Vertigo adalah suatu istilah yang bersumber dari bahasa Latin, vertere yang artinya memutar. Telah dikemukakan bahwa hampir semua orang pernah mengalami vertigo, sejak dari masa anak-anak sampai dewasa. Disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Dari 119 penyakit vertigo oleh kelainan yang disebutnya sebagai kelainan otologik, Hain (1996) mendapatkan bahwa 49% menderita vertigo perifer paroksismal benigna, 18,5% penyakit Meniere, 13,5% parese vestibular unilateral, 8% parese vestibular bilateral, 6% disfungsi telinga tengah dan 5% fistula (Joesoef, A. A., 2002). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Gangguan keseimbangan beragam bentuknya dan penyebabnya pun bermacam- macam. Banyak sistem atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem. Diantara sistem ini, yang banyak peranannya ialah sistem vestibular, sistem visual, dan sistem somatosensorik (proprioseptif) (Andriani, S. 2002). Vertigo dan gangguan keseimbangan merupakan kelainan yang sering dijumpai pada usia tua. Kelainan tersebut seringkali menyebabkan jatuh dan mengakibatkan berbagai morbiditas, seperti patah tulang, cedera otak bahkan bisa fatal. Hal ini bisa dimengerti oleh karen apada usia tua terjadi degenerasi pada sistem vestibuler, disamping faktor-faktor eksternal, seperti trauma, efek samping obat, misalnya sedativa, tranquilizer, atau obat yang ototoksik (Andriani, S. 2002). Pada usia tua terjadi berbagai perubahan struktural berupa degenerasi dan atrofi pada sistem vestibuler, visual dan proprioseptif (multisensory system), dengan akibat gangguan fungsional pada ketiga sistem tersebut (Andriani, S. 2002). Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness, yang lebih ringan lagi disebut giddiness dan unsteadiness. Dizzines merupakan keluhan yang sering dijumpai pada lanjut usia (lansia), prevalensinya berkisar 30% pada individu yang berusia >65 tahun (Colledge et al, 1994). Sebanyak 2% konsultasi di pelayana primer menyangkut dizziness (Sloan, 1989), dan dizzines merupakan penyebab utama nomor 13 penderita datang berobat ke spesialis penyakit dalam (Adelman 2001). Prevalensi sedikit, dari 1622 orang (>60 tahun) di masyarakat didapat dizzines 29,3% dan dalam 1 tahun prevalensinya 18,2%. (Probosuseno dkk., 2009). Salah satu klasifikasi dari vertigo adalah Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). BPPV umumnya penyebab tunggal dizzines pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Moraes, dkk.(2013) terdapat 45% lansia yang mengalami dizzines di Brazil. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran lansia yang menderita vertigo di Kota Medan dan Binjai.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran lansia yang menderita vertigo di panti jompo Kota Medan dan Binjai?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran lansia yang menderita vertigo di panti jompo Kota Medan dan Binjai? 1.3.2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui proporsi lansia yang menderita vertigo berdasarkan usia pada lansia di panti jompo Kota Medan dan Binjai. b) Untuk mengetahui proporsi lansia yang menderita vertigo berdasarkan jenis kelamin pada lansia di panti jompo Kota Medan dan Binjai. c) Untuk mengetahui proporsi lansia yang menderita vertigo berdasarkan riwayat penyakit sistemik pada lansia di panti jompo Kota Medan dan Binjai.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Sebagai informasi bagi panti jompo Kota Medan dan Binjai mengenai jumlah lansia yang menderita vertigo . b) Peneliti akan mendapatkan informasi mengenai proporsi lansia yang menderita vertigo. c) Sebagai sumber inspirasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya. d) Sebagai kesempatan bagi peneliti untuk mengintegrasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dan sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran.