Anda di halaman 1dari 13

DOSEN : ANTHONETA HITIPEUW, S.ST., M.

Keb

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA

“ Asuhan Neonatus dengan Cacat Bawaan dan Penatalaksanaannya


(labioskizis dan labiopalatoskizis,atresia eshopagus,atresia rekti dan anus) ’’

Disusun Oleh :

1. Masita Lestaluhu
2. Putry S. witak
3. Ruth Sahanaya
4. Susanti Rumakur
5. Oktiany Salkery
6. Adelci Watimena
7. Sarma Hatapayo
8. Kurnia Rumbaroa
9. Lili Heluth
10. Rositna Kapitanhitu

Prodi/Semester : Kebidanan (A) / III

YAYASAN BANGUN PERSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PRODI DIII KEBIDANAN

2017

i
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim.. . .
Assalammu’alaykum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah
dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta anggota keluarga
dan para sahabatnya yang mengikuti hingga ajal menjemputnya. Makalah ini disusun untuk
membantu mahasiswa dalam pembelajaran Asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita
“Asuhan Neonatus dengan Cacat Bawaan dan Penatalaksanaannya (labioskizis dan
labiopalatoskizis,atresia eshopagus,atresia rekti dan anus). ’’
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh
saya selaku penulis.Oleh karena itu kami mohon maaf atas kekurangan yang ada dan
mengharapkan kritik dan saran yang akan selalu diterima dengan hati terbuka untuk bahan
masukkan pada perbaikan makalah yang akan datang.
Sebagai akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya terutama mahasiswa D-3 Kebidanan khususnya dan dapat
menambah pengetahuan .

Tulehu, 16 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisis Kelainan Bawaan (Kelainan kongenital)


2.2 Labioskizis dan labiopalatoskizis dan penatalaksanannya
2.3 Atresia esophagus dan penatalaksanaannya
2.4 Atresia rekti dan anus dan penatalaksanaannya

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan bawaan ( kelainan kongenital ) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi
maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dilahirkan. Sekitar 3 – 4 %
bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan
pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5 % terdiagnosis ketika anak berusia 5
tahun, tetapi bersifat ringan.

Kelainan bawaan yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Maka Berdasarkan hal-hal diatas
pada makalah ini akan dibahas tentang neonatus dengan kelainan bawaan yang meliputi
labioskizis dan labiopalatoskizis,atresia eshopagus,atresia rekti dan anus.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :


1. Menjelaskan apa itu Defenisis Kelainan Bawaan (Kelainan kongenital).
2. Menjelaskan apa itu Labioskizis dan labiopalatoskizis dan penatalaksanannya.
3. Menjelaskan apa itu Atresia esophagus dan penatalaksanaannya.
4. Menjelaskan apa itu Atresia rekti dan anus dan penatalaksanaannya.

1.3 Tujuan Masalah

Adapaun Tujuan dari penulisan yang dibahas makalah ini yaitu :


1. Untuk mengetahui apa itu Defenisis Kelainan Bawaan (Kelainan kongenital).
2. Untuk mengetahui apa itu Labioskizis dan labiopalatoskizis dan penatalaksanannya.
3. Untuk mengetahui apa itu Atresia esophagus dan penatalaksanaannya.
4. Untuk mengetahui apa itu Atresia rekti dan anus dan penatalaksanaannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisis Kelainan Bawaan (Kelainan kongenital)

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan
kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan
suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.

Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik,
radiologi dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi
lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa
cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban
dan darah janin.

2.2 Neonatus dengan kelainan Bawaan dan penatalaksanaanaya


Berikut ini yang termasuk dalam kelainan- kelainan bawaan pada bayi baru lahir
meliputi:

A. Labioskizis dan labiopalatoskizis

Labioskizis dan labiopalatokizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah


atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional di mana bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu.

 Labioskizis merupakan Suatu ketidak sempurnaan pada penyambungan bibir


bagian atas,yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung.

