Anda di halaman 1dari 36

TAP MPR

Tap MPR No. IV/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004;


Tap MPR No. IV/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
Tap MPR No. VIII/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2000;
Tap MPR No. III/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI;
Tap MPR No. IV/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden RI;
Tap MPR No. X/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI
tahun 2001;
Tap MPR No. II/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional; dan
Tap MPR No. VI/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada
Sidang Tahunan MPR RI tahun 2002.
Adapun 11 (sebelas) tap yang dimasukkan dalam Pasal 4 atau dinyatakan tetap berlaku sampai terbentuknya undang-undang adalah:

Tap MPRS No. XXIX/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera tetap berlaku dengan menghargai Pahlawan Ampera yang
telah ditetapkan dan sampai terbentuknya undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan;
Tap MPR No. XI/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional
yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan RI sampai dengan terbentuknya
UU tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana dimanatkan oleh Pasal 18.18A dan 18B UUD 45.
Tap MPR No. XI/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam
tap tersebut;
Tap MPR No. III/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan;
Tap MPR No. V/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional;
Tap MPR No. VI/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara RI sampai terbentuknya UU yang
terkait;
Tap MPR No. VII/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara RI sampai terbentuknya UU yang
terkait dengan penyempurnaan Pasal 5 (4) dan Pasal 10 (2) dari Tap tersebut yang disesuaikan UUD 1945;
Tap MPR No. VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa;
Tap MPR No. VI/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan;
Tap MPR No. VIII/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN sampai terlaksananya seluruh
ketentuan dalam ketetapan tersebut;
Tap MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam sampai terlaksananya seluruh ketentuan
dalam tap tersebut.
Adapun lima ketetapan yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib yang baru oleh MPR RI hasil
pemilu 2004 adalah:

Tap MPRS No. II/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI;
Tap MPR No. I/2000 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan MPR No. II/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI;
Tap MPR No. II/2000 tentang Perubahan Kedua atas Ketetapan MPR RI Nomor II/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI;
Tap MPR No. V/2001 tentang Perubahan Ketiga atas Ketetapan MPR RI No. II/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI;
Tap MPR No V/2002 tentang Perubahan Keempat atas Ketetapan MPR RI No. II/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI

UU
1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana
2) Permen No. 47 Tahun 2009 Tentang SertifikasiPendidik Untuk Dosen
3) PP No. 24 Tahun 2010 Tentang PenggunaanKawasan Hutan
4) PP No. 28 Tahun 1985 Tentang PerlindunganHutan
5) PP No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan TataCara Pelaksanaan Hak Warga
6) PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian UrusanPemerintahan
7) PP No. 50 Tahun 2007 Tata Cara KerjasamaDaerah
8) PP No. 50 Tahun 2007 Tata Cara PelaksanaanKerja Sama Daerah
9) PP No. 85 Tahun 2011 Tentang Uang Kehormatan bagi Hakim AD HOC
10) UU No. 11 Tahun 2011 Tentang APBD
11) UU No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
12) UU No. 1 Tahun 1998 Tentang Bea Perolehan HakAtas Tanah dan Bangunan
13) UU No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia
14) UU No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung
15) UU No. 3 Tahun 2010 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi
16) UU No. 4 Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanahdan yang berkaitan
17) UU No. 4 Tahun 1998 Tentang KepailitanPerubahan
18) UU No. 4 Tahun 2010 Tentang Perjanjian RIdengan Malaysia Tentang Batas Laut
19) UU No. 5 Tahun 1960 UUPA
20) UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TataUsaha Negara
21) UU No. 5 Tahun 2010 Tentang Grasi
22) UU No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia
23) UU No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
24) UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
25) UU No. 8 Tahun 1981 Kitab Undang-undang HukumAcara Pidana
26) UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
27) UU No. 8 Tahun 1999 Tentang PerlindunganKonsumen
28) UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
29) UU No. 8 Tahun 2011 Tentang MahkamahKonstitusi
30) UU No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian
31) UU No. 9 Tahun 2004 PERUBAHAN ATASUNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA
USAHA NEGARA
32) UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Pengangkatan,Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
33) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang PerbankanPerubahan
34) UU No. 10 Tahun 2004 Peraturan PembentukanPerundang-undangan
35) UU No. 11 Tahun 2008 Informasi dan transaksiElektronik
36) UU No. 11 Tahun 2009 Tentang KesejahteraanSosial
37) UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah
38) UU No. 12 Tahun 1995 Tantang Pemasyarakatan
39) UU No. 12 Tahun 2011 Tentang PembentukanPeraturan Undang-undang Lam II
40) UU No. 12 Tahun 2011 Tentang PembentukanPeraturan Undang-undang
41) UU NO. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
42) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
43) UU No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan FakirMiskin
44) UU No. 14 Tahun 1992 Lalu-lintas dan AngktanJalan
45) UU No. 22 Tahun 2003 Susunan dan KedudukanMPR, DPR, DPRD, DPD
46) UU No. 22 Tahun 2009 Lalu-lintas dan AngkutanJalan
47) UU No. 23 Tahun 2002 Penjelasan PerlindunganAnak
48) UU No. 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak
49) UU No. 24 Tahun 1999 Lalu lintas Devisa danNilai Tukar
50) UU No. 24 Tahun 2000 Perjanjian Internasional
51) UU No. 24 Tahun 2003 Mahkamah Konstitusi
52) UU No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga PenjaminSimpanan
UU/PERPU
53) UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan Hak AsasiManusia
54) UU No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan TindakPidana Korupsi
55) UU No. 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah
56) UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan danPenundaan Kewajiban Pembayaran Utang
57) UU No. 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia
58) UU No. 42 Tahun 2007 Perjanjian Ekstradisiantara RI dengan Korea
59) UU No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokokKepegawaian
60) UU No. 46 Tahun 2009 pengadilan tindak PidanaKorupsi
61) UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan PTUN
62) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
63) UU No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

20 lebih Undang-undang yang berlaku di Indonesia saat ini, berikut Undang-undangnya:

UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat


UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notaris
UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu
UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik (parpol)
UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan
UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan
UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
UU nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang pemerintah daerah
UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE)
UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria
UU Nomor Nomor 1 Tahun 1946 peraturan hukum pidana
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian negara republik Indonesia

Macam-Macam Peperangan
Sejarah Indonesia adalah cerita tentang kepahlawanan. Mengambil momen Hari Pahlawan 10 November, Litbang KORAN SINDO
menyelenggarakan jajak pendapat untuk mengetahui momen-momen pertempuran bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia yang
dikenang hingga kini. Berikut hasilnya:

1 PERTEMPURAN SURABAYA 10 NOVEMBER 45


Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, membuat Inggris mengeluarkan ultimatum
menggempur Kota Surabaya. Ultimatum itu ditolak mentah– mentah oleh rakyat dan pecahlah perang pada 10 November 1945.
Setidaknya 6.000 – 16.000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya

2. BANDUNG LAUTAN API


Bandung Lautan Api, peristiwa mencekam ini terjadi pada 23 Maret 1946. Perang yang dipicu masuknya pasukan Inggris ke Kota
Bandung dan melakukan teror terhadap rakyat.Peristiwa yang terjadi selama 7 jam itu membuat ratusan ribu warga Bandung harus
mengungsi.

3. SERANGAN UMUM 1 MARET 1949


Yogyakarta menyimpan sejarah penting dalam perjalanan historikal Indonesia. Tepat pada 1 Maret 1949, terjadi peristiwa bersejarah
Serangan Umum 1 Maret 1949. Pertempuran melawan tentara Belanda ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dimana TNI berhasil
menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.

4. PERANG AMBAWARA
Perang Ambarawa atau yang biasa disebut dengan Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa pertempuran antara rakyat Indonesia
dengan Belanda pada 20 Oktober-15 Desember 1945. Pada 12 Desember 1945, pecahlah perang besar-besaran dimana Indonesia
dibawah kepemimpinan Kolonel Soedirman. Setelah 4 hari bertempur, akhirnya pasukan Indonesia berhasil merebut Ambarawa.

5. PERTEMPURAN LIMA HARI DI SEMARANG


Pertempuran Lima Hari di Semarang adalah perang warga Semarang melawan Jepang pada 15-20 Oktober 1945. Penolakan Jepang
menyerah kepada Indonesia, memunculkan amarah para pemuda Semarang. Dalam pertempuran ini, sekitar 2.000 pejuang Indonesia
gugur. Untuk mengenangnya, dibangunlan sebuah tugu perjuangan yang diberi nama Tugu Muda.

6. PERTEMPURAN LAUT ARU


Pertempuran yang terjadi di Laut Aru, Maluku pada 15 Januari 1952 ini terjadi saat dua kapal Belanda menyerang 3 kapal Indonesia.
Dalam peristiwa ini, Komodor Yos Sudarso gugur akibat KRI Macan Tutul yang dinaikinya tenggelam terkena meriam dari kapal
Belanda.

7. PERANG PUPUTAN MARGARANA


Perang Puputan Margarana terjadi pada tanggal 20 November 1946 di Bali. Peperangan ini diawali saat pihak Belanda membujuk I
Gusti Ngurah Rai membentuk Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak mentah-mentah oleh I Gusti Ngurah Rai dan ia pun
menyerukan perlawanan terhadap Belanda. I Gusti Ngurah Rai tewas dalam peperangan ini.

8. PERANG DIPONEGORO
Perang Diponegoro adalah perang selama lima tahun 1830. juga dengan istilah perang Jawa karena merupakan salah satu perang
terbesar di tanah Jawa. dari perang ini, korban gugur dari Indonesia perkirakan mencapai ratusan ribu jiwa, dan tentara Belanda tewas.
Perang berakhir saat Pangeran Diponegoro ditangkap dan akhirnya di buang ke luar Pulau Jawa
9. PERANG TONDANO
Perlawanan rakyat Minahasa Sulawesi Utara terhadap Belanda dikenal dengan nama "Tondano" pada 1808-1809. Perang ini terjadi
akibat kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang memaksa pemuda Minahasa untuk menjadi tentara guna melawan tentara Inggris.
Tentu saja hal itu ditolak oleh seluruh rakyat Minahasa hingga kemudian Belanda pun melancarkan serangannya.
10. PERANG PADRI
Perang di Sumatra Barat ini dari adanya perselisihan antara Kaum Padri dengan Kaum Adat selama kurun 1837. Dalam perang ini,
kaum Adat meminta bantuan Belanda. Namun, di babak kaum Padri dan kaum Adat justru bersatu dan berbalik bersama-sama
menghadapi Belanda. Tokoh yang terkenal dalam perang ini adalah Tuanku Imam Bonjol.
Pahlawan Dari Berbagai Era
Sejumlah tokoh daerah maupun nasional dikenal sebagai pahlawan pra kemerdekaan dan kemerdekaan saat melawan penjajahan
Jepang dan Belanda. Berikut di antaranya:
ERA PENJAJAHAN PORTUGIS
1. Dipati Unus dari Demak (1513)
2. Panglima Fatahillah dari Kerajaan Demak (1526-1527);
3. Sultan Baabullah dari Kerajaan Ternate (1575)
4. Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh (1607-1636).

ERA PENJAJAHAN BELANDA (PRA KEMERDEKAAN)


1. Tuanku Imam Bonjol (Sumbar 1803-1837)
2. Cut Nyak Dhien (Aceh 1848-1908)
3. Sultan Hassanudin (Makassar 1631-1670)
4. Pattimura (Maluku 1783- 1817)
5. Pangeran Diponegoro (Jawa Tengah 1785-1855)
6. Sultan Agung Hanyokrokusumo (Mataram Yogyakarta1593-1645)
7. Teuku Umar (Aceh 1854-1899)
8. Pangeran Antasari (Banjar Kalsel 1797-1862)
9. Sisingamangaraja XII (Sumut 1845-1907)
10. I Gusti Ketut Jelantik (Bali ….-1849)

TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL

1. Dr. Sutomo
2. Ki Hajar Dewantara
3. Douwes Dekker
4. Dr. Cipto Mangunkusumo
5. Soekarno
6. Mohammad Hatta
Momen-Momen Penting
Kemerdekaan Indonesia Sejarah Indonesia bukan hanya dihiasi berbagai peristiwa pertempuran bersejarah namun sejumlah momen-
momen penting lainnya juga menjadi tonggak kemerdekaan bangsa ini.
1. PERISTIWA MENJELANG PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945
• 7 September 1944
Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Koiso mengumumkan bahwa
daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian hari.
1 Maret 1945
Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha- Usaha Panitia
Kemerdekaan (BPUUPKI)
• 12 Agustus 1945
Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada tokoh pergerakan yang diundang, yaitu Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman
Wediodiningrat bahwa pemerintah Jepang telah memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945.
• 14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
• Perumusan Teks Proklamasi
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Soekarno Hatta dan mengikuti saran kaum muda untuk memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia segera mungkin. Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta dari Rengasdengklok pada pukul 23.00. Setelah singgah di
rumah masing-masing, mereka langsung menuju rumah kediaman Laksamada Maeda. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks
proklamasi disusun.
• 7 Agustus 1945
Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi meresmikan pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
• 6 dan 9 Agustus 1945
Pasukan udara Sekutu menjatuhkan bom masing-masing di kota Nagasaki dan Hiroshima
16 Agustus 1945
Terjadi peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa ini diawali adanya dua pendapat dalam menyikapi kekalahan Jepang pada Sekutu.
Kelompok pertama (golongan muda) segera menginginkan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Golongan tua
menginginkan proklamasi dilakukan sesuai kesepakatan dengan tentara Jepang. Pertentangan pendapat antara golongan tua dan
golongan muda inilah yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Penting
Mempertahankan Kemerdekaan Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadilah peristiwa-peristiwa baik di tingkat pusat
maupun daerah. Peristiwa-peristiwa tersebut di antaranya:
Bandung Lautan Api
Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada tanggal 1 November 1945 dan 2 Maret 1946, Sekutu
mengeluarkan ultimatum agar kota Bandung bagian utara dikosongkan. Dengan adanya ultimatum ini, pemerintah Republik Indonesia
di Jakarta menginstruksikan agar TRI mengosongkan kota Bandung, akan tetapi dari markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar
kota Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, para pejuang meninggalkan Bandung dengan berat hati. Sebelum meninggalkan Bandung
para pejuang menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu sambil membumi hanguskan kota Bandung bagian Selatan.
Puputan Margarana
Salah satu isi perundingan Linggajati pada 10 November 1946 adalah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan
wilayah kekuasaan meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi perundingan ini. Lebih-lebih ketika
Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak dengan
tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata
Peristiwa Westerling di Makassar
Pada Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Melihat pendaratan
pasukan Belanda perlawanan pun dikobarkan para pemuda di antara tokohnya adalah Robert Wolter Monginsidi. Sejak 7- 25 Desember
1946 pasukan Westerling secara keji membunuh ribuan rakyat yang tidak berdosa di tengah perlawanan yang terus dilakukan rakyat
Makassar.
Serangan Umum I Maret 1949
Ketika Belanda melancarkan agresi militernya ke-2 pada Desember 1948, ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Belanda
menyatakan bahwa RI télah runtuh. Di saat bersamaan terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Buktitinggi,
Sumatera Barat.
Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, TNI pada 1 Maret 1949 melakukan serangan secara besar-besaran terhadap
posisi Belanda di Yogyakarta
serba sejarah
Pemberontakan-pemberontakan di Indonesia
Indonesia memiliki sejarah panjang dan beberapa kali dihadapkan gerakan-gerakan separatis. Tulisan ini akan mencoba mereview lagi
beberapa gerakan separatis yang pernah terjadi di Indonesia.
Apa saja gerakan separatis di Indonesia?
A. Pemberontakan PKI di Madiun Tahun 1948
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa
kabinet Amir jatuh? Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat merugikan
Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya,pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat
(FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan
dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959.
Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat
organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di
Surakarta.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September
1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia
yang berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting
di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup
besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat di
berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya tokoh-
tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas
ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman
kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas
pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
B. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII)
(DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat)
Berdasarkan Perundingan Renville, kekuatan militer Republik Indonesia harus meninggalkan wilayah Jawa Barat yang dikuasai
Belanda. TNI harus mengungsi ke daerah Jawa Tengah yang dikuasai Republik Indonesia. Ti…
: SEJARAH PERGERAKAN ORGANISASI PEMUDA INDONESIA
SEBELUM SUMPAH PEMUDA
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-
pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Berikut ini adalah daftar beberapa organisasi
perkumpulan pemuda di Indonesia :
1. Budi Utomo / Boedi Oetomo
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih
kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional.
Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Java pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo
adalah Tiga Tujuan Mulia.
3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera.
Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin.
4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk
Kemerdekaan Indonesia.
5. Jong Indonesia
Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda
Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di
mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
6. Indonesia Muda
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak
organisasi pemuda daerah / lokal.
7. Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong
ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan hari bersejarah bagi pemuda indonesia yang disebut juga sebagai hari sumpah pemuda,
sehingga setiap tahun selalu diperingati oleh pemuda di indonesia.Tercetusnya ikrar Sumpah Pemuda 1928 diawali oleh peristiwa
Kongres Pemuda I,kemudian diteruskan dengan kongres pemuda II.
Kongres Pemuda I diadakan 30 April - 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta) yang menghasilkan kesepakatan kegiatan pemuda dalam
bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong
Betawi, dan sebagainya. Lalu dilanjutkan dengan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 , berasal
dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah
Pemuda.
Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, sabtu 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada
lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop, minggu 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan.
Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan,
harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat Ketiga, Gedung Indonesisch Huis Kramat pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi
selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat
meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan
itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :
Pertama, Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri
Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
Kedoea, Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Berdasarkan kutipan isi dari sumpah pemuda yang telah di ikrarkan oleh para penggagas sumpah pemuda, sudah saatnya kita
sebagai generasi penerus bangsa di era globalisasi ini memiliki tugas penting dan kewajiban bersama untuk mengamalkan dan
mewujudkan cita-cita luhur para pemuda yang dulunya juga ikut berperan serta dalam kemerdekaan bangsa indonesia sebagai wujud
cinta tanah air mereka terhadap NKRI dan membangkitkan kembali semangat, jiwa Nasionalisme di kalangan pemuda dan mahasiswa
pada saat sekarang ini, yang mulai luntur akibat degradasi moral yang banyak terjadi dikalangan mahasiswa dan pemuda indonesia.
Kerusakan moral ini tidak hanya tercermin dalam pelanggaran HAM saja, dan juga, tidak hanya terwujud dalam merajalelanya korupsi
secara parah dan ganas, jauh lebih luas dan lebih besar dari itu semua. Proses pembusukan moral secara besar-besaran ini sudah
berjalan jauh sebelumnya. Sehingga berdampak negatif bagi semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai masalah
muncul baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, termasuk agama.
Kita sebagai pemuda bangsa, pemuda penerus masa depan kejayaan indonesia tetaplah untuk berjuang dan semangat seperti
pemuda zaman dulu. Tidak perlu mengorbankan nyawa, dengan semangat belajar, dengan semangat bekerja keras, disiplin, patuh dan
taat kepada agama jelas perjuangan untuk mempertahankan indonesia akan tetap terjaga. Serta menghargai dan saling menghormati
satu sama lain, dan tetap melestarikan budaya indonesia tidaklah sulit, semua tergantung dari kesadaran kita masing-masing sebagai
generasi penerus bangsa demi terciptanya rasa persatuan dan kesatuan untuk bangsa indonesia tercinta tanpa ada perbedaan antara satu
dan lainnya. Sesuai dengan semboyan negara kita “BHINNEKA TUNGGAL IKA” (walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua).
Kemerdekaan Indonesia dan sumpah pemuda adalah salah satu contoh dimana kekuatan pemuda dapat mengubah banyak hal.
Kejadian ini merupakan bukti bahwa sebenarnya pemuda itu adalah suatu bibit atau cikal bakal dari suatu Negara. Keadaan suatu
Negara kedepannya dapat dilihat dari sukses atau tidaknya generasi muda mempertahankan imannya dari banyaknya kenegatifan dunia.
Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia, kita harus banyak belajar. Belajar untuk menjadi lebih baik, belajar untuk dapat mengubah
paradigma dunia terhadap Indonesia. Mari bersama-sama kita bangkit untuk kejayaan Bangsa dan Negara yang kita cintai ini.
ORGANISASI YANG DIBENTUK JEPANG DI INDONESIA
Tawaran kerja sama yang ditawarkan pemerintahan Jepang pada masa itu, disambut hangat oleh para pemimpin bangsa. Sebab menurut
perkiraan mereka, suatu kerja sama di dalam situasi perang adalah cara terbaik. Pada masa ini, muncul empat tokoh nasionalis yang
dikenal dengan sebutan Empat Serangkai, mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hattta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara.
Empat tokoh nasionalis ini lalu membentuk sebuah gerakan baru yang dinamakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera).Putera resmi didirikan
pada tanggal 16 April 1943. Gerakan yang didirikan atas dasar prakarsa pemerintah Jepang ini bertujuan untuk membujuk kaum
nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk usaha perang negara Jepang. Gerakan ini
ini tidak dibiayai pemerintahan Jepang. Walaupun demikian, pemimpin bangsa ini mendapat kemudahan untuk menggunakan fasilitas
Jepang yang ada di Indonesia, seperti radio dan koran. Dengan cara ini, para pemimpin angsa dapat berkomunikasi secara leluasa
kepada rakyat. Sebab, pada masa ini radio umum sudah banyak yang masuk ke desa-desa. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil
mempersiapkan mental masyarakat Indonesia untuk menyambut kemerdekaan pada masa yang akan datang.
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A yang memiliki tiga arti, yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Pada awal
gerakan ini dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tua nya ini dapat
mencium aroma kemerdekaan.
Pada awal gerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia, tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa
yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi
kepentingan pemerintahan Jepang yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Tetapi setelah pemerintah Jepang mengetahui betapa
besarnya pengharapan akan sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat propaganda-propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang
memihak kepentingan bangsa Indonesia.
Dalam menjalankan aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa (bersikap kooperatif). Cara ini
digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa dengan mudah dan pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para
pemimpin bangsa.
Tetapi gerakan ini tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai
penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja sama kepada tokoh-tokoh nasional Indonesia.
Dengan kerja sama ini, pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditahan dapat dibebaskan, di antaranya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Sutan Syahrir, dan lain-lain.

Seinendan
Seinendan adalah organisasi semi militer yang didirikan pada tanggal 29 April 1943. Orang-orang yang boleh mengikuti organisasi ini
adalah pemuda yang berumur 14-22 tahun. Tujuan didirikannya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat
menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri. Tetapi, maksud terselubung
diadakannya pendidikan dan pelatihannya ini adalah guna mempersiapkan pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia
Timur Raya.
Fujunkai
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan tenaga perempuan turut serta dalam
memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib. Dana wajib dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak
ataupun keperluan-keperluan lainnya yang digunakan untuk perang.
MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia)

Golongan nasionalis Islam adalah golongan yang sangat anti Barat, hal itu sesuai dengan apa yang diinginkan Jepang. Jepang berpikir
bahwa golongan ini adalah golongan yang mudah dirangkul. Untuk itu, sampai dengan bulan Oktober 1943, Jepang masih mentoleransi
berdirinya MIAI. Pada pertemuan antara pemuka agama dan para gunseikan yang diwakili oleh Mayor Jenderal Ohazaki di Jakarta,
diadakanlah acara tukar pikiran. Hasil acara ini dinyatakan bahwa MIAI adalah organisasi resmi umat Islam. Meskipun telah diterima
sebagai organisasi yang resmi, tetapi MIAI harus tetap mengubah asas dan tujuannya. Begitu pula kegiatannya pun dibatasi. Setelah
pertemuan ini, MIAI hanya diberi tugas untuk menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam dan pembentukan Baitul Mal (Badan
Amal). Ketika MIAI menjelma menjadi sebuah organisasi yang besar maka para tokohnya mulai mendapat pengawasan, begitu pula
tokoh MIAI yang ada di desa-desa.
Lama kelamaan Jepang berpikir bahwa MIAI tidak menguntungkan Jepang, sehingga pada bulan Oktober 1943 MIAI dibubarkan, lalu
diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan dipimpin oleh K.H Hasyim Asy’ari, K.H Mas Mansyur, K.H Farid
Ma’ruf, K.H. Hasyim, Karto Sudarmo, K.H Nachrowi, dan Zainul Arifin sejak November 1943.
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Selang beberapa waktu, ternyata pemerintah Jepang mulai menyadari bahwa, gerakan Putera lebih banyak menguntungkan rakyat
Indonesia dan kurang menguntungkan pihaknya. Untuk itu, Jepang membentuk organisasi baru yang dinamakan Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa). Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun batin
sesuai dengan hokosisyin (semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di antaranya: mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti.
Organisasi ini dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Berarti, organisasi ini diintegrasikan ke dalam tubuh pemerintah.
Organisasi ini mempunyai berbagai macam hokokai profesi, di antaranya Izi hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai
(Himpunan Kebaktian Para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), Keimin Bunka Syidosyo (Pusat Budaya) dan Hokokai
Perusahaan.
Struktur kepemimpinan di dalam Jawa Hokokai ini langsung dipegang oleh Gunseikan, sedangkan di daerah dipimpin oleh Syucohan
(Gubernur atau Residen). Pada masa ini, golongan nasionalis disisihkan, mereka diberi jabatan baru dalam pemerintahan, akan tetapi,
segala kegiatannya memperoleh pengawasan yang ketat dan segala bentuk komunikasi dengan rakyat dibatasi.
Keibodan
Organisasi ini didirikan bersamaan dengan didirikannya Seinendan, yaitu pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya adalah para pemuda
yang berusia 26 45 tahun. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk membantu polisi dalam menjaga lalu lintas dan melakukan
pengamanan desa.
Heiho
Anggota Heiho adalah para prajurit Indonesia yang ditempatkan pada organisasi militer Jepang. Mereka yang tergabung di dalamnya
adalah para pemuda yang berusia 18-25 tahun.
Pembentukan BPUPKI dan PPKI
Kekalahan-kekalahan yang diterima Jepang, membuat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Jepang turut melemah. Mulai awal tahun
1943, di bawah perintah Perdana Menteri Tojo, pemerintahan Jepang diperintahkan untuk memulai penyelidikan akan kemungkinan
memberi kemerdekaan terhadap daerah-daerah pendudukannya. Untuk itu, kerja sama dengan bangsa Indonesia mulai diintensifkan
dan mengikutsertakan wakil Indonesia, seperti Soekarno dalam parlemen Jepang.
Pada tahun 1944, kedudukan Jepang semakin terjepit. Oleh karena itu, untuk mempertahankan pengaruh Jepang di negara-negara yang
didudukinya, Perdana Menteri Koiso mengeluarkan Janji Kemerdekaan pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang
di Tokyo. Sebagai realisasi dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada (pemimpin militer di
Jawa) mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting dan perlu bagi pembentukan negara Indonesia,
misalnya saja hal-hal yang menyangkut segi ekonomi dan politik.
BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangan berikutnya, BPUPKI dibubarkan, lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi
Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini diresmikan sesuai dengan keputusan Jenderal Terauchi, yaitu
seorang panglima tentara umum selatan, yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada tanggal 7 Agustus 1945.
Setelah itu, diadakanlah pertemuan antara Soekarno, M. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi di Dalat. Di
dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia yang wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.

