Anda di halaman 1dari 3

(Kuliah) Bracketing pada Kamera Digital

Dengan kamera digital, banyak orang (pemotret) berpendapat bahwa tak lagi penting melakukan
bracketing atau melakukan beberapa kali pemotretan (umumnya tiga kali) pada suatu subjek
untuk mendapatkan pencahayaan yang akurat dengan cara memotret subjek pada cahaya terukur
normal, kemudian memotretnya pada cahaya terukur lebih 1 stop dari normal, lalu memotretnya
pada cahaya terukur kurang 1 stop dari cahaya normal.

Pendapat tersebut sepertinya memang sedikit dapat dibenarkan karena kemampuan olah digital
(komputer) mampu mengoreksi atau membuat normal suatu pencahayaan dalam pemotretan,
sekalipun foto yang dihasilkannya under atau kurang pencahayaan dan over atau kelebihan
pencahayaan. Akan tetapi bagi para pemotret profesional, pendapat tersebut mungkin akan
disanggahnya. Karena bagi mereka, sekalipun melakukan pemotretan dengan kamera digital
tentu tak akan melakukannya dengan asal-asalan dan mengesampingkan masalah pengukuran
pencahayaan. Baginya pencahayaan adalah masalah utama dalam pemotretan sehingga
keakuratan dalam pemotretan menjadi satu hal yang utama.

Karena itu seorang pemotret profesional pasti akan tetap melakukan tindakan bracketing, yaitu
memotret beberapa kali dengan pengukuran pencahayaan berbeda-beda untuk mendapatkan hasil
pemotretan dengan pencahayaan yang akurat. Bila karena satu dan lain hal bracketing memang
terpaksa tidak dapat dilakukan dan pencahayaan pada hasil pemotretannya masih tetap kurang
akurat maka hal itu adalah persoalan yang masih dapat diperbaiki atau dikoreksi melalui
komputer seperti lazimnya pemotret yang menggunakan kamera digital.

Dengan kata lain, sekalipun melakukan pemotretan dengan menggunakan kamera digital,
berbagai kekurangan berkaitan dengan pemotretannya dapat dikoreksi atau diperbaiki
menggunakan komputer. Namun hal seperti itu tidak terlalu menarik minat seorang pemotret
profesional yang umumnya lebih terbiasa berbuat yang terbaik dalam melakukan pemotretan.
Bahkan bila perlu ia akan menghasilkan foto tanpa koreksian. Selain karena akan membuang-
buang waktu, melakukan koreksian terhadap kekurangan yang dilakukan saat pemotretan akan
mengakibatkan terjadinya penyimpangan warna, terlebih bila kesalahan pengukuran
pencahayaan saat pemotretan terlalu parah.

Penyimpangan warna dan noise atau grain dalam foto konvensional sebagai akibat tindakan
koreksian akan menjadi semakin jelas. Selain itu koreksian yang dilakukan pun dapat
menghilangkan ketajaman objek. Karena hal-hal tersebut, seorang pemotret profesional dapat
dipastikan akan lebih senang melakukan tugasnya dalam memotret sekali jadi dengan
memperkecil terjadinya koreksian - sempurna tanpa koreksian.

Bila Anda termasuk golongan pemotret yang sempat menikmati dunia fotografi konvensional
(menggunakan slide), kesalahan pencahayaan pastilah satu hal yang tak boleh terjadi. Sehingga
bracketing adalah suatu cara aman untuk mendapatkan pencahayaan yang akurat dalam
pemotretan dan menjadi hal yang wajib dilakukan.

Karena itu suatu hal yang penting untuk terus menjadi pegangan bagi pemotret adalah jika kini ia
sudah beralih melakukan pemotretan dengan menggunakan kamera digital, bahwa standar hasil
pemotretan yang baik adalah sama tinggi dan pentingnya dengan pemotretan yang dilakukan
dengan menggunakan kamera konvensional.

Cara :

Bracketing memang mengandung pengertian sebagai sarana bantu bagi pemotret untuk
mendapatkan pencahayaan dalam pemotretan yang baik - tidak kelebihan atau kekurangan sinar.
Karena itu rumusan yang perlu diingat, bahwa pengukuran cahaya dalam pemotretan yang baik
itu memang sangat diperlukan sekalipun pencahayaan yang memenuhi kebutuhan adalah hal
utamanya. Dan, melakukan bracketing adalah jalan keluar untuk mendapatkan pencahayaan
dalam pemotretan sesuai kebutuhan.

Sesungguhnya untuk melakukan bracketing tidaklah sulit. Cukup seorang pemotret melakukan
pengukuran cahaya sesuai ukuran normal yang diterima kamera lalu mengurangkan satu stop dan
melebihkan satu stop dari ukuran cahaya normal dengan cara membuka atau mengubah besar
diafragma dan kecepatan rananya.

