Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sekitar 80% kematian pada penderita diabetes millitus (DM) disebabkan oleh
trombosis. Daerah yang sering mengalami trombosis pada penderita DM adalah pada
pembuluh darah daerah ekriminitas bawah bagian distal. Terjadinya trombosis akan
mengganggu suplai darah ke daerah luka sehingga akan menghambat proses
penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya ulkus. Ulkus kaki diabetik merupakan
suatu komplikasi diabetes yang perlu mendapatkan perhatian khusus.Berdasarkan hasil
pengujian kualitas penggunaan antibiotik ditemukan persentase terbesar berupa
penggunaan antibiotik terlalu lama. Berdasarkan studi pendahuluan, beberapa pasien
infeksi ulkus kaki diabetik mengalami resistensi terhadap semua antibiotik yang diuji
secara mikrobiologis. Salah satu cara untuk meminimalkan perluasan infeksi adalah
teknik perawatan pembersihan.
Menurut penelitian Decroli tentang profil ulkus antibiotik pada pasien infeksi
ulkus kaki diabetik, beberapa bakteri telah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
secara empiris seperti sefotaksim, seftriakson, siprofloksasin. Penggunaan antibiotik
secara tidak tepat mengakibatkan tujuan terapi tidak tercapai dan terjadinya resistensi
terhadap antibiotik. Resistensi ini menyebabkan dibutuhkannya antibiotik baru untuk
mengatasi infeksi yang lama. Namun, proses yang dilakukan untuk menemukan
antibiotik baru dan melanjutkan terapi yang efektif membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang besar.
Penggunaan antibiotik terlalu lama dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya
resistensi. Resistensi bakteri merupakan tantangan tersendiri terkait dengan morbiditas
dan mortalitasnya yang tinggi. Pola resistensi bakteri negatif sulit diobati oleh
antibiotik konvensional. Saat ini kurangnya terapi antibiotik yang efektif, dan hanya
sedikit penggunaan antibiotik baru yang resisten terhadap betalaktamase, yang mana
pada kasus tertentu memerlukan pengembangan pilihan pengobatan baru dan terapi
antimikroba alternatif. diabetik dan penelitian Hatanta tentang kajian penggunaan
Efektifitas antibiotik pada ulkus kaki diabetik dapat dilihat dari adanya perbaikan tanda
klinis dan perbaikan hasil laboratorium.

1
I.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pasien infeksi ulkus kaki diabetik yang mengkonsumsi
antibiotik?
2. Faktor resiko apa saja yang dapat mempengaruhi pasien infeksi ulkus kaki diabetik?
3. Parameter apa saja yang dapat dilihat pada pasien yang positif menderita infeksi ulkus
kaki diabetik?
4. Bagaimana evaluasi efektifitas antibiotik dilakukan untuk mengatasi masalah
penggunaan antibiotik pada pasien infeksi ulkus kaki diabetik?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk monitoring respon terapi pada pasien infeksi ulkus
kaki diabetik setelah pemberian antibiotik dan mengevaluasi efektifitas antibiotik
pada pasien infeksi ulkus kaki diabetik.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien infeksi ulkus kaki diabetik yang
mengkonsumsi antibiotik.
b. Mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi dan parameter yang terlihat pada
pasien penderita infeksi ulkus kaki diabetik
c. Mengetahui antibiotik yang efektif digunakan untuk mengatasi masalah penggunaan
antibiotik pada pasien infeksi ulkus kaki diabetik.

I.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien infeksi ulkus kaki diabetik yang
mengkonsumsi antibiotik.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi masyarakat umumnya dan penderita
ulkus kaki diabetik khususnya mengenai konsumsi antibiotik yang tepat dan efektif.
3. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai studi pendahuluan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.

