Disusun Oleh :
Kelompok X
Dhea Fernindi 1515371012
Larasati Aulia Puteri Asya 1515371018
Yeni Rahmayanti 1515371037
1
Modul Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
PENGOLAHAN DATA
A. PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di
Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak
signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi
modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%,
di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia
naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-
negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas
pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum
terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh
pertumbuhan populasi (WHO, 2014).
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak
252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk
sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah
laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan
(2013) sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%. Laju
pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan
pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran
tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk
dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).
Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian khususnya saat ini, survei Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2013 menunjukan kondisi bahwa PUS
(Pasangan Usia Subur) yang mengetahui semua alat kontrasepsi modern, seperti IUD
(Intra Uterine Device)/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/Spiral, MOP (Metode
Operasi Pria), MOW (Metode Operasi Wanita), Implan, Suntik, pil KB dan kondom hanya
10,6%. Ini artinya masih 80,4% PUS belum mengetahui semua alat kontrasepsi modern
dan yang mengetahui sedikitnya 6 (enam) jenis alat kontrasepsi modern hanya 59,2%.
Disisi lain, PUS yang mengetahui semua alat atau cara KB (IUD/AKDR/Spiral, MOP, MOW,
dan Implan) ternyata hanya 40,2%. Ini artinya masih ada sekitar 59,8% PUS yang belum
mengetahui semua jenis alat kontrasepsi.
KPP-KB (Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) memiliki tujuan
dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan PLKB/PKB
(Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluhan Keluarga Berencana) merupakan
ujung tombak sebagai juru penerang ataupun agent of change pada keluarga dan
2
Modul Pembelajaran
masyarakat luas menuju perubahan dari tidak mendukung menjadi mendukung program
KB dan sebagai upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
PLKB memiliki fungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengembangkan,
melaporkan dan mengevaluasi program KB Nasional dan program pembangunan lainnya
di tingkat Desa/Kelurahan.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
C. URAIAN MATERI
A. Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Pada
hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga dengan anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya.
Secara garis besar dalam pelayanan kependudukan atau KB mencakup beberapa
komponen yaitu: (1) komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), (2) konseling, (3)
pelayanan kontrasepsi, (4) pelayanan infertilitas, (5) pendidikan seks, (6) konsultasi
pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, (7) konsultasi genetik, (8) tes
keganasan, dan (9) adopsi (Pinem,2009).
Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan
“konsepsi” yang berarti pertemuan antara sperma dan sel telur yang matang dan
sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi adalah
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya telur yang dibuahi ke dinding rahim (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah kehamilan akibat
pertemuan sel telur dan sperma tersebut (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program KB
1. Umur
Umur adalah usia individu yang dihitung mulai dari dilahirkan sampai saat sekarang
ini. Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang karena dengan
semakin bertambahnya umur, maka semakin banyak juga pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang
belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
Faktor umur sangat berpengaruh pada aspek reproduksi manusia terutama dalam
pengaturan jumlah anak yang dilahirkan yang akan berhubungan dengan pola
3
Modul Pembelajaran
kesehatan ibu, dimana untuk Pasangan Usia Subur yang berumur dibawah 20 tahun
dianjurkan menunda kehamilan dengan menggunakan pil KB, suntik, susuk, kondom
atau intravag. Pasangan Usia Subur yang berumur diatas 35 tahun atau pada fase
mengakhiri kesuburan. Dianjurkan menggunakan Kontrasepsi Mantap, IUD/AKDR,
susuk/AKBK. (Wiknjosastro, 2005).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Alwi,2003).
Menurut Suwarno yang dikutip oleh Nursalam (2001), pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima
ide-ide atau teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu
yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
memberikan tanggapan yang rasional dibandingkan dengan orang yang tidak
berpendidikan sama sekali. Oleh karena itu mereka yang berpendidikan lebih tinggi
dalam menghadapi sesuatu tantangan dan gagasan baru akan lebih banyak
menggunakan rasio dibandingkan perasaannya. Sedangkan bagi mereka yang
berpendidikan lebih rendah lebih banyak menggunakan perasaan dari pada rasio
(BKKBN, 2005).
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun mati, persalinan yang
pernah dialami oleh seorang wanita dari kehamilan yang pertama sampai kehamilan
sekarang. Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam hubungan kesehatan
Pasangan Usia Subur. Tingkat paritas yang lebih tinggi mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang lebih, dibandingkan dengan tingkat paritas yang lebih rendah (
Notoatmojo, 2003).
Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas
pertama dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih tinggi, sedangkan resiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi dengan menggunakan KB. (Wiknjosastro, 2005).
Wanita usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu,
yaitu : terlalu banyak, seorang wanita dengan jumlah anak lebih dari 4 orang akan
lebih sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan atau
penyebab yang lain (Hartanto, 2004).
4. Sumber Informasi
Sumber Informasi adalah media yang digunakan seseorang untuk memperoleh
informasi pesan. Semakin banyak informasi yang didapat, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan, salah satunya tentang Alat
Kontrasepsi IUD (Meliono, 2009). Sumber Informasi dapat diperoleh secara :
a. Intern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari Keluarga dan Petugas Kesehatan
(instansi kesehatan). Pada umumnya pendekatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan adalah dengan cara ceramah atau Penyuluhan Kesehatan.
b. Extern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari Media Elektronik (televisi, radio, CD,
dan lain-lain), ataupun Media Cetak ( majalah, koran, buku, dan lain-lain). Sumber
4
Modul Pembelajaran
informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003)
B. Metode KB IUD dan Implan
1. Pengertian Metode implant
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul
silastic silicon polidymetri silicon dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui
dinding kapsul. Levonorgestrel ( LNG ) adalah suatu progestin yang dipakai juga
dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita.
5
Modul Pembelajaran
Duplant merupakan implan baru yang sedang dalam tahap fase III uji coba klinis dan
merupakan copy dari Sinoimplan yaitu implan 2 batang dengan ukuran, kandungan
dan cara kerja yang identik dengan Indoplant. Sebagai zat aktif kontrasepsi implan,
levonorgestrel merupakan hormon steroid dengan aktivitas progesteron yang
kuat dan aktivitas androgen yang lemah.
e. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg
nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama
kerja 1 tahun.
f. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari
bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh.
Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant.
Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi.
Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E- kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm,
terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel,
dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel.
Lama kerja 12-18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton
adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.
Jenis-jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi tersebut. Lama kerja
ini dipengaruhi oleh jenis hormon yang digunakan serta dosis hormon yang
terkandung dalam kapsul implan. Implan yang dapat mengalami biodegradasi
menghantar progestin dalam kadar konstan untuk suatu periode waktu yang
bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam jaringan tubuh. Tingkat penggunaan
kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap
pengangkatan secara bedah.
6
Modul Pembelajaran
7
Modul Pembelajaran
Kerugian atau efek samping kontrasepsi implan pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),
hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-
kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari
10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Efek samping yang paling
sering terjadi pada pemakaian implan LNG adalah perubahan pola perdarahan haid.
Perdarahan bercak atau perdarahan terus-menerus sering terjadi terutama pada 6-9
bulan pertama pemakaian. Dari hasil penelitian didapatkan pola perdarahan
tersebut lebih sering dijumpai pada siklus dimana kadar estrogen rendah (yaitu pada
siklus anovulasi atau siklus ovulasi terganiggu). Sebaliknya perdarahan yang tidak
teratur jarang dijumpai pada siklus yang berovulasi. Rata-rata jumlah darah yang
keluar biasanya lebih sedikit dibandingkan saat memakai implan. Kadar hemoglobin
meningkat dengan dilanjutkannya pemakaian implan dan jarang sekali yang
mengalami perdarahan berat sehingga menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Dalam pengamatan selama 3 tahun tidak didapatkan angka penghentian pemakaian
yang disebabkan oleh perubahan pola perdarahan pada kedua jenis implan tersebut.
Perubahan perdarahan yang sering terjadi terutama adalah perdarahan yang lama
dan tidak teratur. Perubahan tersebut akan berkurang sejalan dengan waktu
pemakaian. Penghentian pemakaian selama 5 tahun yang disebabkan oleh
perubahan pola perdarahan haid secara kumulatif adalah 4,2-30,7 per 100 pemakai
implan, meskipun demikian tahun pertama kelangsungan pemakai implan LNG
berkaitan dengan efek samping tersebut lebih baik dari IUD, pil KB dan kontrasepsi
suntik.
2) Nyeri kepala
Timbulnya keluhan seperti nyeri kepala yang dialami oleh pengguna kira-kira
20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
3) Peningkatan berat badan
Wanita yang menggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat
badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan
pada pengguna implan dikacaukan oleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan.
Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik
levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidak mempunyai dampak klinis
apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam
indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur
dengan berat badan).
4) Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit
yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga
menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik
8
Modul Pembelajaran
9
Modul Pembelajaran
5. Metode IUD
a. Pengertian IUD
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR
adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita.
Alat ini merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan
diseluruh dunia dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR
memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1
tahun atau lebih. (Anna, 2006).
b. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja IUD yaitu :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk pembuahan.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati, 2009).
Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa pada zaman
dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan ternyata unta
mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada tahun 1909 di
polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal
yang dimasukkan kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan
dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim dan hasilnya
memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari plastik yang
disebut lippes loop (Niken, 2010).
c. Efektifitas IUD/AKDR
Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). (Hidayati, 2009).
Pada prinsipnya semua kontrasepsi efektif apabila digunakan dengan baik dan benar,
namun ada beberapa metode yang tingkat ketergantungannya cukup tinggi.
Kontrasepsi ini Jika tidak dibina dengan baik maka angka kegagalannya akan tinggi.
Salah satu metode tersebut adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau (IUD).
IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100% tergantung
pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A memiliki efektifitas
cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak ditemukan adanya kehamilan.
Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2
kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).
10
Modul Pembelajaran
11
Modul Pembelajaran
A. LATIHAN
12
Modul Pembelajaran
mini pil atau pil kombinasi dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan
reversibel untuk wanita.
3. Jelaskan secara singkat pengertian KB IUD!
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim wanita.
IUD atau AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan
nyaman bagi banyak wanita
4. Bagaimana mekanisme kerja IUD?
Mekanisme kerja IUD yaitu :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk pembuahan.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
5. Bagaimana mekanismem kerja Implan?
Mekanisme kerja Implan :
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.
13
Modul Pembelajaran
C. RANGKUMAN
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya telur yang dibuahi ke dinding rahim (Mulyani dan
Rinawati, 2013). Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah kehamilan
akibat pertemuan sel telur dan sperma tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
program berKB yaitu umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi.
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic
silicon polidymetri silicon dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul.
Levonorgestrel ( LNG ) adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti
mini pil atau pil kombinasi dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel
untuk wanita.
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR adalah
suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini
merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia
dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki efektifitas lebih
dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun atau lebih.
D. TES FORMATIF
E. DAFTAR PUSTAKA
Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC.
BKKBN. 2007. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta :
Salemba Medika.
Humaniraya. 2009. Penduduk Indonesia, http://jurnalnet.com. Diakses oleh fitria
ulfah, 20 Mei, 14.15 wib.
Moehqadri. 2009. Repitulasi Laporan Bulanan Pengendalian
Lapangan, http://www.waspada.com. Diakses oleh Fitria Ulfah. 23 Mei, 15.20
wib.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
14
Modul Pembelajaran
15