Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Strabismus merupakan suatu kondisi di mana kedua mata tidak melihat pada
tempat yang sama pada saat yang bersamaan. Biasanya terjadi pada orang yang
memiliki kontrol otot mata yang buruk atau sangat rabun jauh. Strabismus, juga
dikenal dengan mata juling yaitu kondisi di mana ketika mata Anda tidak berbaris ke
arah yang sama ketika Anda fokus pada suatu objek. Berbagai kondisi dapat
menyebabkan strabismus(The National Eye Institute, 2014; Telander, 2017).
Strabismus dapat mengakibatkan sumbu penglihatan berpotong di depan
mata (esotropia-juling ke dalam) ataupun dibelakang mata (eksotropia – juling
keluar). Strabismus diakibatkan tidak terkoordinasinya gerakan kedua mata, dan
melihat pada arah yang berbeda. Penglihatan 3D tidak dapat dibentuk bila bayangan
pada kedua mata tidak terdapat pada keduaa macula lutea serentak.
Keadaan ini bukan hanya terdapat pada anak-anak namun dapat ditemukan
pada berbagai usia baik pria maupun wanita. Juling bersifat keturunan, namun
meskipun tidak ada riwayat di keluarga, juling dapat terjadi. Mata juling dapat
bersifat horizontal, yaitu satu mata ke dalam atau satu mata keluar, dan dapat juga
bersifat vertikal yaitu satu mata lebih tinggi atau lebih rendah dari mata yang lain.
Selain itu juling dapat bersifat konstan yaitu tampak setiap saaat, atau timbul pada
keadaan tertentu, seperti bila sedang sakit , melamun lihat jauh atau lelah.
Enam otot menempel pada setiap mata untuk mengontrol bagaimana ia
bergerak. Otot-otot menerima sinyal dari otak yang mengarahkan gerakan mereka.
Biasanya, mata bekerja bersama sehingga mereka berdua menunjuk pada tempat yang
sama. Ketika masalah berkembang dengan kontrol gerakan mata, mata bisa berubah,
keluar, naik atau turun. Pemutaran mata dapat terjadi sepanjang waktu atau mungkin
hanya muncul ketika orang itu lelah, sakit, atau telah melakukan banyak membaca

1
atau bekerja dekat. Dalam beberapa kasus, mata yang sama mungkin berubah setiap
waktu. Dalam kasus lain, mata bisa berubah bergantian (American Optometric
Association, 2017).
Didalam penelitian jumlah penderita strabismus dibagian rawat jalan VI
rumah sakit mata ”DR. YAP” Yogyakarta pada 1 januari tahun 2003 sampai dengan
31 desember 2004 adalah 84 kasus, dengan jumlah kasus strabismus tipe esotropia
sebanyak 31 orang, jumlah kasus tipe eksotropia sebanyak 40 orang dan jumlah
strabismus tipe lain-lain sebanyak 13 orang.(fk uii.ac.id)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Otot Penggerak Bola Mata

Otot penggerak bola mata disebut juga otot ekstraokuler yang sangat kecil
ukurannya namun sangat kuat dan efisien gerakannya. Ada enam otot penggerak
bola mata yang melekat pada bola mata. Keenam otot ini harus bekerja secara
bersama-sama secara sinkron dan tepat serta serentak agar manusia bisa melihat
secara normal untuk melihat ke atas, bawah, samping kanan, samping kiri dan
rotasi atau memutar.

Gambar 2.1 Anatomi Otot Penggerak Bola Mata

3
Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan adanya 6 pasang otot mata
luar. Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapangan
pandang, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan
dekat.Otot-otot bola mata ini menggerakkan bola mata pada 3 buah sumbu
pergerakan, yaitu sumbu antero-posterior, sumbu vertical dan sumbu nasotemporal
(horizontal) (fk ui).

Otot penggerak bola mata disebut juga otot ekstra okuler yang sangat kecil
ukurannnya namun sangat kuat dan efisien gerakkannya.Mata digerakkan oleh enam
macam otot, yaitu empat otot lurus (otot rektus) dan dua otot lingkar (otot
oblique).otot-otot lurus terdiri dari otot rektus superior, inferior, medial dan lateral.
Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke luar secara
bergantian.sementara otot oblik superior menggerakkan mata ke atas dan ke luar
(aprilia).

2.2 Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata

Otot bola mata berfungsi untuk menggerakkan bola mata.otot-otot bola mata terdiri
dari:

a. Otot rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau


menggulirmya bola mata ke arah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf
ke III (saraf okulomotorius).

b.Otot rektus lateral, kontraksinya akan menghasilkan abduksi atau


menggulitnya bola mata ke arah temporal dan otot ini dipersarafi oleh
saraf ke VI (saraf abdusen).

4
c. Otot rektus superior, kontraksinya akan menghasilkan menggerakkan
mata ke atas (elevasi), dan memutarkan bagian atas mata mendekati
hidung (intorsi). otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).

d.Otot rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan mata gerak ke


bawah (depresi), memutarkan bagia atas mata kea rah menjauhi hidung
(ekstorsi) dan membantu otot lateral rektus melakukan gerakan
abduksi,otot ini dipersarafi oleh saraf ke III(saraf okulomotor).

e. Otot oblik superior yaitu memutarkan bagian atas mata mendekati


hidung (intorsion) dan membantu gerakan depresi dan abduksi.otot ini
dipersarafi oleh saraf ke IV (saraf troklear).

f. Otot oblik inferior yaitu memutarkan bagian atas mata menjauhi hidung
(extorsion) dan membantu gerakan elevasi dan abduksi.

Menurut ilyas (2004) mengemukakan bahwa gerakan mata dia tur oleh 2
jenis otot yang tedapat pada kelopak mata atas, yaitu:
1.Muskulus orbikularis okuli , otot yang melingkari kelopak mata dan
berfungsi untuk menutup kelopak mata.
2.Muskulus levator palpebra yang berjalan dari tepi foramen optik, dan
berakhir atau insersi tepi tarsus superior subkutis palpebra. Kerja otot ini
adalah untuk membuka kelopak mata.

5
2.3 Faal Penglihatan
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila bayangan benda
yang dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam–tajamnya oleh kedua fovea,
kemudian secara simultan (serentak)dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal seperti
tersebut di atas, yang terjadi pada semua araj penglihatan disebut sebagai
penglihatan binokular yang normal.
Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persaratan
utama, berupa:
Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman
maupun ukurannya, hal mana berarti bahwa tajam penglihatan pada kedua mata
tidak terlalu berbeda sesudah koreksi dan tidak terdapat aniseikonia (ukuran benda
yang dilihat maisng-masing mata tidak sama besar.
Kedudukan kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah sedemikian
rupa hingga bayangan benda menjadi perhatiannya aka selalu jatu tepat pada kedua
fovea. Kedudukan kedua mata ini adalah suatu resultan kerjasama seluruh otot-otot
ekstrinsik pergerakan bola mata.
Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua
retina dan menyatukannya menjadi suatu sensasi berupa baynagan tunggal.
Apabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka akan timbul keadaan penglihatan binokular yang tidak normal.

2.4 Definisi

Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak
searah. Strabismus merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi
pada arah atau jauh penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan
jarak penglihatan.
Strabismus merupakan ketidakseimbangan (imbalance) dalam kedudukan
bola mata.

6
Juling atau strabismus berarti sutau kelainann kedudukan bola mata dan
bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan
kedudukan untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi
pada semua arah dan jarak penglihatan.nama lain yang lebih tepat untuk juling
adalah visual sensori motor anomalies (ipm edisi 2)

2.5 Etiologi
Strabismus biasanya disebabkan oleh :

 Tarikan yang tidak sama pada 1 atau beberapa otot yang menggerakan mata
(strabismus non-paralitik). Strabismus non-paralitik biasanya disebabkan oleh
suatu kelainan di otak.
 Kelumpuhan pada 1 atau beberapa otot penggerak mata (strabismus paralitik).
Kelumpuhan pada otot mata bisa disebabkan oleh kerusakan saraf.

Jenis strabismus yang lain ditemukan pada anak yang menderita rabun dekat.

Beberapa keadaan yang bisa ditemukan bersamaan dengan strabismus:

 Ambliopia
 Retinopati pada prematuritas
 Retinoblastoma
 Cedera otak traumatik
 Hemangioma di sekitar mata (pada masa bayi)
 Sindroma Apert
 Sindroma Noonan
 Sindroma Prader-Willi
 Trisomy 18
 Rubella kongenitalis

7
 Sindroma inkontinensia pigmen
 Cerebral palsy

Strabismus dapat disebabkan oleh masalah dengan otot mata, saraf yang
mengirimkan informasi ke otot, atau pusat kontrol di otak yang mengarahkan
gerakan mata. Ini juga dapat berkembang karena kondisi kesehatan umum
lainnya atau cedera mata.

