Anda di halaman 1dari 26

Disusun untuk Memenuhi Tugas KMB II

Dosen Pembimbing : Salafudin Yusro

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2018

BAB I

PENDAHULUAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah II ( KMB II ) ini.Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical
Bedah II (KMB II) ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Bapak
Salafudin Yusro yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di
manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Kudus, 19 Januari 2019

Penulis

2
A. LATAR BELAKANG

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka.Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.Bentuk kaku (rigid) dan kokoh
antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi.Adanya
penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel
dan nyaris tanpa gesekan.Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di
bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup.Sendi
merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik
satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen,
proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas
memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak
mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.Dislokasi


ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha).Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.Selain
macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

3
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu definisi dislokasi sendi?
2) Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
3) Apa saja etiologi dislokasi sendi?
4) Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
5) Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
6) Bagaimana WOC dislokasi sendi?
7) Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
9) Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
10) Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
11) Bagaimana askep dari dislokasi sendi?

C. TUJUAN PENULISAN
1) Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.
2) Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
3) Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
4) Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
5) Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
6) Dapat mengetahui bagaimana WOC dislokasi sendi.
7) Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi.
8) Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi.
9) Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi
10) Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
11) Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISLOKASI SENDI

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2355).

Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko


tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000,
edisi 6, Halaman 1118).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan
yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6,
vol 2, Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah

5
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI


Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :

1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner &
Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

6
Berdasarkan tempat terjadinya :
1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
 Menguap atau terlalu lebar.
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
 Paling sering terjadi ke arah lateral.
 Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
 Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah

7
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI


Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang

1. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha.Pada
keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik
tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian
kiri serta kanan tidak simetris.Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua
sisi).Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini
mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X,
karena tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik. Tindakan dengan reposisi
dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak ditemukan
secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.

8
D. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk
bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan,
baik pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang
maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut lebih mudah terkena bila yang
mengontrol sendi tersebut kurang kuat.

E. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI

MEDIS

1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu
250mg tiap 6 jam.
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis
pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :

9
 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.
 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

1
0
F. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI
1) Komplikasi Dini
 Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
 Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur Dislokasi
2) Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
 Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot
G. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI
a) Cedera Akibat Olahraga
 Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
 Latihan atau exercise
 Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
 Kurangi kecepatan
 Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
 Patuhi peraturan lalu lintas
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI

1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

1
1
2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.

3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

1
2
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN:

Nama : Mujiono

Jenis Kelamin :Laki-laki

TempatTanggalLahir: Magelang,20Oktober1966

Umur : 47tahun

Alamat :AsramaRST, Magelang

Agama :Islam

Pekerjaan :TNIAD

Masuk Tanggal :4 Juli2013pukul07.00WIBdiRuang Edelweis

SUBJEKTIF :

KU :

o Datang dari IGD dengan keluhan utama nyeri pada bahu kanan dans ebagian
lengan atas

RiwayatPenyakitSekarang(RPS)

o Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas dirasa setelah mengalami
kecelakaan lalulintas motor vsmotor padatanggal 4Juli2013 pukul6.35WIB
dengan posisi jatuh tengkurap dan lengan kanan menopang badan.

oNyeri dirasakan terus-menerus

oNyeri disertai pembengkakan(+),nyeri tekan(+),gerakan terbatas

1
3
oNyeri bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan

Keluhan Tambahan (KT):

o Saat dan setelah kejadian kecelakaan lalulintas keadaan sadar(+),amnesia(-),


helm(+)

oPusing (-)

oMual(-),muntah(-)

oLuka pada bibir bagian atas (+)

oMakan (+),minum(+)

oBAKdbn,BABdbn

RiwayatPenyakitDahulu (RPD):

oRiwayat trauma akibat kecelakaan lalu lintas(+)

oRiwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke disangkal

oRiwayat alergi obat, makanan,dan lain-lain disangkal

RiwayatPenyakitKeluarga(RPK):

oRiwayat keluhan yang samapai keluarga disangkal

oRiwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke disangkal

Riwayat Pengobatan(RPO):

oBelum melakukan pengobatan sebelum masuk rumahsakit

1
4
OBJEKTIF :

