Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disiplin ilmu farmakoekonomi belakangan ini mendapat perhatian besar dari berbagai
kalangan. Hal ini terjadi terutama di negara-negara dimana penggantian biaya obat diatur
secara ketat di sektor publik maupun swasta. Ide farmakoekonomi lahir dari prinsip inti
ekonomi: sumber daya yang langka dan seringkali makin berkurang memaksa orang untuk
menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Analisis ekonomi
telah digunakan oleh para pengambil keputusan dalam komunitas perawatan kesehatan di
banyak negara selama bertahun-tahun. Karena banyak negara mengalami peningkatan biaya
perawatan kesehatan yang cepat selama tiga dekade terakhir, tidaklah mengejutkan bahwa
ekonomi dan alokasi yang tepat dari sumber daya kesehatan telah berkembang menjadi
agenda penting dalam menentukan anggaran nasional. Dengan tujuan menyediakan layanan
berkualitas tinggi, banyak pengambil keputusan telah mempelajari pemanfaatan layanan
perawatan kesehatan mereka, yang mencakup farmasi, untuk menentukan biaya dan nilai
barang dan jasa perawatan kesehatan.
Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin penting dalam subyek ekonomi
kesehatan. Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi
pengobatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Riset farmakoekonomi
berkaitan dengan identifikasi, pengukuran, dan perbandingan biaya dan manfaat produk dan
jasa farmasi. Analisis farmakoekonomi tidak hanya terbatas pada pengukuran moneter atau
klinis. Analisis ini juga bisa memanfaatkan sejumlah faktor yang membuka biaya alternatif-
alternatif dari perspektif pasien seperti akan dijelaskan lebih lanjut dalam tulisan ini. Faktor-
faktor tersebut mencakup kehidupan (nyawa) yang berhasil diselamatkan, pencegahan
penyakit, operasi yang berhasil dicegah, atau kualitas hidup (QOL, quality-of-life) yang
berkaitan dengan kesehatan.

1
1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari dan memahami mengenai Cost Utility Analysis beserta manfaat
dan tujuannya.
2. Untuk mempelajari dan memahami pengambilan keputusan dalam memilih
nilai – nilai relatif diantara terapi – terapi alternatif
3. Untuk mempelajari dan memahami dalam mengambil keputusan dalam proses
pemilihan terapi, pemilihan pengobatan , dan alokasi sumber daya sistem.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah agar kita dapat mempelajari dan
menerapkam ilmu farmakoekonomi ini dalam setiap pengobatan yang dilakukan terutama
mengenai pembelajaran untuk meminimalkan biaya pegobatan serendah mungkin dari
mulai terapi sampai sembuh . Serta agar kita dapat memahami mengenai ilmu analisis
biaya utilitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Lingkup Farmakoekonomi

Ruang lingkup farmakoekonomi tidak hanya untuk para pembuat kebijakan di bidang
kesehatan saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan, industri farmasi, perusahaan asuransi dan
bahkan pasien, dengan kebutuhan dan cara pandang yang berbeda. Bagi pemerintah,
farmakoekonomi sangat berguna dalam memutuskan apakah suatu obat layak dimasukkan ke
dalam daftar obat yang disubsidi, serta membuat kebijakan-kebijakan strategis lain yang
terkait dengan pelayanan kesehatan. Contoh kebijakan terkait farmakoekonomi yang relatif
baru diterapkan di Indonesia adalah penerapan kebijakan INA-DRG (Indonesia-Diagnosis
Related Group) yang menyetarakan standar pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah.
Hasil studi farmakoekonomi dapat berguna untuk industri farmasi dalam hal, antara lain
penelitian dan pengembangan obat, strategi penetapan harga obat, serta strategi promosi dan
pemasaran obat.
Selain itu, data farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk memutuskan obat mana saja
yang dapat dimasukkan atau dihapuskan dalam formularium rumah sakit, yang biasanya
disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. Farmakoekonomi juga dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan pedoman terapi obat. Bagi tenaga kesehatan,
farmakoekonomi berperan mewujudkan penggunaan obat yang rasional dengan membantu
pengambilan keputusan klinik, mengingat penggunaan obat yang rasional tidak hanya
mempertimbangkan aspek keamanan, khasiat, dan mutu saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan aspek ekonomi. Pada akhirnya, pasien diharapkan akan memperoleh
alokasi sumber daya pelayanan kesehatan yang optimal dengan cara mengukur serta
membandingkan aspek khasiat serta aspek ekonomi dari berbagai alternatif terapi
pengobatan.
Dengan memahami peranan farmakoekonomi dalam mengendalikan biaya pengobatan,
sudah selayaknya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam proses pengambilan kebijakan
pelayanan kesehatan sehingga dapat tercapai hasil yang efisien dan ekonomis. Kesadaran
akan terbatasnya sumber daya dalam upaya pelayanan kesehatan membuat kebutuhan akan
farmakoekonomi menjadi semakin mendesak.

