Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri proses merupakan suatu kajian yang paling utama dalam bidang
keilmuan teknik kimia. Salah satu industri proses yang menjadi fokus ilmu teknik
kimia ialah industri perminyakan atau petroleum. Perkembangan proses
pengilangan minyak bumi dapat berlangsung secara terus-menerus dari yang
awalnya dilakukan dengan proses batch menjadi proses yang kontinu. Oleh karena
itu, mahasiswa perlu turun langsung untuk mengikuti dan mengobservasi
perkembangan yang terjadi sehingga dapat memperoleh pemahaman mengenai
operasi dan proses yang terjadi di pabrik. Selain itu juga dapat diperoleh
kesinambungan yang baik antara pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh
mahasiswa dalam memperbarui ilmunya.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang memiliki kewajiban
untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah
pembangunan di sektor energi yang sedang digiatkan oleh pemerintah untuk
mencapai kemandirian energi nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut
pemerintah menitikberatkan pada pembangunan di bidang industri.
Kemajuan di bidang industri memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan nasional di segala bidang guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kemajuan di bidang industri juga dapat memenuhi kebutuhan energi
dalam maupun luar negeri, memperkokoh perekonomian nasional, meningkatkan
kemampuan bersaing, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) III adalah salah satu Kilang
Minyak dan Petrokimia di Indonesia yang terletak di kota Palembang provinsi
Sumatera Selatan, dimana terdiri dari kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong.
sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkemuka di Indonesia
yang bergerak di bidang perminyakan dan gas (oil and gas industry), tentunya
memerlukan beberapa tenaga ahli untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksinya. Maka dari itu perlu dipersiapkan lulusan Teknik Kimia yang
berkompeten dan siap bersaing dalam dunia kerja melalui kerja Praktek ini.
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama
di bangku kuliah, sekaligus juga memiliki kepekaan dalam menyelesaikan
masalah yang terkait dengan industri secara terintegrasi. Selain itu juga
perkembangan teknologi eksplorasi dan pengolahan minyak bumi yang terdapat di
dunia ini selalu berkembang terus menerus. Atas dasar tersebut, kami mengajukan
permohonan kerja Praktek di PT Pertamina RU III Plaju. Dengan melakukan kerja
Praktek di lokasi tersebut, penyusun dapat mempelajari secara langsung dan lebih
memahami tentang proses kimia khususnya pengolahan minyak bumi atau
petroleum serta memperoleh pengalaman kerja di industri.

1.2. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero)


Pada era 1800, pencarian sumur minyak pertama di Indonesia. Belanda
yang melakukan pemboran sumur minyak pertama kali di daerah Cirebon pada
tahun 1871. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said
di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883 dimana kegiatan
eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. sampai dengan era 1950-an, penemuan
sumber minyak baru banyak ditemukan di beberapa wilayah, seperti Jawa Timur,
Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur.
Ketika pecah Perang Asia Timur Raya, produksi minyak mengalami
hambatan hingga selanjutnya terhenti. Setelah Indonesia merdeka, maka
dilakukanlah usaha oleh pemerintah agar perindustrian minyak yang ada di
Indonesia dapat diambil alih. Sehingga, pada tahun 1950-an, pemerintah mulai
menginventarisasi sumber pendapatan negara dari minyak dan gas.
Tahun 1957 merupakan tonggak sejarah PT Pertamina (Persero). Di tahun
ini pemerintah mendirikan sebuah perusahaan minyak nasional pada 10
Desember 1957 dengan nama Perusahaan Minyak Nasional (PN Permina). Pada
tanggal 20 Agustus 1968, PN Permina yang bergerak di bidang produksi
digabung dengan bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber
daya. Perusahaan gabungan ini dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Nasional (Pertamina).
Pemerintah kemudian menerbitkan UU No. 8 tahun 1971 dimana
Pertamina dijadikan sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang
melaksanakan pengusahaan migas dari pengelolaan sampai produksi. Berdasarkan
UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia
wajib bekerja sama dengan Pertamina. Oleh karena itu, Pertamina memainkan
peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama dan
sebagai operator karena menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.
Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan
peran gandanya melalui UU Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Peran
regulator diserahkan ke lembaga pemerintah. Pertamina hanya memegang satu
peran sebagai operator murni. Peran regulator di sektor hulu dijalankan oleh BP
Migas. Sedangkan peran regulator di sektor hilir dijalankan oleh BPH Migas yang
dibentuk dua tahun setelahnya pada 2004.
Pada tanggal 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT
Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31 tahun 2003. Undang-Undang tersebut
antara lain juga mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir
dan hulu. Selanjutnya pada tanggal 20 Juli 2006, PT Pertamina mencanangkan
program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan
bisnis. Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada tanggal 10
Desember 2007 PT Pertamina mengubah visi perusahaan yaitu, “Menjadi
Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia”. Pertamina mengupayakan perluasan
bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah pengembangan energi baru dan
terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011 Pertamina menetapkan visi
baru perusahaannya yaitu, “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”.
Dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak yang ada dalam negeri,
PT Pertamina (Persero) mengoperasikan 6 dari 7 Refinery Unit (RU) yang ada di
Indonesia. RU I Pangkalan Brandan di Sumatera Utara berhenti beroperasi pada
tahun 2007. Hal ini dikarenakan permasalahan pasokan umpan. Penutupan juga
terkait tidak tersedianya stok minyak dan gas yang akan diolah. Adapun 7 Unit
pengolahan yang masih beroperasi saat ini ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi Kilang PT. Pertamina (Persero)

