Oleh:
Pembimbing:
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat meyelesaikan tugas laporan akhir kepaniteraan klinik senior pada
bagian Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNSYIAH
dengan judul “Distribusi Kejadian Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Pada Tahun 2018”
Shalawat dan salam juga tak lupa disampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah
membimbing manusia ke zaman berakhlak dan penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti saat ini.
Laporan ini diajukan sebagai syarat untuk melakukan penelitian guna
menyelesaikan tugas akhir dalam menjalankan kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh.
Dalam penulisan laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karenanya kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi terciptanya karya yang
lebih baik.
Nadya Paramita S
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
Halaman
Halaman
Laju pertumbuhan manusia di Indonesia saat ini mencapai 1,49 % dari total
jumlah penduduk di Indonesia pertahunnya. Angka kelahiran di Indonesia sampai
dengan saat ini juga masih tinggi yaitu sekitar 2,4 anak per wanita dan kira-kira
15% dari seluruh wanita hamil yang melahirkan anak tersebut mengalami
komplikasi dalam persalinan (1). Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan
lahir (vagina atau persalinan pervaginam) dan persalinan melalui sayatan pada
dinding perut dan dinding rahim (perabdominan) yang dikenal dengan bedah cesar
atau seksio sesarea (2).
Seksio Sesarea atau Sectio Caessarea (SC) umumnya dilakukan bila ada
indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi
(3). Namun, disisi lain tindakan persalinan SC juga berhubungan dengan
peningkatan 2 kali lipat resiko mortalitas ibu dibandingkan pada persalinan
pervaginam. Kematian ibu akibat operasi SC menunjukan angka 1 per 1.000
persalinan (4).
Di negara maju frekuensi SC berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari
semua persalinan (3). Menurut WHO (World Health Organization) standar rata-
rata operasi SC sekitar 5-15% namun data WHO Global survei on Maternal and
perinatal Health 2011 menunjukkan bahwa 46,1% dari seluruh kelahiran dengan
SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin
14%, Plasenta previa 11%, pernah secsio caesarea 11%, kelainan letak janin 10%,
pre eklamsi dan hipertensi 7% (5).
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal
lama atau kegagalan proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit,
distosia, pre eklamsi berat, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak
lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram (6,7).
Di Indonesia sendiri mempunyai kriteria angka standar SC sebesar 15-20%
untuk Rumah Sakit rujukan, namun kenyataannya presentasi persalinan SC
dirumah sakit pemerintah saat ini mencapai 20-25 % dari total persalinan dan untuk
rumah sakit swasta sebesar 30-80 % dari semua persalinan. Di Aceh sendiri angka
persalinan dengan SC masih cukup tinggi, sehingga angka ini harus ditekan dengan
upaya tindakan SC berdasarkan indikasi (6,7,8).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (9). Persalinan normal adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat –
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam (10).
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang
kompleks. Faktor – faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai faktor – faktor yang
mengakibatkan mulainya persalinan. Mulai dan berlangsungnya persalinan, antara
lain :
a. Teori Penurunan Hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1
– 2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang bagi
otot – otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesteron turun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesteron menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Berkurangnya Nutrisi Pada Janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di
keluarkan.
d. Teori Distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang
dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi.
e. Teori Iritasi Mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
f. Induksi Partus (induction of labour)
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infus.
1. Lightening atau settling atau dropping . Yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu jelas.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan - robekan kecil pada serviks.
3. Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
2) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: a) Periode
akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. b) Periode dilatasi
maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9
cm. c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau
buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi
1 ½-2 jam pada multi ½-1 jam.
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Lamanya persalinan pada primi dalam kala I yaitu sekitar 13 jam, kala II
sekitar 1 jam dan kala III sekitar ½ jam. Sehingga lama persalinan pada primi yaitu
sekitar 14 ½ jam. Sedangkan lamanya persalinan pada multi dalam kala I yaitu
sekitar 7 jam, kala II sekitar ½ jam dan kala III sekitar ¼ jam sehingga lama
persalinan pada multi yaitu 7 ¾ jam (9, 10).
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina dan entriotus (Lubang Luar Vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya
terhadap jalan yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Passenger atau jalan lahir terdiri dari beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai
janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal.
c. Power (kekuatan)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomi untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (10).
Karena seksio sesarea merupakan operasi besar, maka biasanya prosedur ini
dilakukan hanya bila ada alasan medis bagi seksio sesarea, kelahiran normal lewat
vagina merupakan jalan lebih aman bagi ibu dan bayinya (11).
