Anda di halaman 1dari 3

Ozon, kawan atau lawan

*Dr. Anto Tri Sugiarto, M.Eng.

Mendengar kata ozon, rasanya sudah tak asing lagi bagi kita. Ozon menjadi pusat perhatian,
ketika masyarakat international ramai membicarakan akan diketemukannya “ozone hole”
pada lapisan ozon di atas atmospir daratan antartika oleh para peneliti dari BAS (British
Antarctic Survey) pada tahun 1984.
Selain ozon di atas atmospir kita mengenal keberadaan ozon yang ada disekeliling kita,
ozon mulai banyak dipergunakan dalam berbagai kegiatan industri, pengawetan bahan
makanan dan sterilisasi peralatan kedokteran.
Disisi lain ozon merupakan gas beracun yang sangat berbahaya. Ozon merupakan zat yang
mudah bereaksi dengan molekul lain disekitarnya. Ozon diudara dalam konsentrasi sekitar 1
ppm (satu dalam satujuta) dapat mengakibatkan kita sulit untuk bernapas, dan pada
kandungan di atas 50 ppm, ozon akan dapat membawa kita pada kematian.
Mengingat dewasa ini ozon banyak dipergunakan dalam berbagai bidang industri, serta
semakin meningkatnya polusi udara dari berbagai kegiatan industri yang merupakan sumber
terbentuknya ozon secara alami, pemahaman yang benar akan ozon menjadi sangat penting.

Ozon
Ozon pertama kali ditemukan oleh C. F. Schonbein pada tahun 1840. Penamaan ozon
diambil dari bahasa yunani OZEIN yang berarti smell atau bau. Ozon dikenal sebagai gas
yang tidak memiliki warna. Soret pada tahun 1867 mengumunkan bahwa ozon adalah sebuah
molekul gas yang terdiri tiga buah atom oksigen.
Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet pancaran sinar
matahari. Chapman menjelaskan pembentukan ozon secara alamiah pada tahun 1930. Dimana
ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas
oksigen di udara bebas. Molekul oksigen tadi terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses
ini kemudian dikenal dengan nama photolysis. Lalu atom oksigen tadi secara alamiah
bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, lalu terbentuklah ozon.
Ozon yang terdapat pada lapisan stratosphere yang kita kenal dengan nama ozone layer
(lapisan ozon) adalah ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis ini.
Proses semacam ini terjadi pula pada smog (kabut) yang banyak kita dapati di kota-kota
besar seperti Jakarta, yang sarat dengan polusi udara. Gas NOx dan hydrocarbon dari asap
buangan kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri, merupakan sumber pembawa
terbentuknya ozon.
Selain proses alamiah ozon dapat dibuat dengan mempergunakan peralatan antara lain
dengan metode electrical discharge dan sinar radioaktif. Pembuatan ozon dengan electrical
discharge pertama kali dilakukan oleh Siemens pada tahun 1857 dengan mempergunakan
metode dielectric barrier discharge.
Pembentukan ozon dengan electrical discharge ini secara prinsip sangat mudah. Prinsip ini
dijelaskan oleh Devins pada tahun 1956. Ia menjelaskan bahwa tumbukan dari electron yang
dihasilkan oleh electrical discharge dengan molekul oksigen menghasilkan dua buah atom
oksigen. Selanjutnya atom oxygen ini secara alamiah bertumbukan kembali dengan molekul
oksigen di sekitarnya, lalu terbentuklah ozon. Dewasa ini, metode electrical discharge
merupakan metode yang paling banyak dipergunakan dalam pembuatan ozone diberbagai
kegiatan industri.
Manfaat dari ozon
Pemanfaatan ozon telah dilakukan lebikh dari seratus tahun yang lalu. Ozon pertama kali di
pergunakan oleh Nies dari Prancis pada tahun 1906 untuk membersihkan air minum. Berawal
dari kesuksesan Nies ini di berbagai negara Eropa penggunaan ozon untuk mengolah air
minum berkembang pesat.
Di Asia, pemanfaatan ozon untuk mengolah air minum pertama kali dilakukan di kota
Amagasaki, Jepang pada tahun 1973. Namun pemanfaatan pada waktu masih terbatas hanya
untuk menghilangkan bau. Di Amerika pemanfaatan ozon termasuk lambat, ozon
dipergunakan pertama kali pada pusat pengolahan air di Los Angeles pada tahun 1987.
Memasuki tahun 90-an pemanfaatan ozon berkembang sangat pesat. Berbagai
pemanfaatannya antara lain, ozon untuk pengolahan air minum dan air limbah, ozon untuk
sterilisasi bahan makanan mentah. Serta ozon untuk sterilisasi peralatan.
Luasnya ruang lingkup penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal
memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi
potential 2.07 V. Ozon dengan kemampuan oksidasinya dapat menguraikan berbagai macam
senyawa organik beracun yang terkandung dalam air limbah, seperti benzene, atrazine, dioxin
(Daito, 2000) dan berbagai zat pewarna organik (Sugimoto, 2000).
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam microorganisma
seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis serta berbagai bakteri pathogen lainnya
(Violle, 1929).
Ozon juga dapat dipergunakan untuk mengawetkan bahan mentah makanan seperti daging
dan ikan dengan menghambat perkembangan jamur (Kuprianoff, 1953). Hal sama juga
dipergunakan menghambat perkembangan jamur (Botrytis cinerea) pada sayur-mayur dan
buah-buahan (Barth, 1995).
Dalam bidang kedokteran ozon mulai banyak dipergunakan setelah ditemukannya alat
penghasil ozon untuk sterilisasi kedokteran oleh J. Hansler pada tahun 1957. Penggunaan
ozon dalam bidang kedokteran antara lain adalah untuk mencuci peralatan kedokteran. Ozon
dapat pula dipergunakan untuk meperlancar jalannya aliran darah. Di Jepang penggunaan
ozon sebagai salah satu metode untuk mencuci peralatan kedokteran telah mendapatkan
pengesahan dari departement kesehatan dan kesejahteraan pada tahun 1995.