NAMA KILANG KAPASITAS

RU-I PANGKALAN BRANDAN 5.000 BPSD*


RU-II DUMAI 170.000 BPSD
RU-III PLAJU 133.700 BPSD
RU-IV CILACAP 300.000 BPSD
RU-V BALIKPAPAN 253.000 BPSD
RU-VI BALONGAN 125.000 BPSD
RU-VII KASIM-SORONG 10.000 BPSD

TOTAL 996.700 BPSD

(Sumber: PT Pertamina, 2009)

1.2.1. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero)

1) Visi
“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”
2) Misi
Pertamina mempunyai misi dalam menjalankan usaha minyak, gas, serta
energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip
komersial yang kuat merupakan suatu misi dari PT Pertamina (Persero). Dimana
misi Perseroan yaitu menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta
kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi serta niaga energi baru dan
terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi.

1.2.2. Logo dan Slogan


Selama 37 tahun (20 Agustus 1968 - 1 Desember 2005) orang mengenal
logo kuda laut sebagai identitas Pertamina. Pemikiran perubahan logo sudah
dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis Pertamina. Pemikiran tersebut dilanjutkan
pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui tim restrukturisasi Pertamina
pada tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif
sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi program
tersebut sempat tidak terlaksana karena adanya perubahan kebijakan atau
pergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan
terbentuknya PT. Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan
pergantian logo, yaitu agar dapat membangun semangat baru, mendorong
perubahan corporate culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih
baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong daya saing
perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi :
a) Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan
b) Perubahan strategi perusaan untuk menghadapi persaingan pasca PSO dan
semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru bidang hulu dan hilir.

Slogan Renewable Spirit yang diterjemahkan mejadi “Semangat


Terbarukan”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan
berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan
yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Permohonan pendaftaran ciptaan logo
baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri,
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan
HAM. Logo baru Pertamina sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan
diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi,
lambang/tanda pengenal Pertamina masih dapat dipergunakan.

Gambar 1.1 Logo PT. Pertamina (Persero)


Arti makna Logo :
1) Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan
representasi bentuk panah, dengan maksud sebagai Pertamina yang
bergerak maju dan progresif
2) Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
Pertamina dan aspirasi perusahaan yang lebih positif dan dinamis dimana :
a) Biru : Mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung
jawab,
b) Hijau : Mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan
lingkungan,
c) Merah : Mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.

Peranan PT. Pertamina (Persero) dalam pembangunan adalah:


1) Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.
2) Sebagai sumber devisa negara.
3) Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan.

Ketika Pertamina membeli kilang minyak Sei Gerong dari PT. Stanvac
tahun 1970, pada saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan kemandirian bangsa
di bidang energi dengan mengoperasikan kilang minyak sendiri untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri,
Pertamina mendasari langkahnya pada tiga kebijakan utama, yaitu kepastian
dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi pengadaan, dan keluwesan pengadaan.