Strabismus yang muncul pada orang dewasa dapat disebabkan oleh:

 Botulisme
 Diabetes (menyebabkan kondisi yang disebut acquired paralytic strabismus)
 Penyakit Graves’
 Guillain-Barré syndrome;
 Cedera pada mata
 Keracunan akibat kerang-kerangan
 Stroke
 Cedera otak traumatis
 Kehilangan penglihatan akibat penyakit mata atau kondisi lainnya.

Sejarah keluarga terhadap strabismus merupakan faktor risiko. Rabun dekat dapat
berkontribusi, terutama pada anak-anak. Penyakit lainnya yang menyebabkan
kehilangan penglihatan juga dapat menyebabkan strabismus.

2.6 Manifestasi Klinis

Tanda utama strabismus adalah mata yang tidak lurus. Terkadang anak-anak akan
menyipitkan mata di bawah sinar matahari yang cerah atau memiringkan kepala
mereka untuk menggunakan mata mereka bersama (American academy).

8
Gejala strabismus berupa:
a. Kedua mata tidak mengarah kearah yang sama
b.Gerakan mata yang tidak terkoordinasi
c. Penglihatan ganda
d.Kehilangan penglihatan

Gejala mata juling yang lain:

1. Letak kedua bola mata yang tidak sejajar.


2. Bola mata tidak dapat fokus pada satu objek benda yang sama.
3. Hilangnya koordinasi dalam menggerakkan bola mata.
4. Penglihatan akan tampak ganda.
5. Pada anak-anak akan memiringkan kepalanya ketika melihat suatu benda dan
sering berkedip atau memicingkan matanya ketika berada di bawah sinar
matahari.
6. Penderita akan menutup salah satu matanya ketika merasa tidak nyaman dalam
melihat sebuah objek.

2.7 Jenis –jenis Strabismus

a. Ortoforia
Merupakan kedudukan bola mata di mana kerja otot-otot luar
bola mata seimbang sehingga memungkinkan terjadinya fusi tanpa
usaha apapun .
Fusi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau
persatuan, peleburan, dan penggabungan di otak yang berasal dari 2
bayangan mata sehingga secara mental berdasarkan kemampuan otak
didapatkan suatu penglihatan tunggal, yang berasal dari sensasi
masing- masing mata.

9
Ortoforia yang sempurna sebetulnya suatu keadaan yang jarang
dan kedudukan mata tergeser sebesar 3 – 5 derajat pada bidang
horizontal atau 2 derajat pada bidang vertikal masih dianggap dalam
batas normal.pada ortoforia kedudukan bola mata tidak berubah
walaupun refleks fusi diganggu.
b. Heteroforia
Adalah keadaan kedudukan bola mata yang normal namun
akan timbul penyimpangan atau deviasi apabila refleks fusi diganggu.
Macam-macam heterofori yaitu:
Pada bidang horizontal ditemukan esofori dan eksofori Pada
bidang vertikal ditemukan hipo atau hiperforia sedang pada bidang
frontal ditemukan insiklofori dan eksiklofori. Peneyebabnya adalah
akibat tidak seimbangnya atau insufisiensinya otot penggerak mata.
1. Esoforia
Mata berbakat juling ke dalam,esoforia adalah suatu
penyimpangan sumbu penglihatan ke arah nasal yang tersembunyi
oleh karena masih adanya refkeks fusi. Esoforia yang mempunyai
sudut penyimpangan lebih besar pada waktu melihat jauh daripada
melihat dekat disebabkan oleh suatu insufisiensi divergen.
Esofosia yang mempunyai sudut penyimpangan lebih kecil
pada waktu melihat dekat disebabkan ole suatu ekses konvergen.
Biasanya diakibatkan oleh suatu akomodasi yang berlebihan pada
hipermetropi yang tak dikoreksi.

2. Eksoforia
Adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan kea
rah temporal.eksoforia sering dijumpai pada kelainan
keseimbangan kekuatan otot luar bola mata oleh karena kedudukan

10
bola mata pada waktu istirahat pada umumnya ada pada keadaan
sedikit menggulir ke arah luar.
Pada oaring miopia mudah terjadi eksoforia karena mereka
jarang berakomodasi akibatnya otot-otot untuk berkonvergensi
menjadi lebih lemah di banding seharusnya.
Pengobatan ditujukan pada kesehatan secara umum. Bial ada
kelainan refraksi harus diberikan koreksi.

3. Hiperforia
Adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan
kearah atas.di mana pada hiperforia akan terjadi deviasi ke atas
pada mata yang ditutup. Umunya keadaan ini disebabkan kerjaan
yang berlebihan otot-otot rektus inferior dan obliqus superior.
Atau kelemahan otot-otot rektus inferior dan obliqus superior.
Pengobatan dapat dengan kaca mata prisma. Dapat juga
dilakukan operasi pada otot – otot rektus superior dan rektus
inferior.

4. Hipoforia
Mata berbakat juling ke bawah. Hipoforia adalah suatu tendensi
penyimpangan sumbu penglihatan ke arah bawah. Mata akan
berdeviasi ke bawah bila ditutup.

5. Insiklofori dan eksokloferi


Insikloferi adalah bial kornea jam 12 berputar kearah nasal.
Eksokloferi adalah bila kornea jam 12 berputar ke arah temporal.

11
c. Heterotropia
Adalah suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang
nyata di mana kedua sumbu penglihatan tidak berpotongan pada titik
fiksasi.
Keadaan heterotropi adalah kedudukan bola mata dalam
kedudukan primer di mana penyimpangan sudut mewujud. Besarnya
sudut penyimpangan pada semua kedudukan dapat sama besar
(konkomitan) atau tidak sama besar (inkomitan). Pada prakteknya
hanya dipakai istilah inkomitan pada keadaan yang diakibatkan paresis
atau paralisis otot mata.
Heterotropia dapat dalam bentuk-bentuk berdasarkan
kedudukan penyimpangannya yaitu bidang horizontal disebut
eksotropia dan esotropia, bidang vertikal disebut hipertrofi, dan
dibidang sagital disebut insiklotropia dan esiklotropia.

12
1. Esotropia
Juling kedalam atau strabismus konvergen manifes dimana
sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal.esotropia adalah suatu
penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata di mana salah satu
sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu
penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal kearah
medial.

Bentuk –bentuk esotropia :


Esotropia konkomitan yaitu bila sudut penyimpangan sama
besarnya pada semua arah pandangan.
Esotropia inkomitan yaitu bila besarnya sudut penyimpangan
berbeda-beda pada arah pandangan yang berbeda-beda.

Penyebab esotropia
a) Faktor refleks dekat, akomodatif esotropia
b) Hipertoni rektus medius kongenital
c) Hipotoni rektus lateral akuisita
d) Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan
anak.

Dikenal bentuk esotropia


a) Esotropia kongenital, mulai terlihat pada usia 6 bulan
b) Esotropia akomodatif, yang mulai usia 6 bulan hingga
7 tahun, bial dikoreksi hipertropianya maka akan
terlihat hingga esotropianya
c) Esotropia nonakomodatif, yang tidak hilang hingga
dengan koreksi hipermetropianya.

13
Esodeviasi akomodatif dan nonreaktif
a. Esotropia refraktif adalah suatu esodeviasi yang timbul sebagai akibat suatu
usaha akomodasi pada hupertopia tak terkoreksi.
Ia biasanya timbul pada anak normal, tetapi sensitif antara usia 2 dan 3
tahun bila terdapat suatu hipertropia sedang sampai tinggi dalam tingkat
+4.00 D atau lebih.
Biasanya esodeviasi mulai bila anak mulai tertarik perhatian untuk
memperhatikan objek –objek jarak dekat.
b. Esotropia akomodatif non-refraktif
Pasien –pasien ini menderita suatu esotropia sedang untuk jarak jauh dengan
suatu esotropia yang lebih besar untuk jarak dekat.. esotropia akomodatif non
rekfraktif biasanya menjadi jelas nyata usia 2 dan 3 tahun.

2. Eksotropia
Juling keluar atau strabismus divergen manifes dimana sumbu
penglihatan kea rah temporal.
Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan
yang nyata di mana salah satu sumbu penglihatan menuju titik
fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang
pada bidang horizontal ke arah lateral.

Bentuk –bentuk eksotropia:


a., Eksotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan
sama besarnya pada semua arah pandang.
b. Eksotropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut
penyimpangan berbeda-beda pada arah pandang yang berbeda
–beda

14
Penyebab – penyebab eksotropia :
a. Herediter, unsur herediter sangat besar , yaitu trait autosomal
dominant.
b. Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam
bidang sensorimotor
c. Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit
crouzoun.

3. Heterotropia komitan atau non komitan


Strabismus konkomitan, yaitu juling akibat terjadinya
gangguan fusi. Kelainan ini dapat terjadi pada kekeruhan
kornea pada satu mata dan katarak.Mata ini dapat divergen
ataupun konvergen, sedang gerakan mata masih dapat bekerja
dengan baik. Pada keadaan ini besar sudut juling tetap pada
kedudukan kedua mata berubah.
Strabismus konkomitan atau strabismus non paralitik
merupakan tropia di mana besar sudut deviasinya sama pada
semua arah penglihatan.Strabismus inkomitan atau strabismus
paralitik terjadi akibat paralisis otot penggerak mata.
Strabismus paralitik akibat paralise saraf ke III dapat
terlihat berupa gangguan pergerakan satu otot penggerak mata.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Uji Hirschberg ,refleks kornea
Adanya juling ditentukan dengan menggunakan sentolop dan
melihat refleks sinar pada kornea.
Pada uji ini mata disinari dengan sentolop dan akan terlihat
refleks sinar pada permukaan kornea. Refleks sinar pada mata normal
terletak pada kedua mata sama-sama di tengah pupil. Bila satu refleks

15
sinar di tengah pupil sedang mata yang lain di nasal berarti pasien
juling ke luar atau eksotropia dan sebaliknya bila refleks sinar sentolop
pada kornea berada di bagian temporal kornea berarti mata tersebut
juling ke dalam atau esotropia.

b. Uji krimsky,(untuk menilai derajat deviasi mata)


Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan di
tengah cahaya refleks kornea dengan prisma.
Lampu diletakkan 33 cm didepan penderita.
Diletakkan pada mata yang berfiksasi yang kekuatan
prismanya di tambah perlahan-lahan sehingga refleks sinar pada
mata yang juling terletak di tengah kornea.

c. Uji tutup mata


Uji ini sering dipergunakan untuk mengetahui adanya tropia atau
foria.
Uji pemeriksaan ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat,
dan dilakukan dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu
obyek.bila telah terjadi fiksasi kedua mata maka mata kiri ditutup
dengan lempeng penutup. Di dalam keadaan ini mungkin terjadi:
1) Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai
kejulingan yang manifes.bila mata kanan bergerak ke nasal
berarti mata kanan juling keluar atau eksotropia. Bila mata
kanan bergerak ke temporal berarti mata kanan juling ke
dalam atau esotropia
2) Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin
ambliopia atau tidak dapat berfiksasi

16
3) Mata kanan tidak bergerak sama sekali, yang berarti bahwa
mata kanan berkedudukan normal, lurus atau telah
berfiksasi.
d. Uji tutup mata berganti
Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila
kedua mata berfiksasi normal maka mata yang dibuka tidak
bergerak. Bila terjadi pergerakan pada mata yang baru dibuka
berarti terdapat foria atau tropia.

e. Uji tutup buka mata


Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah
mata yang ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya
sehingga mata yang berbakat menjadi juling akan menggulir. Bila
tutup mata tersebut ditutup dan dibuka akan terlihat pergerakan
mata tersebut. Pada keadaan ini berarti mata ini mengalami foria
atau juling atau berubah kedudukan bila mata ditutup.

2.9 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan juling adalah untuk mendapatkan penglihatan
binokular tunggal.

Dapat diatasi dengan melakukan penangan yang disesuaikan


dengan tipe dan jenis mata juling yang diderita. Pada beberapa kasus,
kondisi mata juling terkadang hanya disarankan untuk menggunakan
kacamata serta latihan fusi yang disesuaikan dengan kondisi
penderita.

Mata juling memiliki hubungan dengan masalah otak, sehingga


pada penderita mata juling dapat melakukan latihan koordinasi antara

17
otak dengan mata. Latihan ini bertujuan untuk memfokuskan mata
terhadap objek benda, dengan menutup satu mata yang normal. Hal ini
secara otomatis akan memaksa otak untuk menerima satu bentuk
gambar yang dikirim oleh mata, sehingga tidak akan tampak
penglihatan ganda.

Tindakan untuk melakukan operasi mungkin akan diperlukan


setelah penglihatan pada kedua mata menjadi sama. Operasi ini
bertujuan untuk mengembalikan dan menyesuaikan kekuatan otot-otot
mata. Agar ketika menggerakkan bola mata memiliki kekuata yang
seimbang sehingga letak antara kedua bola mata dapat sejajar. Namun
prosedur operasi ini tidak memberikan hasil secara langsung pada
mata untuk dapat kembali normal usai operasi, akan tetapi mata yang
telah menjalani pengobatan dengan prosedur operasi masih akan tetap
memerlukan latihan koordinasi.

2.10 Komplikasi

a. Supresi

Merupakan usaha yang tak disadari dari penderita untuk menghindari


diplopia yang timbul akibat adanya deviasinya. Mekanisme bagaimana
terjadinya masih belum diketahui.

b. Amblyopia

Yaitu menurunkan visus pada satu/dua mata dengan atau tanpa koreksi
kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya.

18
3. Anomalous retinal correspondence
Adalah suatu keadaaan dimana fovea dari mata yang baik
(yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal dengan daerah diluar fovea dari
mata yang berdeviasi.

4. Defect otot
Missal : kontraktur
-Kontraktur otot mata biasanya timbul pada strabismus yang bersudut
besar dan berlangsung lama.
-Perubahan-perubahan sekunder dari struktur konjungtiva & jaringan
fasia yang ada disekeliling otot menahan pergerakan normal mata.

5. Adapatasi posisi kepala


-Antara lain :Head tilting, head turn
-Keadaan ini dapat timbul untuk menghindari pemakaian otot yang
mengalami defect/ kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler
-Adaptasi posis kepala biasanya kearah aksi otot yang lumpuh.
Contoh:paralyse rectus lateralis mata kanan akan terjadi head turn
kekanan.

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Strabismus merupakan suatu kondisi di mana kedua mata tidak melihat pada
tempat yang sama pada saat yang bersamaan. Biasanya terjadi pada orang
yang memiliki kontrol otot mata yang buruk atau sangat rabun jauh.
Strabismus, juga dikenal dengan mata juling yaitu kondisi di mana ketika
mata Anda tidak berbaris ke arah yang sama ketika Anda fokus pada suatu
objek. Berbagai kondisi dapat menyebabkan strabismus
2. Macam –macam mata juling: heterofori yaitu:Pada bidang horizontal
ditemukan esofori dan eksofori Pada bidang vertikal ditemukan hipo atau
hiperforia sedang pada bidang frontal ditemukan insiklofori dan eksiklofori.
Dan Heterotropia dapat dalam bentuk-bentuk berdasarkan kedudukan
penyimpangannya yaitu bidang horizontal disebut eksotropia dan esotropia,
bidang vertikal disebut hipertrofi, dan dibidang sagital disebut insiklotropia
dan esiklotropia.
3. Tujuan pengobatan strabismus adalah membangun / mengembalikan
penglihatan binouler tunggal, sehingga dengan sendirinya secara kosmetik
indah. Pengobatan strabismus tergantung pada penyebab / jenis julingnya
mata. Tapi secara garis besar pengobatan juling dapat dilakukan dengan kaca
mata, latihan dan operasi, sebaiknya pengobatan strabismus dilakukan tidak
lama setelah terjadinya strabismus.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy Of Ophthalmology (2017) Strabismus. Available at:


https://www.aao.org/eye-health/diseases/strabismus (Accessed: 26 Mei 2018).
2. American Optometric Association (2017) Strabismus. Available at:
https://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-
eye-and-vision-conditions/strabismus (Accessed: 26 Mei 2018).
3. Ilyas, S. and Yulianti, S. R. (2015) Ilmu Penyakit Mata. 5th edn. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
4. Sherwood, L. (2013) Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th edn. Edited by B.
U. Pendit and N. Yesdelita. Jakarta: EGC.
5. The National Eye Institute (2014) Strabismus. Available at:
https://nei.nih.gov/health/strabismus (Accessed: 26 Mei 2018).
6. http:/Repository.ump.ac.id/aprilia/strabismus. (accesed: 27 Mei 2018)

21

Anda mungkin juga menyukai