2
I.5 Keaslian Penelitian
Penelitain yang dilakukan oleh peneliti tercantum dalam tabel 1. berikut ini :
Tabel 1. Keaslian Penelitian

Kategori Penelitan Yang Dilakukan

Pasien ulkus diabetik rawat inap yang menerima antibiotik


Subjek yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien ulkus diabetik
grade 3 dan 4 yang menggunakan antibiotik.
Memonitoring respon terapi pada pasien infeksi ulkus kaki
Tujuan diabetik setelah pemberian antibiotik dan mengevaluasi
efektifitas antibiotik pada pasien infeksi ulkus kaki diabetik
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana
Desain Penelitian
pengumpulan data dilakukan secara prospektif
Rekam medik, catatan perawat, dan observasi langsung
Instrumen
pasien infeksi ulkus kaki diabetik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Ulkus Diabetik (diabetic ulcers)


Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk dari komplikasi kronik penyakit
diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat (Frykberb, 2002). Ulkus diabbetik merupakan luka
tebuka pada permukaan kulit akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah
ditungkai dan neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga klien
sering tidak merasakan adanya luka, luka terbuka dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Waspadji, 2009). Ulkus kaki pada
klien diabetes melitus yang berlanjut menjadi pembusukan memiliki kemungkinan
besar untuk diamputasi (Situmorang, 2009).

II.2 Klasifikasi Ulkus Kaki Diabetik


Luka diabetes biasa disebut ulkus diabetikum atau luka neuropati. Luka
diabetes adalah infeksi, ulkus atau kerusakan jaringan yang lebih dalam yang terkait
dengan gangguan neurologis dan vaskuler pada tungkai (WHO, 2001). Kondisi ini
merupakan komplikasi umum yang terjadi pada pasien yang menderita diabetes
melitus. Dua hal yang dapat menyebabkan luka diabetes yaitu adanya neuropati dan
penyakit vaskuler (Robert, 2000).
Luka diabetes dengangangren didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau
jaringan mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli pembuluh darah besar
arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat
proses inflamasi yang memanjang, perlukan ( digigit serangga, kecelakaan kerja,
atau terbakar), proses degenerative (arterioskerosis) atau gangguan metabolik
(diabetes melitus). (Maryunani, 2013)

4
II.3 Etiologi
Menurut Suriadi (2007) dalam Purbianto (2007); Robert (2000) penyebab dari luka
diabetes antara lain :
1. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering ditemukan pada
pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah gangguan metabolisme syaraf
sebagai akibat dari hiperglikemia kronis. Angka kejadian neuropati ini meningkat
bersamaan dengan lamanya menderita penyakit diabetes melitus dan bertambahnya
usia penderita. Tipe neuropati terbagi atas 3 (tiga) yaitu :
a. Neuropati sensorik
Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah kerusakan saraf sensoris
pertama kali mengenai serabut akson yang paling panjang, yang menyebabkan
distribusi stocking dan gloves. Kerusakan pada serabut saraf tipe A akan
menyebabkan kelainan propiseptif, sensasi pada sentuhan ringan, tekanan,
vibrasi dan persarafan motorik pada otot. Secara klinis akan timbul gejala seperti
kejang dan kelemahan otot kaki. Serabut saraf tipe C berperan dalam analisis
sensari nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini akan menyebabkan kehilangan
sensasi protektif. Ambang nyeri akan meningkat dan menyebabkan trauma
berulang pada kaki.
b. Neuropati motorik
Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut saraf dan kerusakan motor
end plate. Serabut saraf motorik bagian distal yang paling sering terkena dan
menimbulkan atropi dan otot-otot intrinsik kaki. Atropi dari otot intraosseus
menyebabkan kolaps dari arcus kaki. Metatarsal-phalangeal joint kehilangan
stabilitas saat melangkah. Hal ini menyebabkan gangguan distribusi tekanan kaki
saat melangkah dan dapat menyebabkan kallus pada bagian-bagian kaki dengan
tekanan terbesar. Jaringan di bawah kalus akan mengalami iskemia dan nekrosis
yang selanjutnya akan menyebabkan ulkus. Neuropati motorik menyebabkan
kelainan anatomi kaki berupa claw toe, hammer toe, dan lesi pada nervus
peroneus lateral yang menyebabkan foot drop. Neuropati motorik ini dapat
diukur dengan menggunakan pressure mat atau platform untuk mengukur tekanan
pada plantar kaki.

5
c. Neuropati otonom
Neuropati otonom menyebabkan keringat berkurang sehingga kaki menjadi
kering. Kaki yang kering sangat berisiko untuk pecah dan terbentuk fisura pada
kalus. Neuropati otonom juga menyebabkan gangguan pada saraf-saraf yang
mengontrol distribusi arteri-vena sehingga menimbulkan arteriolar-venular
shunting. Hal ini menyebabkan distribusi darah ke kaki menurun sehingga terjadi
iskemi pada kaki, keadaan ini mudah dikenali dengan terlihatnya distensi vena
pada kaki.

2. Penyakit Arteri Perifer (Pheripheral vascular disease)


Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah salah satu komplikasi makrovaskular dari
diabetes melitus karena adanya arteriosklerosis dan ateosklerosis. Penyakit arteri
perifer ini disebabkan karena dinding arteri banyak menumpuk “plaque” yang terdiri
dari deposit platelet, sel-sel otot polos, lemak, kolesterol dan kalsium. PAP pada
penderita diabetes berbeda dari yang bukan diabetes melitus. PAP pada pasien
diabetes melitus terjadi lebih dini dan cepat mengalami perburukan. Pembuluh darah
yang sering terkena adalah arteri tibialis dan arteri peroneus serta percabangannya.
Risiko untuk terjadinya kelainan vaskuler pada penderita diabetes adalah usia, lama
menderita diabetes, genetik, merokok, hipertensi, dislipidemia, hiperglikemia,
obesitas.

3. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya trauma
akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang berulang, seperti
pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang berkepanjangan dapat
menyebabkan ulserasi pada kaki.

4. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus, infeksi
biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon immunologi, hal ini
menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang masuk, selain itu iskemia
menyebabkan penurunanan suplai darah yang menyebabkan antibiotik juga efektif
sampai pada luka.

6
II.4 Patofisiologi
Dalam Robert (2000); Soeparman (2004) neuropati sensori perifer dan trauma
merupakan penyebab utama terjadinya ulkus. Neuropati lain yang dapat
menyebabkan ulkus adalah neuropati motorik dan otonom. Neuropati adalah
sindroma yang menyatakan beberapa gangguan pada saraf. Pada pasien dengan
diabetes beberapa kemungkinan kondisi dapat menyebabkan neuropati :
a. Pada kondisi hiperglikemia aldose reduktase mengubah glikosa menjadi sorbitol,
sorbitol banyak terkumulasi pada endotel yang dapat menganggu suplai darah pada
saraf sehingga axon menjadi atropi dan memperlambat konduksi implus saraf.
b. Pengendapan advanced glycosylation edn-product (AGE-P) menyebabkan
penurunan aktivitas mycelin (demielinasi). Neuropati sensori menyebabkan
terjadinya penurunan sensitifitas terhadap tekanan atau trauma, neuropati motorik
menyebabkan terjadinya kelainan bentuk pada sendi dan tulang. Neuropati
menyebabkan menurunnya fungsi kelenjar keringat pada perifer yang menyebabkan
kulit menjadi kering dan bentuknya fisura. Penyakit vaskuler yang terdiri dari
makroangiopati dan mikroangiopati menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah
pada organ. Adanya neuropati, penyakit vaskuler dan trauma menyebabkan
terjadinya ulkus pada ekstremitas.
Selain neuropati penyakit peripheral vascular desease ( penyakit vaskular perifer)
juga menjadi penyebab terjadinya ulkus. Penyakit vaskular perifer terjadi dari dua,
yaitu :
1) Mikroangiopati, yang merupakan kondisi dimana terjadi penebalan membran basalis
kapiler dan peningkatan aliran darah sehingga menyebabkan edema neuropati.
2) Makroangiopati, yaitu terjadinya arteriosklerosis yang menyebabkan penurunan
aliran darah (iskemia). Trauma dan kerusakan respon terhadap proses infeksi
menjadi penyebab terjadinya luka diabetes selain neuropati dan penyakit vaskuler
perifer.

II.5 Penilaian Ulkus Kaki Diabetik


Untuk mencegah amputasi kaki dan penyembuhan ulkus berkepanjangan,
maka perlu mengetahui akar penyebabnya. Untuk mendapatkan data ulkus secara
menyeluruh yang dapat bermanfaat didalam perencanaan pengobatan, perlu
dilakukan penilaian-penilaian ulkus meliputi :