1.3. Sejarah PT Pertamina (Persero) RU III


Perkembangan kilang RU III secara umum dimulai dengan ditemukan
sebuah sumur minyak di telaga tunggal pada tahun 1985 oleh A.O.Zijkler, dimana
sumur tersebut dikenal dengan nama Telaga Said yang merupakan awal produksi
minyak bumi. Keberhasilan dalam menemukan minyak di Telaga Said tersebut
yang mendorong pembangunan kilang pada saat itu termasuk Kilang RU III.
Perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM)
merupakan salah satu perusahaan minyak dan tambang yang beroperasi di
Indonesia pada awal abad ke-20. Pada tahun 1921, NKPM menemukan Lapangan
Talang Akar di Sumatera Selatan dan mendirikan Kilang Sungai Gerong yang
berlokasi di seberang Kilang Plaju milik Shell. Namun, NKPM berganti nama
menjadi SVPM dan pada tahun 1959 berganti nama menjadi PT. Stanvac
Indonesia. Kilang yang didirikan oleh NKPM beserta kilang BPM Shell yang
didirikan di Plaju oleh Belanda merupakan cikal bakal kilang Pertamina RU III.
Rincian upaya pendirian Pertamina RU III Plaju adalah sebagai berikut:
1) Pada tahun 1904 didirikannya kilang minyak di Plaju oleh Shell dengan
kapasitas 110 MBSD
2) Pada tahun 1926 Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac dengan
kapasitas 70 MBSD
3) Pada tahun 1965 Kilang Plaju dengan kapasitas 110 MBSD dibeli dari
Shell
4) Pada tahun 1970 Kilang Sungai Gerong dengan kapasitas 70 MBSD dibeli
dari Shell
5) Pada tahun 1971 Pembangunan Kilang Polypropylen dengan kapasitas
20.000 ton pertahun
6) Pada tahun 1972 Proyek Integrasi kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong
7) Pada tahun 1982 Proyek kilang Musi PKM I dengan kapasitas 98 MBSD
yang meliputi :
a) Modifikasi Dapur CD II, CD III, CD IV, CD V dengan penambahan
APH
b) Pembangunan unit HVU II
c) Up grading proses kilang FCCU
8) Pada tahun 1983 Proyek pembangunan TA/PTA dengan kapasitas
150.000 ton pertahun dan beroperasi tahun 1986
9) Pada tahun 1987 Proyek “Energy Conservation Improvement” (ECI)
10) Pada tahun 1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi
Kilang (UPEK)
11) Pada tahun 1990 Debottlenecking kilang TA/PTA dengan kapasitas
225.000 ton/tahun.
12) Pada tahun 1993 Total Plant Test dengan kapasitas 131,1 MBSD dan
Proyek RTL hasil Plant Test
13) Pada tahun 1994 Proyek Kilang Musi II yang meliputi :
a) Revamping Kilang RFCCU
b) Pembangunan New Polypropilene
c) Perubahan listrik 60 Hz ke 50 Hz di Sungai Gerong
d) Modifikasi Unit Redistiling I/II Plaju
e) Redesign Cyclone FCCU Sungai Gerong
14) Pada tahun 1996 modifikasi unit Redistiling I/II Plaju menjadi CDU
15) Pada tahun 2002 pembangunan jembatan integrasi kilang Musi
16) Pada tahun 2004 Retropane System Process Control pada CD I/II/III/IV
DCS Centum V menjadi DCS Centum CS 3000 (Freedbus Central).

Tugas pokok Pertamina RU III sesuai dengan UU No.8 tahun 1971 yaitu:
“Menyediakan bahan baku bagi perkembangan dan pertumbuhan industri dalam
negeri, karena itu kegiatan Pertamina RU III hanya mengolah bahan bakar
minyak (BBM) dan non BBM”.
Pertamina RU III memiliki 2 buah kilang, yaitu :
1) Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah
selatan dan Sungai Komering di sebelah barat
2) Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai
Musi dan Sungai Komering.