: Mulai Diplomasi Beras, Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville, sampai Konferensi


Meja Bundar
Setelah penantian panjang untuk merebut kemerdekaan, akhirnya Indonesia berhasil mengumandangkan proklamasi kemerdekaan pada
pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945. Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua tokoh proklamator yang mewakiliki Indonesia kala itu.
Meski telah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, bukan berarti perjuangan telah berakhir. Nyatanya, Indonesia masih punya
tugas berat untuk mempertahankan kemerdekaannya. Jepang memang telah kalah perang sehingga memungkinkan Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaan di masa vacuum of power (kekosongan kekuasaan).
Akan tetapi, penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu yang ada di Indonesia memberikan cerita lain. Komando Asia Tenggara
(South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten tidak datang hanya untuk melucuti
Jepang yang telah kalah perang.
Lebih dari itu, mereka pun diboncengi oleh NICA, tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Belanda yang pernah
menjajah Indonesia selama 3,5 abad masih merasa bahwa Indonesia seharusnya kembali di bawah kekuasaannya, dan tidak seharusnya
meraih kemerdekaan.
Mereka pun mulai melancarkan berbagai penyerangan dan upaya-upaya lain untuk sedapat mungkin menguasai Indonesia. Namun,
tentu saja rakyat Indonesia yang merasa telah merdeka enggan menyerahkan kedaulatan dan kemerdekaannya.
Dengan sekuat tenaga, perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia. Adapun bentuk-
bentuk perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tersebut, terdiri dari perjuangan fisik dan diplomasi atau perjanjian.
Perjuangan fisik dilakukan dalam bentuk perlawanan bersenjata dan perlawanan. Sementara perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dalam bentuk diplomasi dilakukan melalui perundingan-perundingan atau perjanjian dalam berbagai forum internasional.
Bentuk-bentuk perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan melalui diplomasi tersebut berupa:
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
Diplomasi beras tahun 1946 adalah diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam rangka memperoleh simpati internasional. Diplomasi ini
terjadi antara Indonesia dan India. Kedua negara ini merasa memiliki persamaan dalam hal nasib dan sejarah.
Yakni, Indonesia dan India sama-sama pernah dijajah dan menentang penjajahan. Oleh karenaya, kedua pun berusaha untuk membantu.
Ketika rakyat India mengalami kekurangan bahan makanan, maka pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000
ton.
Hal inilah yang membuatnya disebut sebagai diplomasi beras. Perjanjian bantuan beras Indonesia kepada India ditandatangani pada
tanggal 18 Mei 1946. Selain memberikan bantuan, Indonesia juga menerima bantuan obat-obatan dari Indonesia. Jadi, perjanjian ini
pun dapat dikatakan sebagai barter.
Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras ini adalah Indonesia semakin mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaannya dan mengusir Belanda.
2. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tanggal 10 November 1946. Dinamakan perjanjian Linggarjati karena perjanjian ini memang
berlangsung di daerah Linggarjati, dekat Cirebon. Di dalam perjanjian linggarjati, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan
Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn.
Pernjanjian Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn, yang merupakan seorang diplomat Inggris. Hasil perundingan linggarjati ini cukup
berarti bagi Indonesia. ini karena isi perjanjian Linggarjati dapat memberikan peluang baru bagi Indonesia untuk mendapatkan
kedaulatan negerinya sendiri.
Meski pun, memang Belanda pun juga mendapatkan keuntungan dari hasil perundingan Linggarjati ini. Agar lebih jelas, berikut ini
adalah beberapa keputusan atau isi Perjanjian Linggarjati :
a) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia
Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Meski isi perjanjian telah diuraikan secara jelas, namun dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan
tersebut. Pelanggaran Belanda atas perjanjian linggarjati ini dilakukan dengan menjalankan agresi militer Belanda I tanggal 21 Juli
1947.
4. Perundingan Renville
Karena perjanjian Linggarjati dapat dikatakan telah gagal, maka Indonesia kembali berusaha mengupayakan perundingan selanjutnya
untuk kembali mempertahankan kemerdekaan, yakni melalui perjanjian Renville.
Disebut sebagai perjanjian Renville karena Perundingan ini dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat pada
tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan Renville tersebut, pemerintah Indonesia diwakili Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Dari pihak Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perjanjian Renville ini memberikan peluang kedaulatan bagi
Indonesia, meski posisinya semakin terdesak oleh Belanda. Berikut ini adalah isi perjanjian Renville tersebut :
a) wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c) Kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d) RI merupakan bagian dari RIS, dan
e) Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.
Meski isi perjanjian Renville ini sudah cukup jelas, namun sayang nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan
Perundingan Linggarjati. Pada akhirnya, Belanda pun kembali melanggar perjanjian renville ini.
Hal ini dilakukannya dengan melakukan agresi militer II terhadpa Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948.
5. Konferensi Asia di New Delhi
Perundingan-perundingan yang dilakukan oleh Indonesia semakin gencar saja. Indonesia bahkan melangsungkan Konferensi Asia di
New Delhi yang di selenggarakan pada tanggal 20 - 25 Januari 1949.
Di dalam konferensi Asia ini, hadir 19 negara termasuk utusan dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Beberapa wakil dari Indonesia
antara lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain.
Hasil konferensi Asia ini meliputi:
a. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,
b. Pembentukan pemerintahan AD Interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,
c. Penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia,
d. Penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1 Januari 1950.
Untuk menanggapi rekomendasi dari Konferensi New Delhi ini, Dewan Keamanan PBB turut mengeluarkan sebuah resolusi pada
tanggal 28 Januari 1949. Resolusi dewan Keamanan PBB ini isinya
a. Penghentian operasi militer dan gerilya,
b. Pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan akan diadakan perundingan secepatnya.
Dampak dari berlangsungnya Konferensi Asia di New Delhi ini sangat jelas dan positif bagi Indonesia. Dari konferensi ini, Indonesia
semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaannya dari ancaman Belanda.
7. Perundingan Roem - Royen
Agresi Militer Belanda II yang merupakan bentuk pelanggaran dari isi perjanjian Renville ini menimbulkan reaksi yang cukup keras
dari Amerika Serikat dan Inggris, dan bahkan PBB. Reaksi ini pun tak lepas dari kepiawaian pada diplomat Indonesia dalam
memperjuangkan dan menjelaskan realita terjadinya agresi ini pada PBB.
Salah satu diplomat handal Indonesia tersebut adalah L.N. Palar. Ia berhasil menguraikan dengan sangat baik dan jelas sehingga PBB
dan negara lain mengerti kondisi Indonesia yang dirugikan oleh Belanda.
Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB kemudian memperluas kewenangan KTN (Komisi Tiga Negara). KTN lalu diubah
menjadi UNCI. UNCI adalah kependekan dari United Nations Commission for Indonesia.
UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat), serta dibantu oleh Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). UNCI bekerja
sebagai penengah dan mencari jalan damai antara Belanda dan Indonesia.
Hasil kerja UNCI di antaranya adalah dengan mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem Royen
berhasil diselenggarakan pada tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Dalam perundingan Roem Royen ini, PBB diwakili oleh Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh
Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dari nama perwakilan Roem dan Royen inilah, perundingan
ini kemudian disebut sebagai perundingan Roem-Royen.
Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak yang berunding dapat mengajukan statement. Delegasi Indonesia menyatakan
kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a. menghentikan perang gerilya,
b. bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan,
c. ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia
Serikat dengan tanpa syarat.
Sementara pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a. menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b. menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik,
c. tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d. menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari usulan kedua pihak tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani sebagai isi perjanjian Roem Royen pada tanggal
7 Mei 1949. Isi perjanjian Roem Royen tersebut adalah :
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta, dan
c. kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen yang telah berlangsung sebelumnya. Sebelum
pelaksanaan KMB, RI juga mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal).
Pertemuan dengan BFO ini dikenal dengan dengan sebutan Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuan KII adalah untuk menyamakan
langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi Konferensi Meja Bundar selanjutnya.
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan pada tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di
Jakarta. Perundingannya difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Keputusan yang cukup penting hasil dari konferensi ini adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi.
Pada bidang pertahanan diputuskan pula beberapa hal berikut :
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
Berikutnya, Indonesia dan Belanda melakukan KMB sebagai langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa
antar kedua negara. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949.
KMB dihadiri oleh delegasi dari Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut adalah para delegasi yang hadir dalam
KMB:
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Perundingan yang dilakukan dalam KMB memang cukup alot dan panjang. Namun, pada akhirnya KMB dapat memberikan hasil
berupa beberapa keputusan berikut :
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa orvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan
dengan catatan bahwa par anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Sebagai tindak lanjut dari KMB ini, pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia
secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia.
Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh.
Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah
pengakuan kedaulatan.
Adapun beberapa dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia, yakni sebagai berikut :

a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.


b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan sebuah konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika.
Konferensi ini diadakan pada tanggal 18-24 April 1955 dan sering disebut Konferensi Bandung karena memang diselenggarakan di
Gedung Merdeka, Bandung. Tujuan Konferensi Asia Afrika antara lain untuk mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika
serta melawan kolonialisme barat.
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika dipelopori oleh 5 negara yakni Indonesia, India, Burma (sekarang Myanmar), Pakistan dan
Caylan (sekarang Sri Lanka). Latar belakang Konferensi Asia Afrika diadakan dikarenakan kondisi keamanan dunia yang belum stabil
saat itu dan masih banyak negara yang dijajah, terutama negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.
Hasil Konferensi Asia Afrika ini berupa 10 poin kesepakatan dan pernyataan dalam Dasasila Bandung. Konferensi ini akhirnya
membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Konferensi Asia Afrika
Kali ini akan dibahas mengenai sejarah Konferensi Asia Afrika, mulai dari sejarah, latar belakang, waktu dan tempat pelaksanaan,
tujuan, tokoh pelopor, negara peserta, hasil dan isi perjanjian serta dampak dan akibat yang ditimbulkan dari Konferensi Asia Afrika
ini.
Sejarah Konferensi Asia Afrika
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (disebut KTT Asia Afrika dan biasa disingkat Konferensi Asia Afrika saja) merupakan sebuah
konferensi antar negara-negara Asia dan Afrika. Pertemuan ini berlangsung antara tanggal 18 April sampai 24 April 1955 dan diadakan
di Gedung Merdeka yang ada di kota Bandung, Jawa Barat. Konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung.
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika diprakarsai oleh lima negara yakni Indonesia, Myanmar (dulu bernama Burma), Sri Lanka,
India dan Pakistan. Kegiatan konferensi dikoordinasi oleh Sunario selaku Menteri Luar Negeri Indonesia di era itu.
Berikut timeline waktu kegiatan Konferensi Asia Afrika (KAA) dari konsep penyusunan sampai pelaksanaannya :
23 Agustus 1953 – Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia
dan Afrika dalam perdamaian dunia pada Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.
25 April – 2 Mei 1954 – Konferensi Kolombo berlangsung di Sri Lanka yang juga dihadiri pemimpin dari India, Pakistan, Burma
(sekarang Myanmar) dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya diadakannya Konferensi Asia-Afrika.
28 – 29 Desember 1954 – Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam
persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan serta siapa saja yang akan diundang.
18 – 24 April 1955 – Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden
Soekarno dan diketuai oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Hasil konferensi Asia Afrika ini berupa persetujuan yang dikenal
dengan Dasasila Bandung.
konferensi asia afrika
Latar Belakang Konferensi Asia Afrika
Setelah Perang Dunia II di tahun 1945, banyak negara-negara yang sebelumnya dijajah oleh bangsa Eropa memproklamasikan
kemerdekaannya. Salah satunya adalah Indonesia yang merdeka di tahun 1945 diikuti oleh negara-negara lain di kawasan Asia seperti
Vietnam, Filipina, Pakistan dan India.
Namun tidak semua negara yang dijajah sudah merdeka, karena masih ada negara di benua Afrika dan Asia yang masih mengalami
masalah kolonialisme. Pada masa itu juga terdapat dua kekuatan blok besar di dunia yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat
dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.
Keberadaan PBB memang agak membantu mendinginkan suasana, namun faktanya perang dingin masih terjadi antara dua kekuatan
besar dunia tersebut. Akibatnya negara-negara di Asia dan Afrika yang banyak terkena dampak negatif konflik berkepanjangan
tersebut.
Pada tahun 1954, Perdana Menteri Sri Lanka (dulu bernama Ceylon) mengundang perwakilan neagra Burma, India, Indonesia dan
Pakistan untuk mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut yang dikenal dengan Konferensi Kolombo. Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjojo.
Presiden Soekarno pun menekankan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide untuk menggelar Konferensi Asia Afrika.
Pertemuan tersebut diharapkan akan membangun solidaritas negara negara Asia Afrika untuk bisa lepas dari konflik yang terjadi di
negara masing-masing.
Konferensi Kolombo yang dihadiri 5 negara tersebut berlangsung antara 28 April sampai 2 Mei 1954 dan membicarakan masalah-
masalah yang menjadi kepentingan bersama. Usulan Ali Sastroamidjojo untuk menggelar Konferensi Asia Afrika pun disetujui oleh 4
perwakilan negara lain.
Tujuan Konferensi Asia Afrika
Beberapa tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika antara lain adalah sebagai berikut.
Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika
Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan Afrika
Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia
Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing
Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imprialis lainnya
Tokoh Pelopor Konferensi Asia Afrika
Ada lima tokoh Konferensi Asia Afrika yang mempelopori diadakannya pertemuan ini. Kelima tokoh ini berasal dari perwakilan 5
negara yang mengikuti Konferensi Kolombo yang menyepakati dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika.
Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia)
Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan)
Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Ceylon)
U Nu (Perdana Menteri Burma)
Negara Peserta Konferensi Asia Afrika
Ada 29 negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika dimana total penduduknya mencapai lebih dari setengah populasi Bumi saat itu.
Berikut merupakan 29 daftar negara peserta Konferensi Asia-Afrika (urut sesuai abjad) :
Afganistan
Arab Saudi
Burma (sekarang Myanmar)
Ceylon (sekarang Sri Lanka)
China
Ethiopia
Filipina
India
Indonesia
Irak
Iran
Jepang
Kamboja
Laos
Lebanon
Liberia
Libya
Mesir
Nepal
Pakistan
Sudan
Suriah
Thailand
Turki
Vietnam
Vietnam Selatan
Yaman
Yordania
Hasil Konferensi Asia Afrika (Dasasila Bandung)
Hasil dan isi Konferensi Asia Afrika dihasilkan dalam bentuk Dasasila Bandung. Secara umum hasil konferensi tersebut berisi tentang
pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia. Terdapat 10 poin utama hasil Konferesi Asia Afrika dalam
Dasasila Bandung antara lain sebagai berikut :
Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
(a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik
negara mana pun.
Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau
penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBB.
Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
Dampak Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika di Bandung telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia dan
Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka. Dampaknya ada sejumlah negara merdeka di
kawasan Asia dan Afrika setelah konferensi ini.
Dampak Konferensi Asia Afrika juga berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara negara-negara Asia Afrika, baik dalam
menghadapi masalah internasional maupun regional. Terbentuknya Dasasila Bandung juga melahirkan faham Dunia Ketiga atau Non-
Blok terhadap Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Rusia).

