Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Penyakit

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang


abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer,
2002).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel


selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan


yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang
terletak antara kulit dan tulang.

2. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor
atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita
yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf –
saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat


membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena


jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak.
3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
4. Patofosiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue
Tumors (STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi
dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi
di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10%
di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor
jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari
tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-
lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
5. Klasifikasi
a. Tumor jaringan lemak : Lipoma dan Liposarkoma
b. Tumor dan lesi pada jaringan fibrosa
- Fasilitis Nodularis
- Fibromatosis
- Fibromatosis supervisialis
- Fibrosarkoma
c. Tumor saraf perifer
- Neurofibroma
- Schwannoma
- Tumor ganas selubung saraf perifer
d. Tumor Fibriohistiositik
- Dermatofibrosarkoma Protuberans
- Histiositoma Fibrosa Maligna
e. Tumor Otot Rangka
- Rabdomioma
- Rabdomiosarkoma
f. Tumor Otot Polos
- Leiomioma
- Leiomiosarkoma
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang
berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya
dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering
didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelas tetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan
lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan
lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak
tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma
otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial
karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum
untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun
terakhir.

4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan
luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas
ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk
mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang
akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan
mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura,
hanya untuk mengambil spesimen segar harus segera
konsentrasi sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan
tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi
atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga
berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear
tidak dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk
operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak,
bersama dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor
reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan histologis.
7. Penatalaksanaaan Medik dan Implikasi Keperawatan
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli
bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan.
Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau
benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan
menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor
tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan
cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi
yang bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima
merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan
dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
8. Pathways Keperawatan

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi:nama,umur,jeniskelamin,status,agama,pekerjaan,pendi
dikan,alamat,no medrec,ruang rawat,tanggal masuk,tanggal
pengkajian,penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan biasanya nyeri pada
bagian benjolan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat
pengakjian yang dijabarkan dari keluhan utama menggunakan
teknik PQRST,yaitu :
P : Biasanya klien mengeluh nyeri,nyeri bertambah saat
pasien beraktivitas dan nyeri berkurang setelah diberi obat dan
klien istirahat.
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk jarum dengan skala
>4 (0-10)dan biasanya menganggu klien untuk beraktivitas.
R : Nyeri dirasakan didaerah luka post operasi dan tidak
menjalar kedaerah lain.
S : Biasanya aktivitas klien terganggu akibat rasa nyeri
T : Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap
d. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan
kapan terjadi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah orang tua,saudara kandung dan anggota keluarga
klien mempunyai penyakit yang sama,menular dan keturunan
lainnya.
f. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari hari sebelum masuk rumah sakit dan
sesudah masuk rumah sakit meliputi pola nutrisi,pola
eliminasu,personal hygine,pola aktivitas sehari-hari dan pola
aktivitas tidur.
g. Pemeriksaan fisik head to toe
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis sampai koma
tergantung dengan kondisi penyakit yang di alami.
 Sistem pernapasan : Terjadi penurunan pola dan
frekuensi pernafasan lebih cepat akibat nyeri.
 Sistem Cardiovaskuler : terjadi tanda tanda
kelemahan,tekanan darah meningkat dan nadi
meningkat.
 Sistem Pencernaan ; Mungkin ditemukan mual muntah
dan penurunan bising usus karena puasa.
 Sistem Perkemihan : Jumlah pengeluaran urin mungkin
sedikit dan tidak terpasang kateter.
 Sistem Persyarafan : dikaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi nervus.
 Sistem Penglihatan ; Periksa kesimetrisan kedua
mata,ada tidaknya lesi,reflek pupil pada
cahaya,ketajaman penglihatan.
 Sistem Pendengaran ; kaji keadaan telinga,kesimetrisan
bentuk telinga,adanya sekret,adanya nyeri tekan,tes
rinne,weber.
 Sistem Muskoloskeletal : Biasanya ditemukan sedikit
kelemahan karena danya rasa nyeri.
 Sisten Integumen ; Adanya luka operasi pada bagian
kepala,turgor kulit menurun.
 Sistem Endokrin : Kaji adanya pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening.
2. Diangnosa Keperawatan
a. Pre operasi
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan
operasi
b. Post operasi
 Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah operasi
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi

3. Intervensi keperawatan dan Rasional


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi - Jelaskan semua
a. Gelisah dan prosedur dan apa yang
b. Insomnia mengungkapkan dirasakan selama
c. Resah gejala cemas prosedur
d. Ketakutan b. Mengidentifikasi, R/ agar pasien
e. Sedih mengugkapkan mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri dan menunjukkan prosedur tindakan
g. Kekhawatiran tehnik untuk - Temani pasien untuk
mengontrol cemas memberikan keamanan
c. Vital sign dalam dan mengurangi takut
batas normal R/ mengurangi
d. Postur tubuh, kecemasan pasien
ekspresi wajah, - Berikan informasi
bahasa tubuh dan faktual mengenai
tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis
berkurangnya R/ membantu
kecemasan mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui
tingkat kecemasan
pasien
- Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu
pasien tenang dan
nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
R/ cemas
berkurang, pasien
merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk
mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
: a. Mampu karakteristik, durasi,
a. Laporan secara mengontrol nyeri frekuensi, kualitas
verbal atau (tahu penyebab dan faktor presipitasi
nonverbal nyeri, mampu R/ mengetahui
b. Fakta dari menggunakan tindakan dan obat
observasi tehnik yang akan diberikan
c. Posisi antalgik nonfarmakologi - Observasi reaksi
(menghindari untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri) nyeri, mencari ketidaknyamanan
d. Gerakan bantuan) R/ mengetahui
melindungi b. Melaporkan tingkat nyeri pasien
e. Tingkah laku bahwa nyeri - Gunakan teknik
berhati-hati berkurang dengan komunikasi
f. Muka topeng menggunakan terapeutik untuk
(nyeri) manajemen nyeri mengetahui
g. Gangguan tidur c. Mampu mengenali pengalaman nyeri
(mata sayu, nyeri (skala, pasien
tampak capek, intensitas, R/membantu pasien
sulit atau gerakan frekuensi dan mengungkapkan
kacau, tanda nyeri) perasaan nyerinya
menyeringai) d. Menyatakan rasa - Evaluasi bersama
h. Terfokus pada nyaman setelah pasien dan tim
diri sendiri nyeri berkurang kesehatan lain
i. Fokus menyempit e. Tanda vital dalam tentang
(penurunan rentang normal ketidakefektifan
persepsi waktu, kontrol nyeri masa
kerusakan proses lampau
berpikir, R/untuk memberikan
penurunan intervensi yang tepat
interaksi dengan - Kontrol lingkungan
orang lain dan yang dapat
lingkungan) mempengaruhi nyeri
j. Tingkah laku seperti suhu
distraksi, contoh ruangan,
jalan-jalan, pencahayaan dan
menemui orang kebisingan
lain dan atau R/membantu
aktivitas mengurangi nyeri
berulang-ulang pasien
k. Respon autonom - Kurangi faktor
(seperti presipitasi nyeri
berkeringat, R/ mengurangi nyeri
perubahan pasien
tekanan darah, - Pilih dan lakukan
perubahan nafas, penanganan nyeri
nadi dan dilatasi (farmakologi, non
pupil farmakologi dan
l. Perubahan inter personal)
otonom dalam R/ membantu
tonus otot mengurangi rasa
(mungkin dalam nyeri pasien
rentang dari - Kaji tipe dan sumber
lemah ke kaku) nyeri untuk
m. Tingkah laku menentukan
ekspresif (contoh intervensi
gelisah, merintih, R/ memberikan
menangis, intervensi yang tepat
waspada, iritabel, - Ajarkan tentang
nafas teknik non
panjang/berkeluh farmakologi
kesah R/mengurangi nyeri
n. Perubahan dalam dengan cara
nafsu makan dan pengobatan non
minum farmakologis
- Berikan analgetik
Faktor Yang untuk mengurangi
Berhubungan : nyeri
Agen injury (biologi, R/ nyeri dapat
kimia, fisik, berkurang
psikologis) - Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol
- Tingkatkan istirahat
R/ menguragi nyeri
b. Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
R/ untuk
memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi
untuk pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui
kondisi pasien
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri
3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention
kulit berhubungan Skin and Mucous a. Wound care
dengan adanya luka Membranes - Anjurkan pasien
post operasi Wound Healing untuk
:primary and menggunakan
Batasan karakteristik secondary intention pakaian yang
: longgar
a. Gangguan pada Kriteria Hasil : R/ menjaga
bagian tubuh a. Integritas kulit integritas kulit
b. Kerusakan lapisa yang baik bisa pasien
kulit (dermis) dipertahankan - Jaga kulit agar
c. Gangguan (sensasi, tetap bersih dan
permukaan kulit elastisitas, kering
(epidermis) temperatur, R/agar kulit tetap
hidrasi, lembab
Faktor yang pigmentasi) - Hindari kerutan
