Anda di halaman 1dari 11

https://m.liputan6.

com/regional/read/3198193/cerita-warga-labuhanbatu-menyelamatkan-burung-
enggang-rangkong

https://kumpulanberitanias.wordpress.com/2017/09/19/page/3/

Omo Sebua dan Omo Hada, Rumah Tradisional


Nias yang Tahan Gempa
Cover : Omo sebua (Sumber: xdesignmw.wordpress.com)

Omo Sebua adalah gaya rumah tradisional masyarakat Nias dari kepulauan Nias, Indonesia.
Rumah ini hanya dibangun untuk kepala desa dan biasanya terletak di pusat desa. Omo Sebua
dibangun di atas tumpukan kayu ulin besar dan memiliki atap yang menjulang. Budaya Nias,
yang dulunya sering terjadi perang antar desa, membuat desain Omo Sebua dibuat untuk tahan
terhadap serangan. Satu-satunya akses masuk ke dalam rumah adalah melalui tangga sempit
dengan pintu kecil di atasnya. Bentuk atapnya yang curam dapat mencapai ketinggian hingga 16
meter. Selain memiliki pertahanan yang kuat, Omo Sebua telah terbukti tahan terhadap gempa.
Rumah adat Nias Utara (Sumber: sisteminformasipulaunias.wordpress.com)

Bangunan ini memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar dan balok diagonal
yang juga berukuran besar serta bahan-bahan lainnya yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan
stabilitas terhadap gempa bumi. Atap pelana di bagian depan dan belakang juga memberikan
perlindungan yang sangat baik terhadap hujan.
Omo Hada (Sumber: flickr.com)

Omo Hada, sama seperti Omo Sebua, merupakan rumah rakyat jelata yang berbentuk persegi.
Untuk tindakan perlindungan, pintu dibuat untuk menghubungkan setiap rumah, yang
memungkinkan warga desa untuk berjalan di sepanjang teras tanpa harus menginjakkan kaki di
tanah.

7000 tahun yang lalu, Imigran yang berasal dari Asia Tenggara mulai menghuni bagian tengah
Pulau Nias dan mulai mengembara serta mendirikan hunian di daerah pedalaman. Namun,
mereka tidak dapat bersatu lagi karena tidak memahami perpetaan hingga akhirnya mereka
terpecah menjadi 3 bagian, yaitu wilayah tengah, Selatan dan Utara. Di antara masing -masing
wilayah ini, terdapat perbedaan bahasa, kelompok masyarakat, dan budaya. Demikian pula ada
perbedaan pada arsitektur bangunannya.
Rumah Nias Utara (Sumber: www.northniastourism.com)

Nias Utara

Rumah di Nias Utara memiliki atap loteng yang lebar dan kisi-kisi jendela yang besar sehingga
dapat memberikan penerangan yang maksimal di siang hari dan juga ventilasi yang baik. Kisi-
kisi jendela serta ruang pada bagian atap yang luas membuat sirkulasi udara dapat masuk ke
dalam rumah dan menciptakan suhu yang sejuk di dalam rumah.
Pondasi rumah Nias Utara (Sumber: www.kompasiana.com)

Lantai utama dibagi menjadi ruang pertemuan, Talu Salo, dan kamar tidur. Dapur dan kamar
mandi berada di paviliun di bagian belakang rumah. Mereka hanya memiliki sedikit perabotan.
Barang-barang mereka kebanyakan diletakkan di dalam lemari atau peti. Furnitur yang penting
diletakkan di sepanjang kisi-kisi jendela yang biasanya digunakan sebagai kursi.

Untuk memaksimalkan elastisitas konstruksi bangunan, pilar-pilar tidak didirikan di atas tanah,
melainkan di atas pondasi batu. Hal ini merupakan teknik perlindungan untuk menghindari
kontak langsung antara tanah dengan kayu agar konstruksinya dapat tahan lebih lama.

Ornamen pada rumah Nias


Tengah (Sumber: www.kompasiana.com)
Nias Tengah
Sebenarnya sejarah dari pemukiman Nias berawal dari Nias Tengah, tetapi semakin ke sini
arsitektur bangunan tampak seperti Peranakan dari gaya bangunan di Nias Utara dan Nias
Selatan. Keistimewaan dari ciri arsitektur Nias Tengah terletak pada dekorasi dan seni hiasnya.
Pada bagian depan terdapat replika binatang yang dibuat sebagai perlindungan untuk penghuni
rumah.

Perkampungan Nias Selatan di daerah perbukitan (Sumber: bazikho82.blogspot.co.id)

Nias Selatan

Perkampungan di Nias Selatan terletak di atas perbukitan. Pada zaman dahulu, ketika serangan
perang dan perburuan kepala muncul di wilayah ini, warga membangun parit yang dalam tepat di
belakang pagar bambu runcing sebagai benteng pertahanan kampung.
Pada setiap permukiman terdiri dari beberapa ratus tempat tinggal yang terletak di kedua belah
sisi jalan yang memanjang hingga 100 meter. Daerah pemukiman yang tinggi mengharuskan
mereka untuk menempuh anak tangga panjang yang terbuat dari batu. Pola jalan dari
perkampungan ini bisa bertambah sesuai dengan pertambahan penduduknya hingga membentuk
pola “T” atau “L”.

Batu megalit di depan rumah (Sumber: www.lihat.co.id)

Pada setiap pemukiman terdapat halaman yang cukup luas. Di bagian depan halaman yang
menuju ke arah jalan kampung, terdapat tempat untuk meletakan batu-batu megalit yang disebut
Öli Batu (dinding batu) dan menjadi lambang dari kedudukan sang pemilik rumah. Batu -batu
tersebut memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya Menhir (batu megalit yang berbentuk
tegak tinggi), bangku, dan tempat duduk melingkar.
Tiang berbentuk V di depan rumah (Sumber: pinterest.com)
Bentuk dasar dari bangunan di Nias Selatan adalah persegi panjang dengan konstruksi tinggi dan
ujung atap yang mengarah ke jalan. Struktur bangunan dibuat dari 4 barisan pilar (Ehomo), yang
berbentuk tegak lurus dari dasar hingga lantai pertama. Tiang yang saling silang dijadikan
sebagai penopang, sama seperti pemukiman di Nias Utara, tetapi yang membedakan adalah tiang
berbentuk “V” yang terletak di bagian paling depan rumah.

Sama seperti rumah di Nias Utara dan Tengah, tiang-tiang di rumah Nias Selatan tidak bertumpu
pada tanah melainkan di atas pondasi batu untuk mencegah pelapukan dan membuat
konstruksinya semakin fleksibel. Ruangan di bawah rumah digunakan sebagai tempat
penyimpanan barang atau kandang ternak pemilik rumah.

Sumber:

http://juliesartoni.blogspot.co.id/

http://www.kompasiana.com/andybatee/

https://www.arsitag.com/article/omo-sebua-dan-omo-hada-rumah-tradisional-nias-yang-tahan-
gempa

Rumah Tanpa Paku, Tahan Gempa | Ciri Khas “Omo Sebua” By onomatua Posted on 28 February
20176 min read0 Comments0358 Share on Facebook Share on Twitter Share on Google+ Share on
Reddit Share on Pinterest Share on Linkedin Share on Tumblr Omo Sebua adalah jenis rumah adat
dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Omo Sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat
desa dengan tiang tiang yang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo Sebua didesain secara
khusus untuk melindungi penghuninya dari serangan saat terjadinya perang suku pada zaman
dahulu. Jalur masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk atap
rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk berlindung dari
serangan musuh, Omo Sebua diketahui tahan terhadap goncangan gempa bumi. Rumah Adat Nias
merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Pulau Nias. Meskipun sudah berumur ratusan
tahun, Rumah Adat Nias atau “Omo Hada/Omo Sebua” masih bertahan sampai sekarang. Rumah
Adat Nias ini memiliki keunikan tersendiri yaitu tidak menggunakan Paku untuk menghubungkan
masing-masing bagian di rumah adat tersebut, tetapi hanya menggunakan pasak kayu. Karena
semua bahan bangunan dari Omo Sebua ini hanya terdiri dari kayu-kayu besar khas Nias, seperti
kayu Manawadano, Kayu Berua, Kayu Afoa, Kayu Avini, Kayu Simalambuo dan daun rumbia (bulu
zaku) ,berbeda dengan rumah-rumah biasa pada umumnya. Namun Omo Sebua atau Rumah Adat ini
terbukti sangat kokoh dan tahan terhadap gempa. Omo Sebua ini termasuk salah satu bangunan
yang tergolong elite di Pulau Nias. Jika Omo Sebua adalah rumah pemimpin maka Omo Hada adalah
rumah tradisional masyarakat Nias. Biasanya pada sebuah kampung atau desa di Nias terdapat
sekitar 20-30 rumah Omo Hada dan 1 rumah Omo Sebua sebagai rumah kepala suku, Omo Hada ini
adalah bangunan yang memiliki nilai-nilai tradisi dan budaya yang sangat penting di dalam
kehidupan masyarakat di Pulau Nias, bahkan bangunan ini termasuk bangunan yang sangat dijaga
keberadaannya oleh masyarakat Nias. Rumah Adat ini umumnya disangga oleh balok-balok kayu
berbentuk letter X yang disebut “diwa”. Diwa menahan lantai rumah di bagian kolong, selain ada
pula “siloto” yang berupa kayu panjang yang menempel di bagian bawah papan lantai rumah
tersebut. Siloto langsung menahan lantai rumah, dan merupakan bagian kayu yang paling elastis.
Ada juga “gehomo”, yaitu kayu-kayu yang tegak lurus menopang dan memagari seluruh kolong
rumah sehingga Omo Hada semakin kokoh sekaligus elastis. Gehomo berada di bagian terluar pada
kolong rumah, sedangkan siloto dan diwa berada di bagian dalamnya.. Untuk memasuki rumah adat
ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga yang selalu ganjil 5 – 7 buah, kemudian
memasuki pintu rumah yang ada dua macam yaitu seperti pintu rumah biasa dan pintu horizontal
yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini
mempunyai maksud untuk menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar menyerang ke dalam
rumah bila terjadi peperangan. Rumah adat Nias biasanya diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu
yang sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan Tawalo yang luas itu
interinya dihiasi ukiran kera lambang kejantanan, ukiran perahu-perahu perang melambangkan
keperkasaan. Dahulu, di ruangan ini juga digantungkan tulang-tulang rahang babi yang berasal dari
babi-babi yang dipotong pada waktu pesta adat dalam pembuatan rumah tersebut. Menurut cerita,
di ruangan ini dahulu digantungkan tengkorak kepala manusia yang dipancumg untuk tumbal
pendirian rumah. Tapi setelah Belanda datang, kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi
ciri khas adat istiadat Nias adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo (Lompat Batu).
Bangunan batu ini dibuat sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah
dewasa dalam mencoba ketangkasannya.

Copyright © http://www.niasoke.com . Read more at https://www.niasoke.com/rumah-tanpa-paku-


tahan-gempa-ciri-khas-omo-sebua/ .

https://www.niasoke.com/rumah-tanpa-paku-tahan-gempa-ciri-khas-omo-sebua/

Anda mungkin juga menyukai