PANCASILA
Asal Kata Pancasila
Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (kasta Brahmana)yaitu penggalan kata Panca yang berarti “Lima”
dan Sila yang berarti “Dasar“. Berarti secara harfiah kata Pancasila bisa diartikan sebagai Lima Dasar.
A. Pengertian Pancasila secara etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India(bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa
adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan “Pancasila” memiliki dua macam arti secara
leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vocal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vocal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
Etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca Syila” dengan vocal i pendek yang memiliki makana leksikal
“berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”
B. Pengertian Pancasila secara hitoris
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalm siding BPUPKI tentang suatu calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan
dibentuk. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon rumusan negara
Indonesia. Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara tersebut Soekarno memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima
dasar.

C. Pengertian Pancasila secara terminologis


Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan
batangtubuh UUD 1945.
Pancasila merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila. Pancasila adalah dasar
Negara Indonesia. Hukum dasar nasional bersumber dari Pancasila, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia 1945. Pancasila dijadikan sebagai sumber hukum dari segala hukum. Sebagai sumber nilai dan norma dasar,
maka setiap peraturan harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Pancasila ditetapkan sebagai dasar
Negara pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah proklamasi.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah penyalahgunaan kekuasaan oleh kelompok tertentu dari interpretasi dan perluasan
makna dari sila Pancasila. Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Winarno, 2006:2).
Pancasila mengandung makna ideology nasional sebagai cita-cita luhur bangsa Indonesia serta tujuan Negara Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai (Kaelan, 2000: ). Rumusan Pancasila terdapat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD RI 1945) alinea keempat. Kelima sila Pancasila merupakan
suatu nilai. Nilai-nilai tersebut kemudian menjadi pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki arti meyakini sepenuh hatu bahwa Tuhan adalah pencipta dari alam semesta ini. Di
sini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan mematuhi
segala perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya. Nilai ketuhanan juga memiliki arti kebebasan setiap individu untuk
beragama, menghormati pemeluk agama lain, dan tidak diperkenankan bersikap diskriminatif terhadap pemeluk agama lain.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki arti persamaan derajat sesama manusia. Manusia harus diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya yaitu sebagai sesama makhluk Allah SWT. Hak dan kewajiban setiap individu juga sangat dihargai.
Berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, ada pengakuan hak asasi manusia secara mutlak.
Nilai persatuan Indonesia memiliki arti bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki rasa senasip sepenanggungan.
Sehingga mereka ada rasa untuk bersatu serta memiliki rasa cinta tanah air. Nilai ini juga menghargai keanekaragaman yang dimiliki
Indonesia. Perbedaan bukanlah penghalang untuk kita bersatu, namun perbedaan adalah langkah menuju kebersamaan.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna
menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam nilai ini juga terkandung makna demokrasi yaitu pemerintahan dari
rkyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan tercapainya masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur. Berdasarkan nilai ini, keadilan adalah nilai mendasar yang diharapkan oleh seluruh bangsa indonesia.
Yang diharapkan adalah negara Indonesia yang berkeadilan.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi dijadikan sebagai acuan pokok bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai-nilai pencasila ke dalam UUD 1945 danperaturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.2 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh
karena itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Menurut paham negara kesatuan
negara bukan terbentuk secara organis dari individu-individu melainkan negara terbentuk atas dasar kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial (Notonagoro, 1975). Awalnya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Kemudian mereka akan membentuk suatu
kelompok yang lebih besar yaitu suku bangsa dan negara yaitu indonesia. Negara merupakan kelompok sosisal yang menduduki
wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasikan dibawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif. Negara memiliki kesatuan
politik dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Negara kesatuan adalah Negara yang di dalamnya tidak memiliki kelompok negara. Bentuk NKRI tidak boleh diubah lagi
menjadi bentuk lain. Pasal 37 ayat 5 UUD 1945, menegaskan “Khususnya mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan” (Al Hakim dkk, 2014:58).
Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara yang terdiri dari banyak wilayah kepulauan yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke dengan berbagai keanekaragaman di dalamnya. Negara Indonesia memiliki tujuan dasar untuk menjadi
Negara yang merdeka.
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, ras, bahasa, dan agama. Indonesia dapat mempersatukan berbagai perbedaan
tersebut dengan semboyannya yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Perbedaan bukan
menjadi masalah untuk kita tidak dapat bersatu. Perbedaan akan membawa perbedaan menuju persatuan. Masyarakat Indonesia mampu
hidup berdampingan dan saling mengisi. Hubungan-hubungan antar kebudayaan dapat terjalin dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
peristiwa proklamasi, bangsa Indonesia menunjukkan pada dunia bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 telah lahir sebuah negara baru
yaitu negara Indonesia. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk
republik. Negara Indonesia dikenal dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI adalah Negara yang memiliki
kedaulatan ke dalam dan ke luar untuk mengatur segala tata kehidupannya. Pemerintah memiliki kekuasaan tertinggi sehingga rakyat
menaati segala peraturan yang telah disepakati bersama. NKRI diperlukan untuk menjaga kedaulataanya dari ancaman, tantangan.
Hambatan maupun gangguan dari pihak luar. NKRI juga merupakan pelaksana ketertiban atau sebagi stabilisator.
Tujuan dari NKRI tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Tujuan NKRI adalah
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Negara adalah organisasi yang memiliki unsur yaitu rakyat, wilayah yang tetap, serta pemerintah yang berdaulat baik kedalam
maupun keluar. Unsur rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat merupakan unsur konstitutif pembentuk suatu negara. Selain itu,
juga harus mendapat pengakuan dari negara lain. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif dan bukanlah unsur yang
mutlak.
Negara memiliki sifat memaksa, monopoli, dan mencakup semua. Negara memiliki sifat memaksa artinya Negara mempunyai
kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal agar peraturan perundang-undangan ditaati sehingga penertiban dalam
masyarakat tercapai dan timbulnya anarki dapat dicegah. Sarana untuk melakukan hal itu antara lain polisi, tentara, dan lembaga
pengadilan.
Negara memiliki sifat monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Negara dapat menyatakan bahwa suatu
aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan
masyarakat.
Negara memiliki sifat mencakup semua yang memiliki arti bahwa peraturan perundang-undangan berlaku bagi seluruh bangsa
Indonesia tanpa terkecuali. Setiap individu memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum karena untuk mencegah terjadinya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Kelangsungan hidup bangsa bergantung pada wilayahnya. Wilayah Negara Indonesia harus dipertahankan demi kelangsungan
hidup bangsa Indonesia. Setiap warga Negara Indonesia harus berperan dalam upaya bela negara.

2.3 Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945


Menurut E.C.S. Wade dalam bukunya Contitutional Law, Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinyavadalah suatu
naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dan badan-badan pemerintahan suatu negara dan menetukan pokok-pokok
cara kerja badan-badan tersebut. UUD 1945 adalah kerangka tata hukum, sebagai aturan dasar tertulis yang kedudukannya tertinggi di
negara Indonesia (Al Hakim, 2014:60). UUD 1945 disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. UUD 1945 merupakan penyempurna bangunan proklamasi. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap
system pemerintahan di atur dalam Undang – Undang Dasar. Undang-undang dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain (Budiarjo,1981: 95,96)

2.4 Bhinneka Tunggal Ika


Sebagaimana diketahui bahawa walaupun bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter,
kebudayaan serta adat-istiadat yang beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan satu kesatuan dan persatuan negara dan bangsa
Indonesia. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP.No 66 Tahun 1951, 17 Oktober
dan diundangkan tanggal 28 November 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No.II Tahun 1951 ynag dengan lambing negara dan
bangsa Burung Garuda Pancasila dengan seloka Bhineka Tunggal Ika, lalu termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 36A, kemudian dalam perkembangan berikutnya dalam hal penggunaannya diatur dalam Undang-Undang
Negara Republik Indonesia No.24 Tahun 2009.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang menjadi bagian dari lambang Negara Indonesia. Bhinneka Tunggal
Ika sebagai pembentuk karakter dan jati diri bangsa (Kansil, 1975:220).
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia harus membina persatuan dan kesatuan agar negara Indonesia tetap terjaga
keutuhannya. Perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan di antaranya dengan saling bertoleransi, tidak membeda-bedakan,
saling menyayangi dan menghormati, menjauhi pertentangan, meningkatkan kecintaan pada tanah air, serta membina keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan.
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri
atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda-beda, memiliki agama yang
berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah meupakan suatu
persatuan, yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, namun perbedaan itu untuk dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu
negara kebersamaan, negara persatuan Indonesia (Notonagoro, 1975:106).

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam term antropologi identitas adalah sifat
khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri,
atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada suatu
kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat
oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan.
Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada
akhirnya melahirkan tindakan kelompok (colective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan
yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme.

Unsur-Unsur Identitas Nasional


Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari
unsur-unsur pembentuk identitas yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan dan bahasa.
1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan
golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak
kurang 300 dialek bahasa.
2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di
nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde
Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara namun sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama
resmi negara dihapuskan.
3) Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan
yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara
arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut diatas dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut :
1). Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara.
2) Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama
serta kepercayaan (agama).

Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional

a. Globalisasi
Adanya Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau
tidak mau, suka atau tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut baik yang bersifat
positif maupun yang bersifat negatif. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa
Indonesia untuk berkreasi, dan berinovasi di segala aspek kehidupan.
Di Era Globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar negara hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak
lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses alkulturasi, saling meniru
dan saling mempengaruhi antara budaya masing-masing. Yang perlu kita cermati dari proses akulturasi tersebut apakah dapat
melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa Indoensia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor
yaitu :
1) Semakin menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum, hal ini
bertentangan dengan azas gotong-royong.
2) Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau
keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak
dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi berarti etika dan moral telah dikesampingkan.
b. Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan negara yang lain menjadi semakin
tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi semakin sering terjadi.
Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money laundering), peredaran
dokumen keimigrasian palsu dan terorisme. Masalah-masalah tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama
ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika
sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat
dibendung maka akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di segala aspek kehidupan bahkan akan menyebabkan lunturnya
nilai-nilai identitas nasional.

Proses Berbangsa dan Bernegara

a. Paham Nasionalisme Kebangsaan


Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi bentuk yang lebih kompleks dan
rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk menentukan nasib sendiri. Di kalangan bangsa-bangsa yang tertindas kolonialisme
dunia, seperti Indonesia salah satunya, hingga melahirkan semangat untuk mandiri dan bebas untuk menentukan masa depannya
sendiri. Dalam situasi perjuangan perebutan kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari
tuntutan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar
pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme.
Dari sanalah kemudian lahir konsep-konsep turunannya seperti bangsa (nation), negara (state), dan gabungan keduanya yang
menjadi konsep negara-bangsa (nation-state) sebagai komponen-komponen yang membentuk Identitas Nasional atau
Kebangsaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan
dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya
nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat
nasionalisme diharapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi untuk
mengetahui siapa lawan dan kawan.

b. Paham Nasionalisme Kebangsaan sebagai paham yang mengantarkan pada konsep Identitas Nasional
Paham Nasionalisme atau paham Kebangsaan terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai
sebagai metode perlawanan, seperti yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F Plattner, para penganut nasionalisme
dunia ketiga secara khas menggunakan retorika anti kolonialisme dan anti imperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut
berkeyakinan bahwa persamaan cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik atau kepentingan
bersama dalam bentuk sebuah wadah yang disebut bangsa (nation). Dengan demikian bangsa atau nation merupakan suatu badan
wadah yang di dalamnya terhimpun orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan dan persamaan lain yang mereka miliki
seperti ras, etnis, agama, bahasa, dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas politik bersama atau
untuk menentukan tujuan organisasi politik yang dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis dan
pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau state.

Pemberdayaan Identitas Nasional


Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional kita, perlu ditempuh melalui revitalisasi Pancasila. Revitalisasi sebagai
manifesatsi Identitas Nasional mengandung makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan,
dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:
 Realitas: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonsentrasikan sebagai cerminan kondisi objektif yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kampus utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan das
sollen im sein.
 Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa makna, melainkan di
objektivasikan sebagai “kata kerja” untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari
depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, melalui seminar atau gerakan dengan tema “Revitalisasi
Pancasila”.
 Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan “tertutup”menjadi sesuatu yang sakral,
melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan jaman yang terus-menerus berkembang. Dengan
demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat “Bhinneka Tunggal Ika”,

Sejarah Istilah Pancasila


Tak lengkap kalau tidak mengetahui juga sejarah istilah Pancasila, yaitu mulai dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya
dimana sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila sudah diterapkan di dalam kehidupan masyarakat maupun kerajaan meski ke 5 sila itu
belum dirumuskan secara konkrit. Dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila mempunyai arti “berbantu sendi yang
lima” atau “pelaksanaan kesusilaan lima”.
Dalam agama Budha terdapat juga istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima pantangan
atau larangan. Yaitu:
1. Tidak boleh mencuri.
2. Tidak boleh berbohong.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh melakukan kekerasan.
5. Tidak boleh minum minuman keras atau mengkonsumsi obat terlarang.
6. Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli
7. Menurut Ir Sukarno:
8. Bahwa pancasila adalah isi jiwa Bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh
kebudayaan Barat. Dengan demikian, pancasila bukan hanya falsafah negara, melainkan lebih luas lagi yakni falsafah
Bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin:
Pancasila berasal dari kata Panca yang artinya Lima dan Sila yang artinya Sendi, Atas, Dasar atau peraturan tingkah laku
yang baik dan penting. Berarti pancasila merupakan lima dasar yang mengandung pedoman atau aturan mengenai tingkah
laku yang baik dan penting.
Menurut Notonegoro:
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah
dan ideologi negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia.
Fungsi Pancasila
1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeish, artinya Jiwa Bangsa atau Jiwa Rakyat. Pancasila
sebagai jiwa Bangsa Indonesia yang berfungsi agar Indonesia tetap hidup dalam jiwa Pancasila. Bangsa Indonesia lahir sejak
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Fungsi pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia yaitu sebagai hal yang memberi corak khas bagi Bangsa dan menjadi
pembeda Bangsa Indonesia dengan Bangsa lain. Diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental, sehingga ciri khas ini
yang dimaksud dengan kepribadian.
3. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Fungsi pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua hukum yang berlaku di Negara
Indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan Pancasila sebagai sumbernya.
Artinya setiap hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Jadi setiap sila-sila yang ada di Pancasila
adalah nilai dasar, sedangkan hukum adalah nilai instrumental atau penjabaran dari sila pancasila.
Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, cita-cita hukum, kesadaran, dan cita-cita
moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia. Meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan
Individu, Kemerdekaan Bangsa, Perikemanusiaan, Keadilan Sosial, dan Perdamaian Nasional. Cita-cita politik
mengenai bentuk, tujuan, sifat negara. Dan Cita-cita moral mengenai kehidupan agama dan masyarakat.
4. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup atau cara pandang adalah Bangsa Indonesia harus berpedoman, menjadi
pancasila sebagai petunjuk kehidupan sehari-hari.
Segala bentuk cita-cita moral Bangsa dan bentuk budaya harus bersumber dari Pancasila, juga merupakan satu-kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan, hal ini memiliki tujuan demi tercapainya kesejahteraan lahir dan batin.
Terdapat tiga puluh tiga pembicara selama empat hari sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945) dengan pembahasan mengenai
dasar negara. Tokoh-tokoh yang menyumbangkan pikiran tentang dasar negara pada sidang tersebut, antara lain:
 Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato tidak tertulisnya dalam sidang pertama BPUPKI, yaitu:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah selesai berpidato, Moh. Yamin juga mengusulkan gagasan tertulis naskah rancangan UUD RI yang tertuang rumusan 5 dasar,
yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Dalam usulannya, Mr. Soepomo memaparkan 3 teori mengenai bentuk-bentuk negara, yaitu:
1. Negara individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari warganya dengan mengutamakan kepentingan
individu sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.
2. Negara golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
3. Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan, tetapi berdiri di atas semua kepentingan
sebagaimana diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.
Mr. Soepomo dalam hal ini menyuarakan negara integralistik (negara persatuan), yaitu negara satu yang berdiri di atas kepentingan
semua orang. Sementara itu, dasar negara yang digagaskan oleh Mr. Soepomo antara lain:
1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.
 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno mengusulkan lima poin-poin dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Trisila yang isinya adalah sosio-nasionalisme,


sosio-demokrasi, dan Ketuhanan, atau Ekasila yang isinya adalah gotong-royong
Setelah melalui proses pembahasan dalam musyawarah, persidangan BPUPKI mengambil kesepakatan Pancasila sebagai nama dasar
negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945 inilah kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Selain sidang BPUPKI, pada hari yang sama juga dibentuk panitia kecil beranggotakan delapan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. A. A. Maramis. Tugas
Panitia Delapan ini adalah menerima dan mengidentifikasi usulan dasar negara dari anggota BPUPKI. Berdasarkan identifikasi,
diketahui ada perbedaan pendapat mengenai usulan tentang dasar negara. Golongan Islam menghendaki negara dengan dasar syariat
Islam, sementara golongan nasionalis tidak menghendaki usulan tersebut.
Untuk mengantisipasi perbedaan pendapat mengenai usulan dasar negara, dibentuklah panitia beranggotakan sembilan orang yang
berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A.A. Maramis,
Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim. Panitia yang disebut
Panitia Sembilan ini diketuai oleh Ir. Soekarno.
Panitia Sembilan melakukan sidang pertama pada 22 Juni 1945. Sidang tersebut pada akhirnya menghasilkan kesepakatan dasar negara.
Panitia Sembilan berhasil menyusun naskah yang disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan
naskah rancangan itu dengan nama Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan dasar negara sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPUPKI melakukan sidang kedua (10-16 Juli 1945) dengan pembahasan berupa lanjutan hasil kerja Panitia Sembilan dan berhasil
menghasilkan:
1. Kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
2. Negara Indonesia berbentuk negara Republik. Ini merupakan hasil kesepakatan atas 55 suara dari 64 orang yang hadir.
3. Kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil
kesepakatan 39 suara).
4. Pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.
Pembentukan PPKI (9 Agustus 1945) dan Pengesahan Dasar Negara
Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 9 Agustus 1945 yang kemudian dibentuk PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang disebut Dookuritsu Junbi Iinkai sebagai gantinya. PPKI bertugas
mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara dan UUD 1945. Ketua PPKI yaitu Ir.
Soekarno, wakil ketua Moh. Hatta dan jumlah anggota 21 orang.
Pada 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan pertama. Hasil sidang tersebut adalah:
1. Penetapan Pembukaan Hukum Dasar (sekarang disebut Pembukaan UUD 1945) yang di dalamnya memuat rumusan sila
Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal ini Pancasila telah disahkan sebagai dasar negara.
2. Pemilihan dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang pertama.
3. Presiden dibantu oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dalam melakukan tugas-tugasnya.

Ini adalah poin-poin dalam butir-butir pancasila. Resapi dan hayati isinya, dan rasakan betapa “dalam” isinya.
isi butir butir pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-
beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Tugas dan Wewenang Presiden, Wapres, MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY, dan
BPK
1. Presiden
Tugas Presiden :
Tugas Presiden adalah menjalankan pemerintahannya sesuai dgn UUD dan UU. Adalah tugas Presiden juga untuk memastikan apakah
jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah patuh kepada UUD dan UU itu.
Wewenang, dan hak Presiden antara lain:
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian
persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa).
Menetapkan Peraturan Pemerintah.
Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
Menyatakan keadaan bahaya.
Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. Menerima penempatan duta
negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.
Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah.
Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui DPR.
Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung.
Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh
menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
2. Wakil Presiden
Fungsi Wapres adalah :
Mendampingi Presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di Negara lain atau juga presiden menyerahkan jabatan
kepresidenan baik pengunduran diri, atau halangan dalam menjalankan tugas seperti misalnya mengalami kematian saat menjabat
presiden.
Tugas Wakil Presiden : 1. Mendampingi sang presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di negara lain . 2.
Membantu dan/ atau mewakili tugas presiden di bidang kenegaraan dan pemerintahan.
Wewenang Wakil Presiden : 1. Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari
2. Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggung
jawabkan kepada presiden. 3. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Tugas, Wewenang, dan Hak MPR antara lain:
Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945), (Undang-Undang Dasar).
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum.
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi) untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa
jabatannya.
Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dalam masa jabatannya.
Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya.
Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD, menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan
putusan, hak imunitas, dan hak protokoler.
Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, pemegang dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan
sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.
MPR juga tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN. Selain itu, MPR tidak lagi mengeluarkan Ketetapan MPR
(TAP MPR), kecuali yang berkenaan dengan menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
Wapres, atau memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama-sama. Hal ini berimplikasi pada materi dan status hukum
Ketetapan MPRS/MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Saat ini Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak
lagi menjadi bagian dari hierarkhi Peraturan Perundang-undangan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Tugas dan wewenang DPR antara lain:
Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah.
Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial.
Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan.
Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi.
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan
RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.Menurut Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR
berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika
permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan
paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan).
5. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD memiliki fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi
tertentu, Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu.
Tugas dan wewenang DPD antara lain:
Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang DPD untuk membahas RUU tersebut.
Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang
berkaitan dengan APBN.
Anggota DPD juga memiliki hak menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.
6. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
Fungsi dan Tugas Mahkamah Agung :

1. Fungsi Peradilan
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam
penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah
negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama
dan terakhir
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
- semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan
peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan
perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. Fungsi Pengawasan
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan
Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
- terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis
peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
- Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor
14 Tahun 1985).
3. Fungsi Mengatur
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat
hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur
Undang-undang.
4. Fungsi Nasehat
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden
selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian,
dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelaksanaannya.

b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan
dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. Fungsi Administratif
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan
(Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman).
6. Fungsi Lain-lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah
Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang.
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi.
Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung (paling banyak 60 orang). Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau
tidak berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi. Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung.
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3
orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi
adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
8. Komisi Yudisial (KY)
Wewenang Komisi Yudisial :
Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Tugas Komisi Yudisial :
Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung, dengan tugas utama:
1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung.
2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung.
3. Menetapkan calon Hakim Agung dan,
4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.
Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat Serta Perilaku Hakim, dengan tugas utama:
1. Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,
2. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, dan
3. Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan kepada Mahkamah Agung dan tindasannya
disampaikan kepada Presiden dan DPR.
9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa, pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Tugas, wewenang, dan hak badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah seperti berikut ini :
BPK meminta, memeriksa, meneliti pertanggungjawaban atas penguasaan keuangan negara, serta mengusahakan keseragaman baik
dalam tata cara pemeriksaan dan pengawasan maupun dalam penatausahaan keuangan negara.
BPK mengadakan dan menetapkan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.
BPK melakukan penelitian, penganalisaan terhadap pelaksanaan peraturan per-undangan di bidang keuangan.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan
kewenangannya).BPK mempunyai 9 orang anggota, dengan susunan 1 orang Ketua merangkap anggota, 1 orang Wakil Ketua
merangkap anggota, serta 7 orang anggota. Anggota BPK memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
untuk satu kali masa jabatan.

Legislatif yang bertugas membuat undang undang. Lembaga legislatif meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),DPD, MPR.
Eksekutif yang bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Lembaga eksekutif meliputi presiden dan wakil presiden
beserta menteri-menteri yang membantunya.
Yudikatif yang bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Lembaga yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA),
Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial.

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA TAHUN 1945-SEKARANG


SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
TAHUN 1945-1949
Sistem pemerintahan: Presidensial
Bentuk Pemerintahan: Republik
Konstitusi: UUD 1945
Pada awalnya sistem pemerintahan presidensial ini digunakan setelah kemerdekaan Indonesia. Namun karena kedatangan sekutu pada
Agresi Militer, berdasarkan Maklumat Presiden no X pada tanggal 16 November 1945 terjadi pembagian kekuasaan. Kekuasaan
tersebut dipegang oleh perdana menteri sehingga sistem pemerintahan Indonesia berganti menjadi sistem pemerintahan parlementer.
Secara umum, terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain: a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR. b.
Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul BP – KNIP.
Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk, karena UUD 1945 pada saat ini tidak dapat
dilaksanakan sepenuhnya mengingat kondisi Indonesia yang sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Dengan demikian, sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Komite ini merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Hal ini berdasarkan pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada
tanggal 16 Oktober 1945, diputuskanlah bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Sehingga
pada tanggal 14 November 1945 dibentuklah Kabinet Semi-Presidensiel (“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Dari segi sejarah sistem pemerintahan yang berlaku di masa ini adalah sistem pemerintahan presidensil, namun terhitung sejak tanggal
14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir, dengan kata lain sistem
pemerintahannya pun berubah ke parlementer. Alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi
Parlementer dipicu karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya. Soekarno
menolak hal ini sedangkan Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember 1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan
syarat pengakuan Belanda atas Republik Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang
menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil
yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk
Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah
dihilangkannya anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya” maka naskah Piagam Jakarta
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus
1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata “Indonesia” karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk
Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.

TAHUN 1949-1950
Bentuk Negara: Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem pemerintahan: Quasi Parlementer/ Parlementer Semu
Konstitusi: Konstitusi RIS
Bentuk pemerintahan ini merupakan serikat dengan konstitusi dengan RIS, sehingga sistem pemerintahan yang digunakan adalah
parlementer. Namun karena sistem yang diterapkan tidak secara keseluruhan atau bersifat semu maka sistem pemerintahan pada saat itu
disebut dengan Quasi Parlementer.
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah sistem pemerintahan parlementer, yang meganut Sistem multi partai. Didasarkan
pada konstitusi RIS, pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Perlu
diketahui bahwa Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukanlah cabinet parlementer murni karena dalam sistem
parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
Diadakannya perubahan bentuk negara kesatuan RI menjadi negara serikat ini adalah merupakan konsekuensi sebagai diterimanya hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya
campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.
Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi di atas yaitu : - Indonesia merupakan Negara bagian RIS - Indonesia RIS
yang di maksud Sumatera dan Jawa - Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya - RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan
Belanda - Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur.
Dalam RIS ada point-point sebagai berikut :
1. Pemerintah berhak atas kekuasaan TJ atau UU Darurat
2. UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer ini, badan legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar, yaitu
Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

TAHUN 1950-1959
Bentuk Negara: Kesatuan Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem pemerintahan: Parlementer
Konstitusi: UUDS 1950
UUDS 1950 merupakan konsitutsi yang berlaku di negara Indonesia sejak 17 Agustus 1950 sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden
pada 5 Juli 1959. Presideng Soekarno mengeluarkan Dekrit tersebut yang diumumkan dalam sebuah upacara resmi di Istana Merdeka.
Era 1950-1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950, dimana periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa berakhirnya
Negara Indonesia yang federalis. Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah
parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-ciriny adalah :
a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No.
7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di
mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan:
1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;
2. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.
UUDS ini merupakan adopsi dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk
negara dari negara serikat ke negara kesatuan.
Antara 1950 – 1959 Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer yang dalam waktu 4 tahun telah terjadi 33 kali
pergantian kabinet (Feith, 1962 dan Feith, 1999). Setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem Demokrasi Liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk
parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai.
Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik
(9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang tak
satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Ini merupakan suatu struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-
pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum
dilaksanakan.
Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga
Konstituante. Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD baru. Konstituante diserahi tugas
membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi
ide untuk kembali pada UUD 1945.
TAHUN 1959-1966 (Orde Lama)
Bentuk Negara: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945
Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang berisi:
Tidak berlakunya UUDS (Undang-Undang Dasar Serikat) 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
Pembubaran Badan Konstitusional.
Membentuk MPR sementara dan DPA sementara.
Sebagaimana dibentuknya sebuah badan konstituante yang bertugas membuat dan menyusun Undang Undang Dasar baru seperti yang
diamanatkan UUDS 1950 pada tahun 1950, namun sampai akhir tahun 1959, badan ini belum juga berhasil merumuskan Undang
Undang Dasar yang baru, hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959. Bung Karno dengan dukungan
Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959
sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup, serta
membentuk MPRS dan DPRS. Sistem yang diberlakukan pada masa ini adalah sistem pemerintahan presidensil.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini
lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin. Isinya ialah:
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Sejak tahun 1959-1966, Bung Karno menerapkan demokrasi terpimpin. Semua anggota DPR-GR dan MPRS diangkat untuk
mendukung program pemerintahannya yang lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring partai-partai
politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional, Agama dan Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM
adalah PNI, NU dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang dukungan dari semua kekuatan
NASAKOM. Era Demokrasi Terpimpin adalah kolaborasi antara kekuasaan kaum borjuis dengan komunis itu ternyata gagal dalam
memperbaiki sistem perekonomian Indonesia, malahan yang terjadi adalah penurunan cadangan devisa, inflasi terus menaik tanpa
terkendali, korupsi kaum birokrat dan militer merajalela, sehingga puncaknya adalah pemberontakan PKI yang dikenal dengan
pemberontakan G 30 S/ PKI. Selain itu, Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-
kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib partai politik ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan
mengeluarkan pendapat. Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan
dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut
tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan
wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai
menteri yang tidak memimpin departemen. Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959.
Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga
tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk
di MPR. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat : Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada
perjuangan Republik Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik. Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang
utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
TAHUN 1966-1998 UUD yang sama pernah ditafsirkan sebagai single-executive sistem, sesuai ketetapan Pasal 4 sampai 15 dan
Presiden menjabat sebagai Kepala Negara serta sekaligus Kepala Pemerintahan. Antara 1966 sampai 1998, berlaku sistem
pemerintahan untuk negara integralistik dengan konsentrasi kekuasaan amat besar pada Presiden (too stong presidency). Orde baru
pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi terpimpin pada era orde lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993,
dan 1998. Pada dasarnya sistem yang diberlakukan pada masa ini adalah sistem pemerintahan presidensil. Dalam masa ini, DPR berada
di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi dalam bernegara.
DPR sebagai lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan fungsi penyeimbang (checks and balances) dalam prakteknya
hanya sebagai pelengkap dan penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan hanya untuk memperkuat posisi presiden yang saat itu
dipegang oleh Soeharto.

TAHUN 1966 – 1998 (Orde Baru)


Bentuk Negara: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945
TAHUN 1998-sekarang
Bentuk Negara: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Presidensial
Masa ini merupakan masa dimana telah berakhrirnya rezim orde baru dan dimulainya masa reformasi. Pasca orde baru UUD 1945 telah
diamandemen sebanyak empat kali. Sejak 2002, dengan berlakunya UUD hasil amandemen keempat, berlaku sistem presidensial.
Posisi MPR sebagai pemegang kedaulatan negara tertinggi dan sebagai perwujudan dari rakyat dihapus, dan badan legislatif ditetapkan
menjadi badan bi-kameral dengan kekuasaan yang lebih besar (stong legislative). UUD 2002 hasil amandemen bahkan telah
menimbulkan kompleksitas baru dalam hubungan eksekutif dan legislative, bila presiden yang dipilih langsung dan mendapat
dukungan popular yang besar tidak mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif karena tidak mendapat dukungan penuh dari
koalisi partai-partai mayoritas di DPR. Political gridlocks semacam itu telah diperkirakan dan karenanya ingin dihindari oleh para
perancang UUD 1945, hampir 6 dekade yang lalu, sehingga akhirnya tidak memilih sistem presidensial sebagai sistem pemerintahan
untuk negara Indonesia yang baru merdeka. (Setneng RI, 1998 dan Kusuma, FH-UI, 2004). Setelah MPR mengesahkan amandemen
ketiga dan keempat UUD 1945, sistem pemerintahan negara Indonesia berubah menjadi sistem presidensial. Perubahan tersebut
ditetapkan dengan Pasal 1 ayat (2) UUD baru. MPR tidak lagi merupakan perwujudan dari rakyat dan bukan locus of power, lembaga
pemegang kedaulatan negara tertinggi. Pasal 6A ayat (1) menetapkan “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat”. Dua pasal tersebut menunjukkan karakteristik sistem presidensial yang jelas berbeda dengan staats fundamental
norm yang tercantum dalam Pembukaan dan diuraikan lebih lanjut dalam Penjelasan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi pancasila
pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan
dibenarkan untuk unjuk rasa. Sistem Pemerintahan setelah amandemen (1999 – 2002) :

Ø MPR bukan lembaga tertinggi lagi.


Ø Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat.
Ø Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
Ø Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
Ø Kekuasaan Legislatif lebih dominan.

UUD45
2.1 Pengertian Konstitusi dan UUD 1945
Di bagian ini akan dibahas pengertian Konstitusi dan UUD 1945 secara lebih rinci. Konstitusi sendiri adalah hukum
dasar/hukum utama dari sebuah negara. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara dan juga
menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah. Suatu konstitusi memuat aturan atau sendi-sendi pokok yang bersifat fundamental
untuk menegakkan bangunan besar yang bernama “Negara”.
Sementara itu, UUD 1945 merupakan hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur organisasi yang harus diikuti oleh
otoritas publik agar keputusan-keputusan yang dibuat mengikat komunitas politik.
2.2 Sejarah Singkat Terbentuknya Konstitusi dan UUD 1945
Sejarah adanya Konstitusi di Indonesia
Konstitusi disusun oleh sebuah panitia yang terdiri dari pemimpin-pemimpin politik dan pakar-pakar hukum. Panitia ini
bekerja terburu-buru menjelang pernyataan kemerdekaan. Akibatnya banyak hal yang tidak diatur secara rinci sehingga mudah
dimanipulasi oleh pemerintah. Inilah yang terjadi selama 25 tahun kekuasaan Orde Baru.
Sejarah Terbentuknya UUD 1945
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 adalah
badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei 1945 s/d 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Pengesahan UUD 1945 dilakukan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa sidang kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan ( BPUPK ). Nama badan ini tanpa kata “
INDONESIA”, karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

2.3 Keterkaitan Konstitusi dan UUD 1945


Konstitusi dan UUD 1945 seperti suatu hal penting yang berjalan beriringan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan dalam tata
kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bagian ini akan dijabarkan apa-apa saja keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945.
Konstitusi dan UUD 1945 mempunyai hubungan secara yuridis, filosofis dan sosiologis. Berikut ulasan lebih lengkapnya :
a. Secara Yuridis : Keterkaitan dasar negara dengan konstitusi bahwa konstitusi mengandung pokok-pokok pikiran
dasar negara yang diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal.
b. Secara Filosofis : Konstitusi di dasarkan pada filosofil bangsa tersebut yang berakar pada budaya bangasa.
c. Secara Sosiologis : Konstitusi dapat menampung nilai-nilai yang berkembang di masyarakat yang bersumber kepada dasar
negara dalam penyelenggaraan pemerintahan .

Menurut Miriam Budiardjo, setiap Undang-undang Dasar / Konstitusi memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikt :
1. Organisasi Negara.
Misalnya: pembagian kekuasaan antara badan Eksekutif, Legeslatif dan Yudikatif. Masalah pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat / pemerintah federal dengan pemerintah daerah / pemerintah negara bagian; Prosedur penyelesaian masalah
pelanggaran yurisdiksi lembaga negara.
* Pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Legislatif di Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Hak-hak asasi manusia
Di Indonesia sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).
3. Prosedur mengubah Undang-undang dasar
Mengubah UUD suatu negara dapat dilakukan, tetapi tidak mudah untuk sewenang-wenang melakukan itu.
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari Undang-undang Dasar.
Kita dapat mengakui pada UUD 1945 telah ada perubahan. Akan tetapi adakalanya perubahan itu tidak dapat dilakukan oleh
sebab-sebab/sifat tertentu sehingga ia tidak dapat dirubah.
Hubungan Konstitusi dan UUD 1945 tidak hanya berlaku di Indonesia. Keterkaitan ini juga berlaku di negara-negara lain yang
menganut sistem liberal dan komunis. Berikut penjelasannya sekaligus perbandingan Hubungan Konstitusi dan UUD di negara
demokrasi, liberal dan komunis :
 Hubungan dasar negara dan konstitusi di Indonesia
Dapat dilihat dari hubungan antara sila-sila pancasila yang termuat pada pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal yang
termuat dalam batang tubuh UUD 1945.
Pasal-pasal UUD adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam pembukaan UUD 1945.

 Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara liberal (As)


Konstitusi yang di buat bertujuan untuk :
- Menegakkan keadilan
- Menjamin keamanan dalam negeri
- Menyediakan pertahanan umum
- Memajukan kesahteraan umum
- Mengamankan kemerdekaan rakyat As yang dianggap sebagai anugerah dari sang pencipta
Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara komunis (Uni soviet)
Dasar negara Uni soviet adalah komunisme. Hal itu di nyatakan di dalam pembukaan konstitusi 1977 hubungn dasar negara
komunisme dengan pasal-pasal dalam konstitusi Uni Soviet terdapat di dalam alinea terakhir.
Ajaran komunisme di jabarkan kedalam aturan pokok tentang kehidupan bernegara yang sesuai dengan komunisme di dalam konstitusi
Uni Soviet
Nilai-nilai Penting yang Terkandung di dalam Konstitusi dan UUD 1945
Eksistensi suatu “negara” yang diisyaratkan oleh A.G. Pringgodigdo, baru riel-ada kalau memenuhi empat unsur: (1)
memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat, (2) wilayah tertentu, (3) rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan (4)
pengakuan dari negara-negara lain. Dari ke empat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya
fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah
Konstitusi atau Undang Undang Dasar.
Untuk memahami hukum dasar suatu negara, juga belum cukup kalau hanya dilihat pada ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam Undang Undang Dasar atau konstitusi saja, tetapi harus dipahami pula aturan-aturan dasar yang muncul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, atau sering dicontohkan dengan “konvensi” ketatanegaraan
suatu bangsa. Sebab dengan pemahaman yang demikian inilah “ketertiban“ sebagai fungsi utama adanya hukum dapat terealisasikan.
1. Konstitusi yang mempunyai nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi tersebut bukan hanya berlaku dalam arti
hukum, akari tetapi juga merupakan suatu kenyataan yanghidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain
konstitusi itu dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2.Konstitusi yang mempunyai nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya kurang sempurna. Sebab
pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak berlaku.
3.Konstitusi yang mempunyai nilai Semantik
Suatu konstitusi disebut mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya
adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari tempat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi
konstitusi tersebut hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam pelaksanaannya hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan
pihak penguasa.
Isi konstitusi umumnya hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pusat dan
lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Aturan-aturan asing lebih rinci
diserahkan pengaturannya kepada undang-undang yang berada dibawah konstitusi, yang lebih mudah untuk dibuat, diperbaharui,
maupun dicabut.
Pada umumnya konstitusi atau UUD berisi :
 Pernyataan tentang ideology dasar Negara atau gagasan-gagasan moral kenegaraan
 Ketentuan tentang struktur organisasi Negara
 Ketentuan tentang perlindungan hak-hak manusia
 Ketentuan tentang prosedur mengubah UUD
 Larangan mengubah sifat tertentu dari UUD
2.5 Apa Saja Fungsi dari Konstitusi atau UUD 1945
Konstitusi atau UUD sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan, karena UUD 1945 itu merupakan sumber dari
segala sumber hukum, sumber dari segala kewenangan, sumber dari segala badan kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konstitusi atau UUD memiliki 2 fungsi pokok, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan penguasa Negara dan penjamin
hak-hak asasi manusia. Melalui pembagian kekuasaan Negara, konstitusi menentukan dan membatasi kekuasaan penguasa, sedangkan
melalui aturan tentang hak asasi, konstitusi memberi perintah agar penguasa Negara melindungi hak-hak asasi manusia warga Negara
dan penduduknya

Hasil Amandemen UUD 1945


Amandemen Pertama yang dilakukan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 telah melakukan perubahan terhadap 9 pasal yang
meliputi Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan Pasal 21.
Pasal-pasal yang diperbaiki dalam Amandemen Pertama lebih memberikan penekanan pada perdebatan yang muncul pada
awal kejatuhan rezim Soeharto. Misalnya, pada masa itu dirasakan bahwa kemampuan Soeharto untuk dapat bertahan sebagai Presiden
sekitar 32 tahun karena tidak adanya pembatasan periodesasi masa jabatan Presiden. Untuk itu, MPR melakukan amandemen terhadap
Pasal 7 UUD 1945 yang secara eksplisit menentukan bahwa seseorang hanya dapat menjadi Presiden Indonesia hanya untuk dua kali
masa jabatan.
Di samping itu, Amandemen Pertama juga mengurangi kecenderungan UUD 1945 yang executive heavy. Ini dilakukan dengan
memperbaiki bunyi pasal-pasal yang terkait dengan DPR. Misalnya dalam pengangkatan Duta Besar, Presiden mempunyai keharusan
untuk memperhatikan pertimbangan DPR, atau dalam memberikan Amnesti dan Abolisi Presiden harus memperhatikan pertimbangan
DPR.
Sementara itu, Amandemen Kedua telah dilakukan perubahan sebanyak 7 bab dan 25 pasal yang meliputi Pasal 18, Pasal 18A,
Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3),
Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal
28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C.
Sebagai kelanjutan, Amandemen Kedua melakukan perubahan untuk tiga hal yang amat mendasar. Pertama, memberikan
landasan yang lebih kokoh terhadap keberadaan daerah dan pemerintahan daerah. Ini dapat dilihat dengan melakukan perubahan besar
terhadap Pasal 18 UUD 1945. Kedua, melanjutkan usaha penguatan terhadap peranan DPR dalam proses penyelenggaraan negara
Indonesia. Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B adalah penguatan yang “luar biasa” terhadap DPR. Ketiga,
memberikan penambahan yang lebih luas terhadap ketentuan hak asasi manusia yang dirasakan amat terbatas dalam UUD 1945.
Kemudian dilanjutkan dengan Amandemen Ketiga yang meliputi Pasal 1 ayat (2) dan (3); Pasal 3 ayat (1), (3), dan (4); Pasal
6A ayat (1), (2), (3), dan (5); Pasal 7A; Pasal 7B ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7); Pasal 7C; Pasal 8 ayat (1) dan (2); Pasal 11 ayat
(2) dan (3); Pasal 17 ayat (4); Bab VIIA; Pasal 22C ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 22D ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab VIIB; Pasal 22E
ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6); Pasal 23 ayat (1), (2), dan (3); Pasal 23A; Pasal 23C; Bab VIIIA, Pasal 23E ayat (1), (2), dan (3);
Pasal 23F ayat (1) dan(2); Pasal 23G ayat (1) dan (2); Pasal 24 ayat (1) dan (2); Pasal 24A ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 24B ayat
(1), (2), (3), dan (4); dan Pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6).
Perubahan dan penambahan yang dilakukan dalam Amandemen Ketiga lebih tertuju pada lembaga-lembaga negara. Misalnya
(1) pergantian proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dari pola pemilihan dengan sistem perwakilan (di MPR) menjadi proses
pemilihan langsung, (2) perbaikan terhadap pola pertanggungjawaban Presiden untuk dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya, (3) pergantian sistem unikameral menjadi sistem bikameral, dan (4) mengakomodasi kehadiran “lembaga baru” yaitu
Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court).
Amandemen Keempat lebih merupakan penyelesaian terhadap bagain-bagian yang masih tersisa dalam amandemen
sebelumnya meliputi Pasal 2, Pasal 6A ayat (4), Pasal 8 ayat (3), Pasal 23B, Pasal 24 ayat (3), Pasal 31 ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal
32 ayat (1) dan (2), Pasal 33 ayat (4) dan (5), Pasal 34 ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 37 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5). Perubahan
terhadap Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan serta pencabutan terhadap Penjelasan UUD 1945.

Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bangsa memiliki arti: (1)
kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia,
binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan
manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah
tertentu di muka bumi
prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila
Faktor-faktor dalam Nasionalisme
 Kenangan kejayaan masa lampau
 Bersatunya negara-negara Asia dan Afrika sejak zaman dahulu kala
 Munculnya golongan cendekiawan
 Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan
Faktor dari luar (eksternal)
 Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara
 Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)

Pengertian Negara: Organisasi diantara sekelompok/beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu dengan mengakui adanya pemerintahan yang mengurus tata tertib.
Menurut George Gelinek Negara adalah organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah berkediaman dalam wilayah tertentu.
Menurut Kranenburg Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsa sendiri.
Menurut Carl Schmitt Negara adalah sebagai suatu ikatan dari manusia yang mengorganisasi dirinya dalam wilayah tertentu.
Menurut Prof. R Djokosotono, SH Negara adalah suatu organisasi manusia atau manusia manusia yang berada dibawah suatu
pemerintahan
Menurut G. Pringgodigdo, SH Negara adalah suatu organisasi kekuasaan atau organisasi kewibawaan yang harus memenuhi
persyaratan atau unsure unsure, yaitu harus ada pemerintahan yang berdaulat, wilayah tertentu dan rakyat yang hidup dengan teratur
sehingga merupakan suatu bangsa.
Menurut Prof. Mr L.J Van Appeldorn, istilah Negara mengandung berbagai arti sebagai berikut :
Istilah negera dipakai dalam arti “Penguasa”, yakni untuk menyatakan orang atau orang orang yang melakukan kekuasaan tertinggi
Atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah. Istilah Negara dalam arti “Persekutuan Rakyat” yakni menyatakan
sesuatu bangsa yang hidup dalam suatu daerah dibawah kekuasaan tertinggi, menurut Kaidah Kaidah hokum yang sama. Negera
mengandung arti “Suatu Wilayah Tertentu” dalam hal ini istilah Negara dipakai untuk menyatakan suatu daerah yang didalamnya
berdiam suatu bangsa dibawah kekuasaan tertinggi. Negera Berarti “Kas Negara atau FIS CUSS” yakni untuk menyatakan harta yang
dipegang oleh penguasa guna kepentingan umum.
Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia, Negara diartikan sebagai organisasi dalam suatu wilayah tertentu yang diatur oleh
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Pengertian Negara juga dapat dilihat dari segi organisasi : Negara Sebagai
Organisasi Kekuasaan.
Menurut Logemann, Negara ialah Suatu Organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa.
Negara sebagai Organisasi Politik
1. Menurut ROGER H SOULTAU : Negara ialah alat (agency) atau wewenang (autority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan
persoalan persoalan bersama atas nama masyarakat.
2. Menurut ROBERT Mc IVER : Negara ialah Asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat berdasarkan system
hokum yang diselenggarakan oleh suatu system pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa.
3. Menurut MAX WEBER : Negara dalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah
dalam suatu wilayah
Negara Sebagai Organisasi Kesusilaan
1. menurut HEGEL : Negara merupakan organisasi kesusilaan yang timbul karena terjadinya perpaduan individual
2. Menurut J.J. ROUSEAU : Kewajiban Negara adalah untuk memelihara kemerdekaan individu dan menjaga ketertiban kehidupan
manusia Negara Sebagai Integrasi Antara Pemerintah Dan Rakyat Negara merupakan integrasi antara pemerintah dan rakyatnya, hal ini
sering disebut dengan istilah paham “INTEGRALISME”, menurut faham Integralistik, Negara sebagai persatuan bangsa, tidak
mempertentangkan antara Negara dengan individu
Menurut Roger H. Soltau bahwa negara didefinisikan alat atau wewenang yang mengatur atau mengndalikan persoalan-persoalan
bersama, atas nama masyarakat.
Menurut Harol J. Laski dan Max Weber bahwa negara suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan fisik secara sah
dalam suatu wilayah.
1. Unsur-unsur Bangsa dan Negara
rakyat yaitu masyarakat atau warga negara
wilayah wilayah
pemerintahan yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan Negara.
Negara kesatuan adalah Negara yang di dalamnya tidak memiliki kelompok negara. Bentuk NKRI tidak boleh diubah lagi menjadi
bentuk lain.

Bagaimana susunan tata urutan perundang-undangan di Indonesia? Berdasarkan Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang
Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia.
Tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah (PP);
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Catatan: Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

Berdasarkan Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-Undang, Tata urutan peraturan
perundang-undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
5) Peraturan Pemerintah (PP)
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan., Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Catatan: Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
4) Peraturan Pemerintah (PP)
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Lalu, aturan mana terkait Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang saat ini berlaku? Tentunya aturan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Ketentuan ini sesuai asas dan prinsip hukum bahwa peraturan atau Undang-Undang terbaru
yang mengatur persoalan yang sama menggantikan peraturan atau Undang-Undang yang ada sebelumnya. Hal ini dipertegas dalam
Pasal 102 dimana berbunyi : “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”.

Sehingga dengan adanya Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 ini menggantikan Undang-undang yang lama yaitu Undang-undang
Nomor 10 tahun 2004 dan peraturan yang ada sebelumnya.

Penjelasan lebih lanjut mengenai urutan perundangan-undangan ini adalah sebagai berikut:

1. UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi sebagai sumber
hukum tertinggi. Menurut. L.J. van Apeldom, Undang-Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi. Sementara itu E.C.S.
Wade menyatakan, bahwa Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dan badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa
UndangUndang Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi negara, hak-hak asasi manusia, prosedur mengubah UUD dan
memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar.
Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam Budiardjo ( 1981: 106-107) Undang-Undang Dasar
1945 mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan
a) UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan UU biasa
b) UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur.
c) UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa

2. Ketetapan MPR

Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai
UUD 1945.

Adapun yang dimaksud Ketetapan MPR yang menjadi sumber hukum menurut penjelasan UU No 12 tahun 2011 adalah
adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan
Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.

3. Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan UUD 1945. Yang berwenang membuat UU adalah
DPR bersama Presiden. Adapun kriteria agar suatu masalah diatur dengan UU antara lain :
a) UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945,
b) UU dibentuk atas perintah Ketetapan MPR,
c) UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu,
d) UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah UU yang sudah ada,
e) UU dibentuk karena berkaitan dengan hak sasai manusia,
f) UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang banyak.

Adapun materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:


a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)


Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu rnendapat persetujuan DPR.
Hal ini dikarenakan PERPU dibuat dalam keadaan "darurat" dalam arti persoalan yang muncul harus segera ditindaklanjuti. Namun
demikian pada akhirnya PERPU tersebut harus diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan. ladi bukan berarti presiden dapat
seenaknya mengeluarkan PERPPU, karena pada akhirnya harus diajukan kepada DPR pada persidangan berikutnya. Sebagai lembaga
legislatif DPR dapat menerima atau menolak PERPPU yang diajukan Presiden tersebut, konsekwensinya kalau PERPPU tersebut
ditolak, harus dicabut, dengan kata lain harus dinyakan tidak berlaku lagi

Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang, yakni:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

5. Peraturan Pemerintah (PP)


Untuk melaksanakan suatu undang-undang, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah. Jadi peraturan pemerintah tersebut merupakan
bentuk pelaksanaan dari suatu undang-undang. Itulah sebabnya materi muatan Peraturan Pemerintah (PP) berisi materi untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
Adapun kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan pemerintah adalah sebagai berikut :
a) PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya,
b) PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana. jika UU induknya tidak mencantumkan sanksi pidana,
c) PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya.
d) PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebut secara tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU,

6. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk Presiden berdasarkan pasal 4 UUD 1945. Dilihat dari
sifatnya Presiden dapat membuat dua macam keputusan yaitu yang bersifat pengaturan dan yang bersifat penetapan. Yang termasuk
jenis peraturan perundang-undangan adalah keputusan presiden yang bersfat pengaturan atau yang dikenal dengan Peraturan Presiden .

Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

7. Peraturan Daerah (Perda)


Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah daerah Propinsi dan daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.
Masuknya Peraturan Daerah dibuat untuk melaksanakan peraturan perundangundangan yang lebuh tinggi. Selain itu Peraturan daerah
inijuga dibuat dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah. Dengan demikian kalau Peraturan Daerah terse but dibuat sesuai
kebutuhan daerah, dimungkinkan Perda yang berlaku di suatu daerah KabupatenlKota belum tentu diberlakukan di daerah kabupaten/
kota lain.

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

1. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia


Semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” tertulis pada kaki lambang negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal
Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu, kita harus benar-benar memahami maknanya. Selain semboyan tersebut,
negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain.
1) Dasar Negara Pancasila
2) Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4) Lambang Negara Burung Garuda
5) Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6) Lagu-lagu perjuangan
Persatuan dalam keberagaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keberagaman harus dipahami oleh setiap
warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut.
1) Kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang.
2) Pergaulan antarsesama yang lebih akrab.
3) Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah.
4) Pembangunan berjalan lancar.
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah
negara dengan keberagaman suku, etnik, budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik, bahasa, dan sebagainya dibandingkan
dengan negara lain.
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat
diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam di setiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih
ada konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, ras atau antargolongan tertentu. Hal ini menunjukkan yang
ada harusnya dapat menjadi modal bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang kuat.

Untuk mempersatukan masyarakat yang beragam, perlu adanya toleransi yang tinggi antarkebudayaan. Sikap saling
menghargai antargolongan, mengenali, dan mencintai budaya lain adalah hal yang perlu dibudayakan. Contoh nyata
implementasi hal tersebut adalah dengan mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di Indonesia. Dengan demikian, setiap
suku mempunyai rasa simpati satu sama lain.
Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu
memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila hanya akan
menjadi mimpi yang tak akan pernah terwujud. Kalian harus mampu menghidupkan kembali semboyan “Bhinneka Tunggal
Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki
toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga perbedaan tersebut. Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa
Indonesia dalam keberagaman.
2. Pentingnya Integrasi Nasional dan Faktor Pembentuk Integrasi nasional

1) Pengertian Integrasi Nasional


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.
a) Secara Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah
nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
b) Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda
sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Pendapat para ahli tentang integrasi.


a) Howard Wriggins
Integritas bangsa berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang
lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan bangsa.
b) Dr. Nazaruddin Sjamsuddin
Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua meliputi aspek
vertikal dan horisontal.
c) J. Soedjati Djiwandono
Menurutnya, integrasi nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas dapat
didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri. Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak,
persatuan nasional akan dibahayakan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran
untuk bersatu sebagai suatu bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam satu
kesepakatan atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

2) Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional


a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
1) Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
2) Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
3) Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti yang dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda.
4) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia.

b. Faktor pendukung integrasi nasional


1) Penggunaan bahasa Indonesia.
2) Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
3) Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
4) Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
5) Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.

c. Faktor penghambat integrasi nasional


1) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
2) Kurangnya toleransi antargolongan.
3) Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
4) Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidak- merataan hasil-hasil pembangunan.
3. Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Kesadaran tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah mengawal NKRI agar tetap utuh dan bersatu. Di sisi lain,
ancaman terhadap kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk konflik perbatasan, pelanggaran wilayah, gangguan
keamanan maritim dan dirgantara, gangguan keamanan di wilayah perbatasan berupa pelintas batas secara illegal, kegiatan
penyelundupansenjata danbahanpeledak, masalahseparatisme, pengawasan pulau-pulau kecil terluar, ancaman terorisme
dalam negeri dan sebagainya.
Dengan demikian, berdasar tantangan tersebut di atas, maka visi terwujudnya pertahanan negara yang tangguh dengan misi
menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa harus terwujud. Kemudian pada dasarnya,
perumusan kebijakan umum pertahanan negara dilaksanakan Menteri Pertahanan Negara, sedangkan proses peneta pannya
dilaksanakan di tingkat Dewan Keamanan Nasional selaku Penasihat Presiden RI.
Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam merumuskan tujuan pertahanan
negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu

1) Strata mutlak,
dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa Indonesia;
2) Strata penting,
dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras dan
golongan (SARA), penghormatan hak asasi manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup
3) Strata pendukung,
dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban dunia.

Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, salah satunya diperlukan input sumber daya yang bagus dan optimal.
Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi input masyarakat secara
intelektual, moral dan mental lemah akan sangat kesulitan mewujudkannya
4. Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya bila kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi
berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan.
1) Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara
konsepsional melalui tindak kriminal dan politis. Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari dalam
negeri.
Adapun, ancaman nonmiliter adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi jika dibiarkan akan membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
2) Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3) Hambatan adalah usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.
4) Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan atau menghalangi secara
tidak konsepsional (tidak terarah).

Dengan demikian peran serta warga negara dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Menghormati, menghargai kemajemukkan bangsa Indonesia, khususnya toleransi antar pemeluk umat beragama
2) Menjaga persatuan dan kesatuan dalam perikehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
3) Bekerja sama dan bergotong royong antar anggota warga masyarakat
4) Berpartisipasi aktif dalam segala perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
5) Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
a. Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Pelatihan dasar kemiliteran.
c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.
d. Pengabdian sesuai dengan profesi.