berhubungan : b. Tidak ada luka/lesi pada tempat tidur
pada kulit R/ menjaga
Eksternal : c. Perfusi jaringan integritas kulit
a. Hipertermia atau baik tetap baik
hipotermia d. Menunjukkan - Mobilisasi pasien
b. Substansi kimia pemahaman dalam (ubah posisi
c. Kelembaban proses perbaikan pasien) setiap dua
udara kulit dan jam sekali
d. Faktor mekanik mencegah R/ membantu agar
(misalnya : alat terjadinya sedera pasien nyaman
yang dapat berulang - Monitor kulit akan
menimbulkan luka, e. Mampu adanya kemerahan
tekanan, restraint) melindungi kulit R/ mengetahui
e. Immobilitas fisik dan kondisi integritas
f. Radiasi mempertahankan kulit
g. Usia yang ekstrim kelembaban kulit - Oleskan lotion atau
h. Kelembaban kulit dan perawatan minyak/baby oil
i. Obat-obatan alami pada derah yang
f. Tidak ada tanda- tertekan
Internal : tanda infeksi R/ agar kulit tetap
a. Perubahan status g. Menunjukkan terjaga tidak terjadi
metabolik terjadinya proses luka baru
b. Tulang menonjol penyembuhan luka - Monitor aktivitas
c. Defisit imunologi dan mobilisasi
pasien
Faktor yang R/ membantu
berhubungan : pasien agar bisa
a. Gangguan mobilisasi
sirkulasi - Monitor status
b. Iritasi kimia nutrisi pasien
(ekskresi dan R/ mengawasi
sekresi tubuh, pasien agar tidak
medikasi) kekurangan nutrisi
c. Defisit - Memandikan
cairan,kerusakan pasien dengan
mobilitas fisik, sabun dan air
keterbatasan hangat
pengetahuan, R/mempertahankan
faktor mekanik personal higyene
(tekanan, pasien
gesekan) - Observasi luka
kurangnya nutrisi, :lokasi, dimensi,
radiasi, faktor kedalaman luka,
suhu (suhu yang karakteristik, warna
ekstrim) cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal.
R/ menguragi
tanda-tanda infeksi
- Lakukan teknik
perawatan luka
dengan steril
R/mencegah
adanya infeksi
3. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control
berhubungan dengan b. Knowledge : (Kontrol infeksi)
luka post operasi Infection control - Bersihkan
c. Risk control lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : dipakai pasien lain
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari infeksi
pengetahuan tanda dan gejala - Pertahankan teknik
untuk infeksi isolasi
menghindari b. Mendeskripsikan R/ menurunkan
paparan patogen proses penularan resiko kontminasi
c. Trauma penyakit, factor silang
d. Kerusakan yang - Batasi pengunjung
jaringan dan mempengaruhi bila perlu
peningkatan penularan serta R/ menurunkan
paparan penatalaksanaanny resiko infeksi
lingkungan a, - Instruksikan pada
e. Ruptur membran c. Menunjukkan pengunjung untuk
amnion kemampuan untuk mencuci tangan saat
f. Agen farmasi mencegah berkunjung dan
(imunosupresan) timbulnya infeksi setelah berkunjung
g. Malnutrisi d. Jumlah leukosit meninggalkan pasien
h. Peningkatan dalam batas R/ mencegah
paparan normal terjadinya
lingkungan e. Menunjukkan kontaminasi silang
patogen perilaku hidup - Gunakan sabun
i. Imonusupresi sehat antimikrobia untuk
j. Ketidakadekuatan cuci tangan
imun buatan R/ mencegah
k. Tidak adekuat terpajan pada
pertahanan organisme infeksius
sekunder - Cuci tangan setiap
(penurunan Hb, sebelum dan sesudah
Leukopenia, tindakan
penekanan respon keperawatan
inflamasi) R/ menurunkan
l. Tidak adekuat resiko infeksi
pertahanan tubuh - Pertahankan
primer (kulit tidak lingkungan aseptik
utuh, trauma selama pemasangan
jaringan, alat
penurunan kerja R/ mempertahankan
silia, cairan tubuh teknik steril
statis, perubahan - Tingkatkan intake
sekresi pH, nutrisi
perubahan R/ membantu
peristaltik) meningkatkan respon
m. Penyakit kronik imun
- Berikan terapi
antibiotik bila perlu
R/ mencegah
terjadinya infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum
pasien dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari
resiko infeksi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
R/mengetahui
tingkat kesembuhan
pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur
positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi
pada luka
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

Disusun oleh :

DIAN EKAWATI

AKX.16.037

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN KONSENTRASI

ANESTESI DAN GAWAT DARURAT MEDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat,R,Jong,W.D (2015).Soft Tissue Tumor Dalam Buku Ajar Ilmu


Bedah, Edisi2.Jskarta : EGC

https://www.academia.edu/9585170/Laporan_Pendahuluan_Soft_Tissue_Tumor_
STT. Diakses pada tanggal 09/01/2019 pukul 17.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai