Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN GEOSTRATEGI TIONGKOK DAN PENGARUHNYA

TERHADAP NEGARA INDONESIA

1. PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang
Republik Rakyat Tiongkok adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang
beribukota di Beijing dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia (sekitar 1,35 milyar
jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta kilometer persegi, menjadikannya ke-4 terbesar di
dunia.1 Negara ini didirikan pada tahun 1949 setelah berakhirnyaPerang Saudara
Tiongkok, dan sejak saat itu dipimpin oleh sebuah partai tunggal, yaitu Partai Komunis
Tiongkok (PKT).2 Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan
ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tahun 1980-an. Walau bagaimanapun,
pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-
perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap
menjadi pemerintahan satu partai.
Untuk menekan jumlah penduduk, pemerintah giat menggalakkan kebijakan satu
anak.Tiongkok Daratan merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
kawasan di bawah pemerintahan RRT dan tidak termasuk kawasan administrasi
khusus Hong Kong dan Makau, sementara nama Republik Tiongkok mengacu pada
entitas lain yang dulu pernah menguasai Tiongkok sejak tahun 1912 hingga
kekalahannya pada Perang Saudara Tiongkok. Saat ini Republik Tiongkok hanya
menguasai pulau Taiwan, dan beribukota di Taipei, oleh karena itu lazim
disebut Tionghoa Taipei, terutama dalam even-even olahraga. RRT mengklaim wilayah
milik Republik Tiongkok (yang umum dikenal dengan Taiwan) namun tidak
memerintahnya, sedangkan Republik Tiongkok mengklaim kedaulatan terhadap seluruh
Tiongkok daratan yang saat ini dikuasai RRT.
Tiongkok memiliki ekonomi paling besar dan paling kompleks di dunia selama
lebih dari dua ribu tahun, beserta dengan beberapa masa kejayaan dan
kejatuhan. Sejak diperkenalkannya reformasi ekonomi tahun 1978, Tiongkok menjadi
negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Per 2013, negara ini menjadi
ekonomi terbesar kedua di dunia berdasarkan total nominal GDP dan PPP, serta

1 Isma Nurfitri, 2015, Makalah Republik Rakyat Tiongkok, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2 Walton, Greg; International Centre for Human Rights and Democratic Development (2001). "Executive

Summary". China's golden shield: Corporations and the development of surveillance technology in the
People's Republic of China. Rights & Democracy. p. 5. ISBN 978-2-922084-42-9
1

menjadi eksportir dan importir terbesar di dunia. Tiongkok adalah negara yang
memiliki senjata nuklir dan memiliki tentara aktif terbesar dunia, dengan belanja militer
terbesar kedua dunia.3 RRT menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1971,
dimana ia menggantikan Republik Tiongkok sebagai anggota tetapDewan Keamanan
PBB. Tiongkok juga menjadi anggota berbagai macam organisasi lain seperti WTO,
APEC, BRICS, Shanghai Cooperation Organization, BCIM dan G-20. Tiongkok adalah
kekuatan besar di Asia, dan menjadi superpower yang potensial menurut beberapa
pengamat.

Gambar 1. Sengketa Laut Tiongkok Selatan.


Sumber : Kompas, 20114

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian diatas dapat dianalisis permaslahan perkembangan geostrategic
Negara Tiongkok sebagai berikut :
a. Belum terwujudnya soliditas antar negara ASEAN maupun negara luar
kawasan dalam merumuskan prinsip-prinsip bertingkah laku (code of conduct)
dalam penyelesaian laut Tiongkok Selatan.
a. Belum disepakatinya upaya penyelesaian damai melalui kepemilikan
bersama guna pengelolaan wilayah yang dipersengketakan.

3 "Law of the People's Republic of China on the Standard Spoken and Written Chinese Language (Order of
the President No.37)". Gov.cn. Diakses tanggal 27 April 2010. For purposes of this Law, the standard
spoken and written Chinese language means Putonghua (a common speech with pronunciation based on
the Beijing dialect) and the standardized Chinese character.
4 http://internasional.kompas.com/read/2011/06/08/08153820/RI.Upayakan.Percepatan.DOC.Laut.China.Selatan,
diakses tanggal 24 September 2015, pukul 23.00 Wib.
2

2. PEMBAHASAN
2.1 Doktrin Pertahanan Tiongkok (RRT)
RRT menerapkan kebijakan pertahanan nasional defensif sesuai dengan
Undang-Undang Dasar RRT dan hukum lainnya yang relevan. RRT menempatkan
perlindungan kedaulatan nasional, keamanan, integritas teritorial, menjaga kepentingan
nasional, dan kepentingan RRT di atas segalanya. RRT berusaha membangun benteng
pertahanan nasional dan militer yang kuat dan sejalan dengan keamanan dan
kepentingan nasional, dan memakmurkan negara dan memperkuat militer sambil
membangun masyarakat yang sejahtera dalam segala aspek. Kebijakan Pertahanan
Nasional RRT saat ini pada dasarnya mencakup:
a. menjunjung tinggi persatuan dan keamanan nasional (national security);
b. memastikan terlaksananya kepentingan nasional (national interest);
c. mencapai pembangunan pertahanan nasional dan angkatan bersenjata
RRT (People’s Liberation Army/PLA) yang terkoordinasi dan berkelanjutan;
d. meningkatkan kemampuan PLA dengan teknologi informasi dan
komunikasi (informasisasi) sebagai penunjang utama;
e. menerapkan strategi militer pertahanan aktif;
f. melaksanakan strategi pertahanan nuklir;
g. membina lingkungan keamanan yang kondusif untuk perkembangan
pembangunan RRT dengan damai.

Sesuai persyaratan keamanan nasional dan tingkat perkembangan ekonomi dan


sosial, RRT melaksanakan strategi pembangunan tiga langkah untuk memodernisasi
pertahanan nasional dan angkatan bersenjata (PLA) tahap demi tahap yang terencana
dengan baik. Kerangka kerja strategis ini didefinisikan sebagai berikut:

a. Mempromosikan Pertahanan Nasional RRT dan Angkatan Bersenjata


Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (informasisasi). Teknologi
informasi dan komunikasi sebagai tujuan modernisasi Pertahanan Nasional dan
angkatan bersenjata, RRT secara aktif mendorong revolution in military affairs
(RMA) sesuai dengan karakteristik RRT. Rencana ini telah dirumuskan dalam
rencana strategis pertahanan nasional, pembangunan angkatan bersenjata dan
strategi untuk pengembangan organisasi dan peralatan tempur. Meletakkan dasar
yang kuat pada tahun 2010 dan berusaha mencapai pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi pada tahun 2020 dalam rangka mencapai tujuan
3

modernisasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjata pada abad 21


pertengahan.

b. Perencanaan Menyeluruh Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan


Pertahanan Nasional. Berpegang pada prinsip pembangunan ekonomi dan
Pertahanan Nasional yang terkoordinasi, RRT membuat rencana untuk
penggunaan sumber daya nasional secara seimbang dalam rangka kemakmuran
bangsa dan memperkuat militer, serta memastikan bahwa strategi untuk
pertahanan nasional dan pembangunan angkatan bersenjata yang
sejalan/kompatibel dengan strategi pembangunan nasional. Pembangunan
pertahanan nasional merupakan bagian organik dari pembangunan sosial dan
ekonomi. Dalam pembangunan Pertahanan Nasional, RRT mempertimbangkan
kebutuhan pembangunan sosial dan ekonomi serta tetap memiliki tujuan militer
dan sipil yang saling menguntungkan satu sama lain dalam rangka mencapai
manfaat sosial dan ekonomi dalam penggunaan sumber daya Pertahanan
Nasional di masa damai.