3
2.2 Tujuan Farmakoekonomi

Tujuan farmakoekonomi adalah untuk memperbaiki kesehatan individu dan publik, serta
memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam memilih nilai relatif diantara terapi-terapi
alternatif. Jika digunakan secara tepat, data farmakoekonomi memungkinkan penggunanya
mengambil keputusan yang lebih rasional dalam proses pemilihan terapi, pemilihan
pengobatan, dan alokasi sumberdaya sistem. Dalam kaitannya dengan hal ini, penggunanya
bisa dari berbagai kalangan, diantaranya pengambil keputusan klinis dan administratif,
termasuk dokter, apoteker, anggota komite formularium dan administrator perusahaan
asuransi.
Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu menetapkan masalah, identifikasi
alternatif intervensi, menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat
diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi,
menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan pengambilan
kesimpulan. Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya terbatas misalnya pada
RS pemerintah dengan dana terbatas dimana hal yang terpenting adalah bagaimana
memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya yang
tersedia secara efisien, kebutuhan pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (Dokter,
Farmasis, Perawat) dan administrator tidak sama dimana dari sudut pandang pasien adalah
biaya yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001).

2.3 Evaluasi Ekonomi Terhadap Farmasi

Ada dua parameter yang menentukan setiap analisa ekonomi (termasuk jasa
kesehatan). Pertama, dalam hubungannya dengan pilihan sebagai konsekuensi keterbatasan
sumber daya dan ketidakmampuan kita untuk memproduksi semua output yang diinginkan;
dan kedua, dalam hubungannya dengan input dan output, terkait dengan biaya dan
konsekuensi dari aktivitas. Tugas dasar farmakoekonomi adalah mirip dengan analisis
ekonomi, seperti mengidentifikasi, mengukur, menilai dan membandingkan biaya produk
farmasi dan konsekuensi (hasil) alternatif yang dipilih. Setiap data farmakoekonomi akan
menyediakan analisis biaya dibanding hasil yang didapat.

4
Gambar 1

menjelaskan sebuah model farmakoekonomi sederhana. Dalam model ini, kita harus
mengambil keputusan apakah akan memilih Obat A, atau pembandingnya, Obat B. Dalam
melakukannya, sebuah analisis biaya terhadap masing-masing obat dan hasilnya harus dibuat
untuk memberikan keputusan yang rasional. Riset farmakoekonomi harus terlebih dulu
menentukan biaya dan hasil yang diperkirakan, serta analisis mengenai bagaimana studi akan
dilakukan dan diukur. Biaya dihitung untuk memperkirakan sumber daya yang digunakan
dalam memproduksi suatu hasil.
Ada tiga tipe biaya: langsung, tidak langsung dan biaya tidak ternilai. Biaya medis
langsung adalah biaya apapun yang terkait degan pencegahan, pendeteksian, atau penanganan
suatu penyakit. Contoh biaya langsung adalah: produk dan jasa farmasi, layanan dokter,
perawatan, uji laboratorium dan sebagainya. Biaya non-medis langsung adalah biaya yang
berhubungan dengan penerimaan produk dan jasa. Contohnya mencakup transportasi,
ruangan dan sebagainya. Biaya tidak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan sakit
dan/ atau kematian contoh biaya tak langsung adalah biaya hilangnya produktivitas, bantuan
keluarga, serta peralatan dan perawatannya. Biaya tidak ternilai adalah biaya-biaya yang
muncul karena hilangnya produktivitas. Contohnya adalah biaya yang berkaitan dengan sakit,
penderitaan, kecemasan dan dukacita. Biaya tidak ternilai tidak dikonversi menjadi suatu
nilai, namun biasanya diekspresikan dalam istilah quality-adjusted-lifeyears seperti akan
dijelaskan selanjutnya Pertimbangan biaya penting lainnya adalah biaya rata-rata dan biaya
marjinal. Biaya rata-rata adalah biaya-biaya yang telah dikalkulasi dengan membagi total
biaya dengan unit hasil. Biaya marjinal (inkremental), sebaliknya didefinisikan sebagai biaya
memproduksi tambahan unit hasil. Secara teoritis, perbandingan biaya dilakukan pada satu