5
 Sedangkan labiopalatoskizis adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-
langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung. Selain tidak enak
dipandang,kelainan ini juga menyebabkan anak mengalami kesulitan ketika
makan,gangguan perkembangan bicara, dan infeksi telinga.

(Gambar : Labioskizis dan labiopaltokizis )

 Etiologi
Semua janin punya celah di bibir dan langit-langit selama awal kehamilan.Dalam
perkembangan janin normal, lubang ini menutup selama kehamilan.Umumnya penyebab
kelainan kongenital tidak diketahui dengan jelas.Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara lain :
1. Faktor genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom yang
mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan khromosom.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.
3. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan
sifillis, toksoplasmosis dan klamidia.
4. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas
selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.

 Tanda dan Gejala :


1. Pemisahan bibir.
2. Pemisahan langit-langit.
3. Pemisahan bibir dan langit-langit.
4. Infeksi telinga berulang.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

6
 Masalah yang mungkin terjadi
1. Sulit makan atau minum
2. Aspirasi
 Komplikasi
1. Kesulitan makan (kurang gizi)
Dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum
memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga
kesabaran memberi makan pada bayi dengan bibir sumbing.
2. Infeksi telinga
Dikarenakan tidak berfungsi dengan bai saluran yang menghubungkan telinga tengah
dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran
3. Kesulitan berbicara
Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah.Hal ini
dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah gigi
Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh sehingga perlu
perawatan dan penanganan khusus.

 PENATALAKSANAAN

Karena bayi mengalami kesulitan umum,maka :

1. Pada bayi dengan labioskizis,ASI tetap bisa diberikan langsung


2. Tetapi bila terdapat kesulitan terutama pada labiopalatoskizis dapat dipasang pelat
ortodontik untuk mempermudah menyusui.
3. Pemberian ASI yang diperas,kemudian diberikan pada bayi dengan menggunakan
sendok dan dilakukan,untuk lebih efektif dapat digunakan dot yang dirancang untuk
bayi dengan labio dan palatoskizis.
4. Usahakan pada saat pemberian ASI,kepala bayi diangkat untuk mengurangi
kemungkinan tersedak
5. Memberikan dukungan emosional kepada orang tua

7
6. Merujuk bayi untuk penanganan lebih lanjut :
a. Kolaborasi dengan ahli bedah orthodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli
wicara.Tergantung dari berat ringannya kelainan, maka tindakan bedah dilakukan
secara bertahap.
b. Penutupan Labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan,sedangkan
palatoskizis biasanya ditutup pada umur 9 – 12 bulan menjelang anak belajar
bicara.
7. Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan,
dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas
dan sistematik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir
sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10
pon, kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal
10.000/ui.

B. Atresia esofagus

Atresia oesophagus adalah gangguan kontinuitas esophagus dengan/ tanpa hubungan


dengan trachea atau oesophagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk secara sempurna.
Variasi dari atresia esophagus ini, antara lain bagian atas esophagus berakhir pada
kantong buntu, bagian atas esophagus berakhir dalam trackea, serta bagian atas bawah
esophagus berhubungan dengan trackea setinggi karina (atresia esophagus dengan
fistula). Kebanyakan bayi yang menderita atresia esophagus juga memiliki fistula
trakeasofagel (suatu hubugan abnormal antara kerongongan dan trakrea/ pipa udara)

 GEJALA

1. Adanya gelombang perut (bubble stomach) pada USG kehamilan 18 minggu serta
kejadian polohidramnion.

2. Hipersalivasi dan saliva selalu mengalir dalam bentuk buih.

3. Setiap pemberian minum, bayi batuk dan ada sumbatan.

4. Sesak nafas dan sianosis.

5. Sukar memberi minum dan cenderung terjadinya aspirasi pneumoni (2-3 hari setelah
pemberian).

8
6. Pneuminitis akibat refleks cairan lambung melalui kantong bagian bawah.

7. Perut buncit karena udara masuk usus fistula trachea oesophagus.

8. Bila dimassukkan kateter melalui mulut, kateter akan terbentur pada ujung
oesophagus dan melingkar-lingkar.

 PENATALAKSANAAN

1. Segera merangsang kateter kedalam oesophagus, dan bila mungkin lakukan


penghisapan terus menerus secara lembut.
2. Posisi tidur akan tergantung dan ada atau tidaknya fistula.
3. Anak dengan fistula trakeo-oesofagus, tidurkan setengah duduk untuk mencegah
aspirasi cairan lambung.
4. Anak tanpa fistula, tidur dengan posisi kepala lebih rendah.
5. Pertahankan keaktifan fungsi respirasi.
6. Lakukan operasi dengan segera Merujuk bayi untuk penanganan lebih lanjut:
a. Pembedahan berupa toratokomi kanan yang bertujuan untuk memisahkan
fistula trakheaesofagus, menutup trachea dan menyatukan dua segmen
esophagus. Pembedahan ditunda, apabila bayi dengan BBLR, pneumonia dan
anomali mayor.
b. Asuhan yang diberikan selama penundaan tindakan pembedahan antara lain :
pemberian nutrisi parenteral, gastronomi, serta melakukan suction . Penundaan
dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan – 1 tahun.

C. Atresia Atresia rekkti dan anus

Atresia anus adalah suatu keadaan dimana lubang anus tidak terbentuk. Pada bayi
yang mengalami atresia rekti dan anus terjadi muntah-muntah padaa umur 24-48 jam,
serta lahir tidak ada defekasi mekonium.

Gambar :
( Atresia Atresia rekkti dan anus)

9
 PENYEBAB

Keadaan ini terjadi akibat ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.

 KLASIFIKASI

Menurut Melbourne, atresia anus dibedakan menjadi 3 bagian :

1. Atresia anus letak tinggi, yaitu rektum berakhir diatas mukulus levator ani
(mukulus pubokoksigeus)

2. Atresia anus letak intermediet, yaitu rektum berakhir mukulus levator ani

3. Atresia letak rendah, yaitu rektum berakhir dibawah mukulus levator ani

 GEJALA KLINIS

1. Mekonium tidak keluar dalam 24-48 jam setelah bayi lahir

2. Tinja keluar dari vagina atau uretra

3. Perut mengembung

4. Jika disusui bayi akan muntah

5. Bayi cepat kembung 4-8 jam setelah lahir

 PENATALAKSANAAN

1. Lakukan pemeriksaan radiologi untuk memastikan kecurigaan adanya atresia, dan


pada hasil pemeriksaan didapatkan :

 Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi didaerah


tersebut

 Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir

2. Bila telah dipastikan bayi mengalami atresia lakukan kolostomi sementara,


kemudian setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.

10
3. Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaitu dengan kolostomi sementara
dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan
operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan
yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap
cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital.

4. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu


 tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau
lebih dilakukan operasi tahapan kedua.
 Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang
tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur
dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat
pada waktunya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang


dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Kelainan bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan bawaan pada neonatus yaitu
kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor
umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
3. Kelainan bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu labioskizis dan
labiopalatoskizis,atresia eshopagus,atresia rekti dan anus.
4. Kelainan bawaan berat dapat berupa kelainan bawaan yang memerlukan tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan
koreksi kosmetik.

Setiap ditemukannya kelainan bawaan pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan
dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah
penanganan dan prognosisnya. Kelainan bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko
terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok ,
obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi,
melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya
lainnya.

3.2 Saran

Dari makalah diatas kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah daalam membaca makalah
ini,pembaca dapat lebih banyak mengetahui tentang “Asuhan Neonatus dengan Cacat
Bawaan dan Penatalaksanaannya ( labioskizis dan labiopalatoskizis,atresia
eshopagus,atresia rekti dan anus ). ’’

12
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.

Riefky, zulkarnain. 2015. Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.


Diposting oleh Riefky zulkarnain. Diakses tanggal 13 januari 2015

Nurpaazizah. 2016. Neonatus dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaannya.


Dipostkan pada 28 April 2016 oleh nurpaazizah

13

Anda mungkin juga menyukai