1. PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang
Republik Rakyat Tiongkok adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang
beribukota di Beijing dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia (sekitar 1,35 milyar
jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta kilometer persegi, menjadikannya ke-4 terbesar di
dunia.1 Negara ini didirikan pada tahun 1949 setelah berakhirnyaPerang Saudara
Tiongkok, dan sejak saat itu dipimpin oleh sebuah partai tunggal, yaitu Partai Komunis
Tiongkok (PKT).2 Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan
ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tahun 1980-an. Walau bagaimanapun,
pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-
perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap
menjadi pemerintahan satu partai.
Untuk menekan jumlah penduduk, pemerintah giat menggalakkan kebijakan satu
anak.Tiongkok Daratan merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
kawasan di bawah pemerintahan RRT dan tidak termasuk kawasan administrasi
khusus Hong Kong dan Makau, sementara nama Republik Tiongkok mengacu pada
entitas lain yang dulu pernah menguasai Tiongkok sejak tahun 1912 hingga
kekalahannya pada Perang Saudara Tiongkok. Saat ini Republik Tiongkok hanya
menguasai pulau Taiwan, dan beribukota di Taipei, oleh karena itu lazim
disebut Tionghoa Taipei, terutama dalam even-even olahraga. RRT mengklaim wilayah
milik Republik Tiongkok (yang umum dikenal dengan Taiwan) namun tidak
memerintahnya, sedangkan Republik Tiongkok mengklaim kedaulatan terhadap seluruh
Tiongkok daratan yang saat ini dikuasai RRT.
Tiongkok memiliki ekonomi paling besar dan paling kompleks di dunia selama
lebih dari dua ribu tahun, beserta dengan beberapa masa kejayaan dan
kejatuhan. Sejak diperkenalkannya reformasi ekonomi tahun 1978, Tiongkok menjadi
negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Per 2013, negara ini menjadi
ekonomi terbesar kedua di dunia berdasarkan total nominal GDP dan PPP, serta
1 Isma Nurfitri, 2015, Makalah Republik Rakyat Tiongkok, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2 Walton, Greg; International Centre for Human Rights and Democratic Development (2001). "Executive
Summary". China's golden shield: Corporations and the development of surveillance technology in the
People's Republic of China. Rights & Democracy. p. 5. ISBN 978-2-922084-42-9
1
menjadi eksportir dan importir terbesar di dunia. Tiongkok adalah negara yang
memiliki senjata nuklir dan memiliki tentara aktif terbesar dunia, dengan belanja militer
terbesar kedua dunia.3 RRT menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1971,
dimana ia menggantikan Republik Tiongkok sebagai anggota tetapDewan Keamanan
PBB. Tiongkok juga menjadi anggota berbagai macam organisasi lain seperti WTO,
APEC, BRICS, Shanghai Cooperation Organization, BCIM dan G-20. Tiongkok adalah
kekuatan besar di Asia, dan menjadi superpower yang potensial menurut beberapa
pengamat.
3 "Law of the People's Republic of China on the Standard Spoken and Written Chinese Language (Order of
the President No.37)". Gov.cn. Diakses tanggal 27 April 2010. For purposes of this Law, the standard
spoken and written Chinese language means Putonghua (a common speech with pronunciation based on
the Beijing dialect) and the standardized Chinese character.
4 http://internasional.kompas.com/read/2011/06/08/08153820/RI.Upayakan.Percepatan.DOC.Laut.China.Selatan,
diakses tanggal 24 September 2015, pukul 23.00 Wib.
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Doktrin Pertahanan Tiongkok (RRT)
RRT menerapkan kebijakan pertahanan nasional defensif sesuai dengan
Undang-Undang Dasar RRT dan hukum lainnya yang relevan. RRT menempatkan
perlindungan kedaulatan nasional, keamanan, integritas teritorial, menjaga kepentingan
nasional, dan kepentingan RRT di atas segalanya. RRT berusaha membangun benteng
pertahanan nasional dan militer yang kuat dan sejalan dengan keamanan dan
kepentingan nasional, dan memakmurkan negara dan memperkuat militer sambil
membangun masyarakat yang sejahtera dalam segala aspek. Kebijakan Pertahanan
Nasional RRT saat ini pada dasarnya mencakup:
a. menjunjung tinggi persatuan dan keamanan nasional (national security);
b. memastikan terlaksananya kepentingan nasional (national interest);
c. mencapai pembangunan pertahanan nasional dan angkatan bersenjata
RRT (People’s Liberation Army/PLA) yang terkoordinasi dan berkelanjutan;
d. meningkatkan kemampuan PLA dengan teknologi informasi dan
komunikasi (informasisasi) sebagai penunjang utama;
e. menerapkan strategi militer pertahanan aktif;
f. melaksanakan strategi pertahanan nuklir;
g. membina lingkungan keamanan yang kondusif untuk perkembangan
pembangunan RRT dengan damai.
dan mencegah konflik dan perang. Menggunakan azas bela diri dan kehati-
hatian dalam penggunaan kekuatan, berusaha untuk secara efektif
mengendalikan situasi perang, dan berusaha untuk mengurangi risiko dan
biaya perang. Membangun angkatan bersenjata yang ramping dan efektif
serta fleksibel dalam menggunakan berbagai cara pencegahan dan
penangkalan. RRT tetap berkomitmen untuk kebijakan untuk tidak pertama
kali menggunakan senjata nuklir, melaksanakan strategi nuklir bela diri
(self-defensive), dan tidak akan masuk ke dalam perlombaan senjata nuklir
dengan Negara lain.
3. PENUTUP.
3.1 Kesimpulan
RRT dalam pengembangan sistem dan strategi pertahanan terkesan lebih adaptif
dalam menyesuaikan perkembangan jaman, sementara NKRI lebih terkesan konstan
menggunakan konsep yang sudah ketinggalan jaman (obselete). Hal ini dapat dilihat dari
RRT secara aktif mendorong revolution in military affairs (RMA) sesuai dengan
karakteristik RRT serta melakukan inovasi untuk melakukan pendekatan – pendekatan
baru perang rakyat (People’s war) yang pada prinsipnya sama dengan pertahanan
rakyat semesta agar sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dapat dijadikan
contoh bagi pengembangan doktrin dan sistem pertahanan negara NKRI kedepan.
Jika selintas menyimak perkembangan ekonomi Asia-Pasifik, tampaknya telah
berkembang kesepahaman bahwa kawasan ini akan menjadi central penggerak
perkembangan dunia. Salah satu yang sering disebut-sebut adalah perkembangan pesat
9
Tiongkok bersama India yang kini menjadi kampiun pertumbuhan ekonomi dunia.
Bahkan, ada sebagian kalangan yang menyebut, kini tengah tumbuh kekuatan ekonomi
yang disebut dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan South Africa). Eksistensi
BRICS, secara geoposisi, hanya mewakilkan Rusia sebagai dari Eropa, selebihnya,
merupakan wilayah bekas koloni Eropa. Hanya saja, perlu digaris bawahi, bahwa Rusia
baru dibawah Putin, mampu menghadirkan dirinya sebagai kekuatan yang tidak bisa
dipandang remeh Amerika Serikat, sebagaimana dulu, Rusia paska 1989, yang terseok-
seok dibawah operasi ekonomi International Monetary Fund.
Demikian juga Tiongkok, yang mengembangkan model kerjasama regional untuk
mengikat Asia Tenggara yang dikenal dengan Asian-Tiongkok Free Trade Area (AC-
FTA). Apa yang dilakukan Tiongkok, juga dilakukan Jepang, yang sama mengikat Asia
Tenggara, dengan judul Economic Partnership Agreement (EPA). Model regonalisme
multi aspek ini, setidaknya, merefleksikan mekanisme perundingan kerjasama ditingkat
World Trade Organization (WTO). Tiongkok,bersama Rusia, begitu agresif untuk menjadi
negara yang kuat dan berpengaruh di dunia dan secara terbuka berani bertikai dengan
Amerika Serikat, lewat blok kerjasama mereka : Shanghai Coorporation Organization
(SCO).
Belum lagi, keberadaan Asia Pasifik Economic Forum (APEC), yang berdiri sejak
tahun 1989. Posisi APEC, sebagai model regionalisme dalam konteks kerjasama
ekonomi, politik, kebudayaan, bahkan militer sudah lama dinilai strategis. Putin, dalam
sebuah tulisannya yang dimuat situs Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, juga
menegaskan arti penting Pasifik, dimata Rusia sebagai barometer perkembangan dunia
masa depan. Rusia secara khusus juga bersedia menjadi partner dalam menghadapi
perompak laut dan aksi-aksi terorisme global. Penilaian yang kurang lebih sama juga
datang dari sudut pandang Jepang, Tiongkok,maupun Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE).
Lokasi strategis Indonesia, yang sudah berlangsung sejak zaman perniagaan
maritim lama (tahun 1500an), di tengah pertarungan kekuatan ekonomi Asia Pasifik dan
Eropa telah menempatkan lautan Indonesia secara geopolitik dan geoekonomi menjadi
rebutan negara maju. Di Asia, setidaknya Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan
Australia, berupaya memperkuat pengaruhnya di Indonesia. Apalagi Amerika Serikat
yang kini hubungannya kurang mesra dengan Tiongkok berambisi menguasai kawasan
perairan Indonesia sebagai strategi memposisikan laut Indonesia sebagai penyangga
(buffer) dalam politik global. Bahkan, Uni Eropa tak mau ketinggalan karena
menganggap Indonesia sebagai mitra kerja yang strategis secara ekonomi politik.
10
2.2. Saran.
Dari uraian diatas untuk meningkatkan peran Negara Indonesia dalam
penyelesaian sengketa Laut Tiongkok Selataan dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1) Agar pemerintah RI dalam hal ini Kemenlu RI melakukan koordinasi
dengan kementerian Luar Negeri negara anggota ASEAN melalui pertemuan
tingkat menteri (ASEAN Minister Meeting) guna merumuskan terwujudnya prinsip-
prinsip berperilaku (code of conduct) dalam penyelesaian konflik persengketaan
laut Tiongkok Selatan.
2) Agar Pemerintah RI dalam hal ini Kemelu RI melakukan kerjasama dengan
negara anggota ASEAN yang tidak terlibat persengketaan untuk menyusun
sistem penyelesaian saling menguntungkan bagi terwujudnya pengelolaan
bersama saling menguntungkan terhadap wilayah yang dipersengketakan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
11
Isma Nurfitri, 2015, Makalah Republik Rakyat Tiongkok, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
"Law of the People's Republic of China on the Standard Spoken and Written
Chinese Language (Order of the President No.37)". Gov.cn. Diakses
tanggal 27 April 2010. For purposes of this Law, the standard spoken and
written Chinese language means Putonghua (a common speech with
pronunciation based on the Beijing dialect) and the standardized Chinese
character.
Sumber Internet.
http://internasional.kompas.com/read/2011/06/08/08153820/RI.Upayakan.Percep
atan.DOC.Laut.China.Selatan, diakses tanggal 24 September 2015, pukul
23.00 Wib.