5
titik waktu. Penghitungan diskonto (discounting), atau penyesuaian untuk waktu yang
berbeda, merupakan proses pengurangan biaya dan manfaat masa depan kembali ke nilainya
saat ini. Ketika sebuah perawatan berlangsung lebih dari satu tahun, uang harus diukur
menggunakan nilainya sekarang (PV, present value). Itulah yang disebut penghitungan
diskonto.
Menggunakan sebuah tingkat diskonto (interest, bunga), perkiraan time value of
money (nilai uang berdasarkan waktunya) bisa dihitung. Formula berikut dipinjam dari ilmu
manajemen finansial untuk mengkalkulasi nilai uang berdasarkan waktu (time value of
money):

PV = © FVn(1+r)-n

Keterangan :
PV = nilai saat ini
FVn = nilai masa depan pada tahun ke n
r = tingkat diskonto (bunga)
n = jumlah tahun setelah munculnya biaya

2.4 Metode Analisis Farmakoekonomi

Setidaknya ada empat tipe analisis yang umum digunakan dalam studi farmakoekonomi.
Anali-sis-analisis ini akan dijelaskan secara detail di bagian-bagian yang berbeda dalam
tulisan ini.

1. Analisis manfaat-biaya (cost-benefit) merupakan perbandingan nilai moneter dari


penggunaan alternatif dari sumber daya
2. Analisis efektivitas-biaya (cost-effectiveness) merupakan perbandingan dari biaya
terhadap hasil dalam kaitannya dengan hasil kesehatan, seperti pengurangan tingkat LDL
darah, atau dalam unit alami, seperti tahun-hidup yang didapat atau hilang.
3. Analisis utilitas-biaya (cost-utility) adalah pengukuran hasil dalam kaitannya dengan
sebuah faktor kualitas.
4. Analisis minimalisasi-biaya (cost-minimaliza-tion) adalah perbandingan antara biaya ke-
tika akibat-akibatnya diasumsikan sama.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Analisis Utilitas Biaya (COST UTILITY ANALYSIS)

Analisis Utilitas Biaya merupakan sebuah perluasan dari Analisis Efektivitas Biaya.
Analisis ini merupakan metode penyesuaian untuk kualitas hasil. Unit yang paling umum
digunakan dalam melakukan Analisis Utilitas Biaya adalah quality-adjusted-life-years
(QALYs) yang menggabungkan kualitas dan kuantitas kehidupan. Hasilnya disesuai-kan
untuk kualitas dengan menggunakan nilai utilitas. Dalam kaitan ini, utilitas
merepresentasikan preferensi yang dinyatakan untuk suatu kondisi kesehatan tertentu. Nilai
utilitas berkisar dari 0 hingga 1 QALY, dengan 0 adalah kondisi kematian dan 1
merepresentasikan kesehatan sempurna. Jika kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan
berkurang karena penyakit atau penanganan, satu tahun kehidupan dalam kondisi ini adalah
kurang dari 1 QALY. Unit ini memungkinkan perbandingan antara kesakitan dan kematian.
Contoh, nilai utilitas kondisi kesehatan mencakup: kehidupan dengan kegagalan jantung yang
parah, dengan nilai utilitas 0,25; kehidupan dengan gejala post-menopause, dengan nilai
utilitas 0,80; kehidupan dengan rheu-matoid arthritis, dengan nilai utilitas 0,50; dan
sebagainya. Contoh berikut memberikan utilitas mengenai Analisis Utilitas Biaya terhadap 3
obat antineoplastic yang berbeda:

Penanganan dengan Obat X memberikan tambahan tiga tahun kehidupan dengan utilitas 0,6,
mungkin karena efek samping yang luar biasa. Walaupun penanganan dengan Obat Y
memberikan tam-bahan enam tahun kehidupan per pasien, utilitasnya 0,4 yang bisa terjadi
karena reaksi negatif yang kurang bisa ditolerasi terhadap obat ini. Obat Z berada di tengah-
tengah di antara dua obat sebelumnya. Berdasarkan QALY yang didapat, Obat Y mungkin
lebih dipilih dibanding Obat X dan Z .

7
Penggunaan Analisis Utilitas Biaya telah menin-gkat pada beberapa tahun terakhir. Ini
disebab-kan adanya penggunaan faktor utilitas, dimana mencakup tahun kehidupan yang
diperoleh dan kualitas kehidupan dalam Analisis. Namun, kuali-tas studi ini sendiri harus
diperbarui setiap waktu. Sebuah studi terbaru mengenai Analisis Utilitas Biaya menunjukkan
bahwa tidak hanya jumlah studi yang telah meningkat sejak tahun 1976 hingga 1997, juga
kualitas studi telah memburuk selama periode ini. Penulis buku tersebut meminta di-lakukan
perbaikan lebih lanjut dalam kredibili-tas. Analisisnya dan kemungkinan dilakukannya proses
pemeriksaan yang lebih baik sebelum studi semacam ini dilakukan.

Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam AUB, termasuk:

a. Utilitas (Utility). Analisis utilitas-biaya (AUB) menyarrtakan hasil dari intervensi sebagai
utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah mengkonsumsi suatu pelayanan
kesehatan, misalnya setelah mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung. Unit
utilitas yangdigunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya ‘Jumlah Tahun
yangDisesuaikan’ (JTKD) atau quality-adjusted life years (QALYs).

b. Kualitas hidup (Quality of Life, QOL). Kualitas hidup dalam AUB diukur dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality of
life). (Bootman et al., 1996).Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang
mencerminkan keadaan yang terkait dengan perubahan dan peningkatan aspek-aspek
kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.

c. QALYs (Quality-Adjusted Life Years). Quality-Adjusted Life Years(QALYs) atau


‘Jumlah Tahun yang Disesuaikan’ (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.

JTKD didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat meningkatkan


survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati hidup (kualitas hidup). Pada
penghitungan besaran utilitas yang paling banyak dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas
terhadap setiap tahun pertambahan kuantitas hidup yang dihasilkan suatu intervensi
kesehatan. Dengan demikian, JTKD merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut.

Secara teknis, JTKD diperoleh dari perkalian antara nilai utilitas dan nilai time
preference, dimana nilai utilitas menggambarkan penilaian pasien terhadap kualitas hidupnya

8
saat itu. Penilaian yang dilakukan secara subyektif oleh pasien didasarkan pada berbagai
atribut kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan, sementara time preference
menggambarkan perkiraan pertambahan usia (dalam tahun) yang diperoleh karena
pengobatan yang diterima.

Terkait teknis perhitungan, pengertian “adjusted” atau “disesuaikan” pada JTKD adalah
penyesuaian pertambahan usia yang akan diperoleh dengan utilitas.

Dengan penyesuaian ini, diperoleh jumlah tahun pertambahan usia dalam kondisi
sehat penuh. Nilai utilitas berkisar dari 1 (hidup dalam keadaan sehat sempurna) sampai 0
(mati). Jadi, jika seorang pasien menilai bahwa keadaannya setelah periode terapi yang
diperoleh setara dengan 0,8 keadaan sehat sempurna dan pertambahan usianya 10 tahun,
pertambahan usia yang berkualitas bukanlah 10 tahun, melainkan 0,8 x 10 tahun = 8 tahun
(Drummond et al., 1987).

Langkah-langkah dalam Menghitung QALYs

Untuk menghitung QALYs, beberapa langkah perlu dilakukan, yaitu

1. Deskripsi masing-masing penyakit atau status kesehatan

2. Memilih metode untuk menentukan utility

3. Memilih subyek yang akan ditetntukan utility

4.Mengalikan utility dengan lama hidup untuk masing-masing pilihan untukmendapatkan


nilai QALYs

9
Langkah 1. Deskripsi masing-masing penyakit atau status kesehatan

Deskripsi harus menggambarkan pengaruh kesehatan yang diharapkan darisuatu penyakit


atau keadaan kesehatan dengan singkat. Meliputi nyeri, rasa tidak nyaman, keterbatasan
dalam beraktivitas, waktu yang digunakan untuk terapi,perubahan yang mungkin pada
persepsi kesehatan (cemas atau keprihatinan) dan perubahan mental.

Contoh berikut ini menggambarkan dialisis ginjal di rumah sakit : andaselalu merasa lelah
dan letih. Sebuah cateter dimasukkan dalam lengan atau kaki,yang membatasi gerak anda.
Tidak ada rasa sangat nyeri, tetapi keadaan yang tidak menyenangkan dan sifatnya kronis.
Anda harus ke rumah sakit dua kaliseminggu selama 8 jam setiap kunjungan, harus mengikuti
aturan diet yang ketat(rendah garam, konsumsi daging sedikit, tidak mengkonsumsi alkohol).
Beberapaorang menjadi tertekan karena menyusahkan orang lain dan membatasiaktivitasnya,
dan beberapa merasa seperti hidupnya tergantung alat bantu.