Kilang RU-III Plaju/Sungai Gerong mempunyai 2 unit produksi yaitu :


1) Unit Produksi I (Kilang BBM/Petroleum) yang mengolah minyak mentah.
Kilang BBM/ Petroleum terdiri dari primary process dan secondary
process.
2) Unit Produksi II (Kilang Petrokimia). Kilang Petrokimia yang terdiri dari
kilang TA/PTA dan Polypropylene.
Secara umum, Sejarah Pertamina RU III dan perubahan-perubahan yang
terjadi dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 2.2. Sejarah PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong


Tahun Sejarah
1903 Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)
1926 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh Stanvac (AS)
1957 Kilang Plaju diambil alih oleh PT Shell Indonesia
1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh
negara/Pertamina
1970 Kilang Sungai Gerong/Stanvac dibeli oleh negara/Pertamina
1971 Pendirian kilang polypropylene untuk memproduksi pellet polytam
dengan kapasitas 20.000 ton/tahun
1973 Integrasi operasi kilang Plaju – Sungai Gerong
1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi
(PKM I) yang berkapasitas 98 MBSD
1982 Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong dan
revamping CDU (konservasi energi)
1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi
150.000 ton/tahun
1986 Kilan Purified Terephtalic Acid (PTA) mulai berproduksi dengan
kapasitas 150.000 ton/tahun
1987 Proyek pengembangan konservasi energi atau Energy Conservation
Improvemant (ECI)
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
1990 Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/tahun
1994 PKM II: Pembangunan unit polypropylene baru dengan kapasitas
45.200 ton/th, revamping RFCCU – Sungai Gerong dan unit alkilasi,
redesign siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling
I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex (GTGC)
dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan
pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphuric Acid
Recovery Unit (SARU)
2002 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi
2003 Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju
dengan Sungai Gerong diresmikan
2007 Kilang TA/PTA berhenti beroperasi
2008 Peresmian produk Musicool
2010 Pembangunan Unit Waste Heat Recovery Unit (WHRU)
2011 Peresmian unit WHRU
2012 Project UU 32

(Sumber: PT Pertamina, 2009)

1.4. Maksud dan Tujuan Perusahaan


Sesuai dengan pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah
untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam
maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang
kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.
Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan adalah untuk:
1) Memperolah keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan
secara efektif dan efisien.
2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

1.5. Lokasi Pabrik


PT Pertamina (Persero) RU III berada di Provinsi Sumatera Selatan,
tepatnya di Plaju dan Sungai Gerong. RU III terbagi menjadi dua kilang, yaitu
kilang Plaju dan Kilang Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai
Komering yang merupakan anak Sungai Musi. Pada tahun 2003, PT Pertamina
(Persero) RU III membangun jembatan yang menghubungkan Kilang Plaju dan
Kilang Sungai Gerong untuk transportasi antar kilang. PT Pertamina (Persero) RU
III memiliki lokasi seluas 921 Ha (di luar terminal P. Sambu dan T. Uban).
Kilang Plaju terletak di sebelah barat Sungai Komering dan di sebelah
utara berbatasan dengan Sungai Musi. Sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak
di kabupaten Musi Banyuasin. Kilang Sungai Gerong ini terletak di sebelah timur
Sungai Komering dan di sebelah utara juga berbatasan dengan Sungai Musi.
Adapun PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong ini memiliki dua
area dermag, dermaga Plaju dan dermaga Sungai Gerong untuk mempermudah
pengangkutan baik untuk produk ataupun bahan mentah. Adapun denah/peta
lokasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III antara dua kilang tersebut (Kilang
Plaju dan Kilang Sungai Gerong) dapat dilihat pada gambar.

Gambar 1.2 Lokasi dan Tata Letak PT. Pertamina (Persero) RU III

Luas wilayah kerja PT. Pertamina (Persero) RU III sebesar 1812,6 ha,
sedangkan luas wilayah efektif yang dipergunakan oleh PT. Pertamina RU III
dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3. Luas Wilayah Efektif PT. Pertamina (Persero) RU III
No. Tempat Luas (Ha)

1. Area perkantoran dan kilang Plaju 229,60

2. Area kilang S. Gerong 153,90

3. PUSDIKLAT fire & safety 34,95

4. RDP dan lap. golf Bagus Kuning 51,40

5. RDP Kenten 21,20

6. Lapangan golf Kenten 80,60

7. RDP Plaju, S. Gerong dan 3 Ilir 349,37

Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV Pertamina, 1999, Palembang