c. Melaksanakan Reformasi Pertahanan Nasional Dan Angkatan


Bersenjata. RRT berusaha untuk menyesuaikan dan melaksanakan reformasi
organisasi, struktur dan kebijakan angkatan bersenjata, dan akan meningkatkan
secara bertahap modernisasi bentuk organisasi angkatan bersenjata sampai
dengan tahun 2020. RRT berusaha untuk menyesuaikan dan mereformasi sistem
industry pertahanan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengadaan senjata dan peralatan, meningkatkan kemampuan dalam inovasi
independen dalam penelitaian dan pengembangan (Litbang) senjata dan
peralatan dengan kualitas dan efektivitas biaya yang lebih baik. RRT berupaya
untuk membangun dan memperbaiki sistem persenjataan dan peralatan Litbang
dan manufaktur, pelatihan personil militer serta dukungan logistik yang
mengintegrasikan militer dengan tujuan sipil dan menggabungkan upaya-upaya
militer dengan dukungan sipil. Selain itu, RRT berupaya untuk membangun dan
memperbaiki sistem mobilisasi pertahanan nasional yang terpusat, terpadu, satu
kesatuan, terstruktur, cepat dalam reaksi serta efisien.

d. Mengambil Jalan Pintas/Lompatan Dalam Pembangunan.


Mempertahankan penggunaan teknologi mekanis (mekanisasi) sebagai pondasi
dan teknologi informasi dan komunikasi (informasisasi) sebagai fokus. RRT
4

adalah untuk meningkatkan pengembangan komposit mekanisasi dan


informasisasi. Memperkuat militer dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, RRT
berusaha untuk mengembangkan senjata dan peralatan baru dan berteknologi
tinggi, melaksanakan proyek strategis berupa pelatihan orang-orang berbakat,
melaksanakan latihan militer dalam kondisi informasisasi dan membangun sistem
logistik modern untuk mendukung kemampuan tempur. RRT tetap membangun
angkatan bersenjata secara berkesinambungan dan ekonomis dan
memaksimalkan penggunaan sumber daya pertahanan yang terbatas. RRT
menerapkan strategi militer pertahanan aktif (active defense). Secara strategis,
melaksanakan prinsip operasi defensive menampilkan, bela diri dan menyerang
setelah musuh telah memulai serangan. Dalam merespon tren baru dalam
perkembangan dunia militer dan strategi pembangunan keamanan nasional, RRT
telah merumuskan pedoman strategi militer dalam konsep pertahanan aktif masa
depan sebagai berikut :

1) Memenangkan perang lokal dalam kondisi informasisasi.


Dengan mempertimbangkan keseluruhan evolusi peperangan modern dan
ancaman keamanan utama yang dihadapi RRT dan mempersiapkan
operasi pertahanan dalam situasi yang paling sulit dan kompleks.
Memenuhi persyaratan terintegrasinya sistem perang dalam perang
modern dalam melaksanakan operasi gabungan sebagai pendekatan
dasar, sehingga operasi gabungan dapat dilaksanakan antar angkatan
dengan kekuatan penuh. Menggabungkan operasi ofensif dan operasi
defensif, memberikan prioritas dan fleksibelitas dari strategi dan taktik,
mencari keuntungan dan menghindari kerugian, menggunakan posisi
terkuat untuk menyerang titik lemah lawan. Berusaha memperbaiki sistem
komando untuk operasi gabungan, system pelatihan gabungan dan sistem
dukungan gabungan, mengoptimalkan struktur dan komposisi antar
angkatan dan mempercepat pembangunan struktur kekuatan tempur yang
cocok untuk memenangkan perang lokal dalam kondisi informasisasi.

2) Melaksanakan penangkalan krisis dan perang. koordinasi yang


erat antara upaya militer dan politik, diplomatik, ekonomi, budaya dan
hukum, berusaha untuk mendorong lingkungan keamanan yang
menguntungkan, dan mengambil inisiatif untuk mencegah krisis meredakan
5

dan mencegah konflik dan perang. Menggunakan azas bela diri dan kehati-
hatian dalam penggunaan kekuatan, berusaha untuk secara efektif
mengendalikan situasi perang, dan berusaha untuk mengurangi risiko dan
biaya perang. Membangun angkatan bersenjata yang ramping dan efektif
serta fleksibel dalam menggunakan berbagai cara pencegahan dan
penangkalan. RRT tetap berkomitmen untuk kebijakan untuk tidak pertama
kali menggunakan senjata nuklir, melaksanakan strategi nuklir bela diri
(self-defensive), dan tidak akan masuk ke dalam perlombaan senjata nuklir
dengan Negara lain.

3) Fokus pada meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata


melawan berbagai ancaman keamanan dan menyelesaikan tugas-
tugas militer yang beragam. Dengan fokus pada sejarah awal berdirinya
angkatan bersenjata (PLA) untuk tahap baru di abad baru dan
meningkatkan kemampuan untuk memenangkan perang lokal dalam
kondisi informasisasi, bekerja untuk meningkatkan kemampuan negara
untuk mempertahankan keamanan maritim, angkasa, ruang
elektromagnetik dan melaksanakan tugas-tugas kontra teroris, memelihara
stabilitas, penyelamatan darurat dan menjaga perdamaian internasional.
Dibutuhkan operasi militer selain perang (OMSP) sebagai salah satu
bentuk penerapan kekuatan militer nasional serta melaksanakan rencana
untuk pengembangan kemampuan OMSP. RRT berpartisipasi dalam
kerjasama keamanan internasional, melakukan berbagai bentuk pertukaran
militer dan mempromosikan pembentukan mekanisme membangun
kepercayaan militer sesuai dengan pedoman ini

4) Melaksanakan konsep strategis perang rakyat (people’s war).


Sesuai dengan pedoman ini, RRT selalu bergantung pada rakyat untuk
membangun pertahanan nasional dan angkatan bersenjata,
menggabungkan komponen utama kekuatan pertahanan bersama
komponen cadangan yang kuat, dan upaya untuk memperkuat potensi
perang nasional dan kekuatan pertahanan. RRT berusaha untuk
mendirikan sebuah mekanisme untuk mobilisasi pertahanan nasional yang
terpadu dan efisien, teknologi, informasi dan transportasi, dan membuat
perbaikan dalam pembangunan pasukan cadangan (komponen cadangan).
RRT berusaha untuk melakukan inovasi dalam isi dan bentuk dari perang
6

rakyat, melaksanakan pendekatanpendekatan baru dari partisipasi rakyat


dalam perang untuk mendukung garis depan, dan mengembangkan
strategi dan baru perang rakyat dalam kondisi informasisasi. Selain itu,
Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) merupakan bagian dari keseluruhan
pembangunan nasional, mendukung pembangunan sosial dan ekonomi,
dan mengkonsolidasikan kesatuan antara PLA dan pemerintah dan antara
PLA dan rakyat.

2.2 Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Selatan


Situasi politik keamanan di Laut Tiongkok Selatan dalam setahun terakhir
berkembang dengan sangat dinamis. Ketika Tiongkok yang mengklaim seluruh wilayah
perairan Laut Tiongkok Selatan semakin asertif dalam menegaskan klaimnya, negara-
negara lain pun tidak mau kalah dalam menegaskan kepentingannya di wilayah
sengketa itu. Baik negara-negara yang berstatus pengklaim maupun negara yang bukan
pengklaim. Akibatnya, sampai pada tingkat tertentu terjadi ketegangan hubungan antar
negara-negara yang berkepentingan, baik pada ranah diplomatik maupun ranah
operasional di lapangan. Semisal protes Tiongkok terhadap latihan militer Angkatan Laut
Amerika Serikat di Laut Tiongkok Selatan bersama dengan Angkatan Laut Filipina dan
insiden antara kapal patroli Tiongkok dengan kapal survei geologi Vietnam.
Tiongkok atau Tiongkok sebagai negara yang mengklaim seluruh wilayah
perairan Laut Tiongkok Selatan bersikap semakin keras dan cenderung menolak
akomodatif dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan. Sikap tersebut ditunjukkan baik pada
tataran politik maupun operasional di lapangan, misalnya dalam insiden dengan kapal
survei geologi Vietnam. Begitu pula dalam kasus komunikasi antara kapal perang India
yang tengah berlayar di Laut Tiongkok Selatan dengan kapal perang Tiongkok, di mana
nada pertanyaan dari kapal perang Tiongkok bersifat menantang.
Inkonsistensi Tiongkok ini pula yang melahirkan keraguan banyak pihak di
kawasan akan sikap Tiongkok terhadap penyelesaian sengketa secara damai. Sikap
inkonsistensi itu dapat dikaitkan dengan terus menguatnya kemampuan militer Tiongkok,
termasuk People Liberation Army-Navy (PLAN). Sangat mungkin inkonsistensi tersebut
sebagai bagian dari upaya Tiongkok untuk to test the waters, suatu tindakan yang justru
dilakukan ketika Tiongkok sudah terikat dengan Treaty of Amity and Cooperation (TAC)
ASEAN. Salah satu butir penting TAC adalah penyelesaian perbedaan atau sengketa
secara damai dan mengutuk penggunaan ancaman atau penggunaan kekuatan.
7

2.3. Strategi penyelesaian Sengkate Laut Tiongkok Selatan.


a. Meningkatkan Soliditas antar negara ASEAN maupun negara luar kawasan
dalam mewujudkan prinsip-prinsip bertingkah laku (code of conduct) melalui
sosialisasi, koordinasi dan kerjasama kepada negara-negara anggota ASEAN dan
luar kawasan, agar dapat mewujudkan kepsepakatan intern ASEAN sehingga
dapat digunakan sebagai solusi awal menghindarkan konflik bersenjata.
Stabilitas kawasan Asia-Pasifik sangat dibutuhkan dalam membangun
kawasan tersebut guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, politik, dan sosial
budaya. Dengan melihat kondidi tersebut maka dibutuhkan penyelesaian konflik
secara efektif yang menguntungkan semua pihak. Adanya penyelesaian yang
berkepanjangan tidak saja mengganggu stabilitas kawasan, akan tetapi dalam
kondisi konstelasi yang meningkat akan sangat mengganggu pertumbuhan
ekonomi masing-masing negara yang memiliki keterkaitan wilayah dengan Laut
Tiongkok Selatan seperti Indonesia. Oleh karena itu untuk menyelesaiakan
sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan empat negara anggota
ASEAN, dibutuhkan soliditas seluruh anggota khususnya dalam menyepakati
prinsip-prinsip beretika dalam penyelesaian sengketa wilayah (code of conduct).
Untuk maksud tersebut dalam rencana ke depan dibutuhkan pembentukan
Komunitas, sekaligus merupakan sarana perekat yang mempererat hubungan
antar negara-negara ASEAN. Pengelolaan potensi konflik melalui cara-cara
damai perlu dijaga dengan baik. Hal tersebut dilatarbelakangi akan rencana
dimasa mendatang terutama terkait dengan masalah keamanan regional ASEAN
pada umumnya, dimana tujuan dari soliditas antar negara anggota ASEAN
memiliki fungsi; pengamanan SLOC/SLOT dan main navigational choke point,
mengatasi berbagai tantangan dan ancaman serta kejahatan transnasional dan
konflik perbatasan, mengawal proses transformasi potensi ekonomi ASEAN,
mengendalikan potensi friksi dan konflik antara anggota ASEAN serta
penyelesaian konflik dengan negara luar kawasan dengan negaraanggota
ASEAN.

b. Mewujudkan penyelesaian damai dengan mekanisme kepemilikan


bersama guna pengelolaan wilayah yang dipersengketakan melalui sosialisasi,
koordinasi dan kerjasama antara negara-negara yang berkonflik sehingga akan
terbentuk kerjasama yang intensif guna pengelolaan dan pemberdayaan wilayah
yang dipersengketakan dengan prinsip saling menguntungkan.
8

Penyelesaian damai dalam sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan


dengan mekanisme kepemilikan bersama secara saling menguntungkan pada
daerah yang dipersengketakan merupakan salah satu solusi dalam penyelesaian
wilayah tersebut dalam tahap awal. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
stabilitas keamanan wilayah Laut Tiongkok Selatan. Pentingnya menjaga
stabilitas kemanan wilayah Laut Tiongkok Selatan karena wilayah tersebut
merupakan salah satu jalur transportasi dan perdagangan utama intra-ASEAN
dan antar kawasan, sehingga stabilitas keamanan di Laut Tiongkok Selatan
memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan Ekonomi ASEAN dan negara-
negara sekitar.
Stabilitas keamanan di Laut Tiongkok Selatan turut mendukung bagi
percepatan integrasi ekonomi regional dan konektivitas ASEAN yang ditandai
dengan lancarnya arus pergerakan manusia, barang, jasa, dan modal, baik intra-
ASEAN maupun antar negara-negara mitra ASEAN lainnya. Stabilitas keamanan
di Laut Tiongkok Selatan juga penting untuk mendukung percepatan
pembangunan dan integrasi yang mayoritas bergantung pada Laut Tiongkok
Selatan sebagai jembatan penghubung dengan negara-negara Anggota ASEAN
lainnya. Dengan latarbelakang tersebut maka dibutuhkan penyelesaian damai
dengan mekanisme kepemilikan bersama guna pengelolaan wilayah yang
dipersengketakan melalui sosialisasi, koordinasi dan kerjasama antara negara-
negara yang berkonflik.

3. PENUTUP.
3.1 Kesimpulan
RRT dalam pengembangan sistem dan strategi pertahanan terkesan lebih adaptif
dalam menyesuaikan perkembangan jaman, sementara NKRI lebih terkesan konstan
menggunakan konsep yang sudah ketinggalan jaman (obselete). Hal ini dapat dilihat dari
RRT secara aktif mendorong revolution in military affairs (RMA) sesuai dengan
karakteristik RRT serta melakukan inovasi untuk melakukan pendekatan – pendekatan
baru perang rakyat (People’s war) yang pada prinsipnya sama dengan pertahanan
rakyat semesta agar sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dapat dijadikan
contoh bagi pengembangan doktrin dan sistem pertahanan negara NKRI kedepan.
Jika selintas menyimak perkembangan ekonomi Asia-Pasifik, tampaknya telah
berkembang kesepahaman bahwa kawasan ini akan menjadi central penggerak
perkembangan dunia. Salah satu yang sering disebut-sebut adalah perkembangan pesat
9

Tiongkok bersama India yang kini menjadi kampiun pertumbuhan ekonomi dunia.
Bahkan, ada sebagian kalangan yang menyebut, kini tengah tumbuh kekuatan ekonomi
yang disebut dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan South Africa). Eksistensi
BRICS, secara geoposisi, hanya mewakilkan Rusia sebagai dari Eropa, selebihnya,
merupakan wilayah bekas koloni Eropa. Hanya saja, perlu digaris bawahi, bahwa Rusia
baru dibawah Putin, mampu menghadirkan dirinya sebagai kekuatan yang tidak bisa
dipandang remeh Amerika Serikat, sebagaimana dulu, Rusia paska 1989, yang terseok-
seok dibawah operasi ekonomi International Monetary Fund.
Demikian juga Tiongkok, yang mengembangkan model kerjasama regional untuk
mengikat Asia Tenggara yang dikenal dengan Asian-Tiongkok Free Trade Area (AC-
FTA). Apa yang dilakukan Tiongkok, juga dilakukan Jepang, yang sama mengikat Asia
Tenggara, dengan judul Economic Partnership Agreement (EPA). Model regonalisme
multi aspek ini, setidaknya, merefleksikan mekanisme perundingan kerjasama ditingkat
World Trade Organization (WTO). Tiongkok,bersama Rusia, begitu agresif untuk menjadi
negara yang kuat dan berpengaruh di dunia dan secara terbuka berani bertikai dengan
Amerika Serikat, lewat blok kerjasama mereka : Shanghai Coorporation Organization
(SCO).
Belum lagi, keberadaan Asia Pasifik Economic Forum (APEC), yang berdiri sejak
tahun 1989. Posisi APEC, sebagai model regionalisme dalam konteks kerjasama
ekonomi, politik, kebudayaan, bahkan militer sudah lama dinilai strategis. Putin, dalam
sebuah tulisannya yang dimuat situs Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, juga
menegaskan arti penting Pasifik, dimata Rusia sebagai barometer perkembangan dunia
masa depan. Rusia secara khusus juga bersedia menjadi partner dalam menghadapi
perompak laut dan aksi-aksi terorisme global. Penilaian yang kurang lebih sama juga
datang dari sudut pandang Jepang, Tiongkok,maupun Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE).
Lokasi strategis Indonesia, yang sudah berlangsung sejak zaman perniagaan
maritim lama (tahun 1500an), di tengah pertarungan kekuatan ekonomi Asia Pasifik dan
Eropa telah menempatkan lautan Indonesia secara geopolitik dan geoekonomi menjadi
rebutan negara maju. Di Asia, setidaknya Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan
Australia, berupaya memperkuat pengaruhnya di Indonesia. Apalagi Amerika Serikat
yang kini hubungannya kurang mesra dengan Tiongkok berambisi menguasai kawasan
perairan Indonesia sebagai strategi memposisikan laut Indonesia sebagai penyangga
(buffer) dalam politik global. Bahkan, Uni Eropa tak mau ketinggalan karena
menganggap Indonesia sebagai mitra kerja yang strategis secara ekonomi politik.
10

Selintas perkembangan internasional tergambar diatas selayaknya menjadi


sebuah cerminan sekaligus peringatan bangsa ini jika mau menjadi mangarahkan
segenap potensi menjadi bangsa besar dan Negara yang kuat. Dengan mana ditandai
dengan kedaulatan sepenuhnya menjadikan wilayah lautnya sebagai tumpuan
geostrategi. Mengingat kondisi dan pergeseran yang terjadi pada aras sistem
Internasional saat ini, diperlukan suatu pandangan geostrategi yang mengintegrasikan
peran pemerintah pusat dan derah (propinsi kepulauan). Jika tidak demikian, maka
pergeseran pusat ekonomi dunia tengah berlangsung dari zona Atlantik ke Asia Pasifik,
dimana hampir 70 persen total perdagangan dunia berlangsung diantara negara- negara
di Asia Pasifik. Lebih dari 75 persen barang-barang yang diperdagangkan melalui laut,
dan 45 persen (1.300 triliun dollar per tahun) melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan
Indonesia) yang meliputi Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makassar, dan laut- laut
Indonesia lainnya, tak mampu diakumulasi dengan baik menjadi kekayaan bangsa (the
Wealth of Nation).

2.2. Saran.
Dari uraian diatas untuk meningkatkan peran Negara Indonesia dalam
penyelesaian sengketa Laut Tiongkok Selataan dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1) Agar pemerintah RI dalam hal ini Kemenlu RI melakukan koordinasi
dengan kementerian Luar Negeri negara anggota ASEAN melalui pertemuan
tingkat menteri (ASEAN Minister Meeting) guna merumuskan terwujudnya prinsip-
prinsip berperilaku (code of conduct) dalam penyelesaian konflik persengketaan
laut Tiongkok Selatan.
2) Agar Pemerintah RI dalam hal ini Kemelu RI melakukan kerjasama dengan
negara anggota ASEAN yang tidak terlibat persengketaan untuk menyusun
sistem penyelesaian saling menguntungkan bagi terwujudnya pengelolaan
bersama saling menguntungkan terhadap wilayah yang dipersengketakan

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
11

Isma Nurfitri, 2015, Makalah Republik Rakyat Tiongkok, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Walton, Greg; International Centre for Human Rights and Democratic


Development (2001). "Executive Summary". China's golden shield:
Corporations and the development of surveillance technology in the
People's Republic of China. Rights & Democracy. p. 5. ISBN 978-2-
922084-42-9

"Law of the People's Republic of China on the Standard Spoken and Written
Chinese Language (Order of the President No.37)". Gov.cn. Diakses
tanggal 27 April 2010. For purposes of this Law, the standard spoken and
written Chinese language means Putonghua (a common speech with
pronunciation based on the Beijing dialect) and the standardized Chinese
character.

Sumber Internet.

http://internasional.kompas.com/read/2011/06/08/08153820/RI.Upayakan.Percep
atan.DOC.Laut.China.Selatan, diakses tanggal 24 September 2015, pukul
23.00 Wib.

Anda mungkin juga menyukai