Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lower back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan
masalah kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan
aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang tidak
menyebabkan kematian, namun mneyebabkan individu yang mengalaminya
menjadi tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban ekonomi yang sangat
besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah1.
Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study (GBD 2010), dari
291 penyakit yang diteliti, NPB merupakan penyumbang terbesar kecacatan
global, yang diukur melalui years lived with disability (YLD), serta menduduki
peringkat yang keenam dari total beban secara keseluruhan, yang diukur dengan
the disabilityadjusted life year (DALY). Pengukuran DALY adalah metric standar
untuk mengukur beban yang dihitung dengan menggabungkan years of life lost
(YLL) dan years lived with disability (YLD)1.
Nyeri punggung bawah banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan dengan
besar prevalensi selama satu tahun di negara barat 36,2–57,9%, sedangkan di
negara Asia adalah 36,8–69,7%2,5. Beberapa penelitian melaporkan faktor risiko
nyeri punggung bawah pada tenaga kesehatan di negara barat antara lain adalah
usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, bekerja penuh waktu, body mass index
(BMI), lama bekerja di keperawatan, frekuensi mengangkat beban berat, unit
keperawatan, beban kerja, dan juga dukungan sosial yang rendah3,6.
Faktor risiko yang berperan pada kejadian nyeri punggung bawah pada
tenaga kesehatan di negara Asia serta Afrika antara lain adalah mengangkat dan
memindahkan pasien secara manual, pekerjaan yang dirasakan berat secara fisik,
dan juga tuntutan psikologis. Penting untuk dapat mengidentifikasikan faktor
risiko yang dapat dicegah sehingga akan mengurangi terjadinya nyeri punggung
bawah3,7,8.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang
berasal dari otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang
belakang. Tulang belakang adalah suatu kompleks yang menghubungkan jaringan
saraf, sendi, otot, tendon, dan ligamen, dan semua struktur tersebut dapat
menimbulkan rasa nyeri 6. Nyeri punggung diakibatkan oleh regangan otot atau
tekanan pada akar saraf 1. Nyeri punggung adalah masalah yang sering dirasakan
kebanyakan orang dalam hidup mereka. Nyeri punggung biasanya dirasakan
sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat
bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau
berdiri, cara menunduk yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat 2.

2.2 Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
mekanik dan faktor non mekanik.
1. Faktor mekanik
a. Degenerasi segmen diskus, misalnya osteoathtritis tulang belakang
atau stenosis tulang belakang
b. Nyeri diskogenik tanpa gejala radikular
c. Radikulopati structural
d. Fraktur vertebra segmen atau oseus
e. Spondilosis, disertai atau tanpa adanya stenosiasi kanalspinal
f. Makro dan mikro ketidakstabilan spina atau ketidakstabilan ligament
lumbosacral dan kelemahan otot
g. Ketidaksamaan panjang tungkai
h. Lansia

2
2. Faktor non mekanik
a. Sindrom neurologis :
1. Mielopati atau mielitis structural
2. Pleksopati lumbosakral
3. Miopati
4. Spinal segmental atau distonia umum
b. Gangguan sistemik :
1. Primer atau neoplasma metastasis
2. Infeksi oseus, diskus, atau epidural
3. Penyakit metabolik tulang, termasuk osteoporosis
c. Nyeri kiriman (referred pain):
1. Ganggguan ginjal, gangguan gastrointestinal, masalah pelvis,
tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal
2. Masalah psikosomatik

2.3. Klasifikasi
Nyeri punggung dapat bersifat akut atau kronik, nyerinya berlangsung
terus- menerus atau hilang timbul, nyerinya menetap di suatu tempat atau dapat
menyebar ke area lain. Nyeri punggung dapat bersifat tumpul, atau tajam atau
tertusuk atau sensasi terbakar. Nyerinya dapat menyebar sampai lengan dan
tangan atau betis dan kaki, dan dapat menimbulkan gejala lain selain nyeri.
Gejalanya dapat berupa perasaan geli atau tersetrum, kelemahan, dan mati rasa 6.
Nyeri punggung dapat dibagi secara anatomi, yaitu: nyeri leher, nyeri
punggung bagian tengah, nyeri punggung bagian bawah, dan nyeri pada tulang
ekor. Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan durasi terjadinya, yaitu: akut (±12
minggu), kronik (>12 minggu), dan subakut (6-12 minggu) (6). Nyeri punggung
dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu (4) :
1. Nyeri lokal, yang disebabkan oleh regangan struktur yang sensitive
terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri
dekat dengan bagian punggung yang sakit.

3
2. Nyeri alih ke bagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian visceral
abdomen atau pelvis. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai nyeri abdomen atau
pelvis tetapi dibarengi dengan nyeri punggung dan biasanya tidak terpengaruh
dengan posisi tubuh tertentu. Pasien dapat juga mempermasalahkan nyeri
punggungnya saja.
3. Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari punggung
atau dialihkan ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit yang melibatkan tulang
belakang lumbal bagian atas dapat menimbulkan nyeri alih ke regio lumbal,
pangkal paha, atau paha bagian atas. Penyakit yang melibatkan tulang belakang
lumbal bagian bawah dapat menimbulkan nyeri alih ke bagian bokong, paha
bagian belakang, atau betis dan tungkai (jarang). Injeksi provokatif pada struktur
tulang belakang bagian lumbal yang sensitif terhadap nyeri dapat menimbulkan
nyeri tungkai yang tidak mengikuti distribusi dermatomal. Nyeri sclerotomal ini
dapat menjelaskan kasus nyeri di bagian punggung dan tungkai tanpa adanya
bukti penekanan radix saraf.
4. Nyeri punggung radikular biasanya bersifat tajam dan menyebar dari
tulang punggung region lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan radix
saraf. Batuk, bersin, atau kontraksi volunteer dari otot abdomen (mengangkat
barang berat atau pada saat mengejan) dapat menimbulkan nyeri yang menyebar.
Rasa nyeri dapat bertambah buruk dalam posisi yang dapat meregangkan saraf
dan radix saraf. Saraf femoral (radix L2, L3, dan L4) melewati paha bagian depan
dan tidak akan teregang dengan posisi duduk. Gambaran tentang nyeri saja
biasanya tidak bisa digunakan untuk membedakan nyeri sklerotomal dan
radikulopati.
5. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas,
biasanya dikaitkan dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme otot
biasanya dikaitkan dengan postur abnormal, otot paraspinal yang teregang, dan
rasa nyeri yang tumpul.

4
2.4. Patofisiologi
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini
akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salahsatu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia 10.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf 10.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnyakarena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut
saraf. Padakondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal 10.
Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu,
kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf
bebayang mempunyai spesifikasi. Di sini terjadi potensial aksi dan impuls ini
diteruskan ke pusat nyeri. Serabut saraf yang berasal dari reseptor ke ganglion
masuk ke kornu posterior dan berganti neuron. Di sini ada dua kelompok neuron,
yaitu: (a) yang berganti neuron di lamina I yang kemudian menyilang linea
mediana membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini
disebut system neospinotalamik yang menghantarkan rangsangan nyeri secara
cepat. Kelompok (b) bersinaps di lamina V kemudian menyilang linea mediana
membentuk jaras anterolateral dan bersinaps di substantia retikularis batang otak.
dan di talamus. Sistem ini disebut system paleospinotalamik yang mengantarkan
perasaan nyeri yang kronik dan yang kurang terlokalisasi 11.

5
Percobaan-percobaan decade terakhir menunjukkan adanya sistem nyeri
yang desenden, yang menghambat nyeri. Daerah periakuaduktus dan nucleus
rafemagnus merupakan bagian penting sistem ini. Rangsangan di tempat ini akan
menghambat nyeri 11.
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
1. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang
timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain
timbul bertahap 10.
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai
resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik
dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu 10.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah
atauhanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang
menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka.
Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap 10.
4. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.
Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita
tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring 10.
5. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara nyeri
punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari

6
masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri
pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri punggung dengan rasio 80-
20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak daripada nyeri
tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral 10.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
 Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
 Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen.
 Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada
saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang
tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
 Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu
sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral
menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
 Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini
10
tidak patognomonik . sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf
spinal.

7
2. Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-
kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke
kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada
spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada
palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada
prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.


Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari
radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN 10.
3. Pemeriksaan motoris
4. Pemeriksaan motorik
5. Pemeriksaan tanda-tanda meningeal

2.6 Faktor Resiko


Faktor risiko terjadinya nyeri punggung adalah usia, kondisi kesehatan
yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif,
merokok, skoliosis mayor (kurvatura >800), obesitas, tinggi badan yang
berlebihan, hal yang berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh

8
kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar, dan kehamilan 10,11.
Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan tulang belakang yang
normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri punggung. Obesitas yang
menyebabkan bobot abdomen menjadi berat, dan proses kehamilan pada
tahap lanjut, dapat mengubah kelengkungan tulang belakang dan
menyebabkan nyeri punggung. Dalam kasus kehamilan, rasa nyeri biasanya
menghilang setelah proses kelahiran. Beberapa kegiatan, seperti jogging dan
berlari di permukaan yang rata, angkat berat, dan duduk lama (terutama di
mobil, truk, dan kursi yang tidak nyaman), dapat menyebabkan nyeri
punggung. Namun demikian, faktor psikologis memegang peranan yang
cukup kuat dalam menyebabkan nyeri punggung kronik 10.
Faktor risiko nyeri pinggang belum sepenuhnya jelas. Faktor risiko yang
paling sering dilaporkan untuk nyeri pinggang adalah beban kerja fisik yang
berat seperti mengangkat, posisi tubuh membungkuk, dan getaran seluruh
tubuh. Gaya hidup juga dianggap sebagai faktor risiko dari nyeri pinggang.
Merokok, kurangnya latihan fisik, dan jam tidur yang pendek meningkatkan
risiko nyeri pinggang. Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang jelas antara konsumsi alkohol dan nyeri pinggang.
Hubungan antara nyeri pinggang dan faktor psikososial juga telah dilaporkan.
Pekerja pengolah pangan diketahui sebagai populasi yang berisiko tinggi
mengalami nyeri pinggang karena mereka bekerja dalam posisi
membungkuk, mengangkat bahan yang berat, di lantai yang basah, dan suhu
yang panas 11.
Faktor yang berperan menyebabkan nyeri punggung bawah pada remaja
antara lain: perkembangan yang sangat pesat, kurangnya fleksibilitas dari otot
kuadriceps dan hamstring, bekerja sambil sekolah, dan merokok 11.

9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi
atau myeloma), kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase,
antigen spesifik prostat (jika ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat),
elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat
diperisa tes tuberculin atau tes Brucella, tes faktor rheumatoid, dan penggolongan
HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis) 7.

2. Pemeriksaan Radiologis :
 Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi
anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin
nyeri pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada
sendi facet dan penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus vertebrae
(spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral
kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus
dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral 7.
 CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang 10
 MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena 10.
MRI sangat berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas,
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak, untuk
menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi
atau neoplasma.
 Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk

10
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester
diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. Terapi Non Farmakologis

1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti


biasanya.
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat
dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
3. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas
sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
4. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu 1,2.
5. Modalitas lain: (a) intervensi fisik: orthosis, pemijatan, mobilisasi, manipulasi,
traksi, (b) modalitas termal: ultrasound terapeutik, diatermi, bantalan pemanas
(kering atau lembab), pemanas inframerah, hidroterapi, kantong es (dengan atau
tanpa pemijatan) (c) terapi elektrik: stimulasi galvanic, arus interferensial, arus
mikro, stimulasi saraf transkutaneus elektrik, stimulasi neuromuscular, (d) terapi
olahraga: terapi rentang gerakan, program penguatan (isometric, kinetik), program
latihan aerobic, program latihan aqua, control neuromuscular, koreksi postural, (e)
magnet, (f) terapi meridian: akupunktur, elektroakupunktur, (g) terapj laser, (h)
terapi lingkungan:; biofeedback dan relaksasi, (i) intervensi edukasi, (j) terapi
kombinasi atau multimodalitas 10.

2.8.2. Terapi Farmakologis

1. Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 g per hari) sebagai
terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa pedoman
terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien dengan riwayat
alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver, mengonsumsi obat tertentu
(terutama antikonvulsan), atau orang tua yang lemah, toksisitas hati dapat terjadi

11
pada dosis yang direkomendasikan. Selanjutnya, toksisitas asetaminofen
meningkat. secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor
siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).

2. NSAID
Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan bukti
moderat pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID direkomendasikan oleh
sebagian besar pedoman pengobatan. Semua NSAID tampaknya memiliki khasiat
yang sama. Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American
Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama
dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium
trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping
gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah
daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi
lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting dalam
proses produksi nyeri.

3. Relaksan Otot
Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang
jelas(rekomendasi B). Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol moderat
berkualitas menunjukkan bahwa cyclobenzaprine lebih efektif daripada plasebo
dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung. Namun, efeknya minimal dengan
efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi terjadi dalam 4 hari pertama terapi.
Kesimpulan serupa juga sama untuk obat lain yang sejenis. Baclofen dan
Tizanidine memiliki lebih sedikit potensi kecanduan daripada relaksan otot
lainnya. Relaksan otot tidak dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti
tentang manfaatnya masih belum jelas.

12
4. Opioid
Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek
opioid dalam berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak ada
penelitian acak berkualitas tinggi untuk menunjukkan manfaat dan keamanan
opioid jangka panjang untuk setiap indikasi pemberiannya. Kegunaan opioid pada
nyeri leher harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti
sembelit, sedasi, dan ketergantungan. Beberapa pihak mendukung penggunaan
opioid dalam berbagai sindrom nyeri ketika strategi lain tidak melngurangi rasa
sakit secara adekuat, dan ada bukti jelas bahwa obat ini tidak merugikan pasien
dan memberikan peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan.

5. Antidepresan ajuvan dan Antikonvulsan


Meskipun tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol untuk
penggunaan agen ini secara khusus pada nyeri leher, penggunaannya, terutama
dalam nyeri kronis dan neuropatik, secara didukung secara luas oleh berbagai
literatur (rekomendasi A). Juga harus dicatat bahwa dalam sindrom nyeri kronis,
depresi sering terjadi bersamaan, dan pengobatan depresi secara agresif sering
memberikan bermanfaat.

6. Hipnotik sedatif
Tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol yang cukup panjang untuk
menunjukkan manfaat dan keamanan jangka panjang obat ini untuk mengobati
nyeri. Selain menghilangkan rasa sakit yang secara khusus disebabkan oleh
kejang otot, obat ini bukan penghilang rasa sakit yang efektif.

7. Steroid
Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk nyeri
leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Hasil uji coba dibagi antara hasil yang
positif dan negatif. Perbedaan hasil yang didapat merupakan akibat, setidaknya
sebagian, dari penyakit yang berbeda antar kelompok pasien dan perbedaan
teknik. Uji coba terakhir dengan pemilihan pasien yang lebih hati-hati dan teknik

13
terstandar telah menunjukkan hasil yang lebih positif. Oleh karena itu keputusan
untuk mempertimbangkan penggunaan steroid epidural pada setiap pasien
merupakan latihan dalam penilaian klinis. Tidak ada ada alasan yang jelas dalam
penggunaan injeksi steroid epidural pada nyeri nonradicular. Penggunaan steroid
untuk nyeri radikuler harus jelas (rekomendasi B).
Beberapa pihak merekomendasikan penggunaan injeksi steroid epidural,
sedangkan yang lain tidak. Percobaan sederhana yang mempelajari manfaat klinis
steroid sistemik masih belum meyakinkan, dan uji klinis untuk membandingkan
steroid oral dan epidural masih belum ada. Injeksi steroid intraartikular belum
terbukti dapat menghilangkan rasa sakit jangka panjang yang efektif, dan
penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati WAD kronis 10.

14
BAB III
KESIMPULAN

Nyeri punggung bawah atau Low Bak Pain (LBP) adalah kondisi yang
tidak mengenakkan atau nyeri kronis minimal keluhan 3 bulan disertai adanya
keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau
mobilisasi.
Lower back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan
masalah kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan
aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang tidak
menyebabkan kematian, namun mneyebabkan individu yang mengalaminya
menjadi tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban ekonomi yang sangat
besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah.
Low back pain dapat disebabkan oleh faktor mekanik seperti: degenerasi
segmen diskus, fraktur vertebra, ketidaksamaan panjang tungkai, spondilosis,
radikulopati dll. Dan low back pain dapat disebabkan juga oleh nonmekanik
seperti: sindrom neurologis, gangguan sistemik, dan nyeri kiriman (referred pain).
Pada anamnesis, pasien biasnaya mengeluhkan nyeri punggung yang
tersamar pada tulang belakang bagian bawah dan berlangsung selama beberapa
tahun. Nyeri terutama dirasakan sehabis istirahat dari aktivitas. Pada tingkat
selanjutnya terjadi spasem otot paravertebralisdisertai hilangnya lengkung
lordotik lumbal.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/back+pain
2. http://www.nhs.uk/conditions/back-pain/Pages/Introduction.aspx
3.Sudirman S, Hargiyanto. Kajian teknologi kesehatan atas perbedaan efek
analgesia dari elektroakupunktur dengan frekuensi rendah, kombinasi, dantinggi,
pada nyeri punggung bawah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2011;14(2):
203-208.
4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17xxxviiithEdition. New York: McGrawHill,
2008.
5. Purba JS, Ng DS. Nyeri punggung bawah: patofisiologi, terapi farmakologi dan
non-farmakologi akupunktur. Medicinus 2008; 21(2): 38-42.
6. en.wikipedia.org/wiki/Back_pain
7. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities. Dalam Adams
and Victor’s: Principles of Neurology. Eight Edition. New York: McGrawHill,
2005.
8. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back pain in
olderadults: prevalence and risk factors for back pain onset. Rheumatology
2011;50: 164-1653.
9. Chou R, Qaseem A, Snow V, et al. Diagnosis and treatment of low back pain:a
joint clinical practice guideline from the american college of physicians and the
american pain society. Ann Intern Med 2007; 147: 478-491.
10. Tunjung R. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah di
puskesmas.dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalak
sanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/.

16

Anda mungkin juga menyukai