Langkah 2. Memilih metode untuk menentukan utility

Terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, ataumengukur score
utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan timetradeoff (TTO). Setiap metode,
keadaan atau kondisi beberapa penyakit diuraikankepada subyek untuk mambantu
menentukan dimana keadaan penyakit ataukondisi kesehatan berada antara 0,0 (meninggal)
dan 1,0 (kesehatan sempurna)

. a. Rating Scale

Rating scale terdiri dari garis dengan skala seperti thermometer, dengankesehatan yang
sempurna pada tempat peling atas (100) dan kematian dibawah (0), instrumen ini disebut
Visual Analog Scale (VAS). VAS sama dengan rating scale, tetapi rating scale tidak
mempunyai nilai antara scoreyang terbaik dan terburuk, dan subyek menentukan nilai dengan
‘X’diantara dua nilai yang menenjukkan pilihannya. Keadan penyakit yang berbeda diuraikan
kepada subyek, dimana subyek akan menetapkanpilihan pada posisi mana pada rating scale,
yang menunjukkan nilai relatif dari penyakit tersebut. Misalnya, jika keadaan penyakit
bereada pada skala 70, keadaan penyakit tersebut diberikan nilai utility 0,7. Banyak orang
akan setuju bahwa alergi mausiman tidak akan menurunkan kualitas hidup seseorang, tidak
seperti nyrei yang berat selama setahun. Oleh karena itu score untuk alergi ringan pada RS
akan mendekati 1,0 (100) dan nyeri yang berat akan mendekati nilai 0 atau berada di bawah

10
pada skala RS.Gambar 1 berikut merupakan contoh perkiraan nilai skore dari beberapa
keadaan kesehatan menggunakan RS. Perlu diperhatikan bahwa lamanya seseorang
mengalami suatu penyakit akan mempenmgaruhi nilai score.

Gambar 1. Rating Scale dari beberapa keadaan penyakit (Rascati, 2009)

b. Standard Gamble

Metode kedua untuk menentukan skore pilihan pasien (utility) adalahmetode standard gamble
(SG). Pada metode ini setiap subyek ditawarkan dua alternatif. Alternatif pertama adalah
terapi dengan dua keluarkan yang mungkin, yaitu kembali ke kesehatan yang normal atau
kematian segera. Alternatif kedua keluaran yang pasti dari keadaan kesehatan
kronikberdasarkan harapan hidup seseorang (probabiltas/p) dari kesehatannormal atau
kematian segera (1-p). Misalnya seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu transplantasi
ginjal dengan probabilitas meninggal 20% (kesempatan untuk kembali normal 80%) selama
operasi (alternatif 1) atau dialisis selama sisa hidupnya (alternatif 2).

11
Gambar 2. Standard Gamble (Rascati, 2009)

Jika seseorang mengatakan memilih operasi dengan kemungkinan operasinya berhasil, p


adalah 80% (kemungkinan meninggal 20%), persentase kemungkianan berhasil akan
menurun sampai orang tersebut mencapai point of indifference (poin dimana dua pilihan
mendekati sama dan seseorang tidak dapat memutuskan diantara keduannya). Jika orang
tersebut mengatakn tidak dioperasi, persentase berhasil adalah 80% (kemungkinan meninggal
20%), persentase kemungkinan berhasil mengingkat sampai orang tersebut mencapai point of
indifferent-nya.Misalnya orang pertama memilih kesempatan keberhasilan operasi (p) 70%
(dengan kemungkinan kematian segera 30% (1-p) sebagai point ofdifference antara
transplantasi ginjal dan hidup dengan dialisis selamahidupnya. Score utility orang tersebut
pada keadaan penyakit tersebut (dialisis ginjal) dihutung dengan probabilitas (p) untuk hidup
normalsetelah operasi atau 0,7.

c. Time Tradeoff

Teknik ketiga untuk mengukur health preferences atau utility adalah dengan metode time
tradeoff (TTO). Pada metode ini, subyek dihadapkan pada dua alternatif. Alternatif pertama
adalah keadaan penyakit dengan lama herapan hidup yang pasti (t) dan kematian. Alternatif
kedua adalah menjadi sehat dengan waktu x, dimana waktunya lebih pendek daripada t.