1. StatusGeneralis

Keadaan umum : sakit sedang

GCS :E4V5M6

Vitalsign :

oTekanan darah: 110/70mmHg

oNadi :68x/menit

oSuhu :36.3˚C

oPernafasan :22x/menit

1
5
Kepaladan Leher:

oKonjungtivaanemis :(-/-)

oSkleraikterik :(-/-)

oPupilisokor :(± 2mm/± 2mm)

oSianosis :(-)
oDyspneu :(-)
oPembesaran KGB :(-)

oJejas : vulnusekskoriasidiatasbibir(+)
Thorax :

oParu :

- I:simetris kanandankiri,retraksi(-)

- P:gerakannafashemithorax kanandan kirisimetris

- P:perkusiparusonorkanandankiri

- A :suaranafasdasarvesikuler, wheezing -/-,rhonki-/-

oJantung :

- I:iktus kordis tidakterlihat

- P:iktus kordis terabadan kuatangkat

- P:batasjantungdalambatas normal

1
6
- A :bunyijantungIdan IIregular,murmur(-),gallop(-)
Abdomen :

oI:soefl

oA :bising usus(+)normal

oP:nyeritekan (-),hepardanlientidakteraba

oP:timpani

Ekstremitas :

oMotorik sde-5/5-5

oAkralhangat++/++

oEdema +-/--

2. StatusLokalis

1
7
Ekstremitas superiorbagian proksimal:

Look

oLuka :(-)
oEritema :(+)
oEdema :(+)
oFalsemovement :(+)
oDeformitas/asimetri :(+) Feel

oTenderness :(+)
oEdema :(+)
oKrepitasi :(+)
oFalsemovement :(+)

oEvaluasistatusneurovascular:

- Pulsasi :(+)dbn

- Pain :(+)

- Pallor :(-)

- Paralyze :(-)

- Parestesia :(-)

- Functio laesa :(+)


Move

oGerakan aktif :

- Limitation (+) dan pain (+) pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
endorotasi, eksorotasiekstremitas atas.
- Clear (+)danpain(-)padasupinasi, pronasisendipergelangan tangan.

- Clear (+) dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi jari-jari
tangan.

- Limitation (+) dan pain (+) pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
endorotasi, eksorotasiekstremitas atas.

- Clear (+)danpain(-)padasupinasi, pronasisendipergelangan tangan.

- Clear (+) dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi jari-jari
tangan.

3. HasilPemeriksaanRadiologi
4,Hasil pemeriksaan laboratorium

WBC : 10.3x 10³ /mm 3 %LYM : 13.4%

RBC : 4.73x 10 6/mm3 %MON : 3.1%


HGB : 13.5g/d l %GRA : 83.5%
HCT : 39.4% #LYM : 1.3x 10³ /mm 3
PLT : 170x 10³ /mm 3 #MON : 0.3x 10³ /mm 3
PCT : 0.110 % #GRA : 8.7x 10³ /mm 3
MCV : 83μm3 GLUCOSE : 144mg/dl
MCH : 28.6pg UREADIASYS : 14mg/dl
MCHC : 34.3g/d l CREATININE : 1.2mg/dl
RDW : 14.3% SGOT : 31U/ I

MPV : 6.4μm 3 SGPT : 29U/I


PDW : 14.5% CT/BT :4’/1’ -30”

5. HasilPemeriksaanEKG
ASSESSMENT:

Dislokasianteriorbahu

Frakturleherhumerus

PLANNING:

Planning diagnostik:

- Darah lengkap

- RontgenshoulderjointdextraAP

- Rontgenthorax

- Elektrocardiografi

- Elektromiografi

7
Planning monitoring:

- Observasikeadaan umum

- Observasivitalsign

- Observasigejalayangmuncul

- Observasiefeksampingobat

Planning terapi(IGD):
Terapikausatif

- Perawatan luka

- InjeksicefotaximIV

8
Terapisimtomatis

- InjeksiketorolacIV1x1

Terapisuportif

- Infus ringerlaktat16tpm

- Pasang elasticverband danarmsling

Planning edukasi:

- Edukasi meliputipenjelasan penyakit yang dialami hingga prognosisnya, tindakan


imobilisasiuntukwaktu ± 6 minggu,makan makanantinggikalori dantinggiprotein
untukmembantuprosespenyembuhandanrutincontrol kesehatan.

1) DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai
dengan perubahan postur tubuh.
d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

2) INTERVENSI KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)


 Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan nyeri
berkurang atau teratasi.

9
 Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
- Pasien tidak gelisah
- Tanda-tanda vital normal

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional


1 Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera Fisik(trauma kecelaka n dan cedera olahraga) Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan dengan kriteria hasil : 1. Observasi keadaan umum pasien(tingkat nyeri dan TTV)1. Mengetahui keadaan umum pasien dan tingkat nyeri pasien.
1. Memperlihatkan pengendalian nyeri.2. Beri posisi nyaman(semi fowler).2. Posisi semi fowler dapat meminimalkan nyeri pada dislokasi
D S : 2. Melaporkan tidak adanya nyeri3. Berikan kompres hangat pada lokasi dislokasi3. Kompres hangat berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah.
klien melaporkan adanya nyeri. 3. Tidak menunjukan adanya nyeri meningkat.(tidak ada ekspresi nyeri pada wajah,tidak gelisah atau ketegangan otot, idak me4.
rintih atau menangis.) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.4. Teknik distraksi dan relaksasi berfungsi dalam mengalihkan fokus nyeri pasien
D O : 5. Beri HE tentang penyebab nyeri, dan antisipasi ketidaknyamanan.5. Penanaman HE bfungsi utk mngurangi kecemasan pasien terhadap kondisinya
klien tampak berperilaku distraksi (mondar mandir, aktivitas berulang, memegang daerah nyeri), perilaku ekspresif (gelisah, meringis, menangis , menghela napas panjang) 6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pada dslksi

1
0
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan R a s i o n a l

1 . Hambatan mobil tas fis k berhubungan dengan gang uan muskuloskletal- DS: pasienmengeluh sulit dalam bergerak- SeDO:telahtiddiabkerdiakpaantamesuhlaaknukkeapnearkawtivaittaans seelcaamraama…xn2d4irj,agme,radkihaanratipdkaakntekrlaietunrdaatpaauttmeidalkakteurkkaonrmodinbaislisasi dengan teratur dengan kriteria hasil : 1) Observasi keadaan umum(tingkat mobilitas dan kekuatan otot) 1) Menunjuk an tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
1. Klien mengatakan dapat melakukan pergerakan dengan bebas2) Ajarkan ROM 2) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
2. Gerakan pasien terkoordinir3) Pengaturan posisi 3) Meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis
3. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri4) Berikan bantuan perawatan diri: berpindah 4) Membantu individu mengubah posisi tubuhnya
5) Berikan HE tentang latihan fisik 6) Kolaborasi dengan ahli fis oterapi dalam memberikan terapi yang tepat 5) Mengubah persepsi pasien terhadap latihan fisik.

6) Mengembalikan posi tubuh autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari posi sakit atau cedera

c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai


dengan perubahan postur tubuh.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi R a s i o n a l

1 . Gang uan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh. Pasien bisa mengatasi body image pasien Kaji konsep diri pasien Dapat mengetahui pasien

- Kembangkan BHSP dengan pasien Menjalin saling percaya pada pasien

- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalah nya

Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya

Bantu pasien mengatasi masalahnya.

1
1
d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Int e rvens i R a s i o n a l

1 . Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit Kecemasan pasien teratasi dengan KH : Kaji tingakat ansietas klien Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.

- klien tampak rileks


Menggali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien.
- klien tidak tampak bertanya – tanya
Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
Agar perawat tau seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya.

Kaji pengetahuan Pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.

Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi


Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-
ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan
gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang,
pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha
pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Dan
penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya

1
2

Anda mungkin juga menyukai