HUKUM
Pengertian Hukum

1. Secara umum

Perlu kamu ketahui sebelum dijelaskan tentang pengertian hukum, pengertian hukum hingga saat ini belum ada kesepahaman dari para
ahli.

Namun dalam perumusannya, pengertian hukum harus menganut unsur-unsur hukum yang ada. Kamu bisa baca tentang unsur-unsur
hukum di artikel ini.

ukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga
ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.

Ada pula yang mengatakan bahwa,

Hukum adalah peraturan atau ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi
bagi pelanggarnya.
2. Menurut KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan :

a. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.
b. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
c. Patokan (kaidah, ketentuan).
d. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.

3. Menurut para ahli

Pengertian hukum menurut para ahli ialah sebagai berikut :

a. Achmad Ali : hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana yang salah, yang eksistensi atau pembuatannya
dilakukan oleh pemerintah, baik itu secara tertulis ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila terjadi pelanggaran
terhadap norma tersebut.

b. Plato : hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan baik serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun
pemerintah.

c. Tullius Cicerco : hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang tertinggi yang mengatur mengenai mana yang baik dan
mana yang tidak.

d. Utrecht : hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.

e. Prof. Dr. Van Kan : hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di
dalam Masyarakat.

Hukum ini merupakan aspek yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan yang mempunyai tugas untuk
menjamin adanya kepastian hukum untuk masyarakat.

Jadi, tiap masyarakat berhak mendapat hak yang sama dalam mata hukum.

Unsur-unsur Hukum

Ada 4 unsur hukum yang harus ada dalam suatu pengertian hukum atau perumusan suatu hukum, yaitu :

a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang berisikan perintah dan larangan.

b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaha atau badan yang berwenang. Jadi hukum tidak boleh dibuat oleh orang biasa melainkan
oleh lembaga yang berwenang. Sifat hukum ini bersifat mengikat masyarakat luas.

c. Penegakkan aturan hukum tersebut harus bersifat memaksa dimana peraturannya bukan untuk dilanggar melainkan untuk dipathui.d.
Memiliki sanks di setiap pelanggaran, sanksinya tegas dan diatur dalam peraturan hukum.

Tujuan Hukum

Sifat dari tujuan hukum ini universal dimana terdapat hal seperti ketertiban, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan
dalam tata kehidupan bermasyarakat.

Jika hukum dapat ditegakkan maka tiap perkara dapat diselesaikan melakui proses pengadilan berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku.

Hukum ini juga bertujuan untuk menjaga dan mencegak orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri.

Jenis-jenis Hukum di Indonesia

Secara umum, di Indonesia mengenal adanya 2 hukum yaitu : Hukum Publik dan Hukum Privat.

1. Hukum Publik
Pengertian Hukum Publik adalah peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan hukum antara warga Negara dengan Negara yang
menyangkut kepentingan umum. Hukum publik merupakan hukum yang mengatur masyarakat

Hukum Pidana termasuk hukum Publik.

Hukum pidana ini mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan kalau masyarakat memang
memerlukan.

Seorang ahli hukum yang bernama Van Hamel menyatakan Hukum Pidana telah berkembang jadi hukum Publik dan pelaksanaanya
penuh berda dalam tangan negara, tapi ada sedikit pengecualian.

Pengecualiannya gimana?

Ini terhadap adanya aduan. Aduannya memerlukan suatu pengaduan terlebih dahulu dair pihak yang dirugikan supaya negara dapat
menerapkan hukum yang ada.

Hukum Pidana ini menitik beratkan pada kepentingan umum/maysarakat.

Contoh saja hubungan antara tersangka dengan si korban merupakan hubungan antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang
bertugas menjamin kepentingan umum atau masyarakat.

Hal tersebut merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh Hukum Publik.

Contoh hukum publik :

 Hukum tata negara


 Hukum administrasi negara
 Hukum pidana

2. Hukum Privat

Hukum Privat merupakan hubungan yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
antara satu orang dengan orang yang lainnya dengan menitikberatkan kepentingan perorangan.

Hukum Perdata merupakan Hukum Privat.

Hukum Perdata ini merupakan rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur satu degan lainnya. Dalam hukum ini, asas pokok
otonomi warga negara merupakan milik dirinya sendiri jadi mereka berhak mempertahankan kehendak mereka sendiri.

Namun hal tersebut masih terikat pada prosedur yang ditetapkan pemerintah (pemerintah sebagai pengawas).

Contoh hukum privat :

 Hukum sipil
 Hukum perdata
 Hukum dagang

Macam-macam Pembagian Hukum

Ada 8 macam pembagian hukum yang ada di Indonesia dan tentunya sudah tercantum dalam peraturan perundang-undanang yang ada,
macamnya yaitu :

1. Hukum menurut sumbernya

 Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.


 Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
 Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian Negara.
 Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.
 Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal
dalam ilmu pengetahuan hukum.

2. Hukum menurut bentuknya

 Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan


 Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis,
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
3.Hukum menurut tempat berlakunya

 Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.


 Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia internasional.

4.Hukum menurut waktu berlakunya

 Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah
tertentu.
 Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.
 Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.

5. Hukum menurut cara mempertahankannya

 Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-
perintah dan larangan.
 Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material.

6. Hukum menurut sifatnya

 Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.
 Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.

7.Hukum menurut wujudnya

 Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.


 Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang tertentu atau lebih. Disebut juga
hak.

8.Hukum menurut isinya

 Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada
kepentingan perseorangan.
 Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan warganegara.

 a. Ius Constitutum adalah hukum positif suatu negara, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara pada suatu saat tertentu
sebagai contoh : hukum Indonesia yang berlaku dewasa ini dinamakan Ius Constitutum, atau bersifat hukum positif, juga
dinamakan tata hukum Indonesia. Demikian pula hukum Amerika yang berlaku sekarang, Inggris, Rusia, Jepang dan lain-lain.

 b. Ius Constituendum adalah hukum yabg dicita-citakan oleh pergaulan hidup dan negara, tetapi belum merupakan kaidah
dalam bentuk undang-undang atau berbagai ketentuan lain. Pendapat yang demikian juga diketengahkan oleh Sudiman
Kartohadiprodjo (Purbacaraka-Soerjono Soekanto, 1980).

NEGARA
Definisi Negara
Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan
kepentingan masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pengertian Negara menurut Ahli

 John Locke dan Rousseau, negara merupakan suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat.
 Max Weber, negara adalah sebuah masyarakat yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam
wilayah tertentu.
 Mac Iver, sebuah negara harus memiliki tiga unsur poko, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan.
 Roger F.Soleau, negara adalah alat atau dalam kata lain wewenang yang mengendalikan dan mengatur persoalan-persoalan
yang bersifat bersama atas nama masyarakat.
 Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan, sedangkan Prof. Miriam Budiardjo memberikan pengertian Negara adalah organisasi
dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongankekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah
tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai kedaulatan (keluar dan ke dalam).
Pengertian negara dapat ditinjau dari empat sudut yaitu:
1. Negara sebagai organisasi kekuasaan
Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut.
Pengertian ini dikemukakan oleh Logemann dan Harold J. Laski. Logemann menyatakan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan
yang bertujuan mengatur masyarakatnya dengan kekuasaannya itu. Negara sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya merupakan
suatu tata kerja sama untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.
2. Negara sebagai organisasi politik
Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh
suatu pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi politik, negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik
atau merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Sebagai organisasi politik negara Bidang Tata Negara berfungsi sebagai alat
dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia dan sekaligus menertibkan serta mengendalikan
gejala–gejala kekuasaan yang muncul dalam masyarakat. Pandangan tersebut nampak dalam pendapat Roger H. Soltou dan Robert M
Mac Iver. Dalam bukunya “The Modern State”, Robert M Mac Iver menyatakan : “Negara ialah persekutuan manusia (asosiasi) yang
menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah
yang dilengkapi kekuasaan memaksa. Menurut RM Mac Iver, walaupun negara merupakan persekutuan manusia, akan tetapi
mempunyai ciri khas yang dapat digunakan untuk membedakan antara negara dengan persekutuan manusia yang lainnya. Ciri khas
tersebut adalah : kedualatan dan keanggotaan negara bersifat mengikat dan memaksa.
3. Negara sebagai organisasi kesusilaan
Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan individu. Menurut Friedrich Hegel : Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang
timbul sebagai sintesa antara kemerdekaan universal dengan kemerdekaan individu. Negara adalah organisme dimana setiap individu
menjelmakan dirinya, karena merupakan penjelmaan seluruh individu maka negara memiliki kekuasaan tertinggi sehingga tidak ada
kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara. Berdasarkan pemikirannya, Hegel tidak menyetujui adanya : Pemisahan kekuasaan karena
pemisahan kekuasaan akan menyebabkan lenyapnya negara. Pemilihan umum karena negara bukan merupakan penjelmaan kehendak
mayoritas rakyat secara perseorangan melainkan kehendak kesusilaan. Dengan memperhatikan pendapat Hegel tersebut, maka ditinjau
dari organisasi kesusilaan, negara dipandang sebagai organisasi yang berhak mengatur tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, sementara manusia sebagai penghuninya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.
4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat
Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian integral negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk
menjalankan negara. Menurut Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian negara:
1) Teori Perseorangan (Individualistik)
Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian antar individu yang menjadi anggota
masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan pribadi. Penganjur teori ini antara lain :
Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer, Harold J Laski.
2) Teori Golongan (Kelas)
Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang mempunyai kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk menindas
golongan lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori golongan diajarkan oleh : Karl Marx, Frederich Engels, Lenin
3) Teori Intergralistik (Persatuan)
Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota masyarakat
merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara integralistik merupakan negara yang hendak mengatasi paham perseorangan
dan paham golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan diajarkan oleh : Bendictus
de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller

Unsur-unsur Negara
1. Penduduk
Penduduk merupakan warga negara yang memiliki tempat tinggal dan juga memiliki kesepakatan diri untuk bersatu. Warga negara
adalah pribumi atau penduduk asli Indonesia dan penduduk negara lain yang sedang berada di Indonesia untuk tujuan tertentu.
2. Wilayah
Wilayah adalah daerah tertentu yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Wilayah adalah salah satu unsur
pembentuk negara yang paling utama. Wilaya terdiri dari darat, udara dan juga laut*.
3. Pemerintah
Pemerintah merupakan unsur yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda pemerintahan.
4. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara.

Disamping ketiga unsur pokok (konstitutif) tersebut masih ada unsur tambahan (disebut unsur deklaratif) yaitu berupa Pengakuan dari
negara lain. Unsur negara tersebut diatas merupakan unsur negara dari segi hukum tata negara atau organisasi negara

Fungsi Negara

 Fungsi Pertahanan dan Keamanan


Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan) dari segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta
tantangan lain yang berasal dari internal atau eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara

 Fungsi Keadilan
Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau kepentingan tertentu. Contoh: Setiap orang yang melakukan
tinfakan kriminal dihukum tanpa melihat kedudukan dan jabatan.

 Fungsi Pengaturan dan Keadilan


Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan kebijakan dengan ada landasan yang kuat untuk membentuk
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.

 Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran


Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan masyarakat agar lebih makmur dan
sejahtera.

Sifat Negara
1. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan. Negara memiliki kekuasaan memaksa agar masyarakat tunduk
dan patuh terhadap negara tanpa tidak ada pemaksaan fisik
Hak negara ini memiliki sifat legal agar tercipta tertib di masyarakat dan tidak ada tindakan anarki. Paksaan fisik dapat dilakukan
terhadap hak milik
2. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Negara dapat menguasai hal-hal seperti sumberdaya penting untuk kepentingan
orang banyak. Negara mengatasi paham individu dan kelompok.
3. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian menjadi wewenang negara.

Tujuan Negara
Miriam Budiharjo(2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerjasama untuk
mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir setiap negara adalah menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya.

Sedangkan tujuan Negara Indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat;

 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Asal Mula Terjadinya Negara


Berdasarkan kenyataan, negara terjadi karena sebab-sebab :

 Ocupatie - Pendudukan yaitu suatu wilayah yang diduduki oleh sekelompok manusia
 Separatie - Pelepasan, yaitu suatu daerah yang semual menjadi wilayah daerah tertentu kemudaia melepaskan diri
 Peleburan, yaitu bebrapa negara meleburkan diri menjadi satu
 Pemecahan, yaitu lenyapnya suatu negara dan munculnya negara baru
Berdasarkan teori, negara terjadi karena

 Teori Ketuhanan, yaitu negara ada karena adanya kehendak Tuhan


 Teori Perjanjian masyarakat, yaitu negara ada karena adanya perjanjian individu-individu (contrac social)
 Teori Kekuasaan, yaitu negara terbentuk karena adanya kekuasaan / kekuatan
 Teori Hukum Alam, yaitu negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bermacam-macam.
BentukNegara
Berikut adalah bentuk negara yang ada di dunia

 Negara Kesatuan
 Negara Serikat
 Perserikatan Negara (Konfederasi)
 Uni, dibagi menjadi 2 yaitu Uni Riil dan Uni Personil
 Dominion
 Koloni
 Protektorat
 Mandat
 Trust

DEMOKRASI
Demokrasi diambil dari bahasa Yunani yaitu, demos yang berarti rakyat, dan kratos/kratein yang berarti kekuasaan/berkuasa. Jadi arti
dari demokrasi adalah rakyat berkuasa atau government or rule by the people.
Liberalisme sendiri mempunyai makna sebagai aliran paham ketatanegaraan dan ekonomi, yang di ketatanegaraan bercita – cita
demokrasi dan di ekonomi menganjurkan kebebasan berusaha dan berniaga (pemerintah tidak boleh turut campur)
Kapitalisme mempunyai pengertian sebagai perbuatan individu-individu yang besar yang melibatkan kontrol terhadap sumber- sumber
finansial uang luas dan menghasilkan kekayaan kepada seseorang sebagai suatu hasil dari spekulasi, peminjaman uang, dan perusahaan
komersial. Kapitalisme juga dapat berarti sebagai suatu sistem perkonomian, yang terletak pada suatu organisasi dari para penerima
upah bebas secara legal, dengan suatu tujuan untuk mendapatkan keuntungan uang, dari para pemilik modal dan agen-agennya.
Sederhananya adalah bahwa kapitalisme merupakan usaha pencarian keuntungan

Anda mungkin juga menyukai