Skore utility untuk keadaan kesehatan dihitung dengan membagi x dengant. Sebagai contuh,
seseorang dengan harapan hidup 50 tahun diberikan dua penawaran, alternatif pertama
menjadi buta selama 50 tahun, dan alterbatif kedua menjadi sehat (bisa melihat) selama 25

12
tahun. Jika seseorang lebihmemilih bisa melihat selama 25 tahun daripada buta selama 50
tahun, jumlah tahun (x) dimana seseorang bisa melihat akan menurun sampai orang tersebut
tidak melihat antara 2 alternatif. Jika seseorang berharap bisa hidup 50 tahun, maka titik
perbedaan dari orang tersebut adalah 40tahun dapat melihat vs 50 tahun menjadi buta. Score
utility = x/t = 40/50 atau 0,8.

Gambar 3. Time Tradeoff (Rascati,2009)

Perbandingan antara ketiga metode

Kelebihan menggunakan RS untuk menentukan utility adalah beberapakeadaan atau kondisi


sakit dapat digambarkan untuk masing-masing subyek, danmetode ini dapat dilakukan
dengan cara memeberikan kuesioner tanpa harusberinteraksi secara langsung. Orang dengan
mudah dapat menetukkan pilihandengan memberikan tanda pada skala tipe ini, dan
pengetahuan kognitif yangdiperlukan lebih rendah dibandingkan kedua metode yang lain.
Kekurangan darimetode ini adalah tidak menggabungakan waktu dalam penilaian skor utility.

Kelebihan menggunakan SG adalah metode ini merupakan ‘gold standard’dan didasarkan


pada teori ekonomi. Metode ini lebih sulit bagi partisipan danhanya beberapa keadaan
penyakit yang dapat sembuh dengan intervensi, yang dapat membuat seseorang kembali
menjadi sehat. Karena subyek harus diberiakan pertanyaan yang diulang (probabilitas
meningkat atau menurun, tergantung padapertanyaan pada pertanyaan sebelumnya) maka

13
harus berhadapan secara langsung,sehingga dibutuhkan sumber daya yang lebih besar
dibandingkan kuesioner.

Kelebihan dari metode TTO adalah lebih dapat diseduaikan pada keadaanpenyakit daripada
SG dan metode ini menggabungkan waktu pada kondisi penyakit yang lebih mudah daripada
RS. Seperti SG, subyek harus menjawabpertanyaan yang diulang karena waktu pada keadaan
sehat yang berbedatergantung pada jawaban subyek sebelumnya, sehingga harus
berhadapanlangsung dengan subyek.

Rata-rata skor utility untuk setiap keadaan atau kondisi penyakit dapat berbeda tergantung
dari metode yang digunakan. Skore RS menunjukkan nilaiyang lebih rendah daripada skore
SG maupun TTO, dan skore TTO kadang0kadang lebih rendah daripada SG. Beberapa studi
telah dilakukan untukmembuat algoritme yang dapat mengubah skore dari satu metode ke
skoreperkiraan yang dikumpulkan dari metode lain. Software komputer interaktif sudah
dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari metode SG yaitu harus

memberikan pertanyaan kepada partisipan secara langsung (berhadapan).

Langkah 3. Menentukan subyek yang akan ditetapkan utility

Pada contoh yang disampaikan pada tiga metode di atas, istilah subyek digunakan untuk
menerangkan seseorang yang akan diberikan pertanyaan untukmenentukan utility, atau score
preference. Siapakah subyek tersebut? Siapa yang akan ditentukan nilai utility, pasien dengan
penyakit, profesi pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan, atau orang dari suatu populasi?

Kelebihan menggunakan pasien dengan suatu penyakit untuk menentukanskore utility adalah
bahwa pasien lebih mamahami pengaruh suatu penyakit lenih baik dibandingakn masyarakat
secara umum. Namun demikian, beberapa pendapat mengatakan bahwa pasien dapat
memeberikan pendangan yang biasterhadap penyakit tersebut dibandingkan dengan penyakit
yang lain. Jika pasien tidak dapat menggambarkan utility (misalnya anak-anak atau orang
dengandementia), makan orang tua atau pemeberi pelayanan dapat menggantikan pasien
tersebut.

14
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa profesi pelyanan kesehatan dapat memberikan
penilaian karena memahami beberapa penyakit. Pendapat yang lain menyatakan bahwa
profesional tidak akan menilai ketidaknyamanan danketidakmampuan seperti pasien atau
masyarakat umum. Berdasarkan teoriekonomi, sudut pandang analisis sebaiknya masyarakat,
sehingga skore utility dapat ditentukan dari populasi secara umum (masyarakat). Kekurangan
dari kelompok ini adalah mereka tidak familiar dengan keluaran kompleks yangdisebabkan
oleh masing-masing penyakit dan gambaran yang singkat tidak bisa mencakup semua
masalah yang terkait dengan keadaan penyakit tersebut.

Pada beberapa kasus, pasien dengan penyakit yang khusus memeberikanskore utility yang
lebih tinggi dibandingkan yang lain (masyarakat secara umum, pemberi pelayanan). Hipotesa
yang disampaikan adalah karena pasien telah beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
keadaan penyakit tersebut. Padaliteratur, profesi pelayanan selalu digunakan untuk
menentukan skore utility. Hal ini didasarkan pada kepraktisan karena profesi kesehatan
mempunyai pengalaman dengan kadaan penyakit dan lebih mudah untuk dilakukan
interview.

Langkah 4. Mengalikan utility dengan lama kehidupan masing-masing pilihan untuk


mendapatkan nilai (QALYs)

Pada banyak intervensi pelayanan kesehatan, tujuan terapi adalahpeningkatan kualitas hidup
dan/atau memperpanjang kehidupan, oleh karena itupengukuran outcome yang sesuai
menurut teori adalah QALYs. Sebagai contohperhitungan QALYs, misalnya perbandingan
uji klinik dari obat baru (terapi)dengan farmakoterapi standar (kontrol) untuk osteoarthritis
berat. Tujuan utamadari uji klinik ini status kesehatan atau fungsional dan kenyamanan yang
diukurdengan Quality of Well-Being Scale (QWB).

3.2 Sistem Klasifikasi Status Kesehatan

Meskipun penting untuk memahami beberapa pendekatan untuk mengukur utility status
kesehatan atau nilai yang lebih disukai, beberapa peneliti farmakoekonomi melakukan
analisis cost-utility dengan mengukur utility status kesehatan secara langsung. Peneliti
menggunakan klasifikasi status kesehatan yang sudah mapan dimana fungsi utility diperoleh
secara empiris.

15
Tiga instrumen yang sering digunakan adalah :

1. Quality of Well-Being Scale (QWB)

QWB dikembangkan di University of California San Diego, merupakaninstrumen kualitas


hidup secara umum yang meliputi gejala atau masalah ditambahkan tiga dimensi status
kesehatan, yaitu morbilitas, aktivitas fisik, dan aktivitas sosial. QWB sudah distandarisasi
(menggunakan metodekategori rating scale) dan sudah divalidasi pada populasi umum di
SanDiego. Beberapa peneliti lain menyesuaikan gejala atau masalah dan tingkatfungsional
dari QWB pada populasi spesifik, seperti misalnya pada pasien dengan athritis dan HIV. Saat
ini sudah tersedia QWB yang bisa diisi sendirioleh pasien, yaitu QWB-SA

2. The Health Utilities Index (HUI)

HUI dikembangkan di McMaster University, merupakan instrument umumlain yang


menggambarkan status kesehatan seseorang pada suatu waktu,yaitu kemampuan fungsional
dalam satu rangkaian dimensi statuskesehatan. HUI versi asli (Mark I atau HUI 1), terdiri dari
4 dimensi dan rumus untuk menghitung utility. HUI versi kedua (HUI 2) terdiri dari 7
dimensi dan rumus untuk menghitung utility. Pengukuran utility untuksistim klasifikasi status
kesehatan menggunakan teknik standard gamble danvisual analaog sclae. Versi yang paling
baru, yaitu HUI 3, terdiri dari 6 dimensi, yaitu pengelihatan, pendengaran, bicara, berjalan,
kecakapan,kognisi, nyeri dan ketidaknyamanan, serta emosi. Multiplikasi fungsi utilitypada
HUI 3 didasarkan pada pengukuran visualn annalog scale dan standardgamble dari sampel
diambil secara acak pada populasi umum di Hamilton, Ontario, dan Canada.

3. The EuroQol Group’s EQ-5D

The EQ-5D, dikembangkan oleh tim peneliti dari Eropa (the EuroQolGroup), dirancang
untuk diisi oleh pasien sendiri (self-admistered) dancukup singkat sehingga bisa
dikombinasikan dengan alat ukur yang lain.