Meskipun bracketing juga masih dapat dilakukan dengan cara menggunakan tombol exposure
compensation dan mengubah kepekaan ISO-nya, secara umum dengan kamera digital sudah
cukup dapat dilakukan dengan mengubah bukaan diafragma dan kecepatan rana kamera. Pada
foto "Siluet" misalnya, sebagai standar sebuah ukuran pencahayaan dalam pemotretan
sesungguhnya adalah foto yang gagal karena hanya menggambarkan subjeknya secara gelap
seperti gumpalan tinta. Akan tetapi kesalahan itu dapat saja menjadi "sah" dan dianggap baik,
dibenarkan serta dapat dinikmati sebagai suatu hasil foto yang berhasil dan mengandung seni
bila memang penggarapannya dirancang untuk itu.

Untuk kasus subjek seperti pada foto "Siluet" tersebut, jika pemotret menghendaki hasil
pemotretan yang akurat dengan menampilkan subjeknya secara jelas dan terang, maka hanya
dapat dilakukan dengan membuka bukaan diafragma lebih lebar dan melambatkan kecepatan
rana agar pencahayaan dalam pemotretan menjadi cukup.

Dapat juga dilakukan dengan menggunakan lampu kilat dari arah depan subjek, sejajar dengan
kamera. Akan tetapi cara demikian hanya akan menghasilkan subjek foto yang tampak biasa,
terang dan jelas tetapi "nyeni".

Pada fotografi atau pemotretan yang dilakukan dengan menggunakan kamera digital, khususnya
pada subjek yang berwarna putih, memang sangat diperlukan pemotretan dengan cara
bracketing. Hal itu tak lain untuk menghindari hasil siluet, karena kamera digital sangat rentan
dengan cahaya putih. Karena itu untuk akurasi warna serta pencahayaannya dalam menggunakan
foto digital perlu sebelumnya dilakukan standardisasi warna hitam dan putih, atau lebih sering
dikenal dengan white balance disingkat WB untuk mendapatkan keakuratan warna dan tentu juga
pencahayaan.

Setelah standardisasi warna dilakukan maka untuk melakukan bracketing tekniknya sama seperti
yang dilakukan pada pemotretan menggunakan kamera konvensional. Yaitu dengan melakukan
pemotretan pada cahaya terukur normal, lalu pada cahaya terukur 1 stop di bawah normal dan
cahaya terukur 1 stop di atas normal.

White Balance
White balance (WB) memang bisa tidak ada artinya bagi kamera konvensional, akan tetapi bagi
kamera digital sangat penting. Karena hal itu menjadi kunci kesuksesan pemotretan terutama
ditinjau dari sisi warna dan cahaya. Namun sebelum melangkah lebih lanjut berkaitan dengan
white balance, perlu diketahui bahwa pengaturan WB belum tentu bisa mengoreksi semua warna
yang kita kehendaki dalam pemotretan. Pada beberapa situasi spesifik, filter seperti polarizing
masih tetap diperlukan dalam pemotretan digital.

Ada dua metode atau model pendekatan penggunaan WB, yaitu auto atau manual. Dengan auto
bila ada kesalahan komputer kamera dalam menginterpretasi WB, apabila objek foto didominasi
warna tertentu dan tidak ada warna putih sedikit pun yang dapat dijadikan refrensi oleh komputer
pengolah. Misalnya pada suasana sore hari menjelang matahari terbenam, maka nuansa
warnanya kemungkinan akan didominasi dengan selaput warna hangat yang bila diperlukan hasil
ini bisa dikoreksi dengan menggunakan software pengolah foto di komputer.

Dengan manual, menyeleksi temperatur warna yang sesuai atau mendekati kondisi cahaya pada
saat pemotretan. Karena itu diperlukan sedikit kecakapan memperkirakan berapa derajat (Kelvin)
cahaya di sekitar objek yang sedang difoto untuk pengaturan manual.

WB dalam pemotretan menggunakan kamera digital berkaitan erat dengan bracketing yang
merupakan suatu alternatif pemotretan untuk mendapatkan hasil pemotretan dengan pencahayaan
akurat. Hal ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemotretan akan menjadi lebih
sempurna bila pemotret telah mengatur WB secara tepat.

Sekalipun dengan kamera digital pengoreksian atau alternatif pencahayaan dapat dilakukan
dengan mengubahnya menggunakan komputer, seperti kita ketahui, berbagai kekurangannya
sering mengakibatkan foto menjadi tidak tajam atau sisi lain yang menyebabkan tambahan waktu
pengerjaannya. Maka lebih baik melakukan pemotretan dengan bracketing sehingga tak perlu
mengalokasikan waktu lebih lama lagi dan mendapatkan foto dengan standar warna, mutu serta
ketajaman yang baik.

Siapa pun pemotret tentu menginginkan hasil pemotretannya sesempurna mungkin. Karena
kamera digital sangat rentan terhadap cahaya putih dan pemotretan yang dilakukan menentang
sinar, maka dalam fotografi digital tindakan bracketing sebaiknya tetap dilakukan oleh pemotret.
Tujuannya untuk kesempurnaan hasil pemotretan.

Anda mungkin juga menyukai