7
a. Penilaian Neuropati
Riwayat tentang gejala-gejala neuropati, pemeriksaan sensasi tekanan dengan
Semmes-Weinstein monofilament 10 g, pemeriksaan sensasi vibrasi dengan garpu
tala 128 Hz.
b. Penilaian Struktur
Identifikasi kelainan-kelainan struktur atau deformitas seperti penonjolan tulang di
plantar pedis : claw toes, flat toe, hammer toe, callus, hallusx rigidus, charcot foot.
c. Penilaian Vaskuler
Riwayat klaudikasio intermiten, perubahan tropi kulit dan otot, pemeriksaan pulsari
arteri, ABI, Doppler arteri, dilakukan secara sistematis. Iskemia berat atau kritis,
apabila ditemukan tanda infeksi, kaki terasa dingin pucat, tidak ada pulsari, adanya
nekrosis, tekanan darah ankle < 50 mmHg ( Ankle Brachial Index < 0,5), TcPO2 <
30 mmHg, tekanan darah jari < 30 mmHg.
d. Penilaian Ulkus
Pemeriksaan ulkus harus dilakukan secara cermat, teliti, dan sistematis. Inspeksi
harus bisa menjawab pertanyaan, apakah ulkusnya superfisial atau dalam, apakah
mengenai tulang, sehingga bisa ditetapkan derajat ulkus secara akurat.

II.6 Klasifikasi Grade / Derajat Ulkus Kaki Diabetik


Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik dikenal saat ini
seperti, klasifikasi Wagner, University of Texas wound classification system
(UT), dan PEDIS ( Perfision, Extent/size, Depth/tissue loss, Infection,
Sensation). Klasisfikasi Wagner banyak dipakai secara luas, menggambarkan
derajat luas dan berat ulkus namun tidak mengambarkan keadaan iskemia dan
pengobatan. Kriteria diagnosa infeksi pada ulkus kaki diabetik bila terdapat 2
atau lebih tanda-tanda berikut : bengkak, eritema sekitar lesi, nyeri lokal,
teraba hangat lokal, adanya pus (Bernard, 2007 : Lipsky dkk., 2012). Infeksi
dibagi dalam infeksi ringan (superficial, ukuran dan dalam terbatas), sedang
(lebih dalam dan luas), berat (disertai tanda-tanda sistemik atau gangguan
metabolik). Termasuk dalam infeksi berat seperti gas gangren, selilitis
asenden, terdapat sindroma kompartemen, infeksi dengan toksisitas sistemik
atau instabilitas metabolik yang mengancam kaki dan jiwa pasien (Zgonis
dkk., 2008).

8
Klasifikasi Wagner :
a. Grade / Derajat 0
Derajat 0 ditandai antara lain kulit tanpa ulserasi dengan satu atau lebih faktor
risiko berupa neuropati sensorik yang merupakan komponen primer penyebab
ulkus; peripheral vascular disease; kondisi kulit yaitu kulit kering dan terdapat
callous (yaitu daerah yang kulitnya menjadi hipertropik dan anastesi); terjadi
deformitas berupa claw toes yaitu suatu kelainan bentuk jari kaki yang melibatkan
metatarsal phalangeal joint, proximal interphalangeal joint dan distal
interphalangeal joint. Deformitas lainnya adalah depresi caput metatarsal, depresi
caput longitudinalis dan penonjolan tulang karena arthropati charcot.
b. Grade / Derajat I
Derajat I terdapat tanda-tanda seperti pada grade 0 dan menunjukkan terjadinya
neuropati sensori perifer dan paling tidak satu faktor risiko seperti deformitas
tulang dan mobilitas sendi yang terbatas dengan ditandai adanya lesi kulit terbuka,
yang hanya terdapat pada kulit, dasar kulit dapat bersih atau purulen (ulkus dengan
infeksi yang superfisial terbatas pada kulit).
c. Grade / Derajat II
Pasien dikategorikan masuk grade II apabila terdapat tanda-tanda pada grade I dan
ditambah dengan adanya lesi kulit yang membentuk ulkus. Dasar ulkus meluas ke
tendon, tulang atau sendi. Dasar ulkus dapat bersih atau purulen, ulkus yang lebih
dalam sampai menembus tendon dan tulang tetapi tidak terdapat infeksi yang
minimal.
d. Grade / Derajat III
Apabila ditemui tanda-tanda pada grade II ditambah dengan adanya abses yang
dalam dengan atau tanpa terbentuknya drainase dan terdapat osteomyelitis. Hal ini
pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang agresif yang mengakibatkan jaringan
menjadi nekrosis dan luka tembus sampai ke dasar tulang, oleh karena itu
diperlukan hospitalisasi/ perawatan di rumah sakit karena ulkus yang lebih dalam
sampai ke tendon dan tulang serta terdapat abses dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Grade / Derajat IV
Derajat IV ditandai dengan adanya gangren pada satu jari atau lebih, gangren dapat
pula terjadi pada sebagian ujung kaki. Perubahan gangren pada ekstremitas bawah
biasanya terjadi dengan salah satu dari dua cara, yaitu gangren menyebabkan
insufisiensi arteri. Hal ini menyebabkan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat. Pada
9
awalnya mungkin terdapat suatu area focal dari nekrosis yang apabila tidak
dikoreksi akan menimbulkan peningkatan kerusakan jaringan yang kedua yaitu
adanya infeksi atau peradangan yang terus-menerus. Dalam hal ini terjadi oklusi
pada arteri digitalis sebagai dampak dari adanya edema jaringan lokal.
f. Grade / Derajat V
Derajat V ditandai dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren-gangren diseluruh
kaki atau sebagian tungkai bawah

Berdasarkan pembagian diatas, maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat


ditentukan sebagai berikut :
1. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
2. Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
3. Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan dengan tindakan bedah
mayor (amputasi diatas lutut atau amputasi bawah lutut).

Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki diabetik ini, sesuai
indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :
1. Insisi : abses atau selulitis yang luas
2. Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II
3. Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V
4. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V
5. Amputasi : pada kaki diabetik derajat V

10
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana pengumpulan data
dilakukan secara prospektif melalui penelusuran terhadap kondisi pasien dan catatan
rekam medik pasien infeksi ulkus kaki diabetik.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat.

III.3 Jenis dan Sumber Data


Data diperoleh dari rekam medik, catatan perawat, dan observasi langsung
kemudian dikumpulkan dalam lembar data. Data yang telah terkumpul kemudian
dianalisis secara deskriptif non analitik untuk menentukan efektifitas antibiotik
berdasarkan literatur yang mendukung yang digambarkan dalam bentuk tabel dan
diagram. Pengumpulan data berupa jumlah pasien, jenis kelamin, umur, diagnosa
penyakit, antibiotik yang digunakan (jenis, dosis, frekuensi dan durasi), tanda vital
(suhu tubuh), kadar gula darah, jumlah leukosit, hemoglobin, hematokrit, tanda-
tanda inflamasi (kalor, tumor, dolor, rubor, fungsio laesa) dan pus. Data diperoleh
dari rekam medik, catatan perawat, dan observasi langsung. Katagori pengamatan
efektifitas meliputi perbaikan jumlah leukosit, penurunan suhu tubuh, dan perbaikan
tanda inflamasi setelah penggunaan antibiotik.

III.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
Data inklusi sampel yang dipilih adalah pasien ulkus diabetik grade 3 dan 4 yang
menggunakan antibiotik.
2. Kriteria Eksklusi
Data ekslusi pasien rawat inap yang tidak bisa diamati seperti, pulang paksa, pasien
meninggal, tidak ada tanda infeksi, dan pasien menerima antibiotik sebelumnya
(rujukan rumah sakit lain).

11
III.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau
kegiatan yang memepunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Variabel penelitian dalam
penelitian ini adalah antibiotik yang digunakan sebagai terapi pada pasien infeksi
ulkus kaki diabetik.

III.6 Definisi Operasional


Definisi Operasional adalah definisi sebuah konsep untuk membuatnya dapat
diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang
ditujukan oleh konsep (Sekaran, 2006)
1. Ulkus kaki diabetik adalah
2. Antibiotik adalah
3. Pasien penderita ulkus diabetik

III.7 Populasi dan Sampel


Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek,
transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari. Populasi target
penelitan adalah semua pasien infeksi ulkus kaki diabetik yang dirawat di RSUP
Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakternya hendak diselidiki.
Sampel yang diambil adalah pasien ulkus diabetik rawat inap yang menerima
antibiotik yang memenuhi kriteria inklusi. Data inklusi pasien yang dipilih pasien
ulkus kaki diabetik grade 3 dan 4 yang menggunakan antibiotik

III.8 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Lembar data rekam medik, catatan perawat, dan observasi langsung pasien infeksi
ulkus kaki diabetik.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian dimulai dengan seleksi rekam medik,
catatan perawat, dan observasi secara langsung pasien infeksi ulkus kaki diabetik.
Pengumpulan data berupa jumlah pasien, jenis kelamin, umur, diagnosa penyakit,
antibiotik yang digunakan (jenis, dosis, frekuensi dan durasi), tanda vital (suhu

