Anda di halaman 1dari 2

KEBAIKAN 2

Kebaikan hati akan menghadirkan efek besar dalam kebermanfaatan material dan sarana duniawi
yang tersedia. Mendatangkan tumpukan kekayaan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya
kemanfaatan bersama. Menjelmakan sejumlah besar modal untuk dikelola hingga menghasilkan
kemaslahatan sebanyak-banyaknya bagi sesama. Mewujudkan jaringan kebaikan yang
membentang luas dan merambah berbagai lorong kehidupan yang menjadi hajat umat. Bahkan
menghasilkan duplikasi-duplikasi kebaikan berikutnya dengan skala dan ukuran luar biasa. Inilah
dahsyatnya kebaikan amal yang dihasilkan dari kebaikan hati.
Kebaikan hati tidak bisa dihalangi oleh keterbatasan sarana duniawi. Kebaikan hati tidak akan
terhenti oleh faktor-faktor material yang mungkin saja sangat terbatas. Ia akan mengalir dan
menembus batas-batas itu, dengan berbagai cara yang mungkin tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Sebagaimana air yang memiliki naluri untuk mengalir, ia akan selalu berusaha
mengalir meski penghalang membatasinya. Ia akan terus mencari dan menerobos setiap celah yang
teramat kecil sekalipun untuk bisa tetap mengalir.
Begitulah halnya kebaikan hati. Ia bagai air. Terus mengalirkan kebaikan demi kebaikan. Meski
sesekali tampak terhenti karena sesuatu menghalanginya. Namun, terhentinya bukan berarti diam.
Melainkan, ia sedang membuat mekanismenya sendiri untuk bisa terus mengalir. Tunggulah,
sebentar lagi ia akan kembali mengalirkan kebaikan yang bahkan dalam kedahsyatan tak terduga.
Tengoklah kisah Abu Thalhah bersama sang istri, Ummu Sulaim. Ketika suatu malam sepasang
keluarga Anshar itu dalam keterbatasan yang sangat, bahkan sampai batas yang sedemikian rupa,
hingga makanan pun hanya cukup untuk makan malam anak-anak mereka. Tetapi panggilan
berbuat baik tiba-tiba datang: seseorang dari kalangan sahabat dalam kondisi kelaparan
membutuhkan pertolongan.
Tanpa banyak pikir, Abu Thalhah membawanya ke rumah. Dan, jawaban sang istri sungguh
memilukan. Malam itu, mereka hanya punya sedikit makanan jatah anak-anak mereka. Mendapati
keterbatasan yang demikian, Abu Thalhah tidak lantas membatalkan niat berbuat baik kepada
tamunya.
Energi macam apa yang bisa memunculkan ide kreatif luar biasa Abu Thalhah dan isterinya yang
membuat skenario ini: menidurkan anak-anaknya lebih cepat; membuat lampu yang tidak
bermasalah seolah-olah mati dan perlu dibetulkan; lalu berpura-pura seperti orang sedang makan
dan menemani sang tamu sehingga tamu bisa makan tanpa kikuk dan rasa bersalah?
Ide-ide brilian yang bisa melahirkan banyak terobosan tentang cara berbuat baik, pada saat faktor-
faktor material membatasinya, itulah kebaikan hati! Ia akan memunculkan dirinya dalam beragam
kebaikan dengan bermacam cara dan model. Kebaikan-kebaikan yang boleh jadi tidak pernah
terbayangkan sebelumnya. Hingga ia menjadi sebuah peristiwa yang monumental dan senantiasa
menjadi kegemilangan sejarah. Kebaikan hati yang akan terus mengalirkan sungai kebaikan.
Kebaikan hati yang tidak akan pernah menyerah pada keterbatasan sarana duniawi. Kebaikan hati
yang membuat kita cerdas melihat setiap peluang kebaikan dan menangkapnya segera!
Maka, kebaikan hati adalah panglima dari kebaikan-kebaikan lahir yang dapat kita perbuat. Tanpa
hati yang baik, tanpa hati yang ingin berbuat baik, sebanyak apa pun sarana material yang tersedia,
sangat sulit menghasilkan kebaikan. Harta yang banyak tidak akan menghasilkan kebaikan apa-
apa tanpa dimilikinya kebaikan hati. Ilmu yang banyak, pun tak akan menghasilkan kebaikan jika
tidak ada kebaikan hati. Relasi, pertemanan, atau kolega sebanyak dan setersebar apa pun, tidak
akan menghasilkan kebaikan apa-apa jika tidak ada kebaikan hati yang bisa merajut berbagai
potensi sosial itu untuk melahirkan kebaikan.
Kebaikan hati adalah kunci. Oleh karena itu, bagi kita, bukan semata deretan angka nol yang
panjang dari uang yang kita miliki yang penting, tetapi sebanyak apa kebaikan yang bisa kita
hasilkan darinya. Bukan sepanjang apa gelar akademik di belakang nama kita, tetapi sebanyak apa
kebaikan yang dapat kita hasilkan dengan ilmu yang kita punyai. Sebanyak apa orang yang bisa
merasakan manfaat dari ilmu yang kita miliki.
Maka, mari memohon kepada Allah akan kebaikan hati kita. Sehingga dengan itu, kita akan tetap
bisa berbuat baik dalam kondisi apa pun. Dapat berbagi kebaikan dalam keadaan seterbatas apa
pun, dalam situasi sesulit apa pun. Apatah lagi jika keadaannya serbalapang, serbamudah dan
serbamemungkinkan. ”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu perbuat.” (Q.s. al-Baqarah: 265). Wallahu a’lam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai