosis : Sinusitis Kronik

Terapi :

R/ Amoksisilin tab 500mg No. XXV

S 3 dd 1 tab p.c

R/ Methylprednisolon tab 4mg No. XV

S 2 dd 1 tab p.c

R/ Asam mefenamat tab 500mg No. XXV

S 3 dd I tab p.c

10
R/ Cetirizine tab 10mg No. X

S 1 dd 1 tab p.c

Monitoring : Kontrol 1 minggu kemudian

Edukasi :

a. Mengedukasi pasien mengenai sinusitis secara sederhana

b. Pasien harus beristirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi fisiknya

c. Mengkonsumsi obat secara teratur

d. Pasien hendaknya menjaga higenitas diri

e. Pasien hendaknya memeriksakan diri ke dokter gigi mengenai gigi


berlubang nya dan kontrol ke dokter spesialis tht jika masih terdapat
keluhan

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad donam

Quo ad sanam : Ad bonam

Quo ad fungsioanal : Ad bonam

11
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi sinus paranasal. Umumnya

disertai atau dipicu dengan rinitis sehingga sering disebut dengan rinosinusitis.

Penyebab utamanyya ialah salesma (common cold) yang merupakan infeksi dari

virus selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

B. Etiologi

Beberapa etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,

bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip

hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septumatau hipertrofi konka, sumbatan

kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,

diskinesia silia seperti pada sindroma kartagener, dan diluar negeri adalah

penyakit fibrosis kistik

C. Klasifikasi

Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila

gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila

berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung

lebih dari 3 bulan.

Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis

akut bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-

tanda radang akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan

disebut sinusitis kronik, bila perubahan histologik mukosa sinus sudah

12
irreversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid.

Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan pemeriksaan histopatologik,

akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.

1. Sinusitis Akut

Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal

oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan

penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi

- Rinitis akut

- Infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut

- Infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)

- Berenang dan menyelam

- Trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

- Barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

Gejala Subyektif

Gejala subjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala

sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang

kadang – kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung

tersumbat, rasa nyeri didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang

dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih (referred pain).

Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang

menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi

dan didepan telinga.

13
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius.

Kadang – kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan

bertambah bila mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada

sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh

kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, dibelakang bola

mata dan didaerah mastoid.

Gejala Obyektif

Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata

bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid

jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada

sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus

atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan

sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada rinoskopi

posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram

atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang

sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral.

Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air

fluid level) ada sinus yang sakit.

14
Pemeriksaan Mikrobiologi

Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus

medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri

yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti

Pneumococcus, Streptococcus, Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae.

Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur.

Terapi

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10 – 14 hari,

meskipun gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang diberikan adalah golongan

penisilin. Diberikan juga obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk

memperlancar drainase sinus. Boleh diberikan analgetika untuk menghilangkan

rasa nyeri.

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila

telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat

karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.

2. Sinusitis Subakut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang

akutnya (demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi anterior

tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior

tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak

sinus yang sakit suram atau gelap.

Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan

tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.

15
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang

sesuai dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat

simtomatis berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar

draenase. Obat tetes hidung hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5

sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis

medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan analgetika, antihistamin, dan

mukolitik.

Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra

short wave diathermy), sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk

memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan

pencucian sinus dan juga pembedahan non radikal, seperti bedah Sinus

Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah Kompleks Ostio

Meatal sehingga mukosa sinus kembali normal

3. Sinusitis Kronik

Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek,

umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus

dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan

mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik.

Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi

menjadi kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya

infeksi akan menyebabkan edema konka, sehingga drenase sekret akan terganggu.

Drenase sekret yang terganggu dapat menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

16
Gejala Subyektif

Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:

- Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca

nasal drip (post nasal drip).

- Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.

- Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya

tuba Eustachius.

- Adanya nyeri/sakit kepala.

- Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-

lakrimalis.

- Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi

di paru, beruoa bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial,

sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.

- Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat

menyebabkan gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring

yang meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan

mengakibatkan batuk kronik.

Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan

berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan

pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam

rongga hidung dan sinus serta adamya stasis vena.

17
Gejala obyektif

Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis

akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat

ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada

rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Pemeriksaan mikrobiologik

Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba,

seperti kuman aerob S. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob

Peptostreptokokus dan Fusobakterium.

Diagnosis sinusitis kronik

Dibuat berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi

anterior dan posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi untuk

sinus maksila dan sinus frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila,

sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diambil

pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan meatus medius dan meatus superior

dengan menggunakan naso-endoskopi dan pemeriksaan CT-scan.

Terapi

Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi

infeksinya dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama

sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi

gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus yang sakit.

Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu

memperbaiki drenase dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit. Untuk

18
sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis

etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz. Irigasi dan

pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5-6 kali tidak

ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen, berarti mukosa sinus

sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu dilakukan

operasi radikal.

Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat

juga dilakukan dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus

maksila) secara langsung dengan menggunakan endoskop.

D. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan kelanjaran

klirens dari mukosiliar didalam kompleks osteo meatal (KOM). Bila terinfeksi

organ yang membentuk KOM akan mengalami edema, sehingga mukosa yang

saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan

lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Hal ini menyebabkan

timbulnya tekanan negative di dalam rongga sinus terjadinya transudasi. Hal ini

juga menyebabkan terjadinya ganguan drainase dan ventilasi didalam sinus,

sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus

menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri

pathogen.

Bila sumbatan terus berlangsung akan terjadi hipoksia dan retensi lendir

sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan

jaringan menjadi hipertropi, polipoid, atau pembentukan kista.

19
E. Gejala Klinis

American Academy of Otolaryngology membagi kategori gejala untuk

menegakan rhinosinusitis yaitu gejala mayor dan gejala minor sebagai berikut:

Gejala mayor Gejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada muka Sakit kepala

Kebas atau rasa penuh dimuka Demam

Obstruksi hidung Halitosis

Secret hidung yang purulen atau post


Kelelahan
nasal drip

Hiposmia atau anosmia Sakit gigi

Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh


Demam
ditelinga

Berdasarkan tabel tersebut sinusitis dapat ditegakan bila ditemukan 2

gejala mayor, atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor. Lokasi nyeri pada wajah

dapat menunjukan lokasi sinus yang sakit, nyeri di pipi menandakan sinusitis

maksila, nyeri diantara atau dibelakang ke dua bola mata menandakan sinusitis

etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal, pada

sinusitis sphenoid nyeri dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata, dan

daerah mastoid.

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Saat inspeksi diperhatikan adanya pembengkakan pada

muka, pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna

20
kemerah-merahan mungkin menunjukan sinusitis maksila akut,. Pembengkakan

di kelopak mata atas mungkin menunjukan sinusitis frontal akut. Perhatikan pula

lokasi nyeri saat dilakukan palpasi.

Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan

naso endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini.

Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila, etmoid

anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan

sphenoid). Pada rhinosinusitis akut tampak pada pemeriksaan fisik mukosa edem

dan hiperemis. Pada anak sering ada edem dan hiperemis didaerah kantus medius.

Pemeriksaan penunjang pada sinusitis adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan transluminasi

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram

atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu

sisi wajah, karena akan Nampak perbedaan antara sinus yang sehat

dengan sinus yang sakit.

b. Sinoskopi

Pemeriksaan kedalam sinus maksila menggunakan endoskop.

Endoskop dimasukan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior

atau fossa kanina. Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan didalam

sinus apakah ada secret, polip, jaringan granulasi, massa tumor,

keadaan mukosa dan ostiumnya.

21
c. Pencitraan

Dengan foto kepala posisi water’s, PA dan lateral, akan terlihat

perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus

yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam

kasus sinusitis.

d. Kultur

Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah pada organisme

penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari

meatus medius, meatus superior atau aspirasi sinus.

G. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan

menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif

dan pembedahan.

Pengobatan konservatif terdiri dari:

1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan

kelembaban yang ideal 45- 55.

2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.

3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.

4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan

lebih dari 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis

medikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama

dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi

mukosa dan kerusakan silia.

22
5. Antihistamin jika pada pasien ada faktor alergi.

6. Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak

parah.

Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,

otitis media kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita

atau komplikasi abses intracranial.

Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus

paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi

dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (FESS = functional endoscopic sinus

surgery). Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.

Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung,

menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk

membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus yang

normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secara perlahan

mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa

merusak jalur sinus. Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk mengatasi

masalah pada sinus frontalis.

H. Komplikasi

Saat ini komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika

spektrum luas. Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut.

Timbulnya komplikasi karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Harus

waspada jika ada gejala seperti di bawah ini:

1. Sakit kepala menyeluruh yang menetap

23
2. Muntah.

3. Kejang

4. Panas tinggi atau menggigil

5. Udema atau bertambahnya pembengkakan di daerah dahi atau

kelompak mata

6. Penglihatan kabur, diplopia, atau sakit di daerah retrobulber yang

menetap

7. Tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial.

Komplikasi yang dapat ditemukan:

1. Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling

sering ialah ke arah mata sebagai perluasan infeksi dari sinus.

2. Osteomyelitis dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis

frontalis kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi

molar.

3. Komplikasi ke arah kranial: Meningitis, Abses ekstradural dan

subdural, Abses otak dan Trombosis sinus kavernosus.

J. Prognosis

Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh

spontan tanpa pemberian antibiotik. Prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika

dengan pembedahan dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo, Endang, Soetjipto D. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. FKUI. Jakarta
2007. Hal 150-3.
2. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006.
Hal 1-6.
3. Ghorayeb B. Sinusitis. Dalam Otolaryngology Houston. Diakses dari
www.ghorayeb.com/AnatomiSinuses.html
4. Damayanti dan Endang. Sinus Paranasal. Dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor.
Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit
FK UI, Jakarta 2002, 115 – 119.
5. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of
Sinusitis. In advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505.
6. Anonim, Sinusitis, dalam ; Arif et all, editor. Kapita Selekta Kedokteran,
Ed. 3, Penerbit Media Ausculapius FK UI, Jakarta 2001, 102 – 106.
7. Rukmini S, Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung &
Tenggorok. Jakarta: EGC; 2000. 26-48.

25

Anda mungkin juga menyukai