FIMOSIS
Disusun oleh :
dr. Ferrina Ufiani
Pada hari ini tanggal 24 Desember di Wahana RS Annisa telah dipresentasikan portofolio
oleh :
Nama : dr. Ferrina Ufiani
Kasus : Bedah
Topik : Fimosis
Nama Pendamping : dr. Elwin Affandi MM, dr. Cecep Awaludin
Nama Wahana : RS Annisa Cikarang
No Nama Peserta Tanda tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping Dokter Pendamping
Deskripsi : Seorang anak laki-laki, usia 3 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil
sejak 1 hari SMRS.Keluhan disertai dengan durasi buang air kecil yang lama, sedikit-sedikit dan
ujung penis menggembung setiap buang air kecil.Pasien mengeluhkan sakit saat buang air kecil.,
berwarna urin jernih (+), darah (+), demam(+)
Tujuan : Mengetahui aspek diagnostik dan penanganan awal pada pasien fimosis.
3. Riwayat Keluarga:
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kejang atau epilepsi : disangkal
Riwayat diare di keluarga sekarang : disangkal
Riwayat alergi / asma : disangkal
Riwayat batuk pilek : disangkal
Riwayat fimosis : ada, kakak pasien
4. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yaitu Hepatitis B, BCG, Polio, DTP, dan
MR.
6. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Hasil Pembelajaran:
1. Subjektif :
Sulit buang air kecil sejak 1 hari SMRS.Keluhan disertai dengan durasi buang air kecil
yang lama, sedikit-sedikit dan ujung penis menggembung setiap buang air kecil.Pasien
mengeluhkan sakit saat buang air kecil. Pasien mengeluhkan sakit saat buang air kecil
berwarna urin jernih (+), darah (+), demam(+) sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan
naik turun, sudah diberikan obat paracetamol turun kemudian demam kembali.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : BB : 12 kg, (kurva WHO BB terhadap umur : gizi kesan
baik)
Tanda-tanda vital:
o Nadi : 130 x/menit
o Respirasi : 34 x/menit
o Suhu : 37,1ºC per axilla
Kepala : normocephal
Rambut : hitam, distribusi merata
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3
mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
Hidung : lapang, sekret -/-, darah (-/-)
Bibir : Mukosa bibir lembab, sariawan (-)
Lidah : lidah kotor (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi (-)
Telinga : darah (-/-), sekret (-/-)
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar,
Thorax : retraksi (-), simetris
Paru-paru
o Inspeksi : pengembangan dinding dada simetris
o Palpasi : tidak ada kelainan
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
o Auskultasi : suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
o Inpeksi : iktus kordis terlihat
o Palpasi : tidak diperiksa
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, regular, bising (-)
Abdomen
o Inspeksi : distensi (-), dinding perut sejajar dinding dada
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Perkusi : timpani, ascites (-)
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2’, sianosis (-), oedem tungkai (-).
Status Lokalis
o Inspeksi : tampak kulit penis menutupi kepala penis, tidak tampak edema,
tidak tampak kemerahan.
o Palpasi : teraba gland penis, tidak terasa nyeri tekan, kulit penis tidak dapat
di retraksi ke pangkal penis, terdapat perlengketan propusium dengan glan
penis.
Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Darah Rutin
Hb 13,4 10,7-14,7
Ht 38 31-43
Kesan :
Cor dan Pulmo dalam batas normal
Tak tampak infiltrat
3. Assesment :
o Fimosis
o Obs. Febris H+2
4. Plan :
o IVFD RL 10 tpm makro
o Puasa
o Sirkumsisi Cyto
x 400 mg.
Follow Up
Rawat hari I (4/12/18)
S Nyeri bekas luka operasi, demam (-), bak dbn.
O KU: TSS, Kes: CM, FN/RR/T: 128/28/35,8
Status lokalis a/r penis :
tampak verban (+), rembesan darah (-)
A Post sirkumsisi a/i fimosis
P IVFD RL 10 tpm makro
Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg
Inj. Ketorolac 7,5 mg / 8 jam
Observasi KU, TTV dan perdarahan
2.1. DEFINISI
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Pada fimosis, preputium
melekat pada bagian glans dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kencing,
sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan rasa kesakitan pada saat buang air
kecil.
Gambar. Fimosis
2.2. PREVALENSI
Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1-1,5% laki-
laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian,
penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis
2.3. ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat
pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya, bisa dari bawaan
sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis
keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang
orangtua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan
tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak
merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula
Adanya smegma pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka
Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir
harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam
setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan
ekskresi bayi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kista
akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersebut beritahu
dokter. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis, fimosis palsu, pseudo fimosis) Terjadi pada
anak laki-laki yang baru lahir. Preputium melekat pada glans dan lama kelamaan akan
dapat dipisahkan seiring bertambahnya usia. Fimosis ini bukan disebabkan oleh
kelainan anatomi melainkan karena adanya faktor perlengketan antara kulit pada
penis bagian depan dengan glans penis sehingga muara pada ujung kulit kemaluan
seakan-akan terlihat sempit. Sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak,
bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan
tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan
epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga
akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.
2.6. PATOFISIOLOGI
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh
dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian
anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium
Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak menggelembung. Air
kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang
tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang
air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung
perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal.
Adanya penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat
miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga ujung
Diagnosis fimosis terutama berdasarkan pemeriksaan klinis dan anamnesis. Tidak ada
tes laboratorium atau pencitraan yang diperlukan. Pemeriksaan penunjang mungkin
diperlukan pada kasus infeksi saluran kemih atau infeksi kulit pada genital. Pada anamnesis
didapatkan keluhan berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai buang air kecil yang
kemudian menghilang setelah berkemih dan Biasanya bayi menangis dan mengejan saat
buang air kecil karena timbul rasa sakit.
Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis, dapat ditemukan kulit yang tidak dapat diretraksi
melewati gland penis. Pada fimosis fisiologis, bagian preputial orifice tidak ada luka dan
terlihat sehat, sedangkan pada fimosis patologis terdapat jaringan fibrus berwana putih yang
melingkar
2.8. KOMPLIKASI
Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
Infeksi saluran kemih
Parafimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang diretraksi sampai
di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan menimbulkan
jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius. Warna gland penis akan semakin
berwarna pucat dan bengkak. Seiring perjalanan waktu keadaan ini akan
mengakibatkan nekrosis sel di gland penis, warnanya akan menjadi biru atau hitam
dan gland penis akan terasa keras saat di palpasi.
Gambar. Parafimosis
2.10. PENATALAKSANAAN
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%)
dua kali sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-
anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga
tahun.
2.11. PROGNOSIS
Prognosis dari fimosis akan semakin baik bila cepat didiagnosis dan ditangani.
3. ANALISIS KASUS
FIMOSIS
Keluhan yang dirasakan pasien merupakan gejala dari fimosis. Preputium yang tidak
dapat ditarik ke pangkal penis merupakan hasil dari adhesi lapisan-lapisan epitel antara
preputium bagian dalam dengan glans penis. Hal ini membuat penis menggelembung saat
buang air kecil sehingga urin yang keluar lebih sedikit.
PENATALAKSANAAN PADA FIMOSIS