Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PORTOFOLIO

DHF dengan Presyok

Disusun oleh :
dr. Ferrina Ufiani

DOKTER INTERNSIP RS ANNISA


KABUPATEN BEKASI
SEPTEMBER 2018 – SEPTEMBER 2019
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal di Wahana RS Annisa telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Ferrina Ufiani
Kasus : Medik Anak
Topik : DHF dengan presyok
Nama Pendamping : dr. Elwin Affandi MM, dr. Cecep Awaludin
Nama Wahana : RS Annisa
No Nama Peserta Tanda tangan

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.

9 9.

10 10.

11 11.

12 12.

13 13.

14 14.

15 15.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Ferrina Ufiani dr. Elwin Affandi, MM dr. Cecep Awaludin


No. ID dan Nama Peserta : dr. Ferrina Ufiani
No. ID Nama Wahana : RS Annisa Cikarang
Topik : DHF dengan presyok
Tanggal ( Kasus) : 26 Maret 2018
Nama Pasien : An. S No. RM : 292560
Tanggal Presentasi : 02/04/ 2018 Pendamping : dr. Elwin Affandi MM
Tempat presentasi : RS Annisa Cikarang
Obyek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Anak perempuan, 6 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam, dialami 4
hari yang lalu demam dirasakan timbul mendadak dan terus menerus. Keluhan demam disertai
dengan rasa pegal-pegal pada tungkai. Riwayat batuk (+), pilek (+).
Tujuan : menegakkan diagnosis dan mengobati penyakit dhf dengan presyok
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
Membahas: diskusi

Data Pasien Nama : An. S No.Registrasi : 292560


Nama Klinik RS Annisa Cikarang
Data Utama Bahan Diskusi
Diagnosis/Gambaran Klinis : Anak perempuan, 6 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
demam, demam dialami 4 hari yang lalu demam dirasakan timbul mendadak dan terus
menerus. Menurut Ibu pasien demam yang dialami pasien cukup tinggi, namun suhunya tidak
diukur. Sudah minum obat penurun panas sebelumnya dan demam turun namun kemudian
demam timbul kembali. Keluhan demam disertai dengan rasa pegal-pegal pada tungkai.
Riwayat batuk dan pilek.

1 hari SMRS, os mengatakan demam sudah menurun tetapi pasien menginggil, nafsu makan
pasien menurun. Riwayat perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan tempat lain
disangkal. Mual (+) dan muntah disangkal. Buang air kecil jumlah dan warna biasa. Selama
empat hari pasien belum buang air besar. Pasien tidak memiliki riwayat ke luar kota
sebelumnya. Os lalu dibawa ke rumah sakit Annisa Selama di IGD .

1. Riwayat pengobatan : sudah pernah berobat diberi paracetamol.


2. Riwayat kesehatan/penyakit : pasien belum pernah menderita penyakit serupa sebelumnya
3. Riwayat keluarga : Pada keluarga maupun tetangga sekitar rumah tidak ada yang
mengalami penyakit yang serupa seperti pada pasien. Namun, di lingkungan sekolah,
terdapat beberapa teman pasien yang menderita DBD dan sempat dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat Imunisasi : Imunisasi wajib pasien lengkap.
5. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
a. Sylvia, AP dan Lorraine MW. dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta: EGC. 1995. p.389-405.
b. Putra S. Deddy. Diare Akut pada Anak. http://dr-deddy.com/artikel-kesehatan/1-diare-
akut-pada-anak.html (23 Januari 2015)
c. SPM Anak RSUH.
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis dhf dengan presyok
2. Mengetahui penanganan dhf dengan presyok

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif
Anak perempuan, 16 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan BAB encer, dialami 4
hari yang lalu frekuensi 5-8 kali tiap hari, dengan jumlah ½ gelas tiap BAB, ampas (+)
minimal, lendir (-), darah (-). Pada ± 2 hari pasien juga sempat mengalami muntah
sebanyak lebih dari 6 kali per hari sebanyak ½ gelas yang berisi cairan dan makanan
lendir (-), darah (-), hitam (-). Os masih diberi makan dan minum seperti biasa.± 2 hari
SMRS, os mengalami demam. Demam dirasakan naik turun, naik terutama saat malam
hari, os masih mengalami bab cair lebih dari 6 kali perhari dan muntah juga lebih dari 3
kali per hari. Sejak itu os tampak semakin lemas dan rewel. Tetapi os masih mau minum
bahkan lebih sering minta minum dan terlihat begitu haus. BAK os masih seperti biasa.
Os lalu dibawa ke rumah sakit Annisa Selama di IGD os masih mengalami muntah-
muntah.

2. Obyektif :
a. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh :
Status Present : SS/GC/CM; BB = 21 kg; TB = 78 cm; IMT = 20 kg/m2 (Normal)
N : 124x/mnt
P : 30x/mnt S : 37,5 C
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tak mudah dicabut
Mata : Cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)
Mulut : lidah kotor (-), tonsil dan faring tidak hiperemis, sianosis (-), mukosa bibir
kering (-)
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur-/-, gallop -/-
Pulmo : Inspeksi : Simetris, tidak ada bagian paru yang tertinggal, penggunaan otot
bantu napas (-), retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua hemithorax
Perkusi : Sonor di kedua hemithorax
Auskultasi : Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : Inspeksi : Penonjolan massa (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral dingin, petechiae (-), CRT >3”, edema (-), pulsasi arteri perifer
(A.Dorsalis pedis dextra dan sinistra) teraba lemah.
b. Skor Dehidrasi
KU : baik → 1
Mata : cekung (-) → 1
Mulut : kering → 2
Pernapasan : 24x/mnt → 1
Turgor : menurun → 2
Nadi : 100x/mnt → 1
Total : 8
c. Pemeriksaan penunjang
 Darah rutin :
- Leukosit : 7,26 mm3
- Hb : 12,5 g/dl
- Ht : 36 %
- Trombosit : 107.000 mm3
Kesan : terjadi penurunan trombosit (trombositopenia) da peningkatan Ht
3. Assesment
A. Definisi dan Etiologi
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBD disertai
dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah kelanjutan dari DBD dan
merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virusdengue, derajat paling berat, yang
berakibat fatal.
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue. Menurut kriteria WHO tahun 1997
dinyatakan sebagai DHF derajat III-IV.

ETIOLOGI
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda
antigen. Virus ini adalah genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan serotipenya adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan
kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain.
Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4
kali seumur hidupnya. Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit
pada siang hari. Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita
seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis.
C. KLASIFIKASI
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat :
1. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji bendung.
2. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
3. Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
dan lembap dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.

D. PATOFISIOLOGI

24Hipotesis kedua
antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yangakan meningkatkan infeksi dan replikasi
virus dengue di dalam sel mononuklear.Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi
sekresi mediator vasoaktif yangkemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, sehinggamengakibatkan perembesan plasma kemudian hipovolemia dan syok.
Perembesanplasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan
kadarnatrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Virusdengue
dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virusmengadakan replikasi baik
pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik
dalam genom virus dapat menyebabkanpeningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan
virulensi dan mempunyaipotensi untuk menimbulkan wabah.
(1,2)
Gambar 3. Patogenesis Syok pada DBD

Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, jugamenyebabkan agregasi


trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melaluikerusakan sel endotel pembuluh darah.
Kedua faktor tersebut akan menyebabkanperdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi
sebagai akibat dari perlekatankompleks antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaranADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama
iain. Hal ini akanmenyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system)
sehinggaterjadi trombositopenia. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjaditrombositopenia
justru menunjukkan kenaikan sebagai mekanisme kompensasistimulasi trombopoesis saat keadaan
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akanmenyebabkan pengeluaran platelet faktor III
mengakibatkan terjadinya koagulopatikonsumtif (KID = koagulasi intravaskular diseminata),
ditandai dengan peningkatanFDP (fibrinogen degradation product) sehingga terjadi penurunan
faktorpembekuan.(2,3)

Gambar 6. Patoenesis Perdarahan ada DBD

Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,sehingga walaupun


jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Disisi lain, aktivasi koagulasi akan
menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehinggaterjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu
peningkatan permeabilitas kapileryang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan
masif pada DBDdiakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat
KID),kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya,perdarahan
akan memperberat syok yang terjadi.
(2,3)
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara harike-3 dan ke-7

sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksiimunologis, yang dasarnya
sebagai berikut:1)

Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dansel kupfer
merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.2)

Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik padasel, bertindak
sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue padapermukaan sel fogosit
mononukleus.3)

Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yangtelah terinfeksi itu.
Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlahsel yang terinfeksi.4)

Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminatedintravaskular


coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator-mediator oleh sel fagosit
mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebutberupa monokin dan mediator lain yang
mengakibatkan aktivasi komplemendengan efek tromboplastin yang memungkinkan terjadinya
DIC

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
1. uji bendung positif
2. petekie, ekimosis, purpura
3. perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
4. hematemesis dan atau melena
 Pembesaran hati
 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

Perjalanan penyakit demam dengue terbagi menjadi 3 fase :

1. Fase pertama adalah fase demam ditandai dengan dehidrasi, demam tinggi yang dapat
menyebabkan gangguan neurologis .
2. Fase kritis ditandai dengan shock dari kebocoran plasma, perdarahan pasif, gangguan
fungsi organ
3. Fase recovery ditandai dengan perbaikan klinis pasien namun dapat juga terjadi
hypervolemia
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit
dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus
biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi
sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah
kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang
sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang
mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena
toksin yang dihasilkan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran,
rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah
atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan criteria
WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain.

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya
darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit,
eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain.
G. PENATALAKSANAAN
A. Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus
dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang
memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus
terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g
glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah
disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan
rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh
baking soda, dan 2–4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk
diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak
mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti
cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana
panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-
tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah
ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.

Derajat dehidrasi menurut WHO 1995


Score
Penilaian
1 2 3
Keadaan Umum Baik Lesu / haus Gelisah,lemas,ngantuk,syok
Mata Biasa Cekung Sangat Cekung
Mulut Biasa Kering Sangat Kering
Pernapasan <30x 30-40x >40x
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x 120-140x 40x
Interpretasi : Score 6 : Tanpa Dehidrasi
Score 7-12 : Dehidrasi ringan – sedang
Score >13 : Dehidrasi Berat
B. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik
diindikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

C. Obat anti diare


Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang
bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja
kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah
nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan
lebih aman pada anak.
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 –
4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

3. PENCEGAHAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah
dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari
daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian
khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan
untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air
yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit
sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak
menelan air.
4. Plan :
Diagnosis : pasien masuk dengan diare dehidrasi ringan-sedang karena dari hasil
anamnesis didapatkan BAB encer yang frekuensinya sebanyak 5-8x dan muntah 3x.
disimpulkan gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang karena dari derajat score
dehidrasi pasien ini 8 disertai vomitus dan observasi Febris H-II. Penanganan yang
dilakukan :
- IVFD guyur RL 300cc, selanjutnya 80 tpm mikro selama 2 jam, selanjutnya 60 tpm
mikro selama 4 jam, selanjutnya 40 tpm mikro seterusnya
- Inj.Rycef 3 x 333mg IV
- Inj. Saltycin 2 x 25 mg IV
- Interlact 1 x 1 Sacchet
- Pamol Syr 3 x 1 Cth
Pendidikan
Kita menjelaskan terapi, prognosis dan komplikasi yang kemungkinan terjadi pada
penyakit ini.
Konsultasi
Dijelaskan adanya indikasi rawat inap dan konsultasi dengan dokter spesialis anak untuk
penanganan lebih lanjut.
Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasaran yang lebih memadai

Anda mungkin juga menyukai