Ibu yang melahirkan bayi dengan seksio sesarea dianjurkan untuk tidak
mengandung kembali kurang dari 18 bulan dari tindakan seksio. Karena
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya robekan rahim. Dimana kemungkinan
rahimnya robek adalah sebesar tiga kali lipat dibandingkan mereka yang menunggu
lebih lama sebelum melahirkan kembali. Hal ini karena belum selesainya
penyembuhan luka rahim karena operasi yang pertama (13).
a. Faktor Janin
1. Bayi terlalu besar. Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir.
2. Kelainan letak bayi. Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak
sungsang dan lintang.
4. Ancaman gawat janin (Fetal distres). Gangguan pada janin melalui tali
pusat akibat ibu menderita hipertensi atau kejang rahim. Gangguan pada bayi
juga diketahui adanya mekonium dalam air ketuban. Apabila proses
persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan operasi seksio sesarea.
9. Primi tua
Umur terbagi menjadi:
1) Umur muda : <20 tahun (primi muda)
2) Umur ideal : 20-35 tahun
3) Umur tua : >35 tahun
Ibu yang hamil terlalu muda, perkembangan alat-alat reproduksinya belum
optimal. Sebaliknya pada ibu yang terlalu tua, fungsi alat reproduksinya telah
mengalami kemunduran. Selain itu, pada usia tua komplikasi dari kehamilan
semakin besar. Hal inilah yang menjadi indikasi medis untuk dilakukannya
seksio sesarea.
10. Serotinus
Kehamilan lewat waktu yang berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari
atau 42 minggu dengan gejala kemungkinan komplikasinya. Kehamilan lewat
waktu disebut juga sebagai kehamilan serotinus, prolonged pregnancy.
Penyebab terjadinya kehamilan lewat waktu adalah ketidakpastian tanggal
haid terakhir, adanya kelainan kongenital dan lain-lain.
b. Faktor Ibu
1. Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40
tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko
misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2. Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2018 mulai dari Januari 2018-
Desember 2018. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
1) Kriteria Inklusi:
(1) Ibu yang melakukan persalinan dengan cara Seksio Sesarea di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
(2) Dirawat inap di ruang Arafah 3
(3) Melakukan persalinan dengan cara Seksio Sesarea atas Indikasi Medis
Instrumen pengumpulan data adalah sebuah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
berdasarkan pada data sekunder . Data sekunder dikumpulkan dengan cara melihat
rekam medik pasien karena data sekunder tersebut dikumpulkan untuk melihat hasil
tentang indikasi medis. Data sekunder tersebut diambil dari seluruh ibu yang telah
melakukan persalinan seksio sesarea pada tahun 2018 di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dan dirawat di ruang Arafah 3.
Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara analisis univariat.
Analisis univariat bertujuan untuk memperlihatkan distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel yang akan diteliti.
Faktor Ibu
Seksio Sesarea
Faktor Janin
BAB IV
Tabel 4.1 Distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan indikasi medis di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh pada tahun 2018
Dari tabel 4.1 didapatkan sebanyak 943 orang yang melakukan persalinan
seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada
bulan Juni hingga Desember tahun 2018 dengan indikasi medis. Di mana indikasi
medis tersebut terdiri dari dua faktor yaitu faktor janin dan faktor ibu.
Tabel 4.2 Distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan indikasi medis Faktor Janin
dan Faktor Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda
Aceh pada tahun 2018
Tabel 4.3 Distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan indikasi medis Faktor
Janin di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
pada tahun 2018
Tabel 4.4 Distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan indikasi medis Faktor Ibu
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. Bulan
pada tahun 2018
4.2 Pembahasan
Berdasarakan tabel 4.1 didapatkan sebanyak 943 orang atau 64,56% yang
melakukan persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh pada bulan Juni hingga Desember tahun 2018 dengan indikasi
medis dibandingkan dengan pasien yang melahirkan secara pervaginam sebanyak
514 orang atau 35,46%. Tindakan bedah sesar semakin meningkat dari tahun
ke tahun. WHO melaporkan dari 137 negara, ditemukan bahwa terdapat
69 negara (50,4%) yang mempunyai angka persalinan dengan bedah sesar >
1
15%. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh, menemukan dalam 10 tahun
terjadi 21.149 kelahiran dan 70,5% di antaranya melalui persalinan bedah
sesar. Persalinan bedah sesar meningkat dari 45,8% menjadi 70,5% dalam 10
tahun, sedangkan kelahiran spontan berkurang dari 54,1% menjadi
29,4%.2 Persalinan dengan bedah sesar terus bertambah jumlahnya di berbagai
negara, termasuk di Indonesia, dengan sectio caesarea rate sebesar 6% menurut
1
WHO.
Penelitian yang dilakukan pada dua rumah sakit di Jakarta juga didapatkan
distribusi pasien yang menjalani sectio caesarea sebesar 59,2%.3 Berdasarkan data
Riskesdas 2010 diketahui angka nasional melahirkan melalui SS dalam 5 tahun
terakhir adalah 15,7%, tertinggi di DKI Jakarta yaitu 27,2% dan terendah di
Sulawesi Tenggara 5,5%.4
Didapatkan distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan faktor Janin
sebanyak 209 orang (22,16%) dan faktor Ibu sebanyak 734 orang (77,84%).
Indikasi medis yang digunakan untuk melakukan seksio sesarea, terdiri dari
beberapa faktor yang dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4. Dari tabel 4.3 mengenai
distribusi kejadian seksio sesarea berdasarkan indikasi medis faktor janin di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh pada tahun 2018,
tampak bahwa indikasi dilakukan seksio sesarea terbanyak adalah kelainan letak
janin yaitu sebesar 34,92 % diikuti dengan plasenta previa sebesar 16,76 %
kemudian distosia sebesar 14,36 %. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan di RS Jakarta, berdasarkan indikasi bayi diketahui lebih dari separuh
(52,3%) persalinan sesarea elektif dilakukan karena letak sungsang/ malposisi
sedangkan pada sesarea emergensi lebih dari sepertiga responden (37,8%). Keadaan
gawat janin berkontribusi sebesar 22,6% dilakukan persalinan sesarea emergensi
sedangkan sesarea elektif hanya 4,1%. Berdasarkan letak kepala di atas PAP
persentasenya lebih besar pada sectio secarea elektif (13,2%) dibandingkan dengan
sesarea emergensi (6,1%).3
Penelitian lain yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada
tahun 2013 – 2014 juga mendapatkan hasil yang sama dimana proporsi indikasi
medis seksio sesarea berdasarkan faktor janin yang terbesar adalah kelainan letak
janin yaitu sebanyak 8 orang (47.1%). Gangguan pada janin yang sering terjadi
yaitu letak sungsang dan letak lintang. Kemudian gangguan pada janin melalui tali
pusat akibat ibu yang menderita hiperemesis/ kejang rahim atau yang sering disebut
fetal. 5
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai distribusi kejadian seksio sesarea
berdasarkan indikasi medis faktor Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin (RSUDZA) Banda Aceh pada tahun 2018,tampak bahwa indikasi dilakukan
seksio sesarea terbanyak adalah karena persalinan sebelumnya dengan operasi
sesarea yaitu sebanyak 34,60 %, disusul dengan ketuban pecah dini sebanyak 22,34
% dan oligohidramnion sebanyak 12,53%. Penelitian yang sebelumnya dilakukan
di dua rumah sakit di Jakarta juga didapatkan indikasi ibu paling banyak adalah ibu
yang pernah melakukan persalinan sesarea. sebelumnya (bekas seksio sesarea)
berkontribusi untuk memilih persalinan sesarea sebesar 61,5%. Ketuban pecah dini
memberikan kontribusi sebesar 31,4% untuk dilakukan persalinan sesarea emergensi,
sedangkan kondisi panggul ibu yang sempit berkontribusi untuk dilakukan
persalinan sesarea secara elektif sebesar 15,6%. Hipertensi merupakan salah satu
penyakit penyerta untuk dilakukan seksio sesarea baik elektif maupun emergensi.3
Penelitian lain yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada
tahun 2013 – 2014 juga mendapatkan hasil yang sama dimana proporsi indikasi
medis seksio sesarea berdasarkan faktor ibu terbesar adalah riwayat seksio
sebelumnya yaitu sebanyak 29 orang (53.7%). Hal ini terjadi pada wanita yang
pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya akan mengalami hal yang sama pada
kehamilan dan persalinan berikutnya mengingat adanya bahaya ruptur uteri.5
Ketuban pecah dini (KPD) adalah selaput ketuban pecah sebelum
persalinan. KPD erat kaitannya dengan komplikasi persalinan seperti kelahiran
prematur, kompresi tali pusat, khorioamnionitis, sindrom gawat napas, abruption
plasenta hingga kematian janin yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar komplikasi persalinan yang
ditimbulkannya sehingga meningkatkan risiko terjadinya asfiksia. Angka kejadian
KPD di Indonesia berkisar antara 4,5–7,6% dari seluruh kehamilan, sedang di luar
negeri berkisar antara 6-12%.6
6. Wiradharma, Kardana IM, dan Wyn DAI. Risiko asfiksia pada ketuban
pecah dini di RSUP Sanglah. Sari Pediatri. 2013;14(5): 316-319.