1.5.1. Kilang Unit Operasi Plaju


Kilang unit operasi Plaju terletak di sebelah selatan Sungai Musi dan
sebelah barat Sungai Komering. Berdasarkan tata letak, kilang unit operasi Plaju
terdiri dari unit-unit :
a) Pengilangan utara
Unit-unit yang terdapat di pengilangan utara adalah : Crude Distiller II,
Crude Distiller III, Crude Distiller IV.
b) Pengilangan tengah
Unit-unit yang terdapat di pengilangan tengah adalah : Crude Distiller V,
Redistiller I/II, Stabilizer C/A/B, Straight Run Main Gas Compressor
(SRMGC).
c) Pengilangan selatan (Gas Plant)
Unit-unit yang ada di pengilangan selatan adalah : Butane Butylene Motor
Gas Compressor (BBMGC), Butane Butylene Distiller, Butane Butylene
Treating, Polymerisasi, Alkylasi, Storage & Blending Musicool.
d) Kilang Petrokimia
Kilang Petrokimia yang terdapat di PERTAMINA (Persero) RU-III terdiri
atas dua unit kilang, yakni : Kilang Polypropylene dan Unit Silo &
Bagging, Kilang Terephtalic Acid / Purified Terephtalic Acid dan Unit
Silo & Bagging. Kilang ini menghasilkan polypropylene dan Unit Silo &
Bagging

1.5.2. Kilang Unit Operasi Sungai Gerong


Kilang Unit Operasi Sungai Gerong terletak di persimpangan Sungai Musi
dan Sungai Komering. Kilang Minyak Sungai Gerong terdiri dari unit-unit Crude
Distiller VI, Redistiller III/IV, High Vacuum Unit II, Residue Fluid Catalytic
Cracking Unit, Stabilizer III, Caustic Treater Unit, Merichame Unit.

1.6. Deskripsi Proses PT Pertamina (Persero) RU III


PT. Pertamina (Persero) RU III melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk-produk seperti bahah bakar (BBM), solvent (non-BBM), produk
gas, produk khusus dan produk petrokimia. Pada kilang BBM, minyak bumi
mengalami empat proses utama, yaitu primary process, secondary process,
treating dan blending. Kilang petrokimia di RUIII menghasilkan produk
Polypropylene dan PTA.
Proses utama pengolahan minyak bumi dan petrokimia di Unit
Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong meliputi:
1) Primary Process
Proses primer merupakan proses pemisahan komponen-komponen minyak
mentah yang dilakukan secara fisik. Pada tahap ini, minyak mentah
dipisahkan menjadi fraksi-fraksinya dengan menggunakan proses distilasi.
Hasil dari distilasi merupakan produk BBM, sebagian dari hasil distilasi
harus melewati tahapan secondary process. Unit operasi yang digunakan
pada proses ini adalah Crude Distiller (CD) dan Redistiller. Crude Distiller
digunakan untuk memproses minyak mentah. Unit ini terdiri dari unit CD II,
CD III, CD IV, dan CD V, sedangkan Redistiller yang terdiri dari Redistiller
I dan II digunakan untuk mengolah slop oil (minyak sisa yang tidak
memenuhi standar, off spec.). Namun, pada saat ini Redistiller sudah tidak
beroperasi lagi. Unit lain untuk primary process adalah HVU (High Vacuum
Unit). HVU digunakan untuk memisahkan residu hasil pemisahan dari unit
CD dan Redistiller menjadi fraksi-fraksinya.
2) Secondary Process
Proses sekunder melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari suatu
senyawa. Proses yang bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari hasil
proses primer ini meliputi dekomposisi molekul (cracking), kombinasi
molekul (polimerisasi dan alkilasi) dan perubahan struktur molekul
(reforming). Unit-unit yang beroperasi pada proses ini adalah FCCU (Fluid
Catalytic Cracking Unit), Polimerisasi, Alkilasi, Stabillizer C/A/B, SRMGC
(Straight Run Motor Gas Compressor), dan BB Distiller (Buthane-Buthylene
Distiller).
3) Treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak
diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang dan merkaptan.
Proses treating ini dilakukan pada unit CTU (Causti Treating Unit), BB
Treater (Buthane-Buthylene Treater), Doctor Treater (untuk menghilangkan
senyawa merkaptan), dan SAU (Sulphuric Acid Recovery Unit).
4) Blending
Proses blending bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau agar
produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Proses
pencampuran dilakukan dengan penambahan zat aditif atau dengan
pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses
pencampuran adalah penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) untuk
meningkatkan angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane
Mogas Component) dengan naphta untuk menghasilkan bahan bakar
premium dengan angka oktan tinggi.
5) Produksi Polypropylene
Bahan baku unit ini adalah Raw Propane-Propylene dari hasil perengkahan
di FCCU. Proses pengolahannya terbagi menjai tiga bagian, yaitu pemurnian
bahan mentah menggunakan proses ekstraksi, pengeringan, distilasi,
polimerisasi dan peletisasi Polypropylene yang akan menjadi bijih plastik
(pellet).
6) Produksi TA/PTA
Proses utama dalam Unit TA adalah proses oksidasi antara bahan baku
Paraxylene dengan Oxygen dalam suatu larutan Acetic Acid (Solvent). Unit
TA berfungsi mengolah bahan baku Paraxylene menjadi Crude Terephtalic
Acid (CTA), sedangkan Unit PTA mengolah CTA menjadi Purified
Terephtalic Acid (PTA). Saat ini produksi TA/PTA sudah tidak beroperasi
lagi.

1.7. Distribusi dan Pemasaran Pabrik


Pendistribusian produk PT. Pertamina (Persero) RU III bertanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terutama bahan bakar kendaraan
bermotor dan minyak tanah di Sumbagsel (Sumatera bagian selatan) yang
mencakup 4 provinsi antara lain Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Bandar
Lampung. Pendistribusian minyak di PT. Pertamina (Persero) RU III dilakukan
melalui :
1) Pipa-pipa
2) Kapal-kapal tanker
3) Mobil-mobil pendistribusi
Pemasaran produk PT. Pertamina (Persero) RU III dilakukan oleh Unit
Pemasaran dan Pembekalan Dalam Negeri (UPPDN).

1.8. Pelaksanaan Kerja Praktek


Waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai dari tanggal 31 Desember 2018
sampai dengan 18 Februari 2019.

1.9. Tujuan Kerja Praktek


1) Memenuhi persyaratan kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2) Meningkatkan wawasan berfikir, daya nalar, dan menambah pengalaman
mahasiswa dalam penerapan ilmu Teknik Kimia meliputi pengoperasian,
proses-proses kimia dalam pembuatan dan pengolahan minyak dan gas
serta aspek-aspek keteknikan lain dalam suatu industri kimia yang tidak
diperoleh di perkuliahan secara nyata.
3) Memperoleh pengalaman langsung yang aplikatif di dunia industri,
terutama yang berkaitan dengan proses, unit operasi, dan manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja di PT Pertamina (Persero) RU III
Plaju.
4) Mendapatkan kesempatan untuk menganalisis setiap permasalahan yang
mungkin terjadi di lapangan dalam bentuk tugas khusus dan mengusulkan
tindakan penanganan yang tepat.
5) Meningkatkan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan antara
pihak universitas dengan pihak industri untuk meningkatkan kualitas
mahasiswa.

1.10. Ruang Lingkup Kerja Praktek


Dalam melaksanakan kerja praktek ini, program kegiatan yang akan
dilakukan yaitu:
1) Orientasi Umum dan Studi Kepustakaan
Berupa pengenalan awal, seperti sejarah singkat PT Pertamina RU III
Plaju dan hal-hal lain yang berkaitan dengan struktur organisasi dan
personalia.
2) Studi Kepustakaan
Melihat dan mempelajari literatur tentang industri minyak dan gas serta
proses pengolahannya.
3) Orientasi lapangan
Melihat dan mempelajari proses yang terjadi, sistem peralatan dan pemelih
araan, pengendalian mutu, manajemen kesehatan, keselamatan kerja dan
lingkungan (K3L), sistem distribusi, dan pemasaran industri serta
treatment yang dilakukan di lapangan.
4) Tugas khusus
Penyelesaian tugas yang diberikan oleh pembimbing Kerja Praktek dengan
judul “Menentukan Jadwal Cleaning Cooler 4-9 dan 4-10 Produk LKD
Unit CD II di PT Pertamina (Persero) RU III”
5) Penyelesaian Kerja Praktek.
6) Penyusunan Laporan.

Anda mungkin juga menyukai