12
tubuh), kadar gula darah, jumlah leukosit, hemoglobin, hematokrit, tanda-tanda
inflamasi (kalor, tumor, dolor, rubor, fungsio laesa) dan pus.. Katagori pengamatan
efektifitas meliputi perbaikan jumlah leukosit, penurunan suhu tubuh, dan perbaikan
tanda inflamasi setelah penggunaan antibiotik. Rekam medik yang masuk dalam
kriteria inklusi kemudian dilakukan pencatatan berupa nomor rekam medik, nama
pasien, umur pasien, jenis kelamin, diagnosa pasien dan terapi antibiotik yang
diterima pasien.

III.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Data diperoleh dari rekam medik, catatan perawat, dan observasi langsung
kemudian dikumpulkan dalam lembar data. Data yang telah terkumpul kemudian
dlisis secara deskriptif non analitik untuk menentukan efektifitas antibiotik
berdasarkan literatur yang mendukung yang digambarkan dalam bentuk tabel dan
diagram.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Brand, P. (2000). The foot in diabetic. Diabetes Mellitus. ADA. Premtice hal
International. Maryland.
2. Hatanta, A. (2013). Kajian Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Ulkus Kaki
Diabetik IRNA PD RSUP Dr. M. Djamil Padang. (Tesis). Universitas Andalas.
Padang.
3. Ahmad, J. (2016). The Diabetic Food. Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical
research & reviews, 10(1), 48–60.
4. Decroli, E., Jazil, K., Asman, M., & Syafril, S. (2008). Profil Ulkus Diabetik Pada
Penderita Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Majalah
Kedokteran Indonesia, 58(1), 1–7.
5. Permenkes. (2011). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta.
6. Frieri, M., Kumar, K., Boutin, A. (2017). Antibiotic Resistance. Jurnal of Infection
and Public Health, 10(4), 369–378.
7. Frykberb, R. (2002). Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic Foot
Ulcers. Des Moines University. Lowa.
8. Wells, B., Dipiro, J., & Terry, L. (2009). Pharmacotherapy Handbook, Seventh
Edition. The McGraw-Hill Companies. Inc. New York.
9. Rochman, W. (2009). Diabetes Millitus pada Usia Lanjut. Jilid III. Edisi kelima.
Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
10. Hastuti, Rini, T. (2007). Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita
Diabetes Millitus (Studi kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). (Tesis).
Universitas Diponegoro. Semarang.
11. Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus Gangren, Ulcer, Infeksi. Penerbit Populer
Obor. Jakarta.
12. Guyton, A., & Hall, J. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Alih bahasa
Irawati dkk. EGC. Jakarta.
13. Dipiro, J., Robert, L., Gary, C., & Barbara, G. (2006). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies. Inc.
14. Goldman, D., & Huskins, W. (2000). Control of Nosocomial Antimicrobial Resistant
Bacteria: Strategy Priority, Clinical Infectious Disease. New York.

14
15. Noor, S., Rizwan, U. K. & Jamal, A. (2017). Understanding Diabetic Foot Infection
and its Management. Diabetes & Metabolic Sindrome: Clinical Research & Reviews,
11(2), 149–156.
16. Mary, T., Alicia, T. & Adolf, W. K. (2012). Diabetic Foot Infection. Hospital
Medicine Clinics, 1(2), e185–e198.
17. Katzung, B., Susan, B., Masters., & Anthony, J. (2010). Basic Clinical
Pharmacologiy 10th ed. McGraw-Hill Companies. USA.
18. Frykberg, R., Zgonis, T., & David, G. (2006). Diabetic Foot Disorders a Clinical
Practice Guideline, An official publication of the American College of Foot and Ankle
Surgeons. USA.
19. Brunton, L., Keith., & Donald, L. (2010). Goodman & Gillman’s Manual of
Pharmacology and Therapeutics. Diterjemahkan oleh July Manurung. ECG. Jakarta.
20. Kahuripan, A., Retnosari, A. (2009). Analisis pemberian antibiotik berdasarkan hasil
uji sensitifitas terhadap pencapaian clinical outcome pasien infeksi ulkus diabetik di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Majalah Ilmu Kefarmasian, 6(2), 75–87.

15

Anda mungkin juga menyukai