Akibat buruk dari ozon


Berdasarkan pengamatan lembaga NIOSH (1987), ozon dalam konsentrasi sekitar 24.5~36
ppm dapat meracuni berbagai macam binatang seperti kucing, kelinci dan marmot.
Dilaporkan juga bahwa ozon dapat meracuni manusia bahkan bisa sampai membawa pada
kematian apabila kita menghirup ozon dengan konsentrasi 50 ppm selama kurang lebih 1 jam.
Pesatnya pemakaian ozon dalam berbagai bidang industri dewasa ini, mengharuskan kita
untuk memperhatian akan efek buruk dari ozon ini.
Diberbagai negara maju seperti Jerman, Jepang, Amerika, dan Swiss batas kadar
konsentrasi penggunaan ozon gas dalam berbagai kegiatan industri adalah 0.1 ppm (ILO,
1997). Sedangkan kadar ozon dalam air hingga 0.05 ppm tidak membahayakan tubuh manusia
(Asbury, 1980). Perlu kita ketahui bahwa, pada konsentrasi sekitar 0.02 ppm, keberadaan
ozon dalam udara, sudah dapat kita rasakan dari baunya.
Akibat lain adalah ozon yang terjadi dalam secara alamiah di dalam smog. Selain dapat
mengganggu pernapasan kita, ozon di dalam smog akan bereaksi juga dengan berbagai gas
hydrocarbon yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan asap pabrik. Reaksi dari ozon
dengan gas hyrocarbon ini dilanjutkan dengan terbentuknya asam nitrat dan asam sulfate yang
selanjutnya dapat menimbulkan hujan asam yang selain membahayakan manusia juga dapat
merusak berbagai ekosistem air.
Demikian pulahalnya dengan penyimpanan ozon. Ozon, aktif species yang mempunyai
sifat radikal ini, memerlukan juga perhatian khusus dalam penyimpanannya. Kadar 100%
ozon pada suhu kamar mudah sekali meledak. Ozon akan aman disimpan pada suhu dibawah
–183 ºC dengan kadar ozon dalam campuran ozon dan oksigen dibawah 30%. Sekarang ozon
kebanyakan disimpan dalam bentuk ozonized water atau ozonized ice.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, disatu pihak ozon bagaikan kawan, ozon sangat
bermanfaat, namun, di lain pihak ozon bagaikan lawan, ozon akan merupakan racun yang
mematikan apabila kita tidak memperhatikan tatacara, serta batas dan kadar dalam
penggunaannya.

*Penulis:

Dr. Anto Tri Sugiarto, M.Eng.


Peneliti KIM-LIPI, dan
Sekjen ISTECS (Institute for Science and Technology Studies) Chapter Japan
Department of Biological & Chemical Eng., Faculty of Engineering,
Gunma University, Japan
Tel. 0277-30-1471 , Fax. 0277-30-1469
e-mail: antots@bce.gunma-u.ac.jp
http://www.plasmatech-indonesia.ws/anto

**Rekening Bank**
BNI 46 Kantor Cabang Margonda
No rek: 285.005018537.901
atas nama: Cut Nurmasyita

Anda mungkin juga menyukai