Bagian pertama EQ-5D menggambarkan sitimyang terdiri dari 5 dimensi(mobilitas,


perawatan diri, aktivitas, nyeri/ketidaknyamanan,ansietas/depresi). Bagian kedua dari EQ-5D
adalah visual analog scale 20cm dengan endpoint ‘status kesehatan paling baik’ dan ‘status
kesehatanpaling buruk’ yang masing-masing nilainnya 100 dan 0. Reponden dimintauntuk
menentukan status kesehatannya pada titik mana dalam garis tersebut

16
3.3 Tujuan Analisis Utilitas Biaya

Tujuan pada cost utility analysis ini adalah untuk memperkirakan perbandingan antara
suatu biaya intervensi yang berhubungan dengan kesehatan dan menghasilkan keuntungan
dalam hal kualitas hidup dalam setahun oleh para penerima manfaat kesehatan. Dalam
praktek, CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang memiliki
tujuan (objective) sama, seperti:

1. Membandingkan operasi versus kemoterapi

2. Membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui kampanue

skrining).

3.4 Manfaat Analisis Utilitas Biaya

 Dalam skala kecil dapat menentukan terapi terhadap pasien dalam suatu pengobatan
yang dipilih sehingga dengan biaya yang minimal berdampak manfaat yang
maksimal.
 Dalam skala besar pemerintah dapat menentukan kebijakan dalam hal pemberian
subsidi terhadap obat atau program kesehatan.

3.5 Prinsip Analisis Utilitas Biaya

Analisa biaya dilakukan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan dalam kurun waktu satu
tahun anggaran. Pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan tercapainya hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal.

17
3.6 Contoh Kasus

Perbandingan biaya utilitas Escitalopram dan Sertaline pada pasien depresi.

Tujuan: membangun sebuah model utilitas biaya dengan membandingkan

obat Sertraline dan Escitalopram dalam pengobatan gangguan depresif besar. Model ini
dirancang untuk membandingkan Escitalopram 10-20 mg/hari dan Sertraline 50-200 mg/hari

Utilitas dihitung berdasarkan klinis dan dari literature. Percobaan ini dilakukan selama 6
bulan. Perkiraan 6 bulan dengan biaya total adalah 919 dolar untuk Escitalopram dan 1.351
dolar untuk sertraline.

Perkiraan untuk QALYs adalah 0,40296 untuk Escitalopram dan 0,39268 untuk Sertraline.

Biaya-hasil model utilitas yang diuji dalam simulasi pada 10.000 pasien dan mengindikasikan
suatu probabilitas bahwa 88,5% escitalopram adalah terapi dominan, menunjukkan baik biaya
yang lebih rendah dan lebih besar QALYs.

Kesimpulan CUA contoh 1:

Biaya utilitas model ini yang memasukkan biaya titrasi dan dampak efek samping

membandingkan escitalopram 10-20 mg per hari dan sertraline 50-200 mg per hari
menunjukkan bahwa:

escitalopram tampaknya lebih murah dan menghasilkan kemanjuran (utilitas) pada setidaknya
sama baiknya dan mungkin sedikit lebih baik daripada sertraline

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Analisis utilitas-biaya (AUB – Cost Utility Analysis, CUA) adalah teknik analisis ekonomi
untuk menilai utilitas (daya guna) atau kepuasan atas kualitashidup yang diperoleh dari suatu
intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam jumlah tahun dalam keadaan sehat sempurna,
bebas dari kecacatan, yang dapatdinikmati umumnya diekspresikan dalam quality-adjusted
life years (QALYs) atau‘jumlah tahun berkualitas yang disesuaikan’.Quality-Adjusted Life
Years (QALYs) atau ‘Jumlah Tahun yang Disesuaikan’(JTKD) adalah suatu hasil yang
diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas
hidup.Terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, ataumengukur
score utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan timetradeoff (TTO).

Beberapa peneliti farmakoekonomi melakukan analisis cost-utility dengan mengukur utility


status kesehatan secara langsung. Peneliti menggunakan klasifikasi status kesehatan yang
sudah mapan dimana fungsi utility dioerolehsecara empiris. Tiga instrumen yang sering
digunakan adalah : Quality of Well-Being Scale (QWB), The Health Utilities Index (HUI),
The EuroQol Group’s EQ-5D.

Metode cost utility analysis berfungsi dalam mencari informasi dimana sangat membantu
para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.Manfaat lain dari
analisa ini dapat dipakai dalam farmakoekonomi dalam studi yang mengukur dan
membandingkan antara biaya dan hasil /konsekuensi dari suatu pengobatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Andayani, Tri Murti. 2013. Farmakoekomoni Prinsip Dan Metodelogi. BursaIlmu :


Yogyakarta.
2. Anonim, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. KEMENKES RI :
3. Jakarta.
4. Orion.1997. Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic
5. Evaluation. Hoesch Marion Rousell Incorporation :Virginia.
6. Tjiptoherijanto, P., Soesetyo, B.1994. Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai