Anda di halaman 1dari 98

Violet Evergarden Chapter 6

Sang Mayor dan Boneka Pembunuh Automatis

Leidenschaftlich - setelah mendengar namanya, orang akan mengatakan bahwa itu adalah
sebuah negara militer. Begitulah kesan yang dimiliki negeri yang ia tinggali.

Negara tersebut berada di sebelah selatan dari benua. Itu adalah sebuah negara maritim
dengan kota-kota yang berada di sepanjang pantai.Temperaturnya hampir hangat sepanjang
tahun dan hujan salju tidak umum di musim dingin. Mata pencaharian nasional utama adalah
produk kelautan dan sumber daya alam yang mengelilingi laut, serta pemanfaatannya dalam
perdagangan luar negeri. Leiden, kota yang berfungsi sebagai pintu gerbang utama untuk
mendarat dari benua lain, dikenal sebagai pelabuhan dagang.

Ada juga banyak negara yang perekonomiannya tidak akan bertahan jika perdagangan
mereka tidak mencapai Leidenschaftlich. Itulah sebabnya ada banyak ancaman dari bangsa
asing yang menargetkan tanah airnya. Jika seseorang mempelajari sejarah negara itu, mereka
akan melihat berbagai rekaman pertempuran melawan penjajah. Banyak tentara negara
musuh yang datang dari laut ataupun dari perbatasan antara benua lain telah tewas di depan
bentengnya. Ada juga saat dimana negeri itu juga berhasil dijajah oleh bangsa asing.
Dalam saat-saat seperti itu, setiap warga negara terbangun untuk mengusir penyusup dan
mendapatkan kembali negara mereka. Itu bisa dianggap sebagai kualitas dan semangat utama
masyarakat yang tinggal di negara yang disebut Leidenschaftlich. Karena banyak konflik
terus menerus, mempertajam pertahanan mereka menjadi sebuah kebutuhan. Mereka secara
fleksibel menggabungkan budaya dan senjata negara lain yang didapat dari perdagangan dan
memanfaatkannya sambil terus-menerus meningkatkan kemampuan senjata itu. Pengalaman
tersebut mengubah Leidenschaftlich menjadi negara militer yang terkenal di seluruh benua.

Di dalam Leidenschaftlich ada keluarga yang telah ada sejak didirikannya negeri itu -
Bougainvillea. Itu adalah keluarga yang nenek moyangnya disembah sebagai pahlawan
nasional. Permulaannya ditandai ketika kepala keluarga generasi pertama, Ratchet, menjadi
patriot yang mengabdikan diri untuk menyelamatkan negaranya dan mengusir segudang
perampok pergi dengan keterampilan pedang dan strategi militernya, dan akhirnya
menyelamatkan banyak orang.

Setelah kehebatan pendahulu mereka itu, tentunya menjadi tradisi dalam keluarga
Bougainvillea untuk membuat anak-anaknya tergabung menjadi tentara, hal tersebut tidak
berubah bahkan sampai sekarang, ketika generasi ke-26 memerintah rumah tangga. Cerita ini
dimulai dengan sebuah titik balik dalam kehidupan Gilbert Bougainvillea, kepala keluarga
generasi ke-26.

Gilbert Bougainvillea melihat 'itu' untuk pertama kalinya dalam sebuah kesempatan bertemu
setelah beberapa tahun bersama kakaknya, Dietfriet, di penginapan paling bergengsi di
Ibukota Leiden

Mereka yang memiliki darah Bougainvillea akan terlahir dengan rambut hitam pekat, mata
hijau zamrud, tungkai panjang, pinggang tipis dan bahu lebar. Dietfriet menumbuhkan
rambutnya dengan panjang seperti wanita dan mengikatnya dengan pita, dengan mengenakan
kerah seragam angkatan laut putihnya yang terbuka lebar, menampilkan kalung emas di
lehernya.

"Hei, Gil. Apa kabarmu? Seperti biasa, kau memiliki wajah yang sangat serius. Seperti ayah.
"
Di sisi lain, meski memiliki garis keturunan yang sama, Gilbert berlawanan dari kakak laki-
lakinya, dia memiliki kesejukan dalam dirinya, dalam penampilannya. Rambutnya yang licin
disisir dengan hati-hati dari dahinya ke bagian belakang kepalanya dan irisnya lebih lembut
dari pada warna hijau kakaknya, bersinar seperti batu permata zamrud sejati. Berbeda dengan
ekspresi saudara laki-lakinya yang santai, dia terlihat jantan. Dia menyerupai patung marmer,
bulu matanya begitu panjang sehingga tampak bayangan di matanya yang setengah tertutup.
Mungkin penilaian orang-orang tepat untuk melihatnya sebagai pria tampan dengan wajah
yang murung.

Mencela penampilan saudaranya itu, dia mengenakan kerah seragamnya yang seragam -
sebuah pakaian hitam keunguan yang dipasangkan dengan bantalan bahu yang mirip
akordeon - bajunya terkancing dengan rapi. Warna dari baju itu selaras dengan pesona yang
dimiliki Gilbert.

Di lantai paling atas dari sebuah gedung tinggi, di sebuah ruang yang mana penginapan
untuk satu malam bernilai satu bulan gaji orang biasa, kedua bersaudara tersebut memeluk
erat dan duduk di sofa terdekat. Ada orang yang hadir di samping mereka. Mereka adalah
rekan seperjuangan Dietfriet yang dibawanya selagi dia menemui adik laki-lakinya saat
mampir ke Leiden. Mereka semua minum dan merokok di bar counter yang dipasang di
bagian luar setiap apartemen. Asap putih berputar mengelilingi ruangan itu.

"Saudaraku ... kau masih sama ya." Gilbert berkomentar, menatap sosok kakak laki-lakinya
yang serampangan, begitu juga rekan-rekan yang dipimpin olehnya, yang memakai pakaian
serupa. Dia adalah kehadiran yang sangat tak sesuai ditengah tengah orang itu.

"Ini liburan, kau tahu? Berbeda dengan angkatan darat, angkatan laut kami menjadi sangat
bebas setiap kali kami kembali ke daratan. "

"Saudaraku ... kau selalu berpakaian seperti itu tidak peduli kau di laut atau di darat, bukan?
Rambut itu ... jika ayah melihat ini, dia pasti tidak akan membiarkannya. Mungkin dia akan
memotongnya dengan pedangnya. "

"Itu akan merepotkan. Untung dia sudah meninggal. "


Dietfriet terlihat bersuka ria, tapi adik laki-lakinya tidak membiarkannya bersikap seperti itu.
Dia menatapnya dengan tegas.

Mungkin karena lemah terhadap tatapan seperti itu, Dietfriet menghela napas. "Aah ...
maafkan aku Dia mungkin saja pria tua yang baik untukmu, tapi bagiku, dia yang terburuk.
Itu saja."

"Apakah itu alasan mengapa kau tidak datang ke pemakamannya dan membiarkanku
mengambil alih warisannya?"

"Ini lebih cocok denganmu, bukan? Rumah tangga itu tidak pernah cocok bagiku, dan aku
tidak cocok menjadi kepala keluarga. Alih-alih membiarkan kehormatan garis keturunan
brilian kita tercemar oleh keterampilan burukku, lebih baik memiliki pria yang berbudi dan
cocok untuk melakukan pekerjaan itu. Untuk kepentingan keturunan masa depan. Hei, Gil.
Bukankah itu sudah lama berlalu? Lupakan saja itu.Aku tidak ingin merasa bersalah terhadap
reuni kita ini. Aku mungkin sudah berpisah dari rumah Bougainvillea, tapi aku ingin tetap
menjadi saudaramu. Mari kita bicara tentang sesuatu yang menyenangkan. "

Mendengar bantahan saudaranya itu, Gilbert terdiam.

Itu adalah kebiasaan umum keluarga Bougainville untuk bergabung dengan angkatan darat.
Meskipun angkatan darat dan angkatan laut adalah organisasi pertahanan yang melayani
negara dan merupakan bagian militer yang sama, mereka adalah keberadaan yang terpisah.
Masing-masing sadar akan yang lain dan keduanya seringkali bermusuhan satu sama lain.
Motif utamanya adalah bahwa keduanya harus berbagi anggaran militer Leidenschaftlich.
Uang dan bunga merupakan penyebab konflik itu terlepas dari lokasi dan era.

Dalam sejarah keluarga Bougainville, Dietfriet adalah orang pertama yang memilih angkatan
laut daripada angkatan darat.Dia tidak hanya bergabung dengannya, tapi juga dengan mantap
mengukir jalur karir untuk dirinya sendiri di dalamnya. Itu semua karena kepercayaan dirinya
dalam mencetak prestasi dengan usaha dan talenta sendiri, bahkan tanpa memanfaatkan
kemuliaan orang tuanya.Gilbert mengakui itu, karena itulah dia tidak dapat menahan diri
untuk berpikir bahwa saudaranya adalah orang yang seharusnya berhasil.
"Karena kau sekarang disini ... bagaimana kalau kau mengunjungi Ibu? Tolong menjadi
mediator diantara kami berdua. "

Bila saja saudaranya tidak buruk dalam menerima kenyataan, keadaan tidak akan menjadi
begitu rumit.

"Keluarga kita besar, jadi kalau aku pergi menemui Ibu, aku harus menyapa saudara
perempuan kita, Nenek dan semua anggota yang lebih tua juga, bukan? Ini akan merepotkan.
Aku dapat dengan jelas melihat diriku berteriak pada mereka dan pergi setelah mendengar
omongan mereka. "

Saat Dietfriet menjawabnya, dengan kaki yang menyilang, Gilbert membiarkan


kekesalannya itu keluar dengan nada kasar. "Bukankah kita keluarga? Tidak bisakah kau
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan mereka sedikit saja? "

"Memang karena kita keluarga, aku ingin menjaga jarak ... tapi kau ... aku tak masalah
denganmu. Berbeda dengan yang lain. Gilbert, aku bersyukur. Ekspektasi orang tua kita
berpindah kepadamu karena aku bergabung dengan angkatan laut, dan kau telah
meresponsnya dengan baik. Bahkan aku ... mengerti bahwa aku tidak sering diberitahu untuk
pulang ke rumah karena kau telah menjadi pengganti yang baik untuk diriku. Itu sebabnya ...
aku segera merayakan kenaikan pangkatmu... karena kita bersaudara. " Bahkan dari sudut
pandang adiknya, Dietfriet sangat karismatik saat dia tersenyum dengan senang sambil
memejamkan matanya.

Meskipun Dietfriet memiliki kepribadian yang egois dan merajalela, dia memiliki semacam
kualitas yang menarik orang lain kepadanya. Dia selalu dikelilingi dan dihormati oleh banyak
orang, ia tak pernah menyegani siapapun. Karena Gilbert tidak bisa mencintai seseorang
karena terlalu tegas, kakak laki-lakinya memiliki semua yang tidak dia miliki, sampai
membuat dia sangat iri terhadapnya sebagai sesama manusia.

"Benar, aku membawa sesuatu yang hebat untuk pesta ini." Dietfriet dengan santai memberi
isyarat dengan tangannya ke salah satu temannya di dekatnya.
Saat melakukannya, pria itu membawa pelukan karung rami yang diambil dari ruangan yang
berbeda.

"Ini adalah senjata yang telah aku gunakan akhir-akhir ini tapi aku akan memberikannya
kepada kau. Dengan ini, pastinya kau akan terus mendapatkan promosi yang lebih tinggi lagi.
"

Karung itu secara tak bertanggung jawab ditempatkan di meja oval di antara keduanya.
Dietfriet menyeringai kaku saat Gilbert melihat ada sesuatu yang bergerak dari dalam
kantong dan langsung bangkit dari sofa, mencengkeram gagang pisau yang ada di sabuknya
dengan erat.

"Tidak masalah. Tidak apa-apa, Gil. Tenang. Tidak ada yang aneh. Tidak, mungkin itu
sedikit gila. Ha ha. Mungkin agak sulit ditangani dan berbahaya, tapi itu berperilaku dengan
baik saat kau tak memerintahkannya. Tapi jangan berpikir untuk melakukan sesuatu yang
aneh ... karena tampilannya tidak buruk. Sejauh yang aku tahu, delapan orang mencoba
menyelinap ke tempat tidurnya dan leher mereka robek. Sifat kasarnya itu menyulitkan. Dia
bukanlah penghibur yang baik. "

"Ada apa di dalam?"

"Gunakan... itu sebagai senjata. Jangan menganggapnya sebagai hal lain. Jangan melekat
padanya. Ini adalah 'senjata'. ok?"

"Aku bertanya ... ada apa di dalam."

"Cobalah membukanya." Kata-kata Dietfriet terdengar seperti sebuah bisikan dari setan.

Gilbert menggerakkan tangannya untuk membuka tali yang diikat erat-erat di sekitar kantong
rami yang berkedut. Orang di dalamnya tampak seperti putri duyung untuk sejenak karena
karung rami itu tergeletak di lingkar pinggangnya."

"Kami belum menamainya. Kami hanya menyebutnya 'kau'. "


'Itu' adalah seorang gadis. Pakaiannya yang berwarna penuh abu hitam itu terbuat dari kulit
dan bulu yang buruk. Sebuah tali yang agak berbau darah diikatkan di lehernya. Bau yang
terasa seperti campuran hujan, binatang liar dan darah tercium dari tubuhnya. Segala sesuatu
yang menyelimuti dirinya kotor. Namun, dia bukan sekedar anak kotor yang perlu
dibersihkan ...

--Tidak terpikirkan ... bahwa dia berasal dari dunia ini.... dia terlalu cantik

Napas Gilbert terhenti pada sosok gadis itu. Rambut yang sepanjang pinggang nya itu
bersinar lebih terang daripada perhiasan emas lainnya. Di wajahnya terlalu banyak luka gores
dan lecet. Matanya yang biru bisa dilihat di balik celah rambut panjangnya yang
berantakan.Bola mata yang tidak seperti warna langit atau lautan menatap Gilbert. Keduanya
saling menatap sejenak. Tidak bergerak, seolah-olah waktu telah membeku.

"Hei, beri salammu." Dietfriet dengan agresif meraih kepala gadis itu dan memaksanya
untuk membungkuk.

Saat melihat itu, Gilbert cepat menarik tangan kakaknya dan memeluk gadis itu dengan
kedua tangannya. Dia gemetar dalam pelukannya."Jangan kasar pada anak kecil! Apakah kau
memperdagangkan orang !? "Sambil memeluknya seolah melindunginya, tidak peduli
bagaimana orang memandangnya, Gilbert sangat marah. Wajah kemarahannya yang murni
dengan urat nadi yang menonjol di dahinya membungkam percakapan orang-orang lain di
ruangan itu.

Di antara mereka, hanya Dietfriet yang tetap tenang dengan ekspresi netral. "Jangan
mengatakan omong kosong. Aku tidak butuh budak. Tapi aku memang menginginkan prajurit.
"

"Lalu siapa gadis ini ?! Apa maksudmu memberiku anak kecil ini? "

"Seperti yang kubilang ... ini bukan anak kecil. Ini adalah 'senjata'. Aku baru saja
memberitahumu, bukan? kau ini tampaknya tak percaya perkataanku. "
Gilbert mengamati gadis itu. Rupanya, usianya sekitar sepuluh tahun. Wajahnya yang
berhias halus memberi kesan seperti orang dewasa, tapi masa mudanya diliputi oleh bahu dan
tangannya yang mungil. Apa sebenarnya dia senjata? Dia hanyalah anak kecil yang bisa
dengan mudah masuk ke dalam pelukan seseorang.Kemarahan Gilbert mereda, sedikit demi
sedikit tergantikan oleh kesedihan. Tidak melepaskan gadis itu, dia memelototi kakaknya dan
bangkit dari tempat duduknya.

"Aku membawanya bersamaku. Memanggil gadis ... kecil ini senjata ... aku ... tidak mau
melihatmu lagi."

Dengan kata-kata itu, Dietfriet tertawa terbahak-bahak sambil memegang matanya. Begitu
juga rekan-rekannya. Gilbert diselimuti kekasaran dan jijik, juga sedikit ketakutan, sementara
tawa yang tak terhitung jumlahnya bergema di telinganya.Tercipta suasana yang aneh. Dia
merasa berbeda dari mereka, meski perasaan itu bukanlah kegilaan.

--Ini seperti...akulah yang gila.

Sejak awal, hanya Gilbert yang berbeda di antara mereka. Sesuatu yang sesat seperti itu,
minoritas yang menentang akan dianggap salah jika melihat Mayoritas yang ada. Mayoritas
orang itu semakin merambah normalitas minoritas.

"Apa yang lucu?"

Dietfriet perlahan berdiri, berjalan menuju sisi Gilbert dan menepuk bahunya. "Gil ...
maafkan aku untuk penjelasan yang buruk. Tentu, hanya dengan melihatnya, siapa pun akan
memiliki reaksi seperti itu.Kau juga orang yang baik dan baik hati. Kau tidak akan mengerti
sekilas bahwa ini adalah senjata. Itu sebabnya ... aku akan menunjukkannya kepadamu
dengan cara praktis yang mudah untuk dilakukan. Kau juga ikut. "Dietfriet memberi tahu
gadis itu.

Tanpa penundaan, dia dengan lancar melepaskan diri dari tangan Gilbert dan mengikuti
Dietfriet. Namun, dia bertanya tanya pada sosok Gilbert untuk sesaat. Kapan pun dia
bergerak, matanya yang biru, yang sepertinya memancarkan sedikit cahaya, mengundang
orang-orang untuk melihatnya sekilas.
Gilbert bergegas bangkit lagi. Apa yang dipandunya adalah kamar sebelah, tempat gadis itu
sebelumnya diletakkan - sebuah kamar tidur mewah.Memang wajar kalau ada lebih dari satu
barang dagang ; Masalahnya adalah bagaimana cara yang lainnya digunakan. Tempat tidur
menempel di sisi dinding, meninggalkan ruang terbuka lebar di tengahnya. Yang ada di
dalamnya adalah lima karung rami lagi. Ukuran mereka cukup besar untuk pria dewasa agar
sesuai. Tidak seperti gadis itu, mereka terus-menerus mengamuk. Suara samar terdengar
seperti tangisan ternak, yang digabung dengan kata-kata yang tidak bisa dibedakan, keluar
dari karung itu. Kemungkinan besar, siapa pun yang berada di dalam telah diikat dan
disumpal.

Tidak masalah motifnya, memperlakukan manusia dengan cara itu adalah salah. Mereka
yang bisa tetap berekspresi tenang dalam situasi seperti itu jahat, pikir Gilbert. Kegilaan
menular menyebar dari ujung jari kakinya sampai ke tenggorokannya, namun entah
bagaimana dia berhasil mengumpulkan suaranya, "Siapa ... mereka? Mengapa mereka diikat?
Saudaraku, jelaskan apa yang terjadi ..." Hatinya berdengung, seolah meramalkan masa
depan.

"Ah, aku harus mengenalkan orang-orang ini dulu kan? Mereka kotoran yang menyusup ke
kapal kami saat kami mampir ke pelabuhan. " Dietfriet dengan lembut menendang salah satu
karung dengan sepatu kulit yang dipoles.

"Kurasa mereka mencari barang berharga. Mereka masuk tanpa memeriksa struktur kapal
kami, akhirnya menabrak tiga koki di dapur dan membunuh mereka untuk menutup mulut
mereka. Bagi kami, yang tinggal di laut, memiliki makanan yang memuaskan sangat penting.
"Dia mengangkat kakinya ke belakang dan mengayunkannya cukup rendah agar ujung
sepatunya menabrak karung.Gilbert meringis saat jeritan itu terdengar.

"Orang-orang ini ... membunuh juru masak terbaik kami, termasuk chef kami. Betapa
baiknya menurutmu, mereka datang dari luar negeri untuk memasak di kapal setelah
menerima permohonan kami? Kau tidak bisa membayar mereka dengan jumlah yang sama
dengan membeli seorang wanita untuk satu malam. Kami, angkatan laut, berurusan dengan
hal-hal yang terjadi pada kapal kami masing masing sesuai dengan hukum kita sendiri. Nah,
kita berada di darat sekarang, tapi ... itu terjadi di kapal, jadi itu masih berlaku. Sekarang, aku
akan menunjukkan sesuatu yang menarik ... hei, keluarkan mereka. Juga, beri mereka senjata.
"

Atas perintah Dietfriet, pria yang juga datang ke kamar tersebut melepaskan karung rami itu
satu demi satu dan membiarkan para pencuri keluar. Saat orang-orang melepaskan tali sambil
mengarahkan senjata mereka ke pencuri itu, mereka memberi pisau ke masing-masing
darinya. Bibir lima orang itu meringkuk dalam ekspresi takut sambil bertanya, "Apa apaan
ini?"

Dengan mengabaikan mereka, Dietfriet memberi isyarat dengan tangannya. "Nah, inilah awal
permainan paling misterius dan menarik di dunia. Tuan tuan ... yah,meski tidak ada wanita.
Kalian, para bajingan! Apa yang akan aku tunjukkan pada kalian adalah anak nakal liar yang
kutemukan di benua Timur. " Setelah ditunjuk, gadis itu menatap ujung jarinya dengan wajah
yang sepertinya tidak memiliki emosi.

Dia melanjutkan, "Aku bertemu dengannya sekitar sebulan yang lalu ketika kami membantai
armada bersenjata yang berencana untuk menghancurkan salah satu pelabuhan perdagangan
maritim Leidenschaftlich. Pada suatu malam tertentu, di tengah pertempuran, kami dilanda
badai besar. Itu adalah malapetaka serius dimana kedua sekutu dan musuh kita tenggelam ke
laut pesisir. Itulah yang diberitakan. Aku tidak mengetahuinya karena saat itu aku hanyut.
"Gilbert ragu ragu karena tidak pernah diberitahu bahwa saudaranya telah menghindari
kematian, namun tidak memiliki kesempatan untuk mendiskusikan topik ini dalam alur
ceritanya.

"Kapal itu terdampar, aku dan beberapa rekanku tiba di sebuah pulau sepi yang tidak ditandai
di peta manapun dengan menggunakan sekoci kecil. Aku menemukan ini di pulau itu.Dia
sendirian, melihat dari kejauhan di puncak sebuah pohon besar. Apakah orang tuanya
meninggal? Apakah itu mengalami kecelakaan di laut seperti kami? Kami masih belum
menemukan identitasnya. ".

"Penampilannya tidak begitu buruk kan? Dalam sepuluh tahun atau lebih, mungkin ia bisa
mempesona satu negara, tapi ia tetap anak nakal. Aku tidak tertarik pada anak nakal. Aku
tidak ... tapi ada orang di dunia ini yang menyukai itu. Beberapa bawahanku menyukai hal-
hal semacam itu. Mereka dengan senang hati mendekatinya dan berusaha menganiaya dia di
tempat. Kami baru saja terdampar beberapa saat sebelumnya, namun mereka begitu
semangat.Itu konyol sekali. Aku sangat kesal, dan hendak memberitahu mereka agar tidak
membuatku jengkel,saat aku berusaha menghentikan orang-orang bodoh itu..."

Dietfriet meraih pundak gadis itu dan membawanya tepat di depan para pencuri, matanya
yang biru menyita perhatian mereka. "... sebelum aku bisa melakukannya, benda ini
membunuh bawahanku." Dia mencengkeram dengan lengannya yang pucat dari belakang dan
menghempaskannya ke udara. Makhluk ini adalah binatang buas yang akan menyerang
mangsa."

Para pencuri tertawa kering pada gadis yang diperlakukan sebagai boneka dan lawakan
Dietfriet. Itu adalah reaksi yang cukup wajar.Apa yang mungkin dilakukan anak kecil?

"Dengan tongkat yang telah terbaring di samping kakinya, dia menikam salah satu dari
mereka di leher dari samping, lalu mencuri pistol dari sarung pinggangnya dan menembak
jantungnya."

Gilbert bisa melihat dari ekspresi kakaknya bahwa dia tidak menceritakan lelucon.

"Kami semua melarikan diri. Ada banyak penduduk asli (suku pedalaman) di dunia ini.
Berpikir bahwa kita adalah satu-satunya yang kuat adalah sebuah kesalahan. Jika satu orang
kerdil bisa melakukan ini, seberapa kuat orang dewasa? Tapi tidak peduli seberapa jauh kami
berlari, hal ini memburu kita. Tidak terlalu dekat, maupun terlalu jauh untuk kami
kehilangannya dari pandangan. Kami pergi ke seluruh pulau. Urat kami berdenyut . Aku lelah
dan memutuskan untuk melakukan sesuatu, jadi aku perintahkan rekanku untuk mengambil
senjatanya dan berteriak, 'Semuanya, bunuh!'. Aku ... kami semua berusaha membunuhnya.
Tapi ... "Dietfriet melanjutkan dengan wajah dingin," ... pada saat berikutnya, benda ini
membantai semua orang di tempat itu kecuali aku. " Cara berbicaranya tampak seperti
seseorang yang jelas menaruh dendam. Dietfriet menatap gadis itu dengan tatapan
memprovokasi. "Setelah itu, aku bersama iblis pembunuh ini. Ia mengikutiku tanpa
meninggalkan sisiku. Ia bisa membunuhku dengan mudah, tapi tidak melakukannya.Ia tak
mengerti kata kata.Sementara aku tidak tahu bagaimana cara berbicara dengannya, aku
perlahan menyadari bahwa ia adalah satu-satunya penghuni pulau itu. Apakah kau tahu
betapa menakutkannya memiliki iblis pembunuh yang menempel didekatmu? Ketika
kewarasanku akhirnya hilang, aku berkata, 'bunuh saja aku',lalu benda itu membunuh
binatang yang tersembunyi di rumput. Saat itulah aku mengerti ... bahwa ia telah membunuh
karena aku telah memerintahkannya. Setelah aku memperhitungkan hal ini, aku melakukan
percobaan berulang kali. Misalnya, jika aku menunjuk binatang atau serangga dan berkata
'bunuh', dia akan segera melakukannya seperti boneka mekanis. Jelas, dia juga akan
memusnahkan orang jika disuruh. Aku tidak tahu mengapa ia memilihku. Mungkin ia
menerima perintah dari siapapun, atau mungkin mematuhi perintah orang yang dianggapnya
paling berpengaruh dari grup yang ia ditemui. Ia tak memiliki kecerdasan. Ia tidak berbicara
bahasa apapun, tapi bisa mengerti perintah pembantaian. Bagaikan tidak tahu hal lain.
Terlepas dari kekhawatiranku, aku membiarkan ini berada disampingku saat aku bertahan dan
menunggu untuk diselamatkan. Aku membawanya pulang bersamaku. "

Sementara itu, orang-orang yang berdiri di dekat pintu keluar dan tengah ruangan telah
menjauh. Dietfriet mendorong gadis itu ke arah para pencuri setelah memberinya pisau.Yang
terlihat terlalu besar untuk tangannya.

"Kakak." Sambil berpikir bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, Gilbert menegur, "Saudaraku,
jangan lakukan hal bodoh." Melihat saudaranya tak mempedulikannya ia merentangkan
tangan untuk menghentikan hal tersebut.

Dietfriet hanya tersenyum dengan bibirnya, lalu menunjuk para pencuri itu sambil
mengangguk pada gadis itu."Bunuh."

Gilbert hendak meraih jari mungil gadis itu, tapi sedetik, tangannya hilang.Perintah itu ia
laksanakan dengan segera. Gadis itu melompat seperti seekor kucing ke orang terdekat
dengan pisau ditangannya, menebas tenggorokannya seperti memotong buah dari pohon. Dari
lehernya, sejumlah besar darah keluar, dan kepalanya, bergoyang tanpa henti.

Dia berpose tidak ragu untuk membunuh, dengan cepat melanjutkan


gerakannya.Menggunakan tubuh pria itu sebagai batu loncatan, gadis itu melompat dan
membungkus kakinya yang telanjang di sekitar leher pencuri lain, menusukkan pisau dari
atas kepalanya. Teriakan penderitaan yang mematikan bergema di ruangan itu.
Gadis itu kemudian mengambil senjata yang tidak terpakai dari mayat kedua dan berbalik
menghadap tiga orang yang tersisa. Para pencuri, yang akhirnya menyadari betapa gawatnya
keadaan mereka, menjerit dan menyerang gadis itu. Tapi dia lebih cepat. Dengan
menggunakan tubuhnya yang kecil, dia menyelinap melewati kaki mereka dan saling
menusuk satu demi satu dari belakang.

Tubuhnya ringan, namun cara dia mengayunkan tangannya begitu kuat.Tubuhnya bahkan
lebih mengesankan daripada Gilbert, yang telah dilatih dalam teknik pertarungan dan bela
diri serta memiliki persenjataan di militer. Dia tampak seperti tidak memiliki berat badan atau
pusat gravitasi. Setiap kali dia bergerak, darah segar terciprat.

"Tolong berhenti ... ber ... berhenti ..." pria terakhir yang terpojok itu memohon untuk
hidupnya. Dia benar-benar kehilangan keinginan untuk melawan, memohon sepenuh hati
dengan bibir gemetaran dan suara yang terlapisi ketakutan, "Aku tidak akan pernah
melakukannya lagi ... aku akan menebus kejahatanku ... jadi tolong jangan bunuh aku."

Kemungkinan besar, dia mengenang apa yang para koki katakan kepadanya saat mereka
dalam situasi yang sama, meludahkan apa yang bisa dia ingat. Dia kemudian menjatuhkan
senjatanya untuk menunjukkan bahwa dia menyerah.

Gadis itu melihat ke balik bahunya sambil menggenggam pisau berdarah itu. Dia meminta
keputusan.

Gilbert berteriak, "Berhenti!"

"Lakukan saja." Pada saat yang sama, Dietfriet mengangkat ibu jarinya dan memberi isyarat
padanya seolah memotong lehernya sendiri.

Gadis itu membuka mulutnya sedikit, menunjukkan keengganan. Matanya melihat di antara
keduanya seolah sedang memilih. Melihat hal itu, Dietfriet bingung sejenak, lalu mulai
tertawa. Dia tampak bahagia.

"Bunuh." Dia memerintahkan sekali lagi, masih tertawa.


Gadis itu menggerakkan lengannya dan Dietfriet, merampas nyawa orang terakhir.
Serangkaian pembunuhan memakan waktu kurang dari satu menit sama sekali. Dengan
terengah-engah, dia melihat ke arah mereka lagi. Dia tidak berbicara, tapi matanya bertanya,
"Apakah ini cukup?"

--Apa ini? Tanya Gilbert pada dirinya sendiri. Apa? Apa yang sedang terjadi? Dia menelan
ludahnya dengan lesu. Apakah ini kenyataan?

"Kau mengerti, bukan? Gilbert... ia bukan hanya anak kecil. Begitu kau memikirkan
bagaimana cara menggunakannya, ia bisa menjadi senjata terbaik di dunia ... "

Dia tidak lagi meragukan kata-kata saudaranya.

"Tapi aku takut akan hal itu."

Meskipun dia baru saja membunuh orang, gadis itu hanya berdiri di sana, secara apatis
menunggu perintah lebih lanjut.

"Ini mengikutiku sepanjang waktu. Ini menempel dengan siapapun yang memberi perintah.
Ini berguna, tapi begitu aku tidak membutuhkannya lagi, aku tidak akan bisa membunuhnya.
Ini seperti dinding besi bila menyangkut perlindungannya sendiri. Aku ingin menggunakan
dan membuangnya, tapi tidak bisa. Ia memiliki bakat alami untuk pembantaian ... tidak,
untuk bertarung. Aku akan memberikannya padamu, Gilbert. Ambillah. Karena ia wanita,
mungkin akan repot, tapi jika itu kau, tidak apa bukan? "

Dari ekspresinya, Gilbert mengerti bahwa Dietfriet takut pada gadis itu dari lubuk hatinya.
Meski dia tersenyum, ia tampak tertekan.

"Kau juga pasti lebih cocok untuk ini"

Kakak laki-lakinya memberi makhluk yang tidak bisa dia tangani kepada adiknya.Karena
itulah dia memanggilnya dengan alasan merayakan promosinya.

"Hei ... kau akan membawanya bersamamu, kan, Gilbert?"


Sekali lagi, hatinya merasakan ketidaksenangan.

Akhirnya, Gilbert membawa gadis itu bersamanya. Hal itu sebagian karena simpati terhadap
saudaranya yang selalu percaya diri, yang tidak pernah mengaku takut pada sesuatu namun
akhirnya memiliki sesuatu yang dia takutkan. Sisanya,karena dia pikir tiada hal baik yang
akan ia dapat bila meninggalkan gadis itu dengan Dietfriet.

Saat mereka bepisah, Dietfriet berkata kepadanya, "Sampai jumpa, monster. Ini adalah
tuanmu yang baru." Meskipun dia tidak pernah memperlakukannya seperti manusia, dia
mengelus kepalanya pada saat itu.

Gadis itu tetap diam, tapi berbalik untuk melihat ke belakang berkali-kali saat berjalan
bersama Gilbert, yang memegangi tangannya. Dia mengenakan jaket seragam militernya
pada gadis bertelanjang kaki itu dan berdiri di tengah jalan.

Bahkan setelah insiden besar seperti itu, kota Leiden sama seperti sebelumnya. Pemandangan
itu cukup terang untuk membuat seseorang ingin menutupi mata mereka dan bertanya-tanya
apakah itu benar benar bukan siang hari. Pembantaian yang baru saja terjadi belum bocor ke
dunia luar. Mayat itu juga kemungkinan besar ditemukan di tempat yang berbeda atau tidak
pernah ditemukan. Gilbert tahu bahwa saudaranya bukan orang yang menganggap hal itu
enteng.

"Hei, jangan pergi berpikir untuk meninggalkannya di panti asuhan atau semacamnya. Jika
ternyata terjadi pembunuhan berdarah sesudahnya, itu tidak ada hubungannya denganku."

Peringatan yang ditancapkan saudaranya bagaikan paku itu diputar berulang kali pikirannya.

Setelah menyaksikan gaya bertarung gadis itu, dia tidak habis pikir untuk membiarkannya
pergi ke mana pun yang tidak bisa dijangkau matanya. Anak yang melihatnya seolah-olah dia
adalah sesuatu yang penuh teka-teki hanyalah anak yatim piatu yang malang.

--Hanya dalam satu hari, dia membunuh lima orang.


Bagaimana seharusnya dia menangani 'iblis pembunuh' kecil itu?

Gilbert tampak berbeda dengan Dietfriet, tapi jauh di lubuk hatinya, keduanya sama.
Keduanya memandang hal-hal secara empiris, menentukan dengan tepat apa yang saat ini
terjadi, dan mencoba menghadapinya dengan cara terbaik. Bahkan jika mereka memiliki sisi
manusiawi dengan ukuran yang signifikan, jumlah yang sama dari kekakuan mereka adalah
karena menjadi bagian dari militer.

Dia tidak akan mempercayakannya pada siapapun. Apa yang harus dia lakukan dengan gadis
yang telah melakukan hal yang takkan pernah ia lupakan itu sudah jelas, dia harus
menganggapnya sebagai 'senjata' - dia harus belajar bagaimana cara menggunakannya dengan
benar.

Leidenschaftlich saat ini sedang dalam konflik dengan banyak negara di benua yang sama
dan melakukan perang ekspedisi. Sejak dulu, alasan bentrokan antar sesama manusia
bervariasi dari air dan bahan bakar hingga tanah dan agama. Semua jenis masalah kompleks
disertakan, namun tujuan utama Leidenschaftlich untuk berpartisipasi dalam perang adalah
mencegah monopoli menjarah perdagangan maritim mereka dari invasi negara-negara lain.

Perang antar negara besar disebut sebagai perang kontinental. Asal mula perang kontinental
saat ini adalah bahwa Benua Utara telah bergerak menuju Selatan dan menyusupi wilayahnya.
Ini melanggar wilayah ekonomi Selatan karena melanggar masuk dan bekerja secara ilegal.
Dari sudut pandang Utara, itu memang perlu dilakukan.

Untuk beberapa waktu, banyak negara di Utara dan Selatan telah saling menukar persediaan
dan layanan satu sama lain. Utara, yang kekurangan sumber daya alam, terlalu bergantung
pada perdagangan dengan Selatan. Karena Selatan menyadari hal itu, harganya terus
meningkat. Begitu Utara meminta biaya yang lebih masuk akal, Selatan mengancam untuk
menghentikan perdagangan bersama mereka. Mengambil kendali lawan dengan dominasi
ekonomi telah menjadi inisiatif dari Selatan. Dalam sebuah tanggapan irasional, negara-
negara Utara yang marah memutuskan untuk mengambil alih Selatan. Dengan bekerja sama
antara satu sama lain, mereka berulang kali menyusup ke Selatan dan menghancurkannya.
Akan baik-baik saja jika konflik itu terjadi antara Utara dan Selatan, tapi perang yang
berbeda terjadi pada saat bersamaan - sebuah perang suci antara Timur dan Barat. Negara-
negara barat dan timur pada awalnya didirikan sebagai satu negara dengan satu agama utama.
Sambil menghormati Tuhan yang sama, perbedaan cara penyembahan dan interpretasi
doktrin menyebar, dan karenanya terbagi menjadi Barat dan Timur. Meskipun pada awalnya
merupakan negara bagian timur-barat, Barat dan Selatan membentuk sebuah aliansi, dan
Timur, yang memiliki persahabatan yang kuat dengan Utara, menunjukkan pendekatan yang
mendukung dalam hal invasi ke Selatan. Aliansi Timur Utara meminta pertimbangan kembali
atas perjanjian perdagangan Selatan dan penyerahan wilayah ziarah yang dimiliki oleh Barat.
Liga Barat Selatan menuntut kompensasi melalui agresi pasukan militer, secara menyeluruh
mengekspresikan niat mereka untuk menolaknya. Dan begitulah, benua itu terbungkus dalam
peperangan.

Di tengah semuanya, Leidenschaftlich adalah batu kunci ke negara-negara selatan. Itu adalah
negara perdagangan nomor satu di benua ini, sekaligus sebagai negara militer. Jika
Leidenschaftlich jatuh,Selatan pasti akan kalah dan diperintah oleh Utara. Dengan itu Selatan
bisa dimanfaatkan dengan baik.

Tidak menerima untuk dikalahkan.

Leidenscahftlich bertempur dengan unit pencegahan untuk perlindungan internal, sebuah unit
angkatan laut yang melaju ke luar negeri dan tentara (dengan gabungan angkatan
udara,angkatan darat dan angkatan laut), dan sejak Gilbert terdaftar, dia telah digabungkan ke
dalam unit penyerang. Hubungan dengan negara-negara utara semakin memburuk pada saat
dimana dia bergabung. Dia dikirim ke medan perang pada usia tujuh belas tahun dan
bertempur di dalamnya selama sekitar delapan tahun, kembali ke tanah airnya beberapa kali
dalam setahun.

Baru belakangan ini Gilbert dipromosikan menjadi mayor mengingat pencapaiannya di


peperangan dan harapan dari garis keturunannya. Dia saat ini sedang cuti sementara dari
medan perang untuk menyelesaikan prosedur upacara, untuk menerima penghargaan atas
promosinya. Memenui gadis pada saat yang tepat seperti itu bisa dianggap takdir. Ini adalah
saat yang paling tepat baginya untuk memahami peluang mengisi posisi yang lebih tinggi.
Gilbert memutuskan untuk mendaftarkannya ke sebuah unit militer yang ia pimpin secara
keseluruhan atas promosinya tersebut. Tujuan dibalik pendirian unit itu adalah untuk
memoles talenta yang akan bertindak sebagai manuver rahasia, terpisah dari kekuatan utama,
dalam pertempuran yang menentukan melawan negara-negara utara, yang mungkin pada
akhirnya akan menimpa mereka. Itu adalah tempat yang ideal untuk membesarkan gadis
pembunuh bayaran itu dalam pengawasannya. Meski begitu, kalaupun dia menjadi anggota
pasukannya sendiri, menunjuk seorang gadis yang belum cukup umur untuk melayaninya
tidak akan pernah diizinkan. Ada juga orang yang menganggap salah untuk membiarkan anak
kecil mendekati pertempuran. Atas persetujuan pendaftarannya, perlu dilakukan pengenalan
pada otoritas militer yang lebih tinggi seperti yang ditunjukkan Dietfriet pada Gilbert.

Sudah beberapa hari sejak dia mengajukan banding langsung ke kepala pengawas. Izin untuk
melakukan eksperimen pribadi di tempat latihan, apakah gadis itu benar-benar bisa menjadi
'senjata' diberikan kepadanya. Gilbert sendiri terkejut mengetahui hal itu, namun alasan
mengapa orang-orang yang lebih tinggi telah memenuhi permintaan seorang pemuda yang
baru saja menjadi mayor itu adalah karena penilaian yang dia dapatkan. Karena dia adalah
pemimpin keluarga berpengaruh, mereka yang mengenal pria bernama Gilbert Bougainvillea
sadar bahwa dia tidak akan membuat proposal semacam itu sebagai lelucon. Berkat
kepercayaan itu ia akhirnya menang.

Namun, semakin terang cahaya, semakin besar bayangannya.Pada hari percobaan, Gilbert
dan gadis itu berada di tempat latihan pangkalan militer Leiden. Itu adalah institusi yang
digunakan untuk melatih teknik tempur tangan kosong. Secara keseluruhan, bentuknya
berbentuk persegi panjang, sebuah kotak yang luas.

Gilbert telah merencanakan untuk memamerkan kemampuan bertarung gadis itu pada
sejumlah kecil orang secara pribadi. Selain membunuh, kemampuan fisiknya sendiri cukup
mencengangkan. Namun, ketika saatnya mempraktikkannya, itu berubah menjadi 'tontonan'
bukan latihan.

"Para hedonis pembunuhan itu ..."

Tirai gelap menghalangi jendela ruang latihan dan karpet besar yang berat dan kotor
tergeletak di lantai. Sepuluh tahanan hukuman mati ditempatkan di posisinya. Di antara
mereka ada beberapa yang telah melakukan kekerasan terhadap wanita dan pembunuhan serta
perampokan. Yang akan melawan mereka adalah gadis itu seorang. Seperti itulah kira kira
yang akan mereka pikirkan, jika perkiraan Gilbert benar, mengalahkan sepuluh penjahat yang
kasar itu akan mudah untuk dilakukan. Gilbert sendiri, dan juga rumah Bougainvillea, adalah
bagian dari faksi yang memikirkan mekanisme pengujian jahat semacam itu.

.--Haruskah aku membatalkannya? Gilbert merenung dalam dendam. Tidak,tapi…

Tidak ada cara lain untuk membesarkannya sekaligus menjaganya tetap di dekatnya. Dia
adalah seorang tentara, dia adalah seorang pembunuh, dan demi bisa tinggal bersama
dengannya, dia harus menegaskan keberadaannya sendiri dan mendapatkan tempat untuk
dimilikinya. Apa gunanya ragu sekarang, dia bertanya pada dirinya sendiri. Jika dia
membawanya ke medan perang, dia tidak hanya harus menghadapi sepuluh musuh saja.
Ribuan tentara diizinkan melakukan pembantaian dengan menggunakan perang sebagai
alasan. Orang yang perlu menegaskan kembali ketetapan hatinya, pikir Gilbert, bukan gadis
itu, tapi dirinya sendiri, demi menjadi 'pengguna' -nya.

Sambil merenungkan hal itu, Gilbert menyadari bahwa lengan bajunya ditarik. "Ada
masalah?" Gadis itu menatapnya. Karena dia melihatnya tanpa ekspresi, dia tidak tahu apa
yang dipikirkannya. Dia tampaknya mengamati sikap tuan barunya dengan mata birunya
yang besar. Mungkin ia mengkhawatirkannya.

"Aah, aku ... baik-baik saja." Meski ia harusnya tidak mengerti kata-kata, Gilbert berbicara
kepadanya dengan lembut.

Mendengar jawabannya, dia berhenti bergerak sejenak, lalu menariknya lagi.

Dia merasa ia mengatakan, "Jika Anda memiliki perintah untuk aku, tolong katakanlah.", dan
tersenyum pahit karenanya. "Ya, benar. Yang penting…"

"Gilbert!"

Saat dipanggil dari belakang, dia berbalik. "Hodgins."


Seorang pria seumuran Gilbert menghampirinya dengan senyuman riang. Sekilas saja, dia
tampak seperti orang ramah yang mudah bergaul dengan wanita. Dia memiliki wajah tampan
dan mata yang suram, wajahnya itu terpahat dengan sangat maskulin. Rambut merah khasnya
memiliki gelombang yang halus. Seragam militernya tampak usang, kain kotak-kotak hias
menggantung dari ikat pinggangnya. Dia memberikan kesan yang sama sekali berbeda dari
Gilbert, yang mengenakan pakaian yang sama tapi tanpa aksesoris apapun.

"Sial ... aku sangat bahagia! Kau masih hidup! Sudah lama. Dan juga, kau dipromosikan
menjadi mayor! "Pria bernama Hodgins terus menepuk bahu Gilbert.

Mungkin karena keseimbangan berat tubuhnya terganggu, Gilbert tersentak ke depan seolah
hendak melompat. "Itu menyakitkan ... jangan pukul aku." Itulah yang dikatakan mulutnya
berkali kali.

Begitulah hubungan kedua teman lama itu.

Gadis itu melihat Hodgins dengan tatapan hati-hati, tapi seolah menyimpulkan bahwa dia
tidak memiliki niat buruk terhadap Tuannya, dia melepaskan lengan bajunya.

"Maaf.Maaf. Aku baru saja kembali untuk menerima medali. Kudengar kau berada dalam
situasi yang ekstrem saat aku bertemu semua orang, jadi aku bertanya pada atasanku, yang
akur denganku, untuk membiarkanku kemari. Apakah kau baik-baik saja Apakah kau makan
dengan benar? Kau belum punya tunangan atau apa pun, ya? "

"Kau bisa tahu dengan melihatnya, bukan?"

"Sikap dinginmu ... sudah lama sekali aku menganggapnya menawan, betapa anehnya ... Jadi,
alih-alih mendapat tunangan, kau mendapat anak perempuan?"

Hodgins mengalihkan pandangannya dari Gilbert kepada gadis itu. . Dia kemudian secara
alami berjongkok untuk memenuhi tatapan matanya.

"Siapa namamu?"
Hening.

"Anak ini cukup pendiam."

"Dia ... masih belum punya nama. Dia anak yatim piatu tanpa pendidikan yang tidak bisa
berbicara.

"Gilbert menjelaskan sambil tanpa sadar berbalik ke arah yang berlawanan. Untuk beberapa
alasan, dia terluka oleh kata-katanya sendiri.

"Kau ... itu mengerikan. Dia sangat cantik. Pilih saja nama yang cocok dengan itu."Tanya
Hodgins, tapi seperti yang diharapkan, gadis itu tidak bereaksi. Dia hampir bisa mendengar
deru kalkulator dari matanya yang biru.

Seolah-olah dia telah mengunci sebuah target dan sedang melakukan semacam analisis
mengenai jenis eksistensi yang sedang ia lihat itu.

"Aku akan merasa malu jika kau terus menatapku seperti itu ... hei, Gilbert, aku mendengar
tentang keadaanmu, tapi kau baik-baik saja?"

"Maksudmu?"

Hodgins berdiri setelah menyeka debu dari lututnya. Karena dia lebih tinggi dari Gilbert, ia
harus melihat ke atas.

"Kupikir masih ada waktu untuk membatalkan ini. Apakah kau benar-benar akan
membiarkan anak ini melakukan pembunuhan? Tampaknya orang-orang yang lebih tinggi
menantikannya, tapi aku tidak tahan melihat gadis mungil ini dibantai dengan begitu kejam. "

"Aku tidak khawatir tentang itu. Hodgins, ini sudah waktunya kita pergi ke bangku penonton.
"

"Hei, Gilbert."
Menghadap gadis yang hanya mengamati tanpa ikut dalam percakapan, Gilbert membuka
mulutnya, "Kau bisa ... melakukannya, kan?"

Itu adalah pertanyaan yang tak berarti. Dia tidak bisa menjawab. Namun, Gilbert tetap tak
bisa melakukan itu tanpa konfirmasi.

"Kau ... bisa melakukannya. " Saat melihat gadis itu, tekadnya terguncang. Kata-kata
temannya juga meningkatkan rasa bersalahnya. Namun dia akan menelan semuanya dan
meraih masa depan dimana dia bisa tinggal bersamanya.

--Dari saat aku memelukmu, takdir kita terjalin.

Gilbert percaya bahwa dia harus menegaskan keberadaannya meski tampak tidak mungkin.

"Aku akan menonton dari atas."

Sambil meninggalkan gadis itu dengan wasit pelatihan, Gilbert duduk di salah satu bangku
yang paling dekat dengan langit-langit. Hodgins duduk di sampingnya seakan itu sudah pasti.
Sambil mengeluarkan sebatang rokok dan bertanya "mau satu?", Gilbert mengambilnya tanpa
bersuara. Dengan rokok di sela bibirnya, dia menggunakan ujung rokok Hodgins untuk
menyalakannya.

"Sudah lama aku tidak merokok."

"Kau bersama anak kecil! Sulit untuk merokok di sekitar mereka. "

"Dia sepertinya sudah terbiasa, tapi ia sesekali terbatuk. Melihatnya seperti itu, aku tidak bisa
merokok lagi. "

Mata Hodgins menyipit pada wajah Gilbert. "Gilbert, apa kau selalu seperti ini? Kau benar-
benar melembut.Bagaimana kalau membeli rumah? Mungkin itu cocok untukmu."

"Apakah kau merekomendasikan itu meskipun kau bahkan tidak berniat untuk menikah?"
"Aku ini filantropis, jadi aku tidak bisa terjebak dengan satu orang! Ah, aku mau bertanya
lagi ... apakah anak itu benar-benar memiliki potensi pertempuran tinggi seperti yang kau
beritahukan pada para atasan? "

"Tentu saja." Gilbert tidak mempedulikan hal itu.

"Hei, jangan membalasnya secepat itu."

"Bahkan aku sudah pasti tidak bisa menang melawan gadis itu. Sama untukmu meskipun
akan berbeda jika kalian berdua tidak bersenjata. "

"Itu bohong kan? Tidak mungkin aku kalah. Kau tau, meskipun aku mungkin baik dengan
wanita, aku tidak menahan diri jika mereka adalah musuh. "

"Tekadmu bukanlah masalah. Dia itu anak ajaib... "

Hodgins mencondongkan tubuhnya ke depan bangku yang ia duduki dan mengamati gadis di
bawahnya. Pria yang bertugas sebagai pengamat memberi senjata kepadanya. Tembakan,
pedang, busur – tampaknya ia bebas memilih. Setelah beberapa saat ragu, ia mengambil
sebuah kapak kecil. Berikutnya adalah pisau dan busur mekanik satu tangan.

Tertawa menyebar di tempat itu pada sosoknya saat ia memilih lebih dari dua senjata dengan
penanganan berbeda. Namun, saat ia melengkapi busur mekanis itu ke satu tangan tanpa
keengganan dan melepaskan tembakan percobaan, ruangan itu menjadi sepi. Selanjutnya,
gelombang berisik bisikan pun terjadi.

"Semakin kuat senjatanya, semakin baik."

Semua orang mulai menyadari keanehan makhluk indah itu sedikit demi sedikit.

Gilbert telah menjelaskan kepada petugas pengawas bahwa dia hanya akan bergerak jika ia
berkata 'bunuh'. Dia juga menerima perintah dari atasannya yang menyatakan bahwa orang
yang akan melakukannya adalah wasit, untuk memeriksa apakah sebenarnya itu bukan tipuan.
--Tidak ada trik atau apapun, tapi kalau itu akan membuat kekuatannya diakui, kita harus
menurut.

Belenggu di kaki tahanan dipotong dengan pedang. Mereka diberi pentungan. Tingkat presisi
dan kekuatannya tidak seperti kapak, tapi mereka bukan orang yang akan goyah terhadap
anak yang memegangnya. Selain itu, ini adalah pertandingan All-Against-One. Bahkan jika
dia memilih sebuah pistol, dia akan terbunuh jika dia kehabisan peluru, hal yang sama
berlaku jika dia membiarkan kapak itu terlepas dari tangannya.

"Huuh, nah ... siapa yang kamu pertaruhkan?"

"Hah?"

"Maksud aku taruhannya. Taruhan mengenai siapa yang akan menang Setelah mendengar apa
yang kau katakan, aku bertaruh pada gadis kecil itu. Omong-omong, kami bertarung dengan
rokok. Barang lebih berharga daripada uang sekarang. "

"Lakukan apa yang kau mau.Aku tidak punya. "

"Baiklah, aku akan meminjamkan beberapa padamu.Kau juga harus bertaruh lima pada gadis
itu. Jika kita menang, kita mendapatkan tiga dari itu. Jika kita kalah, traktir aku untuk makan.
Dan minuman."

"Aku tidak butuh rokok."

"Gilbert-boy, kita menggunakan rokok untuk mendapatkan barang-barang lain. Seperti


informasi atau barang yang lebih mahal. Jika semuanya berjalan baik, belilah busana wanita
yang sebenarnya. Pakaian primitif itu terlihat leluasa, tapi tidak cantik sedikitpun. "

Hodgins berdebat tentang kenyamanannya sendiri dan meninggalkan kursinya.Gilbert bahkan


tidak bisa menyebutnya mengejutkan. Hodgins adalah tipe pria yang tepat untuk bertaruh
pada seorang anak setelah mengatakan bahwa dia tidak tahan melihatnya meninggal.
Pada saat dia kembali, bangku-bangku itu hampir terisi penuh. Saat tentara menyaksikan,
wasit bergerak. Tanpa mengklarifikasi makna atau asal usul eksperimen yang sedang terjadi;
dia hanya butuh ijin dari Gilbert, ia pun mengangguk.

Setelah mengarahkan gadis dan tahanan itu pada dua sisi yang berbeda, wasit berkata dengan
suara keras, "Sekarang, mulailah."

Terangkat dalam panas yang sunyi, pembunuhan dimulai.Para tahanan menyeringai sambil
menatap gadis itu. Tidak ada yang segera bergerak dalam upaya membunuhnya. Tubuh
mereka telah dibebaskan setelah sekian lama. Mereka mungkin berpikir akan membosankan
untuk mengakhiri semuanya dengan mudah. Sementara itu, gadis itu benar-benar tidak
bergerak, bahkan saat dia diperintahkan untuk 'membunuh' oleh atasan. Seperti patung, dia
berdiri diam sambil memegang kapak.

"Jadi itu benar-benar bohong? Kami telah dibuat untuk menghadiri sesuatu yang sangat
menyedihkan ... "Beberapa orang berbicara tanpa mempedulikan Gilbert yang mendengarnya.

"Tidak mungkin anak itu bisa menang melawan orang dewasa.Batalkan saja sudah.Kasihan
dia." Beberapa bergumam atas nama gadis itu.

"Bougainville sudah hancur.Berpikir dia akan mencoba menarik perhatian dengan lelucon ..."
Pada saat yang begitu kritis, beberapa bahkan berbicara tentang kekuasaan yang dipegang
oleh keluarga Gilbert.

"Membuang-buang waktu kita." Para prajurit di sekitarnya saling berbicara satu sama lain.

"Hei, Gilbert." Hodgins memanggilnya dalam ketakutan, namun Gilbert tetap diam tanpa
menunjukkan rasa gugup.

--Mengapa dia tidak mau bergerak?

Gilbert mengamati gadis itu. Dia mencengkeram kapak erat-erat. Tidak mungkin dia tidak
bisa menyerang.
--Waktu itu, dia juga memegang senjata itu tanpa ragu sedikit pun. Dia tidak takut sedikitpun.
Ada yang salah. Tapi kalau bukan perintahnya, lalu, apa?

Sementara dia berpikir, orang terbesar dari para tahanan itu bergerak untuk menyerang, yang
secara ekstensif mengayunkan tongkat dan tertawa. Meski pada jarak tertentu, gadis itu tidak
bergeming.

"Hei, Gilbert! Dia akan dibunuh! "

Dengan kedutan, gadis itu bereaksi terhadap suara seperti jeritan Hodgins, mendongak ke
bangku penonton. Bola mata birunya melihat mata hijau Gilbert di tengah banyak tentara
lainnya.

"Gilbert, hentikan mereka! Hei!"

Tatapan mereka tergabung dan, untuk sesaat, Gilbert merasakan detak jantung mereka juga
selaras. Ia bisa merasakan suara jantungnya yang mengganggu bergema di telinganya.Untuk
beberapa alasan, waktu berjalan lamban. Hodgins terlalu berisik di sisinya.Para atasan
mengutuk gadis itu dengan kata-kata yang tidak pantas. Dia bisa mendengarnya, namun
seolah-olah mereka sedang dalam video gerak lambat.

Di matanya, narapidana itu mendekati gadis itu dengan lesu. Ruang di antara mereka
menutup. Dalam bahaya mematikan itu, dia hanya menatap Gilbert. Tidak peduli berapa kali
wasit memberi perintah, matanya tidak memantulkan siapa pun kecuali dirinya.

--Dia menatap ... yang dia pilih.

Menanggapi hal tersebut, Gilbert mengucapkan kata ajaibnya, "Bunuh."

Dia berbicara dalam volume yang hanya sedikit orang di sekitarnya yang bisa didengarnya,
namun suaranya itu telah sampai pada gadis itu. Suara kapak yang memotong angin
berputar.Pisau kapak kayu itu panjangnya sekitar lima belas sentimeter. Senjata mematikan
itu terlepas dari tangan gadis itu, terbang ke udara.Terlempar setelah diayunkan dari belakang,
terus berputar dalam busur yang indah.
Gadis itu mengayunkannya dengan santai. Dia pergi untuk membunuh tanpa goyah, bergerak
dengan sangat lancar dan tidak memiliki keraguan tentang apa yang harus dilakukan untuk
membela diri dari suara yang menjulang.

"Ah ..." sebuah suara tolol namun menyedihkan terlepas dari bibir tahanan.

Pada saat bersamaan, orang-orang terkejut dengan rahang terjatuh.

"AAA-AH ... AAAA-AAAH ... AAAAAA-AH, AAH, AAAAAAH!"

Kapak mendarat di keningnya. Darah berkilau mengalir dari lukanya.

"AAAAAAAAAAAHH! UH ... AH ... AUUAAAAAAAAH, AAAAH,


AAAAAAAAAAAAH-AAH ... AH, AAAH ... AH, AH, AH! "

Segera, gadis itu mengarahkan busur mekanik dan menembakkan anak panah besi. Dengan
sempurna menyentuh gagang kapak yang menempel di kepala tahanan. Dengan sentuhan
panahnya, pisau itu tertancap lebih jauh ke dalam tengkoraknya. Tahanan itu terus berteriak
sampai dia rebah ke belakang dengan ekspresi tersiksa dan menyakitkan.

Semua obrolan terhenti.

Tanpa memperhatikan kerumunan orang, gadis itu memindahkan kakinya yang mungil ke
arah tawanan yang tersentak itu, mengarahkan busur ke tubuh mereka dan menembaki anak
panah lain selagi dia mendekat. Itu adalah pembunuhan mekanis yang kejam dan tepat. Anak
panah besi menusuk dadanya dan melayangkan nyawanya.

Gadis itu mengambil kapak dari mayat yang telah ia bunuh dan mengayunkannya dengan
ringan ke bawah, darah dan lemak pada kapak itu terciprat ke lantai. Dia juga tampak mantap
dan seakan terbiasa saat mengambil panah besi dan memposisikannya kembali.Meskipun ia
terlihat seperti anak kecil saat dia berdiri diam, citranya sebagai pemburu yang terampil
muncul saat dia bergerak.
Tidak ada yang meramalkan bahwa karpet yang diletakkan di tempat latihan akan ternoda
oleh darah para narapidana. Tapi sejak saat itu, tempat itu akan tenggelam dalam darah
mereka. Seorang tentara wanita yang akan mengukir namanya dalam sejarah tentara
Leidenschaftlich akan segera lahir. Sebagai penonton yang takut memeluk firasat itu, tatapan
mereka terfokus pada Gilbert.

Dia berdiri, menyandarkan tubuhnya ke pagar keamanan. Sekali lagi, dia memberi perintah,
berteriak di puncak paru-parunya, "Bunuh !!"

Gadis itu bergerak seperti boneka otomatis. Dia melesat, tubuhnya yang kecil menunduk
secara bertahap. Sekali lagi, dia melemparkan kapak, yang bernoda darah, ke titik vital salah
satu tahanan itu.Para tahanan kemudian menjauh dari mereka yang telah dibunuh. Orang-
orang yang melarikan diri ditembak tanpa ampun secara berulang kali di kepala
olehnya.Mereka yang berani,bekerja sama satu sama lain dan mengepung gadis itu.
Sepertinya mereka berencana untuk menyudutkannya dan memukulinya sampai mati. Mereka
menyerang serempak, mencoba mencuri senjatanya.

Tapi skema seperti itu adalah sebuah kesalahan.

Saat itu, gadis itu tanpa terlihat lewat melalui celah di antara tubuh mereka, para tahanan
menjerit dan berguling ke lantai. Pergelangan kaki mereka telah ditebas, dan itu bukan
serangan acak - dia menikam dan memotongnya berulang-ulang. Taktik semacam itu bisa
dilakukan karena fleksibilitas efektif gadis itu. Sosoknya saat dia berdiri dengan pisau di
tangannya di tengah mereka yang tewas, seperti peri yang terlahir dari kelopak bunga darah.

Saat seorang tahanan berusaha melarikan diri sambil menyeret kakinya, dia bergegas meraih
kepalanya dari belakang dan merobek tenggorokannya dengan pisau itu, dengan sunyi
mengakhiri hidupnya. Gerakan tangannya serupa dengan koki yang memenggal ikan dan
ayam. Dia kemudian berpaling ke tahanan yang menunggu untuk dibantai, membunuh
mereka satu per satu. Dalam prosesnya, pisau itu akhirnya menjadi tidak dapat digunakan dan
dia tidak bisa membunuh dengan apapun kecuali pentungan.

"Tidak! Tidak! Tidak!"


"Dia monster! Bantu kami! Hei, tolong bantu kami!"

"TIDAKKKKKKKKKK!"

Wajah para narapidana terlihat menyerah dalam depresi. Perlahan-lahan, bahkan beberapa
tentara di bangku penonton, yang terbiasa melihat mayat di medan perang, mulai muntah dan
mengalihkan pandangan mereka dari kekejaman itu. Namun, Gilbert melihat semuanya.
Dengan kuat mencengkeram pisaunya dan menekan emosinya, dia tetap membuka matanya
sampai akhir.

Yang awalnya dimaksudkan untuk dijadikan umpan dalam permainan pembunuhan adalah
gadis itu. Namun, dia juga tidak berpikir bahwa ia merupakan satu-satunya yang bernafas
sampai akhir. Setelah semua tahanan terbunuh, apakah mereka tidak cukup sehingga gadis itu
menatap tepat ke arah wasit yang sedang memegang pistol?

Wasit yang ketakutan menodongkan pistol ke arahnya, tapi apakah dia bisa membunuhnya
atau tidak, itu bisa diperdebatkan. Senjata apa pun yang digunakan untuk menghadapi dia,
kemungkinan menang sangat tipis. Dia itu mutlak. Teknik pertarungannya dalam
menggunakan banyak senjata memberi kompensasi atas kekuatan fisiknya yang kurang.
Kemampuannya yang luar biasa mengungguli kekuatan brutal.

Dari mana dia mempelajari semua itu dan apa yang dia gunakan untuk bisa seperti itu?
Bahkan jika dia bisa berbicara, seseorang tidak mengharapkan jawaban yang layak.

Teknik pembunuhannya membuat jelas bahwa dia memilikinya setelah melakukan berbagai
pembantaian. Bahkan kalah banyak bukanlah masalah. Penonton 'pertunjukan' itu terpesona
olehnya dan tidak bisa tidak memuji bakatnya yang luar biasa. Dia adalah seorang anak ajaib.
Jika dewa yang mengendalikan kematian ada, pastilah dia sangat dicintai olehnya.

Pembunuh kecil yang telah mematuhi perintah Tuannya mengarahkan pandangannya pada
Gilbert. Mata biru dan hijau bertemu."Berhenti." Dia menggelengkan kepala pada gadis itu.
Saat melakukannya, dia menjatuhkan tongkat yang telah dipegangnya dan berlutut di tempat.
Duduk di genangan darah, gadis itu menarik napas dalam-dalam. Bahkan saat dia gerah
dengan darah dan lemak, sosoknya saat dia menghirup dan mengembuskan dengan bibir
kecilnya tampak seperti anak kecil. Hal tersebut menambah kengerian terhadap dirinya.

Hodgins merasa ngeri terhadap Gilbert, karena sebelumnya ia kelihatan tenang dan tidak
peduli, tapi sedikit lega melihat wajahnya pucat, kepalan tangan gemetar dari genggamannya
sendiri. Hodgins adalah tipe orang bodoh yang akan mencoba bergurau dalam situasi seperti
itu, tapi karena tangannya sendiri juga gemetar, dia memutuskan untuk menepuk punggung
Gilbert. "Ini adalah sebuah pencapaian baru, Mayor Gilbert."

Gilbert tidak membalas pujian ringan itu.Dia telah menyadari dua hal mengenai 'eksperimen'
itu. Salah satunya adalah bahwa gadis itu memiliki kekuatan yang tak tertandingi dan benar-
benar monster.Satu hal lainnya ialah kemungkinan besar dia hanya mau mendengarkan
perintahnya.

Gadis itu telah mencampuradukkan tentara Leidenschaftlich.

Gilbert kemudian menerima perintah internal. Atasan langsung memberitahunya bahwa


sebuah pasukan baru telah dibentuk baginya dengan dia sebagai Kapten-Mayor. Seperti yang
direncanakan semula, unit itu disebut Pasukan Penyerangan Khusus Leidenschaftlich. Gilbert
diminta untuk membimbing unit tersebut menuju pertempuran terakhir yang akan datang.
Selain itu, ada satu hal yang diharapkan darinya - yaitu mempertajam kemampuan senjata
rahasia yang tidak tercantum dalam dokumen pasukan sebagai tentara.
Leidenschaftlich mengakui keberadaannya sebagai persenjataan, bukan manusia.
Penggunanya adalah Gilbert Bougainvillea. Senjata itu tak bernama.Unit Ofensif itu sendiri
telah diciptakan untuk senjata tersebut.

Hari itu berakhir dalam sekejap karena berbagai persiapan dan korespondensi untuk
membentuk tim itu. Gilbert menyambutnya sebagai bawahan, dan meskipun dia dilarang
mendekati gerbang depan, dia diizinkan untuk berjalan di sekitar markas. Meskipun tidak
terdaftar sebagai manusia, dia adalah orang yang akan selalu berada di sisinya mulai sekarang.

Sesuai dengan kata-kata Hodgins, entah bagaimana dia berhasil membujuk petugas wanita
yang ketakutan untuk mengurus kebutuhan sehari-hari gadis itu. Dengan rambut dan seragam
militer barunya ia menjadi terkenal di kantor pusat, dan ada orang-orang yang pergi ke kamar
asrama Gilbert untuk menemuinya. Jika mereka berada di posisi yang lebih rendah daripada
dirinya sendiri, mereka akan pergi dengan satu teriakan saja, tapi dia tidak bisa sembarangan
dengan atasan. Ada banyak yang juga akan menatap gadis itu dengan mata sesat, hal itu
membuat gilbert menghembuskan napasnya beberapa kali.

--Aku melakukan hal yang mengerikan.

Sudah pasti gadis itu berbeda dengan manusia normal, ia sangat kuat dan bisa membantai
beberapa orang secara beruntun. Namun, ia juga yakin bahwa dia adalah 'gadis muda'. Tidak
peduli berapa banyak yang telah binasa oleh tangannya, dia hanya anak kecil, dan alasan
mengapa dia tidak berbicara adalah tidak ada yang mengajarkan kepadanya bagaimana
caranya.

--Jika dia monster, apakah tidak apa menggunakannya seperti ini? Apa tidak masalah
memanfaatkannya sebagai senjata? Meskipun itu adalah sesuatu yang dimulai olehnya, dia
sendiri ragu-ragu.Tapi, di tempat seperti apa aku bisa meninggalkan anak ini?

Itu adalah masalah yang realistis, tapi dia mengabaikan rasa sakit hati nuraninya dan
mendorongnya ke bagian belakang pikirannya. Jika ada yang bisa dia lakukan, itu adalah
mengubahnya menjadi tentara yang hebat. Lagi pula, dia adalah prajurit yang dikirim surga
untuk mematuhi perintahnya.
Upacara keberangkatan selesai. Pada malam sebelum tanggal kepergian, Gilbert memutuskan
untuk berbicara dengan gadis itu tentang perasaannya selama di asrama.

Sosoknya sesaat sebelum tidur, mengenakan daster, sangat menggemaskan. Rambut emasnya
yang longgar sehalus sentuhan sutra. Besok, warna noda darah akan mengenainya lagi.

Dia menyuruhnya duduk di tempat tidurnya,Gilbert berlutut di lantai agar sesuai dengan garis
penglihatannya. "Dengarkan. Mulai besok, kau akan pergi ke medan perang bersamaku. Aku
akan meminjam kekuatanmu.Tentunya, kau belum mengerti mengapa kau harus melakukan
ini, atau mengapa ... kau bersamaku setelah berpisah dari saudaraku."

Gadis itu hanya diam mendengar perkataan Gilbert.

"Kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak tahu apa-apa selain bertarung. Aku akan memanfaatkan
itu. Dan itulah sebabnya kau juga harus berusaha menggunakanku. Apapun boleh. Emas,
posisi kekuasaan ... curilah apa pun yang kau inginkan dariku. Pelajarilah segala macam hal
baru. Kau tahu, aku ... tidak dapat melindungimu dengan cara lain. Aku sebenarnya ingin
memberimu orang tua untuk membesarkanmu dengan tepat. Tapi aku tidak bisa."

Gilbert mengakui dengan menyakitkan. "Aku ... takut ... kau membunuh seseorang tanpa
sepengetahuanku. Aku ingin kau ... untuk mengerti mengapa hal itu membuatku takut. Tidak
apa-apa jika butuh waktu. Sekalipun hanya sedikit, pahamilah ketakutanku. Jika kau
melakukan itu, kau bisa menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar 'alat'. Tolong pahami aku
dan hiduplah bersamaku. " Dia berbicara putus asa dengan kedua tangannya memegang
bahunya yang tipis. Gadis itu tidak mengerti apa yang dia katakan sebelumnya, tapi meski
menyadari hal itu, ia tidak memiliki metode lain untuk secara sungguh-sungguh
menyampaikan maksudnya, Gilbert melanjutkan, tersenyum dalam penderitaan pada gadis
yang terus tidak mengatakan apa-apa, "Aku sudah memutuskan ... untuk memanggilmu
Violet. Panggil dirimu seperti itu. Ini adalah nama dewi bunga. Bila kau tumbuh dewasa ...
kau pasti akan menjadi wanita yang layak mendapatkannya. Mengerti, Violet Jangan menjadi
'alat'; jadilah 'Violet'. Jadilah gadis yang cocok dengan nama itu. "
Gadis itu - Violet - menatap dengan linglung pada pria yang memanggil namanya, berkedip
beberapa kali. Sambil melakukannya, meski seharusnya tidak tahu bagaimana cara berbicara,
entah mengapa, dia mengangguk pelan dan membuka mulutnya, "Mayor."

Mata Gilbert melebar kaget saat bisikan yang bocor dari bibirnya. "Kau bisa berbicara?"
Hatinya berdetak sampai sakit. Kata-kata yang diucapkannya dalam hari-hari yang tak
terhitung jumlahnya untuk berbicara dengannya langsung terlintas dalam pikirannya.

"Mayor."

"Apa kau mengerti apa yang kukatakan, Violet?" Tanyanya, dengan agak senang meski
cemas.

"Mayor."

Tidak peduli berapa banyak yang dia tanyakan, dia tidak akan mengatakan hal lain. Lalu
sambil menunjuk dirinya sendiri, dan berkata, "Mayor."

"Salah, kau Violet." Dengan memegang jari telunjuknya yang mungil, dia bergantian
menunjuk ke arahnya dan dirinya sendiri beberapa kali. "Mayor adalah ... aku. Kau adalah
violet Mengerti? Aku adalah Mayor, kau adalah Violet. "

"Mayor. Violet."

"Betul. Kau Violet. "

"Mayor."

"Y-Ya. aku... aku... Mayor. "

Mengapa dia tiba-tiba mulai berbicara? Mengapa gelarnya menjadi kata pertama yang dia
ucapkan? Apakah dia mengetahui bahwa dia disebut 'Mayor' karena mendengar seseorang
menyebutnya seperti itu? Apakah dia merasa bahwa dia mencoba memberinya sebuah nama
dan memutuskan untuk mengkonfirmasi? Hanya saja dia tahu jawaban atas pertanyaan
semacam itu. Pada akhirnya, dia masih tidak bisa mengatakan apapun selain 'Mayor' dan
'Violet'.

Dengan penuh kesedihan, Gilbert meletakkan kepalanya di bahunya dan menghela napas. Dia
hanya membiarkannya melakukannya. Mengabaikannya saat kepalanya menggantung dengan
lesu, dia terus berbisik, "Mayor." Itu adalah usaha untuk menghafalnya, untuk tidak pernah
melupakan kata itu.

"Mayor."
Di sela rambut emasnya, matanya yang biru perlahan terbuka.Terdengar ledakan berikutnya
bergema di sekitarnya. Langit biru cerah, tapi dari mata burung-burung di atas, hanya ada
baku tembak yang bisa terlihat. Di dataran tanpa penghuni yang bagaikan padang pasir itu,
unit itu terbagi menjadi dua faksi, yang melakukan penyerangan dan pertahanan.
Pemilik mata biru itu adalah wanita yang sangat tidak cocok untuk medan perang. Dengan
kecantikan yang mirip dengan boneka, kulit halusnya itu terlihat sangat tidak terjangkau bagi
orang biasa. Seluruh tubuhnya tertutup kotoran saat ia berbaring telentang di atas tanah,
menatap pria yang dengan gelisah mengawasinya dan bergumam,"Mayor ... berapa lama ...
aku sudah tidak sadarkan diri?" Suara yang keluar dari bibir merahnya terdengar manis.

"Bahkan tidak satu menit pun. Kau hanya mengalami gegar otak kecil karena dampak
ledakan. Apakah kau baik-baik saja? Jangan memaksakan diri untuk berdiri." Orang yang
menjawabnya itu bermata hijau zamrud. Seragam peperangannya terbuat dari kain hijau
rumput dan bulu putih. Dia memiliki ciri-ciri wajah tampan yang selaras dengan ekspresi
suramnya.

Wanita muda itu langsung duduk, tanpa mempedulikan hal lain, dan mengkonfirmasi
situasinya. Di garis depan ada tentara yang mengenakan seragam militer yang sama,
membentuk penghalang pelindung di kamp untuk memblokir tembakan. Di belakang mereka
ada lubang raksasa dengan banyak mayat yang disekitarnya. Pejuang tempur ada dimana-
mana, namun tidak banyak yang diharapkan akan selamat. Di sisi lain palang sekutu, di balik
hembusan debu dari terdapat wilayah musuh, sebuah senjata kaliber besar, yang telah
menciptakan gunung mayat di depan mereka, diposisikan diluar jangkauan. Itu mungkin
mundur karena pemboman tadi dan tidak menunjukkan tanda-tanda bergerak kembali dalam
waktu dekat.

"Mayor, saya akan menyeberang ke wilayah musuh, menyebabkan gangguan dan


menghancurkan keseimbangan mereka terlebih dahulu. Lalu aku akan menghancurkan
meriam mereka. Karena itu begitu besar, perlu waktu untuk memuat ulang. Tolong beri saya
bantuan. " Begitu dia berkata demikian, wanita muda itu mengangkat kapak tempur yang dia
pegang bahkan saat dia kehilangan kesadaran.

Sementara pedang, senjata api dan meriam menjadi senjata utama, kapak tempur adalah
senjata aliran utama, kapak perang adalah senjata klasik. Itu mengancam pada pertarungan
jarak dekat, tapi tidak akan menjadi ancaman bagi lawan yang jauh. Untuk mengimbanginya,
tangkai kapak yang dipegang oleh wanita muda itu sangat besar. Panjang totalnya mungkin
lebih tinggi darinya.
Gilbert berekspresi menderita untuk sesaat, tapi segera mengangkat suaranya dan memberi
perintah, "Violet akan menghentikan meriam itu! barisan depan, lindungi dia dari tempat
kalian! barisan belakang, bantu Violet dan singkirkan siapa pun yang mengganggu!

"Para tentara di belakang punggung mayor dengan cepat mengambil formasi saat dia
mempersiapkan dirinya sendiri, memposisikan pegangan senjata besarnya, yang memiliki
diameter yang hampir sama dengan tubuh anak manusia, dari atas bahunya. Alasan untuk
melakukannya hanya bisa dipahami saat dia maju.

"Tembak!!"

Sebuah tembakan meriam setelah sinyal terbang melewatinya melewati Violet saat dia berlari,
mendarat di tanah dan menciptakan asap putih saat meledak. Itu adalah bom asap; sebuah trik
untuk menyembunyikan sosok mereka dari musuh. Sisi lain hanya bisa melihat kabut naik.
Pasukan dengan bintang di bendera militer mereka - sebuah bukti aliansi dengan Utara -
berhenti bergerak dibalik tirai asap yang tak terduga.

"Apakah mereka berniat untuk melarikan diri?" Salah seorang tentara Utara bertanya dengan
heran sambil secara tidak sengaja melonggarkan tangan yang memegang senjatanya dan
dimarahi oleh komandan. Yang kemudian berteriak untuk memberi perintah menembak ke
layar asap, tapi karena peluru ditembakkan ke sasaran tak terlihat, mereka terbuang percuma.
Ini hanya menimbulkan kegelisahan, karena ini adalah pemborosan amunisi yang tak
terelakkan.

Asap putih menyebar seperti badai dahsyat. Hal itu merupakan satu-satunya nuansa para
pejuang yang misinya membawa kehidupan musuh mereka. Itu bukan sesuatu yang bisa
dianggap enteng ; Sebaliknya, hal itu hanya menimbulkan gangguan. Tubuh mereka
gemetaran saat keheningan mendadak yang dibawa oleh Leidenschaftlich setelah baku
tembak yang teramat panas.

Ruang di antara dua kubu mulai kosong. Apa pun langkah selanjutnya dari tentara
Leidenschaftlich, tidak mungkin tiba-tiba mereka menyerang. Begitu asapnya habis, apakah
tidak ada yang tersisa? Atau lebih tepatnya, bukankah akan ada 'binatang buas' yang
menakutkan yang maju ke arah mereka dari dalam hutan asap di depan?

"Se... se ... Sesuatu mendekat!" Teriakan itu terdengar begitu sebuah firasat menjadi
kenyataan.

Sesuatu yang menyerupai seekor ular muncul dari balik tirai asap dan membelit pergelangan
kaki salah satu tentara. Dia segera ditarik kedalam asap putih, dan dari situ bisa terdengar
jeritannya yang penuh derita.

Tak lama kemudian, objek tak dikenal itu kembali. Melihat dari dekat, itu adalah rantai
penyeimbang yang panjang. Ujungnya memiliki ornamen berbentuk buah ceplukan. Karena
penggunanya sepertinya mencoba langkah yang sama dua kali, itu ditujukan pada kaki orang
lain dan ditangkis dengan pedang.

Rantai itu dengan cepat menarik diri, kembali setelah beberapa detik.Seakan kecepatan
sebelumnya hanya sebuah ujicoba, ia datang memukul semua penembak depan di wajah
mereka dengan kecepatan yang berbeda. Serangan itu dilakukan dengan ujung rantai itu, yang
merupakan rangkaian sabit tajam. Mata pisau itu merobek mata dan hidung para tentara, dan
segera membuat puluhan orang tumbang.

"AAH-AAAAAAH-AAH ... AH, AH!"

"ITU MENYAKITKAN! SAKIT, SAKIT, SAKIT! AH, AH, AH ... TIDAK ...! "

"HANCURKAN ITU! JANGAN BIARKAN MEREKA MEMBUNUH KITA!"

Beberapa perintah dan jeritan saling menyatu.

Komandan yang telah dilindungi tentara tersebut, akhirnya tercabik. Seakan menargetkan
mangsa yang tak berdaya, rantai itu terentang. Sabit itu mengenai kepalanya. Bersamaan
dengan suara yang mirip dengan tembakan, mata pisau sabit itu menghancurkan wajah sang
komandan di tempat. Darah mengalir keluar, daging terciprat. Komandan itu berlutut dan
ambruk tak bernyawa.
Sekutu Utara benar-benar terdiam sejenak menghadapi kebrutalan yang tak terduga, sebelum
badai teriakan memenuhi tempat itu lagi.

"Serang! Apapun lawannya, bunuh saja mereka! "Kata seseorang di tengah kerusuhan.
Sepertinya meriam yang dipersiapkan dari jauh di belakang penjaga depan akhirnya siap
untuk ditembakkan lagi. Niat mereka mungkin untuk meledakkan musuh yang tidak diketahui
itu.

Rantai berlumuran darah tanpa ampun menghempaskan korbannya dan kembali kedalam asap,
mengarah ke meriam begitu kembali. Penembak meriam itu menempatkan dirinya dalam
posisi begitu persiapan selesai. Namun, dia tidak diserang dengan cara yang sama seperti
komandan - sebagai gantinya, senjata tersebut mengikat tangan dan kakinya ke laras meriam
itu.

Seperti yang telah dilakukan sampai sekarang, rantai itu mundur ke arah yang sama.
Kemungkinan senjata itu memakai fungsi penyuluhan dan kontraksi (seperti karet), dan tidak
dapat menarik apapun yang terlalu berat. Dalam kesempatan itu, rantai tersebut ditarik oleh
pihak lawan. Suara mesin bisa terdengar dari balik asap.

Pengguna rantai itu akhirnya mengungkapkan diri.Mereka mungkin menunggu kekacauan itu
mencapai puncaknya,seorang tentara berdiri di tengah tabir asap, menarik rantai yang
mengikat penggunanya ke laras meriam. Ia membawa kapak tempurnya.

"Apa itu…!?"

Senjata yang menghancurkan semangat musuhnya itu tampak aneh - rantai itu membentang
disekitar ujung pegangan kapak.Ia maju ke arah musuh dengan kecepatan tinggi. Memegang
pistol di tangannya, menembak orang-orang yang dilewatinya diatas kepala, melompat secara
artistik ke laras meriam itu dan memperlihatkan diri kepada tentara tentara aliansi utara
tersebut.

Prajurit dengan kapak tempur aneh yang telah menembus pertahanan musuh itu adalah
seorang gadis bermata biru dan berambut emas. Dia mengenakan seragam militer
Leidenschaftlich sebagai bukti bahwa dia adalah bagian darinya. Para tentara terkejut tidak
hanya karena dia wanita atau dia terlihat terlalu muda, tapi juga kecantikannya yang
mencolok.

"Peringatan. Jika tidak ingin mati, menyerahlah. " Gadis yang menakjubkan itu menendang
rantai itu dengan sepatu bot militernya, menyebabkannya bergetar keras ke atas laras,
menuntut pengajuan. "Mereka yang tidak menjatuhkan senjata ..." salah satu tangannya
memegang kapak tempur, yang lainnya memegang pistol. "... mereka yang berniat untuk
melawan, akan dimusnahkan atas nama Leidenschaftlich." Sebelum menyelesaikan kalimat
terakhir, Violet mengangkat kapak keatas kepalanya.

Bahkan tanpa aba aba sekalipun, pertarungan dimulai kembali. Violet melompat ke
gerombolan tentara yang menyerangnya dengan luka tembak di mata mereka.Sambil
menghunus pedang bersamaan, mereka mencoba menusuknya.

"Peringatan sudah diberikan."

Tak peduli betapa hebat senjata yang dipegangnya, masih sangat tidak masuk akal untuk
melemparkan dirinya ke markas musuh sendirian. Tapi meski begitu, hujan mayat hanya
meletus di sekitarnya. Sama seperti saat dia unjuk diri di tempat latihan Leidenschaftlich.

Hujan darah mengalir ke tanah. Di tengah badai merah, dia adalah bunga yang tumbuh
indah.Memanipulasi kapak tempur, yang cukup mengkhawatirkan hanya dengan melihatnya,
Violet memukul dan menebas musuh. Saat senjatanya tidak bisa digunakan, dia akan mencuri
senjata api dari mereka - pistol, bayonet, rifle, apapun. Dia tidak menunjukkan keseganan
untuk menggunakan senjata apapun. Sebaliknya, saat dia mencurinya, mereka tampak
menjadi lebih kuat di tangannya.

Bahkan melawan tentara yang jauh lebih besar dan lebih kuat dari dirinya sendiri, seperti
akrobat, dia melompat seolah menari, menunjukkan kemampuan fisiknya yang luar
biasa.Sosoknya terlihat mempesona dan menakjubkan. Dia memiliki kekuatan dan teknik
bersenjata yang setara dengan ribuan orang.
Pasukan Leidenschaftlich segera menyusul ke dalam jeritan dari neraka yang menandakan
kehancuran markas musuh. Kemenangan diraih oleh Pasukan Penyerangan Khusus
Leidenschaftlich.

Pertarungan tersebut dipicu oleh fakta pasukan Gilbert pindah ke medan perang berikutnya.
Entah karena kebocoran informasi atau kebetulan yang sebenarnya, mereka telah bertemu
dengan unit musuh lebih cepat dan tiba-tiba terlibat pertempuran.

Setelah meninggalkan penyiksaan terhadap tahanan perang kepada orang lain, Gilbert
Bougainvillea berjalan dalam garis lurus sambil menunjukkan penghargaannya kepada
pasukannya dan memastikan cedera yang didapat masing masing orang. Sebelum bidang
penglihatannya tertuju pada Violet, yang duduk di atas tanah sambil memegang kapak
pertempuran dan bersandar pada salah satu truk militer dengan mata terpejam.

"Violet, aku membawakanmu air." Dia menunjukkan botol air berbentuk tabung di tangannya.

Violet membuka matanya dalam sekejap, menerima botol itu dan, setelah beberapa saat
membawanya ke bibirnya, menenggak air di atas kepalanya sendiri. Darah dan lumpur dicuci
dari wajahnya.

"Apa kau terluka? Adakah yang terasa sakit? "

"Mayor, tidak ada masalah. Satu Peluru mengenai bahu saya tapi pendarahannya sudah
berhenti." Perban di balikseragam tempurnya dicat hitam dengan darah. Sebuah kotak
pertolongan pertama berada diatas tanah.

Meskipun menjadi orang yang telah berkontribusi paling banyak dalam pertempuran
sebelumnya, tidak ada yang mengungkapkan rasa syukur terhadapnya selain Gilbert. Semua
orang hanya mengamati dari kejauhan, seolah-olah ada pagar di sekelilingnya.

"Kau harus beristirahat di dalam. Aku punya mobil yang kosong. Butuh beberapa jam untuk
sampai ke kota pemasok. Pergilah tidur. "
Gilbert menunjuk kendaraan unit terbesar itu.Violet mengangguk, terhuyung-huyung ke
arahnya saat ia menyeret kapak pertempuran. Dia melompat ke truk militer dengan sebuah
mobil convertible, bercangkung di tempat yang dibuat untuk satu orang untuk tidur. Segera,
dia tertidur.

Setelah memastikan bahwa Violet telah memasuki mobil, Gilbert mulai memberi perintah
kepada tentara lainnya. Seluruh pasukan beranjak dari tempa itu, menjauh dan benar benar
meninggalkannya.

Matahari terbenam, langit berubah dari jingga menjadi kobalt gelap, unit itu akhirnya sampai
di tempat tujuannya. Kota ini adalah basis divisi tentara Leidenschaftlich.Pasukan Gilbert
disambut dan disambut oleh rekan mereka di asrama. Mereka akan tinggal di sana selama
beberapa hari.Gilbert sebentar mengatakan kepada mereka yang tidak terluka untuk "Tidak
melangkahi batas."sebagai bentuk implisit dari omelan sambil memberi mereka izin untuk
pergi keluar. Pada akhirnya, jumlah anggota Pasukan Khusus yang berada di asrama sedikit.
Violet tidur di kamarnya, yang merupakan satu satunya kamar tanpa pasangan.

"Mayor. Mayor, Anda tidak perlu melakukannya. "Saat Gilbert menuju kamarnya dengan
nampan makan malam, salah satu anggota divisi setempat dengan gugup memanggilnya.
"Saya akan membawanya." Pemuda itu berkata sambil menawarkan untuk mengambil
nampan, tapi Gilbert menggelengkan kepalanya.

"Telah kukatakan beberapa kali sebelumnya, tapi karena beberapa personil kami kembali lagi
sebagai mayat, inilah tugas saya.""Eh, 'mayat' ...? Apakah mereka dibunuh oleh wanita itu?
Apakah... Violet?"

"Betul. Nah, ketika ditanya tentang hal itu, kami diberitahu itu karena mereka bersalah atas
tindakan yang pastinya akan mengakibatkan kematian mereka... "walaupun penjelasannya
tidak jelas, siapa pun yang sangat naif sekalipun dapat memahami implikasi di dalam
perkataannya.

"Itukah sebabnya dia mendapatkan kamar untuk dirinya sendiri?"


Tidak banyak reaksi. Di mata anggota lain, sepertinya Violet menerima perlakuan khusus,
karena dia adalah seorang tentara wanita. Atau apakah karena dia adalah objek kasih sayang
Gilbert? Ada banyak cara untuk melihatnya dalam cahaya cabul.

Gilbert meludahkan ceramah yang sudah biasa dia berikan, "Dia pada dasarnya adalah
anggota unit kami yang paling terampil. Dalam keadaan normal, dia akan memiliki medali
yang sesuai di dadanya dan kau seharusnya memberi hormat kepadanya. Tapi karena
sayangnya dia rahasia, setidaknya dia bisa diperlakukan sesuai dengan prestasinya.
Bagaimanapun ... meskipun tawaranmu itu cukup sopan, saya tidak dapat menerimanya. Jika
ada sesuatu yang mungkin butuh dirimu nanti, aku akan mengandalkanmu. Menyingkirlah."

Pemuda itu memiliki ekspresi yang kompleks, tapi membungkuk dan pergi tanpa
menghiraukannya. Saat suara langkahnya semakin jauh, Gilbert menghela napasnya.

--Aku jadi ingin tato bertuliskan "jangan tanya" di wajahku.

Beberapa tahun telah berlalu sejak dia membawa Violet kecil. Ke mana pun dia pergi atau
siapa yang dia temui, dia akan dicari cari untuk menjelaskan tentangnya.

Sebuah rumor yang masuk akal terjadi di antara tentara Leidenschaftlich: bahwa anak dari
keluarga Bougainville, keluarga pahlawan negara, memiliki seorang tentara wanita yang
dikenal sebagai Dewi Perang. Tampaknya dia juga disebut sebagai "Prajurit Perawan
Leidenschaftlich" - sebuah julukan yang pernah diajukan seseorang. Itu bukan gelar yang
diberikan kepada seorang prajurit belaka. Saat itulah pria sudah mulai sering mengelilinginya,
dan orang-orang yang telah menciptakan gambaran yang mulai menyebar dari mulut ke mulut,
setelah bertemu langsung dengannya, orang mulai menganggapnya penyihir dengan wajah
seorang malaikat. Memiliki bawahan dengan kecantikan iblis dan bakat alami yang luar biasa
dalam pertempuran memberinya masa sulit sebagai atasan.

--Aku telah membesarkannya menjadi terlalu layak untuk namanya.

Perangkat makan itu berdenting saat Gilbert menaiki tangga kayu tua asrama itu. Meskipun
berbagai bagian divisi telah menerima peringatan untuk tidak mendekati kamarnya, dia
melihat banyak pria yang mencoba mengintip ke dalamnya dan menyalak pada mereka.
Hanya memanggil nama mereka sudah cukup untuk membuat mereka pergi. Dia
menghembuskan napas sekali lagi karena dia harus mengatur agar pemimpin unit mereka
memberi mereka hukuman.

Dia membuka pintu setelah mengetuk. "Violet."

Saat dipanggil, dia mengangkat kepalanya dari posisi meringkuk di atas kasur, mengenakan
kemeja pria besar.

"Ayo makan." Gilbert, yang telah membawa makanannya endiri, meletakkannya di atas meja
di sudut ruangan dan duduk di kursi yang menyertainya. Dia kemudian memberikan makanan
itu kepadanya di atas nampan. "Bisakah kau memegangnya ... dengan lengan itu?"

"Terima kasih banyak. Sisi kanan tidak terluka. "Saat dia dengan ramah membungkuk dengan
rasa syukur, tidak ada tindakan yang dia katakan menyerupai saat mereka bertemu. Tubuhnya
juga berubah dari seorang gadis menjadi wanita setelah berlewatnya tahun demi tahun.
"Mayor ... apakah Anda tidak pergi keluar?"

Setelah memberi tahu Violet untuk makan saat dia memegang sendok tanpa menyentuh
makanannya, Gilbert menjawab, "Laporan sedang dikumpulkan, dan ada juga pertemuan
untuk menentukan strategi pertempuran berikutnya. Bermain main diluar itu tugas orang lain.
Lain ceritanya kalau kau ingin pergi keluar. Kau pasti diijinkan jika pergi dengan seseorang.
"

"Dengan siapa?"

"Siapa tahu? Siapa pun boleh "

Violet menggelengkan kepalanya untuk menyangkalnya. Dia tidak berbicara dengan rekan-
rekan yang bekerja di unit yang sama. Sesuai peribahas 'sendok berdengar dengar nasi habis
budi didapat'. Mereka yang terus menerus menyaksikan pertarungannya dari dekat pasti akan
ingin menjaga jarak. Gilbert memang setuju, tapi itu tidak berlaku untuk semua orang.

--Tidak ada yah...


Ia tumbuh dewasa namun jarang berbicara dengan orang lain selain dia.

--Tapi, jika dia melekat pada orang lain, itu akan menjadi masalah.

Rasa khawatirnya itu adalah karena ia merupakan senjata' miliknya, tapi akhir-akhir ini, ada
juga alasan emosional terlarang yang terlibat.

"Jika kau kekurangan sesuatu, tanyakan pada petugas wanita untuk membelikannya. Atau
mungkin kau ingin melakukannya sendiri? "

"Tidak, saya memiliki semua yang saya butuhkan, jadi tidak masalah."

"Karena kau tidak menggunakan tabunganmu, mereka sudah menumpuk ... kau sudah remaja
sekarang, jadi tidak masalah membeli satu atau dua perhiasan. Mungkin tidak ada banyak
kesempatan untuk memakainya, tapi bagus kalau memilikinya. "

"Apa itu 'remaja'?"

"Anak-anak yang terlihat setua dirimu. Tapi ... kau terlihat sedikit ... lebih dewasa dari
usiamu. "

Empat tahun telah berlalu sejak mereka berdua pertama kali bertemu, Gilbert tak tau usianya
yang sebenarnya. Seandainya usianya sepuluh tahun, dia sekarang berusia empat belas tahun.
Apakah dia normal, Violet masih akan memiliki wajah yang manis. Namun, fiturnya yang
sangat canggih itu menghapus kepolosan miliknya dan membuatnya terlihat seperti wanita
dewasa.

Setelah mengajarinya berbicara, Gilbert telah mencoba menanyainya tentang masa lalunya,
tapi dia tidak memiliki kenangan sebelum bertemu Dietfriet. Meski ia tak begitu
mengingatnya, Violet memberitahu, dia berada di sebuah pulau berpenghuni sambil
menunggu perintah seseorang.

"Apa yang dibeli gadis remaja?"


"Mari kita lihat ... aku belum menikah dan tidak sering melihat saudara perempuanku setelah
dikirim ke medan perang, jadi aku tidak bisa mengatakan banyak, tapi ... itu mungkin seperti
gaun, bros, cincin dan boneka imut."

Violet melihat kapak tempur dan tas militernya yang diletakkan di sudut ruangan. Kapak
yang beristirahat di belakang tuannya, terbungkus kain kotor. Bagasinya hanya terdiri dari
barang bawaan itu.

"Saya rasa tiada artinya bagi saya untuk memiliki hal semacam itu. Hanya ... menerima
Witchcraft dari Mayor sudah cukup. Desainnya seperti yang saya harapkan dan ini cukup
mudah untuk digunakan. "

Kapak yang dia gunakan di medan perang sebelumnya adalah pesanan buatan khusus yang
diminta Gilbert untuknya. Nama yang diberikan oleh penemunya adalah 'Witchcraft'.

Gilbert tersenyum getir pada kenyataan bahwa itu sangat khas Violet, yang telah
mendambakan senjata mematikan, dan tidak menginginkan hal-hal yang biasanya orang
inginkan. "Jika aku ... melakukan ini ketika kau masih muda, aku bertanya-tanya apakah kau
akan lebih berminat pada hal semacam ini."

Dia belum pernah mencoba membeli gaun atau boneka untuknya. Selama empat tahun
setelah bertemu Violet, unit itu terus bergerak di sekitar benua itu, tidak pernah istirahat
cukup lama. Begitulah kehidupan militer. Gilbert, yang baru saja dipromosikan ke Mayor dan
membawa tanggung jawab memimpin pasukan, selalu sibuk dengan urusan sehari-hari, dan
telah mengajarinya bagaimana cara mengutarakan prioritasnya. Namun, itu adalah
pencapaian baginya dan Gilbert untuk berhasil membangun dan mempertahankan reputasi
yang kokoh di militer meski berbeda dari yang lainnya. Dia telah menghabiskan cukup
banyak usaha untuk membuat gadis unik itu dikenal masyarakat. Dan dia telah berhasil
melakukannya.

Kulit kremnya tidak pernah menggelap, meski sering terkena sinar matahari sekalipun.
Wajahnya terlihat luar biasa meski tanpa make up.
Dia pernah mengatakan bahwa dia harus menjadi layak atas namanya. Dia berkembang
seperti yang dia inginkan. Keindahannya mendekati kecantikan seorang dewi.Pastinya akan
menjadi lebih elegan jika dia mengenakan sesuatu selain seragam militer. Dia bisa menjadi
bunga yang lebih cantik dan lebih lembut daripada wanita bangsawan manapun.

--Pertama, dia seharusnya mengikuti jalan itu.

Gilbert telah memberikan kata-katanya dan mengajarkan sopan santun. Dia tidak pernah
terbunuh saat diperintahkan dan selalu bisa melindungi dirinya sendiri. Sebenarnya, dia sudah
seperti itu sejak awal, bahkan sebelum dia mampu berbicara. Bila dia mengusir rasa takutnya
dan mengirimnya ke organisasi pengasuh yang sesuai, dia mungkin akan terus melanjutkan
hidupnya tanpa harus berhubungan dengan medan perang. Sebagai akibat diambil di bawah
asuhan Gilbert, Violet telah tertembak, tubuhnya yang kelelahan beristirahat di tempat tidur
saat dia menyesap sup dingin. Hal itu membuatnya merasa sengsara.

"Violet, besok ... tidak, lusa ... aku akan meluangkan waktu, jadi kenapa kita tidak pergi
keluar sebentar?"

"Kenapa?"

"Kau sudah menjadi lebih tinggi, dan kau belum pernah membeli pakaian untuk sementara
waktu ini, bukan? Ayo kita cari. "

"Yang kumiliki sekarang sudah cukup."

"Kau tidak punya pakaian tidur, bukan? Ini sudah sangat usang. " Gilbert menunjuk ke lengan
bajunya.

Dia selalu meninggalkan pembelian barang kebutuhan sehari-harinya kepada petugas wanita
dan tidak pernah melakukannya sendiri. Pakaian tidurnya telah ternoda setelah membunuh
penyusup kamarnya, oleh karena itu, dia meminjamkan pakaiannya untuk sementara.
Meskipun dia tidak punya urusan lain, Violet menolak, seolah barang yang dia terima dari
Gilbert adalah pengecualian. "Tapi ... ini adalah pemberian darimu, jadi aku masih bisa
memakainya."

Suara Gilbert melunak secara alami pada sikapnya yang manis, "Aku tidak ingin kau
memakai baju... seperti yang kau pakai saat masih kecil dulu, tapi ada baju yang mirip dan
sama nyamannya. Tidak, tidak harus pakaian tidur. Mungkin sesuatu yang ingin kau makan. "

"Jika Mayor ingin pergi keluar, saya akan menunggu di sini. Anda akan merasa nyaman jika
aku tidak meninggalkan ruangan, bukan? Jika saya menguncinya, orang juga tidak bisa
masuk. " Dia menunjuk untuk mewakili seseorang yang menyelinap ke tempat tidurnya.
"Lagipula, saya takkan menahan diri meski terluka."

Violet sendiri sadar akan membunuh orang. Dia patut dihargai atas naluri pertahanan yang
tak terbendung untuk menahan semua orang yang berusaha menyerangnya, tapi membunuh
rekan-rekannya itu keterlaluan. Dia sadar bahwa Gilbert menjauhkannya dari yang lain demi
melindungi mereka.

"Aku... aku ingin ... pergi keluar bersamamu. Sekali-sekali ... maukah kau membiarkan aku
bertindak seperti orang tua? "

Itu alasan yang sedikit kuat, tapi seandainya Gilbert menikah dini, tidak aneh kalau dia
memiliki anak setua Violet. Dia telah mengajari dia segalanya, mulai dari bahasa hingga gaya
hidup sehari-hari. Hubungan mereka bisa digambarkan sebagai orang tua dan anak, kakak
laki-laki dan adik perempuan, guru dan murid ...

"Mayor ... bukanlah ayahku.Saya tidak punya orang tua.Aneh kalau menggunakan Mayor
sebagai penggantinya. "

... dan tentu saja atasan dan bawahan. Suara lembutnya menusuk dada Gilbert.

"Bahkan jika ... kau berpikir begitu ... kau adalah ..."
--Kau adalah…

Dia tidak bisa meneruskan. Untuk apa dia? Apa kata yang terbaik baginya? 'senjata' mungkin
kata paling tepat. Meskipun demikian, sangat tidak sesuai bagi 'senjata' untuk memiliki
kesadaran diri akan keberadaan lawan jenisnya. Dalam kasus itu, dia adalah 'putrinya' atau
'saudara perempuannya'.Tetap saja, sebetapapun dia mencoba untuk bersikap seperti
keluarganya, dia tak begitu memperhatikan hal tersebut, dan tidak memperlakukannya seperti
keluarga.

Violet sendiri tak menganggapnya sebagai seorang ayah.Meski dia merupakan atasan, jika
saja dia tak menganggapnya seperti atasan.Begitu dia berbalik padanya, dia akan secara
otomatis terbunuh ; Apalagi, alasan mengapa mereka memiliki jenis hubungan seperti ini
adalah karena Violet mencari perintahnya dan memiliki kemampuan bertempur yang muluk.
Sebuah kerja sama yang tak tergoyahkan ada di antara mereka - dia memberikan instruksinya
di medan perang dan dia memberinya kekuatan untuk meraih kemenangan. Itu merupakan
kebenaran yang tak dapat diubah.

"Aku...kau…"

Gilbert dan Violet tidak memiliki hubungan yang sebenarnya."

"Aku…"

Melihat Gilbert menutup mulutnya, mata Violet bergerak dalam kebingungan yang langka.
"Jika Mayor menginginkannya, saya akan pergi." Dia berkata kepadanya, "Jika Mayor
memerintahkan saya untuk ..."

"Ini bukan perintah ..."

"Jika ... itu keinginanmu ..."


Tidak peduli apa pun, Violet tidak membiarkannya memiliki harapan. Namun, Gilbert
tersenyum, tanpa merasa buruk, saat ia berusaha menghibur dirinya yang gundah. "Iya, itu
keinginanku, jadi tolong penuhilah."

Begitu senyum itu muncul di wajahnya, Violet mengembuskan napas dalam-dalam, dengan
lega mengangguk. "Ya, Mayor."

Dia hampir seperti boneka.

Dua hari setelahnya pada sore hari, untuk pertama kalinya dalam empat tahun mereka
menghabiskan waktu bersama, keduanya pergi keluar untuk hal-hal yang tidak terkait dengan
pekerjaan mereka. Gilbert entah bagaimana berhasil mendapatkan waktu luang dengan
memulai bekerja lebih awal, kemudian menjemputnya di kamarnya.

Dia telah memberi tahu rekan-rekan kerjanya bahwa dia akan meninggalkan markas, tapi
bukannya menerima tatapan dingin, dia dan Violet anggota unit mereka melihatnya seakan
menyaksikan sesuatu yang luar biasa.Bagi Violet, melangkah keluar saja sudah langka.Bagi
Gilbert, ia biasanya sibuk dengan dokumen dan pertemuan karena berbagai kepentingan
tertentu, dia secara pribadi tidak pernah punya waktu untuk pergi keluar. Alasan dia
mengajukan cuti adalah bahwa dia memiliki 'kompromi', jadi mungkin semua orang percaya
bahwa dia akan pergi kerja. Tidak diinterogasi tentang hal itu menguntungkan baginya.

Mereka menuju ke pusat kota dengan berjalan kaki. Berdampingan dengan biasa-biasa saja
tapi berjalan keliling kota di samping Violet saat dia mengenakan rok membuat Gilbert
merasa geli. Dia terus-menerus meliriknya karena merasa aneh.

Langit menjadi agak gelap.Lampu jalan menyinari kawasan perbelanjaan.Benang dengan


lentera menghubungkan bangunan yang menjepit satu sisi di sisi jalan yang luas, meniru
kecemerlangan bintang. Cuaca terasa hangat, suasananya cocok untuk minum sambil
mendengarkan musik ceria. Namun, baik Gilbert maupun Violet tidak tersenyum sambil
menikmati diri mereka sendiri, hanya berjalan tanpa ekspresi.
Duo itu memasuki sebuah toko pakaian besar yang masih terbuka. Itu adalah toko yang aneh,
dengan pakaian tergantung dari langit-langit ke lantai. Mungkin karena kota itu adalah tempat
markas tentara berada, saat kedua militer masuk, mereka disambut tanpa reaksi mengejutkan.

"Ini terlihat bagus. Ini terlihat bagus juga. "

Penjaga toko wanita berusia empat puluhan. Dia berbicara dengan Violet seolah-olah
memilih pakaian untuk putrinya sendiri.Saat Violet berdiri diam dan terlihat kesusahan,
Gilbert berbicara atas namanya, "Ini terlalu mencolok. Warna apapun terlihat bagus
untuknya ... tapi tolong jangan lupa dia tentara. "

"Kalau begitu, bagaimana dengan ini, Pak?"

"Desainnya bagus.Saya akan menunggu di sini, jadi tolong pilih pakaian dalam sesuai dengan
pilihan anda sendiri. "

Pemilik toko itu dengan lembut menyentuh dada Violet, wajahnya tumbuh masam.
"Benarkah?. Rasanya yang dia kenakan tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. "

Saat kedua wanita itu menghilang ke ruang belakang, Gilbert akhirnya bisa bernafas. Dia
menempelkan tangannya ke mulutnya dan berpaling ke samping, untungnya mereka tidak
melihat pipinya yang merah padam.

"Terima kasih telah membeli banyak barang! Datanglah lagi."

Menjelang malam ketika belanja pakaian mereka berakhir dan penjaga toko melihat mereka
pergi. Mereka bisa saja pulang pada saat itu, tapi Gilbert berubah pikiran saat Violet berhenti
untuk mengamati jalan yang berkilauan dengan lentera.

"Seolah-olah bintang-bintang telah turun ke bumi."

Karena mereka sudah disana, ia memutuskan untuk melihat-lihat area pusat kota.Pertama,
mereka pergi ke kios minuman.Berbagai minuman keras beralkohol yang dikumpulkan dan
makanan dengan daging panggang dan kentang goreng menarik perhatian pelanggan dengan
aroma lezat mereka. Beberapa yang nampaknya sudah mabuk bernyanyi riang, sebuah band
memainkan lagu improvisasi untuk mencocokkan mereka. Orang berkumpul ke atmosfir
yang nampaknya menghibur, para penari memanfaatkannya untuk mendapatkan uang logam.

Ketika keduanya berjalan ke depan, jumlah toko makanan menurun, memberi ruang bagi
sejumlah pedagang kaki lima yang menjual permata berharga dan aksesoris etnik. Gilbert
telah mendengar dari seorang anggota yang telah menikmati jeda dari hari pertama dimana
toko-toko tersebut berubah dari siang ke malam, tapi mereka berdua tidak tahu hal tersebut.
Namun, meski jumlah orang tidak berbeda jauh, tidak seperti keaktifan sebelumnya, bagian
dari distrik tersebut memiliki udara yang lebih tenang.

Sepertinya tidak ada yang menarik minat Violet, tapi saat pergi ke sana, kakinya berhenti
sejenak.

"Apa ada yang kau mau?"

"Tidak ..." dia menyangkal, tapi matanya terus menatap ke arah yang sama.

Gilbert memegangi lengannya dan membawanya mendekat dengan paksa.

"Selamat datang." Penjaga toko tua yang baik menyambut mereka dengan sopan.

Kotak kaca berisi permata tergeletak di atas sebuah deretan karpet hitam yang diletakkan di
lantai. Gilbert tidak tahu apakah mereka asli, tapi merasa bahwa pengerjaan yang ada di
dalamnya lebih rumit dan elegan daripada barang penjual lainnya. Violet dengan tajam
melihatnya dan Gilbert tersentak saat dia mengarahkan tatapannya ke arahnya seolah ingin
menembaknya.

"Ada apa...?"

"Mata Mayor ada di sini. " Violet menunjuk sebuah permata. Jari putihnya yang ramping
membentang lurus ke depan, menuju bros zamrud.
Tidak diragukan lagi, itu memang menyerupai warna misterius mata Gilbert. Itu adalah oval
mengkilap besar, mekar dari dalam kotak kacanya dengan cara yang lebih mencolok dari
pada permata lainnya

"Ini ... disebut apa?"

Sementara Violet membuka mulutnya dan mengerutkan kening seolah-olah dia tidak bisa
mengeluarkan kata kata yang tepat, penjaga toko menawarkan bantuan, "Zamrud."

"Bukan namanya ..."

"Kalau bukan namanya, apa maksudmu?"

"Ketika saya ... melihat ini ... saya bertanya-tanya kata apa yang sesuai untuknya..."

"Jadi itu maksudmu." Penjaga toko menertawakannya. "Ini 'cantik', Nona Muda."

Dari sudut pandang pemilik toko, tertawa adalah reaksi yang jelas. Dia adalah pedagang
perhiasan. Itu pasti sebuah kata yang tertanam dalam rutinitasnya. Namun Violet, yang
menaggapnya berharga lebih dari apapun, merasa mulutnya merenung saat dia mengucapkan
untuk pertama kalinya istilah yang baru dia pelajari.

" 'Cantik'…"

"Ada apa denganmu? Kau tak tahu kata itu? "

"Saya tidak tahu 'Cantik'. Apakah itu memiliki arti yang sama dengan ... 'indah'? "

"Benarkah? Wah, saya terkejut.Padahal anda tampak cerdas ... "

--Ah, ada ada saja


Gilbert berdiri terperangah di antara keduanya. Tubuhnya terasa panas tak tertahankan.
Perasaan itu mirip dengan melakukan kesalahan yang mengerikan, dengan keringat dingin,
denyut jantung yang melebar dan rasa malu membakar isi perutnya.

Dialah yang telah mengajarkan kepadanya bagaimana cara berbicara. Selama empat tahun
mereka tinggal bersama, dia telah melatihnya untuk percakapan sehari-hari. Itu termasuk
jargon militer

--Tetap saja, aku ...

Dia tidak mengajarinya kata-kata yang begitu sederhana. Begitu dia tahu cara berbicara
sampai batas tertentu, dia pikir secara logis dia bisa tahu kata-kata lainnya.Dia telah
mengukur itu dengan standarnya,meskipun dia dulunya gadis kecil yang hanya tau kata
'mayor' .

"Apakah Anda anak yatim perang?"

"Tidak, tapi saya tidak punya orang tua."

Dia tidak mencari kata selain 'bunuh'. Setelah membawanya dan menjadi walinya,dia hanya
membawanya ke medan perang. Itulah hari pertama mereka pergi berbelanja seperti itu.

--Ah ... disinilah aku, berusaha bertingkah seperti orang tua, namun ...

Dia sama sekali tidak mengajarkan kata-kata itu kepadanya. Itu sangat mengkhawatirkan.

--Untuk berpikir aku tidak pernah mengatakan "cantik", meskipun aku bisa mengatakan
"bunuh" ... padahal kata itu benar-benar cocok dengannya ...

Sementara Gilbert jatuh dalam penyesalan, obrolan terus berlanjut.

"Bagaimana dengan menulis? Bisakah kamu melakukannya?"

"Hanya namaku ..."


"Kalau begitu,siapa pun yang melahirkan Anda tidak kompeten. Bahkan saya pun bisa
menulis. "

"Apakah mengetahui bagaimana menulis hal yang baik?"

"Anda bisa menulis surat."


"'Surat' ...?"

"Jika Anda tinggal jauh dari kampung halaman Anda, setidaknya Anda harus menulis
beberapa."

"Apakah begitu…?"

Gilbert membanting dompetnya ke kotak kaca untuk mengganggu percakapan


mereka."Tunggu, jangan ... lakukan itu. Barangnya…"

"Saya beli satu ... Violet, pilihlah," katanya dengan nada rendah, seolah marah.

Violet berkedip. "Apakah itu perintah?"

"Ya, itu perintah...pilih satu. Yang manapun boleh."

Sebenarnya dia tidak ingin menyebutnya perintah. Namun, dia takkan patuh jika
mendengarkan dia mengatakan sebaliknya.

Violet melihat kotak kaca lagi dan, seperti yang diharapkan, menunjuk kembali bros zamrud.
"Kalau begitu, yang ini."

Saat Gilbert menekan penjaga toko dengan ekspresi kaku, yang hanya tersenyum dan
menyerahkan bros itu sembari berkata, "Datanglah lagi." bros itu mahal, tampak bahwa,
sebagai pemilik toko, dia akan sangat puas.
Menerima bros itu, Gilbert menarik lengan Violet sekali lagi dan meninggalkan tempat itu.
Jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang datang untuk menikmati kota malam. Di tengah
keramaian, mereka berdua yang biasanya selalu mempertanyakan hubungan dan eksistensi
mereka kemana pun mereka pergi, hanyalah bagian dari kemacetan.

Karena Violet tidak terbiasa dengan banyak orang, matanya bergerak ke segala arah dan
kakinya tertinggal. Dalam prosesnya, tangan mereka saling melepaskan satu sama lain dan
keduanya terpisah. Saat itulah Gilbert akhirnya berbalik untuk melihat Violet. Rambut
keemasannya tersembunyi dibalik keramaian.

"Mayor."

Dia bisa mendengar panggilannya di tengah kebisingan. Terlepas dari berapa banyak orang
yang ada atau tidak dapat melihatnya, tidak mungkin dia akan merindukan suaranya. Selalu,
sejak pertama kali dia mengatakan 'mayor', suara seperti angin yang berhembus dengan
ramah telah diukir di telinganya. Dia bergegas untuk pergi kembali dari jalan sebelumnya.

"Violet…"

Violet menatap Gilbert yang kebingungan itu dengan ekspresi tenang saat dia menarik napas
berat. Tampaknya tersesat tidak membuatnya sedikit gugup.

"Mayor, apa yang harus saya lakukan dengan ini ... setelah memilikinya?" Dia menunjukkan
kepadanya bros yang telah dipegangnya selama ini.

"Genggam benda itu di tempat yang kau inginkan."

"Saya akan kehilangan bros ini."

Gilbert mendesah. "Dalam pertempuran, ya. Tapi kau bisa memakainya pada hari libur.
Padahal, karena matamu biru, mungkin lebih baik membeli sesuatu yang berwarna biru. "
Violet menggelengkan kepalanya pada kalimat terakhir. "Tidak, yang ini yang paling
'cantik'." Dia berkata sambil menusuk jarum bros itu ke pakaiannya, "Warna itu sama dengan
mata Major."

Pernyataannya jelas. Napas Gilbert tertahan sesaat saat mendengar kata-kata yang
diucapkannya dengan nada manis.

--Kenapa ... kau ... mengatakan bahwa mataku indah ... pada saat seperti ini?

Meskipun dia adalah seorang gadis yang bersikap seolah-olah dia tidak memiliki hati, dia
menyembah pria yang telah membesarkannya tanpa mengajarinya bagaimana
mengekspresikan emosi.

--Aku benar benar...tidak berhak...mendapatkannya.

Tanpa tahu apa yang dipikirkan Gilbert, Violet melanjutkan, "Saya selalu ... menganggap
mereka 'cantik'. Tapi saya tidak tahu kata itu, jadi saya tidak pernah mengatakannya. " Dia
tampaknya tidak bisa memakai brosnya dengan benar, dia menusukkan jarumnya terus-
menerus. "Tapi mata Major, dari saat kami bertemu, 'cantik'."

Pandangan Gilbert menjadi kabur mendengar kata-kata yang berbisik. Itu hanya untuk sesaat.
Matanya segera bisa menangkap dunia dengan jelas lagi saat dia mendorong kembali apa pun
yang terbakar di dalam dirinya.

--Hapus perasaanmu kau tidak bisa membiarkan dirimu terlihat dengan wajah seperti ini.

Sentimen dan kesenangannya merembes keluar. Tapi, Bekerja sebagai tentara menuntut hal
itu secara khusus.

"Biarkan aku ..." dia mengambil bros dari tangannya dan menaruhnya di atasnya.Violet
mengalihkan pandangannya ke permata di kerahnya.
"Mayor, terima kasih." Suaranya agak sedikit lemah. "Terima kasih banyak."

Berulang kali mendengarnya, dia menjadi tidak nyaman dan dadanya terasa seperti sedang
direbus.

--Aku tidak bisa ... mengatakan apapun.Aku tidak berhak untuk melakukannya.

Dia merenungkan betapa leganya hatinya jika dia dengan sungguh-sungguh memasukkan
pemikirannya ke dalam kata-kata. Rasa bersalah, penyesalan, kepahitan, frustrasi, marah,
duka cita. Sup perasaan yang bercampur aduk di kepalanya meluap.

Medan pertempuran tiba-tiba berubah beberapa hari setelahnya. Perang kontinental yang
dimulai dengan konflik moneter antara Utara dan Selatan dan konflik agama antara Barat dan
Timur, yang pecah pada periode yang sama, saling terkait dan membuat keadaan semakin
rumit. Gilbert dan Pasukan Penyerangan Khusus Leidenschaftlich yang tidak biasanya
dikirim ke medan tempur berskala besar dan pasti, ke berbagai tempat di benua. Peranan
mengakhiri pertempuran dengan cepat tadinya adalah untuk Unit Penyerbu. Berbagai
pertempuran - dengan kata lain, pertempuran kecil - menyebar dengan cepat di benua ini.
Mereka bukanlah bentrokan biasa dimana kekuatan lawan hanya bertabrakan di satu area.

Medan pertempuran luas yang dimiliki oleh garis pertahanan invasi utara dan penghambatan
selatan diberi nama Intense. Ini berbasis tepat di tengah benua. Keseluruhan wilayahnya
terdiri dari tanah suci, menurut agama yang dimiliki oleh negara-negara Barat dan Timur. Itu
adalah kota yang terbuat dari batu dan pusat pasokan terbesar di wilayah Barat Selatan.
Karena ingin menguasai wilayah barat tanah suci, Timur meminjamkan kekuatan mereka ke
Utara sebagai sebuah negara sekutu, dan akibatnya, Barat bergabung dengan Selatan.

Saat itu jam tiga pagi ketika sebuah laporan menginformasikan bahwa jalur pertahanan
Intense hancur. Garis pertahanan yang telah penuh dengan kamp-kamp militer, dengan cepat
dimusnahkan oleh serangan Utara, terus berlanjut dalam keadaan darurat. Pada saat yang
sama, konflik yang lebih kecil di berbagai daerah mulai runtuh. Rincian kejadian tersebut
menunjukkan bahwa Utara, yang kekurangan sumber daya alam sejak awal, dan Timur, yang
telah menawarkannya dukungan, tidak dapat menarik persediaan, telah memusatkan kekuatan
militer mereka pada Intense, bertaruh secara keseluruhan - menghadapi musuhnya.

Kamp-kamp Barat Selatan, yang tidak siap untuk segera merespons kejutan serangan dengan
perbedaan kekuasaan yang luar biasa, kembali bergerak maju. Perintah pertemuan dikirim ke
Gilbert dan unitnya, yang termasuk dalam Sekutu Serikat Bangsa-Bangsa Barat Selatan dan
telah mendengar laporan tentang terobosan pertahanan '. Seorang utusan telah mengumumkan
secara resmi bahwa setiap tentara diharuskan berkumpul untuk ikut serta dalam pertempuran
yang menentukan, di mana semua tentara akan berkumpul.

Tampaknya tentara Sekutu Timur Utara telah mencapai tempat-tempat suci dan mengambil
alih kendali. Pada kenyataannya, pertempuran berikutnya bukan hanya untuk tempat
pengisian ulang atau reklamasi tanah suci - ini akan menjadi pertempuran akhir yang paling
besar. Pihak yang tidak berhasil jelas akan kehilangan wilayah dan negara mereka terkurung,
dirampok oleh musuh. Pleton yang telah diarahkan ke berbagai tempat berkumpul di sebuah
benteng yang didirikan di pinggiran tanah suci Intense.
Menjelang malam ketika Gilbert dan yang lainnya tiba di markas. Saat berkemah, dia
bertemu kembali dengan Hodgins setelah sekian lama.

"Kau masih hidup." Kali ini, Gilbertlah yang menemukan Hodgins dan menepuk pundaknya.

Pria berambut merah itu tersenyum lebar saat dia berbalik. "Gilbert ... hei. Jadi kamu juga
hidup. Apakah kau khawatir tentangku? Banyak bawahanku meninggal, tapi ... aku selamat.
"

Dia bertanggung jawab atas sebagian pasukan yang ditempatkan di Intense. Kelelahan dan
pesimisme akibat kehilangan teman-temannya tidak tersembunyi di balik senyumannya. Dia
telah menertawakan leluconnya sendiri, tapi kantung matanya terasa dalam dan wajahnya
kotor.

Saat mengganti lokasi, Gilbert dan pasukannya telah melihat-lihat lokasi medan perang garis
pertahanan Intense, namun tidak menemukan apa-apa selain tumpukan mayat yang tersebar
di tanah. Tidak ada waktu untuk mengheningkan cipta - semua seharusnya bersiap
menghadapi pertempuran akhir.

Hal itu kemungkinan besar akan sulit bagi Hodgins, karena mereka adalah rekan-rekannya
yang mempercayakan hidupnya padanya dan berbagi cerita setiap hari dengannya. Namun,
saat melihat Violet saat dia datang, akhirnya dia menunjukkan pandangan yang benar-benar
ceria. "Apakah ini ... gadis kecil itu?"

"Violet. Begitulah aku menamainya ... "

"Kau ... bisa datang dengan nama yang sombong. Violet kecil, ya? Nah, ini bukan pertemuan
pertamamu denganku, tapi kau tidak mengingatnya, bukan? Aku kenalan lamamu. Panggil
aku 'Mayor Hodgins'. "

Sambil memegang secangkir sup yang dibagikan, Violet memberi hormat kepadanya. Bahkan
di kegelapan, tampangnya yang menarik menghipnotis sejenak, disorot oleh lampu-api.
Gilbert berdeham, membawanya kembali ke kenyataan.
"Kau telah menjadi cantik ..." Hodgins melingkarkan lengan ke bahu Gilbert dan berbicara
dengan suara rendah saat keduanya membelakangi Violet, "Kau... ini ... sangat buruk, tahu?
Seorang wanita muda seperti ini di daerah tempur ... yah, tapi ... sepertinya tidak perlu
mengkhawatirkan tubuhnya ... bahkan korpsku tahu tentang perbuatannya. "

"Aku mengawasi Violet supaya tidak perlu khawatir."

"Mungkin begitu, tapi ... bagaimana mungkin aku tahan? Ini sia sia. Kekuatan fisiknya
bukanlah saty satunya karunia yang ia miliki. Akan ... bagus jika dia memiliki pekerjaan yang
memanfaatkan atributnya yang lain. "

Kata-kata itu menusuk hati Gilbert. Sangat menyakitkan mendengar pikirannya dikatakan
oleh orang lain. Apalagi, penyebab semuanya adalah Gilbert sendiri. Saat menjadi wali
darinya, dia adalah perwira militer pertama dan paling utama yang membuatnya bertarung.

--Aku tahu itu ... lebih baik dari siapapun

Betapapun menakjubkannya dia atau seberapa baik karunia yang ia miliki, selama dia dirantai
dengan tentara seperti Gilbert, dia akan menjadi Boneka Pembunuh Otomatis.

"Kau tau, aku ... sedang memikirkan untuk mundur dari militer dan membuka usaha sendiri
setelah perang ini usai. Ketika itu terjadi ... aku ingin tahu apakah aku harus mengajak ...
Violet kecil."

Hodgins mengeluarkan rokok dari kotak yang telah hancur dan memasukkannya ke dalam
mulutnya.Karena hanya ada satu batang rokok di dalam kotak itu, Gilbert mengambilnya. Dia
tidak cukup bodoh untuk tidak menerima tawaran temannya di malam hari tepat sebelum
pertempuran akhir setelah beberapa minggu tidak merokok. Mendekatkan wajah mereka satu
sama lain, keduanya saling berbagi api.

"Ketika seorang tentara mengatakan sesuatu seperti ini sebelum medan perang terakhir,
biasanya berarti 'itu'." Gilbert berkata dengan ekspresi suram saat menghembuskan asap.

"Tidak, aku takkan mati! Pasti. Aku sudah lama berpikir untuk membeli perusahaan ... "
"Dari mana kau mendapatkan uang untuk itu?"

"Dari taruhan di sebuah organisasi perjudian tertentu, di mana kita mempertaruhkan seluruh
kekayaan kita tentang siapa yang akan memenangkan pertarungan ini."

"Kenapa ... kau memilih gaya hidup singkat seperti itu ...?"

"Ya, aku tidak berasal dari keluarga kebanyakan tentara. Keluargaku menjalankan bisnis
biasa di negara kami. Dan aku anak kedua. Aku bergabung dengan tentara karena orang yang
akan menggantikan bisnis keluarga adalah kakak laki-lakiku. Jika ada yang bisa dilakukan
anak kedua yang menganggur untuk bisa berkontribusi pada keluarganya, pastinya itu dengan
melindungi negara ini, bukan? Karena itulah, jika Selatan menang dan Leidenschaftlich tidak
harus bertarung lagi meski hanya kurang dari satu jam, aku akan membuka agensi saya
sendiri. Kau tau, aku adalah tipe pria yang bisa melakukan apapun jika serius, jadi aku bisa
naikkan beberapa pangkat lagi jika saya tetap berada di tentara seperti ini, tapi ... ada sesuatu
yang merasa salah. Akhirnya aku mengerti apa."

Gilbert sangat iri pada Hodgins saat dia dengan malu-malu membicarakan mimpinya. Mereka
mungkin tidak memiliki hari esok. Dalam keadaan seperti itu, temannya bisa mengatakan
bahwa ada hal-hal yang ingin dia lakukan dan membicarakan masa depan bersama mereka.
Mungkin ada orang yang akan menertawakannya dengan bodoh, tapi Gilbert melihatnya
sebagai sesuatu yang mempesona.

--Aku tidak punya hal untuk dilakukan, dan tidak dapat memikirkan tempat lain yang bisa
kujalani.

Dia telah datang sejauh itu dengan bertindak seperti yang diharapkan dari seorang anak yang
lahir dalam keluarga militer mulia yaitu Bougainvillea.

--Lalu, bagaimana dengan Violet?


Dia duduk di tanah agak jauh, menatap api unggun. Karena dia selalu berada disamping
Gilbert, tidak ada yang akan memanggilnya, tapi dia bisa merasakan di kulitnya bahwa
tatapan tentara di kamp terkonsentrasi padanya. Dia tidak cocok untuk tempat seperti itu.

--Mungkin dia bisa ... menjalani sisa hidupnya berpakaian lebih cantik, bergaul dengan gadis
remaja seperti dirinya sendiri ... Tidak, tidak apa-apa jika mereka tidak cantik. Jika dia bisa
tinggal di suatu tempat ... di mana dia bisa melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri, dan
bukan dengan perintah dariku... aku merasa ... bahwa dia akan mampu ... untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih unik."

"Benar. Jika bisnismu aman, aku mungkin akan membiarkannya bersamamu. "

Gilbert memiliki bakat untuk militer. Dia tidak pernah merasakan kegelisahan atau ketakutan
saat menerima promosi di tentara. Tuhan telah menganugerahkannya dengan takdir yang
sangat cocok dengannya.

Karena Hodgins tidak menyangka bahwa dia akan mendengar itu, dia menjatuhkan rokok
saat dia mengucapkan "Hah?", Seolah meminta pengulangan.

Violet, yang telah diam, perlahan bereaksi dan mengangkat kepalanya ke arah mereka.

"Seperti yang kukatakan, jika sesuai dengan Violet, aku mungkin akan menitipkannya
padamu ..."

"Benarkah!? Aku menganggap itu sebagai janji! Tulislah sebuah kesaksian! "

Gilbert terbatuk saat ia meraih kerah jaket seragamnya dan terguncang maju mundur. "Aku
bilang 'mungkin'! Itu belum pasti! "

"B-Bisnisku butuh seorang gadis yang bisa bepergian ke daerah berbahaya tanpa ragu ..."

"Jika kau akan membuatnya melakukan hal-hal yang berbahaya, aku menolaknya."
"Yah, biarpun kukatakan itu berbahaya ... itu ... bukan berarti aku akan menjadi
pelindungnya."

"Mari kita lanjutkan diskusi ini nanti. Sampai jumpa, Hodgins. "

"Hei, Gilbert! Jangan lupa apa yang kau katakan tadi tidak peduli apapun! Tidak peduli
apapun, mengerti !? "

Mengabaikan bujukan Hodgins, Gilbert membawa Violet bersamanya kembali ke tenda


mereka. Mereka akan menghabiskan malam sendiri. Karena banyak tentara yang berkumpul,
tidak ada cukup tempat untuk semua orang, dan Violet tidak memiliki kamar untuk dirinya
sendiri. Selain itu, jika dia ditunjuk ke tenda besar lainnya, akan ada risiko orang-orang yang
melakukan tindakan yang tidak pantas dan jumlah tentara menurun tepat sebelum
pertempuran. Tenda keduanya merupakan tempat menyimpan barang barang dan memiliki
tempat terbatas untuk berbaring. Jika ternyata mereka berbalik saat tidur, tubuh mereka pasti
akan saling bersentuhan. Gilbert menyadari bahwa dia sangat gugup dengan hal tersebut.

--Tidak, tapi ... aku pulang dengannya di pelukanku saat pertama kali bertemu.

Kembali saat dia berlumuran darah dan tidak tahu bagaimana cara berbicara, meski dia
ketakutan, dia masih memeluknya. Sementara itu, dia telah mengawasinya seolah-olah dia
adalah sesuatu yang misterius. Pada saat ini, saat dia mengamati raut wajahnya saat dia
membiarkan rambutnya turun, meski telah berkembang menjadi wanita muda yang ramping,
dia masih seorang gadis kecil. Namun, penampilannya yang dewasa tampaknya tidak lain
dari pada wanita, dan di dalam tubuhnya tinggal jiwa seorang pejuang yang ganas.

Mungkin karena Gilbert sedang menatapnya, Violet berpaling untuk menatapnya. Tatapan
mereka terkunci.

"Mayor." Dia memanggil dengan nada rendah, seolah hendak menceritakan sebuah rahasia.

"Ada apa?" Dia bertanya kembali dengan cara yang sama.

"Apa ... harus kulakukan ... nanti?"


"Apa maksudmu…? Besok adalah pertempuran terakhir. Kita akan memenuhi tugas kita
sebagai Pasukan Penyerangan Khusus. "

"Tidak, maksud saya setelah besok. Apa yang harus saya lakukan saat besok berakhir? Mayor,
Anda ... membicarakannya dengan Mayor Hodgins. Bahwa Anda akan mempercayakan saya
padanya. "

"Kau mendengarkan?"
Violet tidak berekspresi seperti biasanya, namun suaranya terdengar aneh.

"Itu ... belum diputuskan."Saat Gilbert mengatakannya, Violet bertanya, "Apa aku ... tidak
perlu lagi?"

"Violet?"

"Apakah saya akan dipindahkan ke Mayor Hodgins ... untuk dibuang? Apakah saya tidak
dapat menerima perintah Mayor? " Pertanyaan tersebut mencela bahwa dia menganggap
dirinya sebagai 'benda'. "Saya ... kemungkinan besar ... tidak bisa menerima perintah Mayor
Hodgins. Saya sendiri ... tidak ... memahaminya dengan baik ... tapi saya tidak bisa bergerak
jika tidak dengan perintah orang-orang yang saya akui. Itulah sebabnya ... aku akan menjadi
yang paling berguna ... disamping Mayor."

Wajah Gilbert mendung pada kalimat yang seperti mesin itu. "Apakah kau ... begitu
menginginkan perintahku?"

Dia adalah atasan yang tidak akan mengatakan apapun kecuali "bunuh". Begitulah orang tua
yang telah membesarkannya. Pria semacam itulah dia.

"Perintah adalah segalanya untukku. Dan ... jika mereka tidak diberikan oleh Mayor ... aku ...
"

--Kenapa ... aku merasa sedih lagi ...?


Semuanya tetap sama. Violet akan menasehatinya untuk menganggapnya sebagai alat. Dia
akan melakukannya bahkan tanpa ada yang menginginkannya. Begitulah sifatnya. Begitulah
cara hidupnya. Begitulah dia.

--Tapi, kenapa ...

Terlalu sulit baginya untuk terus melihatnya seperti itu.

--Harus…

"Kenapa ... harus...aku?"

"Eh?"

Gumamannya tidak bisa didengar, meski dekat sekalipun. Gilbert dengan menyakitkan
mengucapkan kata-katanya keluar dengan terus terang. "Setelah pertempuran ini ... kau tidak
perlu menerima perintahku lagi. Aku ... berencana untuk membiarkanmu pergi. Kau harus
melakukan apa yang kau inginkan juga. Kau tidak perlu mendengarkan perintah siapa pun.
Bertindak sesuai keinginanmu sendiri. Kau bisa ... tinggal sendiri mulai sekarang, bukan? "

"Tapi ... jika saya melakukan itu, perintah siapa yang..."

"Jangan dengarkan perintah siapa pun."

Dengan wajah yang dia buat, Violet hanyalah seorang gadis muda. Itu membuatnya ingin
bertanya mengapa dia pergi ke medan perang. Mengapa tubuhnya cenderung untuk
berperang? Mengapa dia mempercayakan dirinya kepada orang lain dan menjadi alat
mereka?

--Mengapa dia ... memilihku sebagai Tuannya?

"Apakah itu ... sebuah perintah?" Seolah menolak gagasan tersebut, Violet dengan putus asa
mengajukan sedikit perubahan dalam ekspresinya, "Apakah itu perintah Mayor?"
--Aah ... kenapa Bagaimana bisa?

"Bukan ... bukan ... itu ..."

"Tapi Anda bilang 'jangan dengarkan' ..."

--Aah, bukan itu

Rasa frustrasi pada hal-hal yang tidak berjalan seperti yang dia inginkan mendidih di dalam
kepalanya dan meledak. "Kenapa ... apa pendapatmu tentang segala sesuatu harus
berhubungan dengan perintah?! Apakah kau ... benar-benar percaya bahwa aku
menganggapmu sebagai alat? Jika memang begitu, aku tidak akan menggendongmu di
tanganku atau memastikan bahwa tidak ada yang akan mengacaukanmu saat tumbuh dewasa!
Dan juga ... kau tidak menyadari ... bagaimana perasaanku ... tentangmu. Biasanya ...
siapapun pasti ... pasti mengerti. Bahkan saat aku marah, bahkan saat keadaan sulit, aku ...! "
Dia bisa melihat bayangan wajahnya yang menyedihkan di mata Violet. "Aku ... Violet ..."

Mata biru itu selalu memandang Gilbert. Namun, sama untuk mata hijau itu. Tanpa sadar, dia
akan selalu menatapnya. Dari satu bulan sampai empat tahun, mereka akan selalu bersama
kemanapun itu.

"Ma ... yor ..."Sejak bibirnya yang merah cerah mengucapkan kata pertamanya, Gilbert telah
melakukan semua yang dia bisa untuk melindunginya. Dia juga seorang pemuda belaka saat
mereka pertama kali bertemu, dan tidak tahu cara membesarkan anak-anak.

"Apa kau tidak memiliki perasaan? Bukan begitu, kan? Kau bukannya tidak memilikinya.
Bukankah begitu? Jika kau tidak memiliki perasaan, lalu bagaimana wajah itu? kau bisa
membuat wajah seperti itu, bukan? Kau memiliki perasaan. Kau memiliki ... hati sepertiku,
kan !? "

Teriakannya mungkin bisa terdengar di tenda-tenda di dekatnya. Memikirkan itu untuk


sedetik, ia merasa dadanya mengencang. Dia tidak memiliki hak untuk menceramahi dia
dengan penuh kesombongan.
"Saya tidak ... mengerti ... perasaan." Violet berkata dengan suara gemetar, seolah-olah untuk
menunjukkan bahwa dia tidak tahu bahwa dia sedang ketakutan.

"Kau ... sekarang berpikir aku menakutkan... bukan? Kau tidak suka ... aku tiba-tiba berteriak,
bukan?"

"Aku tidak tahu."

"Kau tidak suka diberitahu hal-hal yang tidak kau pahami, bukan?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak tahu."

"Itu bohong…"

"Aku tidak tahu." Violet menggelengkan kepalanya, memohon dengan serius.

"Mayor, aku benar-benar ... tidak tahu."

Dia kehilangan sesuatu yang penting sebagai pribadi. Bahkan jika dia memiliki perasaan, dia
tidak bisa merasakannya. Dia telah dibesarkan seperti itu.

--Siapa ... yang harus disalahkan untuk ini?

Gilbert meletakkan tangan diatas matanya dan memejamkannya. Dengan begitu, dia tidak
bisa lagi melihat wajahnya. Yang bisa didengarnya hanyalah suara napasnya. Ia tidak bisa
melihatnya.

"Mayor." Saat dia menolak kenyataan, suara Violet bergema di telinganya.

"Saya tidak ... mengerti diri saya sendiri. Mengapa saya dibuat sangat berbeda dari orang
lain? Kenapa aku tidak bisa ... mendengarkan perintah dari siapapun kecuali Mayor ...? "Dia
terdengar sangat putus asa. "Saat, saya ... pertama kali bertemu dengan Mayor, saya berpikir,
'ikuti orang ini'."
Dia bisa tahu betapa mudanya dirinya bahkan bila ia tak ingin mendengarkannya.

"Sambil bertanya-tanya apa yang sedang dikatakan di tengah pusaran kata-kata yang tidak
dapat saya pahami, saat Mayor memeluk saya ... itu ... mungkin ... pertama kalinya untuk
saya. Tidak pernah ada orang yang melakukan itu untuk saya ... saat ini atau sekarang ...
dengan maksud untuk melindungi saya. Itulah sebabnya ... saya ingin ... mendengarkan
perintah Mayor. Jika saya ... memiliki perintah Mayor, saya bisa pergi ke mana saja. "

Saat kecil, dia dengan sungguh-sungguh menginginkan perintah Gilbert.

--Siapa ... yang harus disalahkan untuk ini?

Setelah terdiam beberapa saat, Gilbert berbisik pelan, "Violet, maafkan aku." Dia membuka
matanya dan mengulurkan tangannya ke arahnya, meletakkan selimut di atas tubuhnya
sampai ke mulutnya. "Aku berbicara seolah-olah saya menuduhmu melakukan sesuatu yang
tidak pernah kau lakukan ... aku ingin kau memaafkanku. Besok adalah ... pertempuran akhir.
Harapan banyak orang bergantung pada kekuatanmu. Tidurlah. Mari kita bicara lagi ...
tentang apa yang akan kita lakukan setelah itu."
Dia menggunakan nada terlembut yang bisa dia keluarkan.

"Ya." Violet mendesah lega. "Saya pasti akan melakukan yang terbaik. Selamat malam,
Mayor. "

"Aah ... selamat malam, Violet."

Ada suara gemeresik menggoda untuk sesaat, tapi tak lama kemudian, Gilbert bisa
mendengar suara napas yang biasa. Sambil membelakangi Violet, dia berusaha mendorong
dirinya untuk tidur seperti Violet. Namun, air mata meluap dari dalam matanya yang
tertutup.

--Kelopak mataku terasa panas. Mataku serasa terbakar.


Air mata yang telah ia tahan sedemikian lama mulai menetes tanpa henti. Dia melakukan
yang terbaik agar tidak terdengar. Dengan membawa tangannya ke wajahnya, dia merasakan
sakit di dadanya.

--Siapa ... yang harus disalahkan untuk ini?

Hanya itu yang bisa dipikirkannya.

Dinding batu raksasa melindungi tanah suci Intense. Penampilan luarnya mengeluarkan
atmosfer yang ganas, namun bagian dalamnya memiliki struktur yang hampir seperti taman
kotak, yang berisi jalur air yang kompleks, kincir angin dan lapangan terbuka. Hanya ada satu
pintu masuk dan satu pintu keluar. Sebuah jalan tunggal yang panjang, yang dinamai Jalan
Ziarah, menuju pusat kota, tanjakan meninggi sedikit demi sedikit, dan berakhir di sebuah
katedral. Tulisan itu berisi kitab suci yang dipercaya menggambarkan Kejadian Kontinental
dan beberapa dewa yang disembah di seluruh benua, serta pertempuran kuno dan apa yang
akan terjadi selama kiamat.
Tempat itu dianggap sakral karena berada di katedral tempat kitab suci asli itu disimpan. The
Continental Genesis menggambarkan karakteristik dan tindakan para dewa, dan akhirnya,
kitab suci asli adalah objek iman yang paling akurat, tidak peduli tuhan mana yang
dipercayainya. Itu adalah tanah damai dimana semua sekte bertemu melalui difusi dari buku
asli. Gilbert dan Angkatan Darat Barat Selatan harus masuk ke tanah perdamaian tersebut dan
merebutnya kembali.

"Masalahnya adalah datang dengan metode infiltrasi."

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, para komandan menegaskan kembali rencana
mereka dalam sebuah pertemuan. Sebagai pemimpin yang masih hidup, Hodgins
dipercayakan dengan kemajuan strategi utama. Dia menggambar diagram kecil dan menulis
catatan dengan pena bulu di atas koper. "Hanya ada satu pintu gerbang", "Kota itu seperti
taman", "Bila tertangkap akan merepotkan". Menurut Hodgins, yang tanpa henti bertempur di
jalur pertahanan Intense, ada semacam ksatria untuk melindungi tulisan di tempat-tempat suci,
di jalur bawah tanah ada yang telah diutus untuk membunuh siapa saja yang mencoba
mencuri kitab asli.

"Pasukan utama akan terlibat dalam pertempuran pertahanan-penyerangan di gerbang. Kami


memikirkan memanjat dinding untuk serangan mendadak, tapi terlalu besar. Tidak mungkin.
Sementara itu kita akan membuat sebuah tangga, semangat tempur pasukan mereka akan
menurun dan Timur Utara akan menuju ke tanah suci dan memperkuat benteng mereka. Saat
itulah saya ingin bergantung pada kekuatan tak beraturan yang bersekutu dengan Persatuan
Barat Selatan, yang ternyata banyak jumlahnya. Pertama, Mayor Gilbert dari Pasukan
Penyerangan Khusus Leidenschaftlich. "

Diberi isyarat oleh Hodgins, Gilbert mengangkat tangannya. Selain namanya, nama-nama
dari empat komandan unit penyerbu, yang telah bergabung dengan Leidenschaftlich,
dipanggil. Mereka adalah unit terpisah yang terbentuk dari berbagai negara. Ini adalah
pertama kalinya para anggota bertatap muka.

"Sejujurnya, tulisan suci yang disimpan di katedral untuk ibadah peziarah adalah salinannya.
Dokumen aslinya dipindahkan ke tempat lain dengan perintah segera setelah invasi. Saya
tidak tahu apakah musuh memperhatikan ini ... tapi ada saluran air bawah tanah yang masih
bisa digunakan, jadi kita akan menyuruh Unit Penyerbu menyelinap masuk dari sana. Skuad
1 akan mengendalikan katedral dan menyalakan sinyal setelah penekanan untuk
mengumumkan kemenangan. Jelas, itu akan menjadi lelucon, tapi menyebabkan gangguan
adalah pukulan yang efektif. Squad 2 dan 3 akan menuju ke pusat kota. Pertarungan akan
berkonsentrasi di satu-satunya pintu masuk. Para pengamat mungkin akan tersebar di sekitar
kota, tentunya, tapi jika kita tidak menyalurkan kekuatan militer kita, penekanan itu tidak
mungkin dilakukan. Musuh akan terkejut dengan deklarasi kemenangan dan datang mendaki
Jalan Ziarah yang panjang, jadi kita akan menembak mereka. Skuad 4 akan menyerang
sebagai pelopor untuk terobosan pintu masuk. "

"Maksud saya, ini adalah rencana berdasarkan kondisi ideal, tapi yang jelas, semuanya tidak
akan berjalan begitu dalam kenyataan. Jika Unit Penyerbu gagal, ada pilihan untuk menarik
dan membakar tempat dari luar. Lahannya luas, jadi api akan menjadi besar. Mereka akan
terbakar lebih cepat. Ini efektif ... tapi membakar ke tempat suci tidak bisa diterima, secara
emosional. Tolong jangan membenci kami, pejabat Angkatan Darat Barat. Kami dari
Angkatan Darat Selatan bukan ateis. Saya bukan seorang ateis. Tapi, serius. Ini adalah upaya
terakhir. Namun, sekarang satu-satunya kesempatan kita. Semakin banyak waktu berlalu,
semakin banyak kemajuan dengan memperjuangkan daerah ziarah Intense dan semakin sulit
untuk mendapatkannya kembali. Orang-orang di dalam juga akan mengalami lebih banyak
kerusakan. Saya ingin mengakhiri perang yang memakan sumber daya ini, bahkan jika
artinya mengolesi wajah negara-negara Barat Selatan dengan lumpur. Semua orang berpikir
sama, bukan? Batu pijakan kita adalah ... Pasukan Penyerangan Khusus Leidenschaftlich.
Kami mengandalkanmu. "

Diberitahu begitu dengan nada tegas, Gilbert menjawab pelan. "Aku tahu. Pertahanan
katedral mungkin yang terkuat. Tapi tidak perlu khawatir. 'Senjata'
Leidenschaftlich...menjamin itu. Saya ingin setiap unit merasa nyaman dan berkonsentrasi
pada penekanan. "

Kata-kata Gilbert sepertinya menyatukan kekuatan ke rekan-rekannya saat mereka hendak


berangkat berperang. Semua yang hadir mengharapkan keberhasilannya ( 'semoga
beruntung' ) sambil mengangkat tangan untuk bersalaman dengannya. Selain itu, sumpah ini
berisi keinginan Gilbert.
"Aku benar-benar ... ingin ini menjadi pertempuran terakhir."

Di sekeliling pagar batu tanah suci Intense adalah saluran irigasi. Itu adalah jalur air yang
cukup dalam, sedalam pinggang orang dewasa. Sepanjang perjalanannya, kaskade (air terjun
kecil) di mana orang yang jatuh darinya bisa terlihat. Bagian dalam sistem drainase terbagi
dalam banyak jalur, dan jika beberapa mengarah ke kota, seharusnya ada yang mengarah ke
katedral.

Unit itu memulai infiltrasi mereka sambil dengan hati-hati menurunkan tangga yang
terpasang. Squad 2, 3 dan 4 memilih rute terpisah satu demi satu, dan akhirnya, hanya Gilbert
dan Squadnya yang berlari ke saluran air bawah tanah yang sangat panjang. Mereka sangat
yakin akan ada penyergapan yang menunggu mereka, namun akhirnya kecewa karena tiada
apapun.

Beberapa anggota pasukan optimis tentang pertempuran akhir sampai memulai obrolan
dengan ringan hati, tapi begitu Gilbert melirik Violet, dia menyimpulkan bahwa dia tidak
akan ambil bagian di dalamnya. Wajah yang dia buat setiap kali kehidupannya terancam
masih tanpa emosi, namun sedikit berbeda dari biasanya.

--Violet ... sensitif terhadap bahaya.

Setelah beberapa saat berlari, saluran irigasi yang rumit bisa terlihat. Ada sebuah tangga, dan
di atasnya ada sesuatu yang mirip dengan tutup besi. Dibaliknya adalah dunia luar.

Kaki Violet benar-benar berhenti bergerak. Semua orang tentu saja berhenti juga.

"Mayor, musuh kemungkinan sudah berada di atas kita."

"Apakah kau mendengar sesuatu?"

"Tidak, saya pikir karena saya tidak mendengar apapun. Jika saya adalah komandan mereka,
saya akan memberantas Unit penyerbu di sini saat mereka berusaha melakukan invasi yang
luar biasa. Jika kita hanya menaiki tangga dan pergi ke sana, kita mungkin akan terbunuh.
Mayor, saya akan terus maju sendiri. " Violet menyatakan, melepaskan kapak tempur yang
dibuat khusus untuknya dari sarung di punggungnya.

"Kau tidak bisa. Kita tidak tahu berapa banyak jumlah mereka. "

"Jika mereka dalam jumlah besar, lebih banyak alasan bagi saya untuk mengusir musuh
sehingga setiap orang bisa selamat. Perintahmu, Mayor. "

Dada Gilbert mengencang pada kata "perintah".

"Mayor, perintahmu."

Menyuruhnya pergi untuk mati terasa seperti eufemisme.

"Mayor!" Dia memintanya untuk mengatakan hal seperti itu.

Bukan hanya pandangan Violet tapi tatapan yang lainnya juga berpusat pada Gilbert.

"Apakah sinyal suar siap digunakan?"

Setelah sedikit perencanaan, semua orang berbaris di dinding sementara Violet sendiri berdiri
di bawah tutup besi. Memegang erat Witchcraft dia menggerakkan rantai penyeimbang.
Memutar tubuhnya dengan sekuat tenaga, dia melepaskan ujung rantai ke tutup besi.
Tutupnya kemudian terbang dengan dentang yang luar biasa. Sekilas wajah mengejutkan
tentara musuh bisa dilihat dari sisi lain. Namun, sebelum mereka bisa menyiram Violet
dengan peluru, ujung rantai yang diregangkan itu meremas kapsul dan mengeluarkan suar
sinyal. Cahaya yang menyilaukan itu membingungkan tentara musuh.

Violet dengan cepat memanjat tangga dan menghilang ke permukaan. Tak lama kemudian,
jeritan bisa terdengar.

"Baiklah, kita juga naik! Ayo pergi sambil menyembunyikan diri sementara Violet
mendukung kita" Gilbert menaiki tangga, menuntun semua orang, selagi Violet menghabisi
puluhan orang.
Jalur saluran air bawah tanah itu bukan menuju katedral tapi jalan pintas untuk itu. Dengan
pandangan musuh yang memusatkan perhatian padanya, anggota unit berlari ke arah gedung
yang berfungsi sebagai perisai dan menyembunyikan diri mereka sendiri.

"Sniper! Bersiaplah!"

Tujuannya ditetapkan pada tentara yang mengelilingi Violet. Dia mendorong Witchcraft ke
tanah, melompat tinggi. Saat dia meletakkan kakinya di ekstremitasnya, dia tampak menari di
udara sambil menjauh dari area tembakan.

"Tembak!!"

Peluru tembakan melewati Violet dan mengenai musuh. Pada saat yang sama, dia berputar ke
udara dan mengambil pistol dari sarung seragam militernya. Sebelum mendarat, dia
menembak dua musuh yang akan menyerang Gilbert dan yang lainnya dari bayang-bayang.
Saat kakinya menyentuh tanah, dia tidak meraih pegangan Witchcraft melainkan rantainya
dan berbalik. Leher beberapa orang lain yang berusaha melarikan diri terbang. Beberapa jalur
yang sebelumnya telah diblokir oleh musuh terbuka dan Violet segera maju setelah
membantai garda depan. Semuanya terjadi dalam sekejap.

"Semuanya, maju!!"

Atas perintah Gilbert, semua orang menarik pedang mereka dan mengikutinya. Tidak ada
satu jiwa pun yang meragukan punggung kecil itu. Pada hari itu, pembunuh terbaik mereka
mengerahkan seluruh kemampuannya.

"OOOOOOOOOOOOOOOOOH !!"

Pasukan Penyerangan Khusus Leidenschaftlich menuju ke katedral.

Sementara itu, pertempuran sengit menyebar di gerbang utama antara Selatan dan Utara. Unit
Penyerbu yang dipimpin oleh Hodgins berhasil menembus gerbang meskipun ada banyak
korban jiwa, terlibat dalam kecelakaan di dalamnya.
"Pertarungan yang cukup elegan." Dengan peran memberi petunjuk dari belakang, Hodgins
menjilat bibirnya. "Sangat, sangat mudah bagi seorang pedagang sepertiku. Terlalu mudah.
Aku dapat dengan jelas melihat keuntungan dari yang kalah dan yang menang dari perang ini.
Apakah mereka benar-benar takut kota hancur? Ini adalah pemasok baru mereka yang
berharga. Alasan suci yang mereka mimpikan. Bukankah begitu?" Dia mengangkat suaranya
dengan senyum tak kenal takut. "Squad pendukung, keluarkan trebuset! (pelontar batu) Mari
kita hancurkan kincir angin yang digunakan musuh sebagai pelindung! Kami akan
menghancurkannya dan menghabisi penjaga belakang mereka! Tentara mereka akan datang
satu demi satu, tapi jangan menyerah! Siapa pun yang bisa memanfaatkan benteng ini dengan
baik menang! Tunjukkan mereka sisi mana yang terbaik! "

"Ya!" Teriakan persetujuan terjadi sebagai balasan dan setiap prajurit bertindak segera.

Hasilnya belum terlihat. Namun, itu juga berarti mereka masih memiliki kesempatan untuk
menang.

Di bagian belakang lereng yang membentang di belakang musuh bisa terlihat katedral megah.
Belum ada satu pergerakan dari sana.

--Gilbert, aku mengandalkanmu Aku sudah muak dengan ini.

"Aku sudah marah sejak kemarin ... tidak, sejak dulu! Ayo akhiri perang bodoh ini! " Sambil
menaikkan senjatanya, Hodgins memasuki awan debu untuk bertarung bersama rekan-
rekannya.

"Pasukan utama telah memulai invasi dari gerbang. Unit Timur Utara yang menguasai daerah
ini terbagi menjadi dua kelompok untuk gerbang dan katedral. Jenderal utama mungkin ada
di salah satu dari mereka. Agar bisa menang, kita harus memotong lehernya dan menguasai
katedral. Jika moral mereka turun, kita menang. "

Anggota Pasukan Penyerangan Khusus Leidenschaftlich bersembunyi di sebuah bangunan di


dekatnya yang menghadap ke katedral. Mereka menyortir keadaan setelah mendengarkan
pengirim kabar yang diutus dari gerbang utama.
Katedral yang bisa dilihat dari jendela bangunan itu dilindungi oleh keamanan bagaikan
tembok baja dan terlihat cukup menggelikan. Tentara bersenjata mengelilingi pinggiran
katedral yang berbentuk silinder. Sebaliknya, personil yang tersisa dari Pasukan Penyerang
tidak cukup. Meskipun yang terluka dibawa ke gedung, mereka tidak dapat dihitung, dan
bagian atas katedral cukup jauh dari mereka. Untuk naik ke atasnya, gerbang diatas tanah,
yang merupakan satu-satunya pintu masuk dan keluar, adalah satu-satunya pilihan.
Sepertinya tidak ada harapan lain. Namun, masuk langsung dari depan tidak akan
menghasilkan apa-apa selain membuang nyawa dengan percuma. Semua orang kelelahan.
Mereka telah melarikan diri ke tempat itu untuk mempersiapkan diri mereka untuk saat ini,
tapi tidak bisa tinggal di sana selamanya.

Meskipun ada yang duduk di lantai, Violet berdiri di dekat jendela sepanjang waktu. Gilbert
mengira dia memperhatikan musuh, tapi sepertinya dia merencanakan sesuatu.

"Mayor, tolong lihat bangunan itu."

Dia melirik ke luar. Itu adalah struktur persegi yang aneh."Atapnya terbuka dan jarak ke
katedral tidak terlalu besar. Saya bisa melompat dari sini jika dan melakukan pendekatan. "

"Nyatanya, sesuatu seperti itu ..."

Dia yakin itu tidak mungkin. Meski jarak antara bangunan dan katedral tentu sudah dekat,
tidak akan ada pijakan bahkan jika lompatan tersebut dilakukan. Jatuh dari situ tampak fatal.

"Ada jendela kaca disampingnya. Jika saya memecahkannya dan masuk ke dalam, akan
sedikit jauh dari atas tapi lebih mudah diakses. Tentu saja, sementara saya melakukannya,
akan perlu memecahkan kaca dengan senjata api. Setelah penembakan, posisi kita akan
segera ditemukan. Mayor dan yang lainnya harus mundur, bertemu dengan Squad 2 dan 3,
dan meminta bantuan. Mengambil alih katedral tidak akan mungkin dengan jumlah kita saat
ini. Begitu sampai di puncak, saya akan menyalakan api suar. Tujuan kita sebagai Squad 1
adalah membuat musuh mengira kita mengendalikan katedral, meski itu hanyalah tipuan. "

"Sekalipun ini berhasil, itu berarti kau harus bertempur sendiri."


"Saya percaya bahwa Mayor dengan aman akan membawa semua orang kembali ke sini.
Aku tidak bisa memikirkan metode lain. Kita perlu menahan pihak lain agar kita bisa
menang."

"Apa kau siap untuk mati?"

"Saya tidak tahu ... apakah kematian adalah sesuatu yang seharusnya saya siapkan ... atau
tidak."

Sama saja dengan mengatakan bahwa dia tidak takut akan hal itu.

"Aku tidak bisa menyetujui itu."

"Kalau begitu, apakah Anda berniat menunggu di sini sampai Unit Penyerbu datang?"

"Kau ... satu-satunya orang ... yang tak ingin kukorbankan."

"Kesampingkan saya, banyak rekan kita telah meninggal sampai saat ini. Dan ini bukan
pengorbanan tapi merupakan ukuran (putusan) penting. Mayor sebaiknya membuat keputusan
yang tepat, seperti biasa. Tolong sampaikan kepada saya. Tolong perintahkan saya, tidak
peduli apa yang terjadi ... Mayor. Dan kemudian, saya ... pasti ... " Violet menyalurkan
maksudnya yang jelas ke dalam suaranya," ... menjadi 'perisai' dan 'senjata' Anda. " Dia
menatap mata hijau Gilbert seolah-olah itu adalah sesuatu yang mempesona. "Aku akan
melindungimu." Kata-katanya tidak berbohong. "Tolong jangan ragukan ini. Akulah 'asetmu'.
"Anehnya, sudut bibir Violet sedikit meringkuk ke atas.

Gilbert belum pernah melihatnya tersenyum. Dari semua hal, dia melakukannya pada saat
setelah mengucapkan kalimat semacam itu. Itu sangat membuat frustrasi, sedih dan
menggilakan.

Gilbert mengepalkan tangan. "Aku sangat memahaminya sekarang."

"Apa itu?"
--Aku…

"Apa yang terbaik ... dan apa yang terburuk."

--Aku tidak bisa membandingkanmudengan orang lain. Bahkan jika banyak bawahanku mati,
aku ingin kau hidup. Aku…

"Aku telah berpikir selama ini ... tentang takdir yang kubawa sebagai hasil dari selalu
memprioritaskan keuntunganku sendiri."

- Jika memungkinkan, aku ingin mempersiapkan rute pelarian hanya untukmu dan
membuatmu berjanji untuk tidak kembali kepadaku lagi. Aku ... memahaminya dengan
sempurna sekarang.

"Kau benar. Mementingkan satu orang itu salah. Ada hal lain ... yang harus diprioritaskan. "

--Aku... racun mematikan bagimu

"Aku mengerti, Violet. Ayo lakukan itu tapi, " Gilbert menambahkan," Aku tidak akan
membiarkanmu pergi sendiri. Kami akan memisahkan kelompok untuk penyerangan dan
kelompok untuk meminta bala bantuan dari Squad 2 dan 3. Kami akan menembakkan sebuah
kabel baja ke beranda dan kau akan menuruninya. Setelah selesai, tidak hanya kau tapi yang
lainnya juga akan bisa masuk ke dalam. "

Violet mengerjap kaget mendengar ucapannya. Sepertinya dia tidak memikirkan


kemungkinan itu.

"Semuanya, aku akan menyusun strategi. Pinjamkan telinga kalian. "

Infiltrasi akhirnya dimulai. Pindah ke gedung yang ditunjukkan oleh Violet itu mudah.
Mungkin karena keadaan perang yang mengerikan, selain yang ditempatkan di katedral,
semua tentara di sekitar kota tersebut menuju ke gerbang.
Saat mereka sampai di atap, langit bisa terlihat tertutup oleh jaring baja berkarat. Mereka
hanya memindahkan bagian-bagian yang menjadi menghambat jalan, sehingga memudahkan
Violet berlari. Mereka kemudian memaku kabel besi ke tanah pada jarak tempuh dekat. Yang
tersisa untuk dilakukan adalah membuka jalan .

"Aku akan jadi ... yang pertama. Kalian semua bisa mengikuti setelahnya. "

Semua orang mengambil bagian dari jala besi yang dipotong menjadi potongan-potongan
yang lebih kecil. Mereka akan menggunakannya untuk menggantungkan kabel besi dan
meluncur ke bawah.

Violet mulai berlari dengan teriakan.

Pasukan tentara dilewatinya mengambil senjata dan menembak kaca katedral tepat di depan
mata mereka. Suara kaca terfragmentasi bergema saat potongan-potongannya yang berwarna-
warni menghujani bumi.Violet melompat. Seperti burung, seperti rusa.
Suara tentara musuh bisa terdengar dari bawah. Sepertinya keberadaan mereka telah
diketahui.

Memastikan bahwa kabel besi yang melekat pada tubuh Violet cukup ketat, Gilbert turun
dengan bersemangat. Saat menabrak dinding dan entah bagaimana berhasil mendaki ke atas,
Violet segera mengulurkan tangannya. Dia berdiri tegak di kakinya dan menahan beban
rekan-rekannya yang turun dari kabel besi.

"Violet. Apakah kau baik-baik saja?"

Setelah ditanya demikian, dia tiba-tiba terjatuh di tempat. Tali baja ditembak oleh senjata
musuh. Para prajurit jatuh ke tanah dan meninggal. Gilbert memberi isyarat kepada mereka
yang ditinggalkan di atap, "tolong panggil bantuan" dengan tangannya.

Pada akhirnya, hanya dua orang yang berhasil melakukan infiltrasi, tapi Gilbert agak merasa
bahwa itu memang sudah pasti.

"Violet, apa kau mendengarkan?"

"Ya, Mayor."

Dia tampak buruk. Pipinya yang putih memiliki goresan dari potongan-potongan kaca.
Pakaian tempurnya tercabik-cabik. Dia dipenuhi bau asap, basah oleh darah tentara musuh,
dan napasnya terganggu, seolah kekuatan fisiknya berada pada batasnya.

"Hanya kita berdua. Kita mungkin terbunuh. "

"Iya."

Pundak Gilbert juga terangkat karena kelelahan. "Tapi ini perintah: tidak peduli apa, jangan
mati."

"Ya, saya pasti akan hidup dan melindungimu, Mayor."

"Anak yang baik."

--Kau benar-benar ... bisa berbicara dengan baik. Kau sudah dewasa kau ... bukanlah 'aset'.

"Tapi itu perkataanku!."


Ruangan tempat mereka menyelinap masuk sekitar lima lantai di bawah atap. Alat musik dan
patung perunggu disimpan di dalamnya. Benda itu tampak antik.

Di luar ruangan ada tangga spiral yang mengarah ke teras. Keduanya melihat keluar jendela
saat mereka naik, mengamati tanah yang tampak jauh di bawah. Jubah asap yang tinggi naik
dari gerbang. Gilbert cemas bertanya-tanya apakah Hodgins masih hidup.

"Mayor, kita akan segera sampai di lantai paling atas." Violet sekali lagi meraih kapak
tempurnya.

Prajurit yang telah siaga mendengar langkah kaki mereka, menarik pedang mereka dan turun
untuk menyerang mereka. Bersamaan dengan itu, tentara lainnya meraung saat mereka
menaiki tangga.

"Mayor!" Violet berbalik ke belakang setelah memotong-motong tentara yang telah berusaha
menyerang dengan pisau mereka.

Gilbert menarik pedangnya sendiri dan berjalan menuju lantai yang lebih rendah. "Pergilah,
Violet. Selagi aku menghambat mereka, bunuh yang di atas dan nyalakan suar sinyal. Hanya
dengan itulah ... kita dapat mengumumkan deklarasi kemenangan atas pertempuran ini.
Bahkan jika jumlah kita lebih sedikit, kita lebih diuntungkan. "

Meski tidak pernah ragu saat membuat pilihan yang kejam, Violet goyah. Jika semua tentara
dari lantai bawah datang, dia hampir tidak bisa membayangkan Gilbert memiliki kesempatan
untuk melawan.

"Izinkan saya untuk membantumu, Mayor!"

"Itu adalah perintah! Pergi!"

"Tapi saya-"

"Aku bilang itu perintah! Pergilah, Violet! "


Saat dia dibentak, tubuh Violet bergerak otomatis setengah jalan. Dia menaiki tangga tanpa
bisa membalasnya, menendang pintu ke lantai atas tempat patung para dewa digambar dan
keluar. Saat dia melakukannya, apa yang ia lihat adalah pemandangan yang begitu indah, bisa
membuat orang menyesal melihat ke sana dalam situasi seperti itu. Air mancur mungil yang
lembut. Taman yang tumbuh hijau dan berbunga. Aroma manis dan harum mereka dicampur
dengan bau busuk asap.

Teras katedral itu adalah taman di langit. Untuk beberapa saat, Violet terkejut akan
melencengnya realitas secara berlebihan.

"Dia musuh! Bunuh dia!"Ada empat tentara. Mereka adalah penembak jarak jauh dan
pengamat. Berapa banyak rekannya yang dibunuh oleh mereka saat mereka mencoba
memasuki katedral? Mereka berada di tempat menembak yang hebat.

Jeritan dan tembakan terdengar dari bawah. Suara detak jantung Violet meningkat tajam.

"Bergerak ..." Dia mengayunkan kapak tempur, darah orang-orang yang dia bunuh berceceran
di sekitar tempat itu saat dia mempelototi musuh di depannya dengan tatapan binatang buas.
"Bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergeraklah!"

Dia hanya khawatir tentang suara di belakangnya.

"Bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergeraklahhhh!"


Violet melangkah lebar ke arah tentara. Dia memangkas lengan dan kaki tiga dari mereka,
merobek mereka sampai mati.

"Bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergerak, bergeraklah!"

Perasaan tak sabar menumpulkan kemampuan Violet untuk menangani senjata. Peluru
menggores perutnya dan menembus daging lengannya. Itu adalah kesalahan yang tak
biasanya dia lakukan. Penglihatannya kabur karena sakit.
Gilbert melindunginya dari bawah. Dia harus kembali sesegera mungkin dan memberinya
bantuan.

"BERGERAKLAHHHHH!"

Dia menyayat leher orang terakhir. Kakinya secara alami jatuh ke tanah karena rasa sakit
akibat tembakan. Sambil berdiri tegak, dia melepaskan suar sinyal yang telah dibungkus di
pistolnya ke langit. Kecerahan putih tersebar di udara. Rasanya seperti bunga cahaya.

Dia tidak membiarkan semuanya berakhir dengan hanya satu tembakan. Dia menggiling
semua puing-puing yang tersisa.

Sinyal tersebut membuat suara nyaring. Segera setelah terdengar suara, Violet terjatuh
kedepan lebih dahulu.

"Ah ... Augh ... ugh ..." Suara berikutnya yang didengarnya bukan dari suar sinyal yang baru
saja ia tembakkan. Teriakan singkat terdengar pada saat yang luar biasa itu. Bahu kanannya
telah ditembak dari jarak dekat, yang telah membuka lubang besar di dalamnya. Wajahnya
dipenuhi darahnya sendiri.

Violet mendengar senjata di belakangnya. Dia langsung mengeluarkan pistolnya sendiri


dengan tangan kirinya dan melepaskan tembakan saat berbalik. Dia membunuh seorang
tentara yang memegang sebuah senapan besar yang gagal menembak kepalanya.

Dia tidak bisa bernapas dengan baik. Pundak tangannya yang dominan hanya menggantung
dengan lesu. Indra perasa tangannya memudar.

"Uh ... Augh ... uugh ..."

Dia tidak seharusnya berdiri. Semakin dia bergerak, semakin banyak darah mengalir keluar.

"Mayor!"
Meski begitu, Violet kembali ke tempat dia datang. Satu-satunya alasan dia bisa
menggerakkan tubuhnya meskipun ada luka serius adalah obsesinya terhadap satu-satunya
tuan miliknya. Dia meninggalkan jejak merah saat dia berjalan.

"Mayor, Mayor! Mayor! "Dia memanggil beberapa kali, mencari Gilbert. Menghindari mayat
tentara yang dia bunuh di lantai dua dari belakang, dia mencari-cari, bertanya-tanya apakah
dia ada di sana.
"Mayor!" Violet menjerit, jeritan yang bagai pecahan kaca.

Gilbert terbaring di tengah tangga, dan akan ditikam sampai mati oleh bayonet tentara musuh.
Tangan musuh tergelincir mendengar suara Violet, tapi ujung bayonet menusuk wajah
Gilbert.

"Kau...BAJINGANNNNNN!" Dia melemparkan kapak tempurnya dengan satu tangan dan


memotong badan musuh. Dia roboh. Violet juga karena momentum itu. Dia kemudian
merangkak menuju Gilbert. "Mayor, Mayor, Mayor!"

Salah satu mata Gilbert telah dicungkil dan dia mengalami luka parah. Dia tidak lagi bisa
melihat cahaya atau warna dengannya. Dia tampak seperti mayat yang tidak bisa berbicara
tapi tetap bernafas. Namun, napasnya sangat dangkal. Tangan dan kakinya berdarah dengan
goresan peluru dan pedang.
Apakah dia akan mati karena pendarahan hebat atau terbunuh oleh tentara musuh yang akan
datang dari bawah? Bagaimanapun, kecemerlangan hidup hampir hilang baginya.

"Mayor, Mayor!" Meninggikan nada suaranya, Violet menyandarkan atasannya ke bahunya,


tapi dia tidak menjawab. Dia memaksakan tangannya yang menggantung untuk
mengangkatnya ke punggungnya. "Uugh ... ah ... uuugh ... ah ..."

Lengan kanannya tidak dapat menahannya dan dia melepaskannya. Dia berguling beberapa
langkah, berdiri sekali lagi dan merentangkan tangan ke arah Gilbert. Karena dia telah
menggunakan terlalu banyak kekuatan, tangannya merosot dari bahunya. Tangan kanannya
tidak bisa menggunakan senjata lagi.

Violet tak merenung sedikitpun terhadap pilihan untuk membuang Gilbert atau kapak
tempurnya. Dia melemparkan kapak tempur itu dan mencoba turun dengan Gilbert
menggunakan lengan yang masih bekerja. Saat melakukannya, sekelompok pria bersenjata
bergegas menyerbu dari bawah.

"UUUUUUUUUUAAAAAAAH !!"Violet mengangkat kapak pertempuran sekali lagi dan


memotong musuh dengan satu tangan. Dia tanpa ampun memukul mereka dengan rantainya,
memecahkan tengkorak mereka yang berusaha menyerang dirinya dengan ujung rantai itu.

Dia kemudian mengulangi tindakannya sebelumnya. Masih berusaha membawa Gilbert,


musuh akan terus datang dari bawah. Dia akan membunuh mereka. Lebih banyak akan
muncul. Dia tidak bisa bergerak maju. Keadaan menjadi serius, ini adalah pertempuran habis-
habisan.

"MA... MATILAH!"

Akhirnya, Violet lengah terhadap seorang prajurit muda, yang berteriak saat dia bergegas,
untuk menyerangnya. Teriakannya tidak terdengar. Pedangnya mengunggis bagian bawah
lengan satunya.
Itu adalah musuh tanpa keterampilan bertarung. Dalam kondisi normal, dia mungkin akan
menjadi anak muda yang tidak memiliki hubungan dengan peperangan dan tidak perlu
memegang pedang.

Menjatuhkan senjata yang telah menikamnya dan berdiri, dia berteriak. Dia menatapnya dari
jarak dekat, menyusut saat menyadari yang harus dia bunuh adalah seorang gadis muda.

"Kau bisa ..." darah menetes dari bibirnya, "bunuh aku ... tapi tolong ... jangan bunuh ...
Mayor." Violet memohon untuk kehidupan Gilbert. Prajurit yang tercengang itu tercermin
dalam mata birunya yang indah, tapi dia tidak bisa melihatnya dengan benar karena darah dan
keringat turun dari kepalanya. Dia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.

"Aku ... maafkan aku ... aku tidak bermaksud begitu ... aku ..." suara tentara itu retak.

"Jangan ... bunuh Mayor."

"Aku tidak bersungguh-sungguh! Maafkan aku! Aku tidak bermaksud begitu! "

"Tolong...."

"Bukan begitu! Ini…! Aku tidak bermaksud begitu! " Prajurit itu menjerit saat dia melarikan
diri.

Untuk berjaga-jaga, Violet mengamatinya mundur sebelum kembali ke sisi Gilbert.


"Mayor ..." Kakinya tidak stabil, mungkin karena dia akan kehilangan kesadaran. "Saya ...
berhasil, Mayor ... Mayor ..."

"Violet ..." Gilbert, yang telah terpejam sepanjang waktu, nyaris tidak membuka salah
satunya saat dia berbicara.

Mendengar namanya dipanggil, Violet menjawab dengan suara penuh air mata, "Mayor ..."

Itu adalah suara yang tidak dia dengar darinya sampai saat itu. Aura dewa iblisnya
menghilang dan wajahnya seperti anak ketakutan yang tergeletak di sudut medan perang.
"Violet ... apa yang terjadi ... sekarang? Di mana kita?"

Violet menjawab pertanyaan Gilbert dengan suara berat, "K-kita masih katedral. Kita telah
menyelesaikan misi. Sekarang kita hanya perlu menunggu bala bantuan sehingga kita bisa
lari, tapi belum sampai. Musuh-musuh datang dari bawah. Tidak ada habisnya. Mayor, tolong
beri arahan. Tolong beri saya perintah. "

"Pergi... larilah."

"Bagaimana aku bisa lari ... selagi menggendong Mayor bersamaku?"

"Tinggalkan aku ... di sini ... dan larilah."

Karena tidak dapat memahami apa yang telah dia katakan pada awalnya, Violet ragu untuk
menjawabnya. "Apakah Anda menyuruhku untuk ... meninggalkanmu?" Dia menggelengkan
kepalanya untuk menolak. "Aku tidak bisa melakukan itu! Mayor ... aku akan membawamu. "

"Aku baik-baik saja. Jika kau meninggalkanku di sini dan pergi ... kau ... masih ... memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup. Tolong kaburlah, Violet. "

Ledakan keras bisa terdengar dari kejauhan. Hanya tempat yang mereka berdua tempati yang
sepi, seolah-olah itu adalah dimensi yang berbeda.
"Saya tidak akan melarikan diri, Mayor! Jika Mayor disini, maka saya akan bertarung disini!
Jika saya harus melarikan diri, saya akan membawa Mayor bersamaku! "Teriaknya sambil
menggunakan kedua lengannya, berdarah dan kram, untuk memegang kerah seragam
tempurnya dan menyeretnya.

"Violet, hentikan ..."

Dia bisa mendengar suara pembuluh darah yang pecah. Dia mungkin sangat menderita saat
dagingnya hancur lebur.

"Violet!"

Lengannya yang dominan, yang hanya menggantung dengan lemas, terjatuh ke tanah. Tanpa
melihatnya, dia terus menarik Gilbert dengan lengan satunya.

"Berhenti ... hentikan ... berhenti, Violet ..."

Violet tidak mendengarkan perintahnya.


Napasnya keluar seperti desis dan, sambil meletakkan sisa kekuatannya di lengan yang telah
ditikam oleh bayonet, dia turun satu langkah setiap kali. Semakin dia bergerak, pisau itu
semakin memotong dagingnya.

"Violet!"
Satu-satunya lengan yang tersisa mengkhianatinya dan hancur. Violet kemudian kembali ke
posisi semula. Seperti burung yang kehilangan bulunya, lengannya penuh darah. Dia
kemudian menghadapkan lehernya ke kiri dan kanan untuk memastikan keadaan.

"Mayor, aku akan menyelamatkanmu sekarang."

Meski begitu, sambil menggigit bibirnya erat-erat, dia kembali menaiki tangga dengan hanya
menggunakan lututnya. Namun tubuhnya telah kehilangan keseimbangan tanpa lengannya.
Dia terpeleset beberapa kali dan terguling. Dia akan jatuh dan berdiri, jatuh dan berdiri.
Khawatir tentang Gilbert seorang, dia membalikkan diri ke tangga, menuju lautan darah.
Meskipun dia tidak berada di bidang penglihatannya, begitu Gilbert menyadari bahwa dia
telah kehilangan lengannya karenanya, air mata mulai mengalir dari matanya."Hentikan ..."
suaranya yang memohon bergema dengan sedih, "hentikanlah, Violet!"

"Aku tidak mau." Sekali lagi, dia langsung menolak. "Mayor ... hanya ... hanya ... sedikit
lagi ..."

"Itu cukup. Sudah cukup ... lenganmu ... lenganmu ... "

"Tentara musuh tidak datang. Kemungkinan besar ... bala bantuan tiba di lantai bawah. Aku
bisa mendengar ... suaranya. "

"Kalau begitu turunlah lebih dulu! Itu benar, lebih baik seperti ini. Panggil bala bantuan
Pergilah, aku baik-baik saja! "

"Aku tidak mau! Jika ... Jika Mayor meninggal saat aku pergi, apa yang harus kulakukan? "

"Jika itu terjadi, itu akan berakhir untuk saya. Tidak apa-apa, turun saja! "

"Aku tidak mau! Tidak peduli apa ... aku tidak mau! Jika aku meninggalkan Major di sini ...
dan saat kembali ... "

"Tidak apa-apa kalau aku mati. Tidak apa-apa asalkan kau hidup! "
"Aku tidak bisa mematuhi perintah ini!"
Sambil meringkuk, Violet terus berusaha menarik Gilbert. Tangannya sudah lumpuh, dan
karena itulah dia tidak bisa membawanya. Dia bisa saja berjalan menggunakan persendiannya,
tapi tidak tanpa membawanya. "Tidak masalah ... tidak peduli apapun ... aku tidak akan
membiarkan Mayor mati." Gigitan Violet menggali bahu Gilbert. Dia seperti seekor anjing
yang membawa sesuatu dengan mulutnya.

"U ... Uuuuuuh!" Suaranya bocor keluar dengan penuh penderitaan. Sosoknya bergetar saat
dia berulang kali berusaha menariknya. Namun, dengan luka separah itu dan tubuh yang
bukan anjing, melainkan manusia, tidak mungkin dia berhasil. "Ma ... yor ..."

"Violet, hentikan ... aku ..." Gilbert tersedak, "... aku ... aku ... mencintaimu!" Teriaknya,
penglihatannya kabur karena air mata yang meluap, "aku cinta kau! Aku tidak ingin
membiarkanmu mati! Violet! Hiduplah!!"

Ini adalah pertama kalinya dia mengatakannya padanya. Dia tidak mengatakan "Aku
mencintaimu" sampai saat itu. Ada banyak kesempatan, tapi dia tetap diam. "Aku
mencintaimu, Violet." Selalu selalu,selalu itulah yang dibisikkan hatinya. Meski begitu, dia
sama sekali tidak mengatakannya secara langsung.

Kapan perasaan itu tumbuh dalam dirinya? Dia tidak tahu apa pemicunya. Jika ada yang
bertanya apa yang ia sukai darinya, dia tidak akan bisa mengungkapkannya dengan benar
melalui kata-kata."Violet…"

"Mayor." Sebelum dia menyadarinya, dia merasa senang setiap kali dia memanggilnya. Dia
percaya bahwa dia harus melindunginya saat dia mengikutinya dari belakang. Dadanya
dilanda dengan kecintaan yang tak dapat diubah.
"Violet, apa kau mendengarkan?"

Tidak butuh waktu lama baginya untuk


mengembalikan tatapannya yang membara. Menggunakannya sebagai senjata telah
menyakitinya, melihat dia membuang nyawanya menjadi ketakutan terbesarnya.

"Aku suka kau."

--Aku ... ingin berhenti bertanya kepada Tuhan apa yang benar dan apa yang salah. Jika ini
adalah dosa, aku ingin menyelesaikan semua hutangku dengan kematian.

"Aku cinta kau."

Dia adalah orang pertama yang benar-benar dicintai Gilbert Bougainvillea.

"Aku mencintaimu, Violet."

"Cin ... ta ..." darah masih mengalir turun dari tangannya, Violet mengucapkan kata itu
seolah mendengarnya untuk pertama kalinya. Dia menyeret tubuhnya ke sisi Gilbert,
berjongkok di sampingnya dan mengintip ke wajahnya. "Apa itu ... 'cinta'?"

Dia terdengar sangat bingung. Air matanya jatuh dari atas, membasahi pipi Gilbert. "Apa itu
cinta'? Apa itu cinta'? Apa itu cinta'?"
Wajah yang berantakan sambil menangis adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat bahkan
saat dia masih kecil. Dia tidak akan menangis saat membunuh orang, atau karena dia
kesepian karena tidak dicintai orang lain. Dia adalah seorang gadis yang belum pernah
menangis sebelumnya.

"Aku tidak mengerti, Mayor ..."

Gadis yang sama sekarang menangis.

"Apa itu 'cinta'?" Pertanyaan itu penuh kesungguhan

--Ah, itu benar

Hati Gilbert terasa lebih sakit daripada tubuhnya. Dia tidak tahu. Tidak mungkin dia bisa
mengerti. Lagi pula, dia belum memberitahunya. Dia tidak 'mengajarkan' tentangnya.

--Dia tidak tahu ... cinta. Saat itu, Gilbert sekali lagi meneteskan air mata. Betapa bodohnya
aku.

Karena tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dicintainya adalah akibat
dari dirinya yang mengabaikan cinta. Apakah ada cara yang lebih memalukan untuk mati?

"Violet."

Meski begitu, hatinya terasa damai. Dia memiliki firasat bahwa rasa sakit di tubuhnya sedikit
demi sedikit mereda. Itu adalah perasaan yang aneh. Fakta bahwa dia akhirnya bisa
mengumpulkan perasaan paling jujurnya mungkin penyebabnya. Dia merasa bahwa segala
sesuatu yang ia lakukan telah dimaafkan.

"Violet ... cinta ... adalah ..." Gilbert berkata kepada gadis yang paling dia cintai sepanjang
hidupnya, "Mencintai adalah ... berpikir untuk... ingin melindungi seseorang paling berharga
di dunia ini." Dia berbisik lembut, seolah-olah menceramahinya, seolah-olah dia masih anak
kecil saat mereka pertama kali bertemu, "Kau penting ... dan berharga. Aku tidak pernah
ingin kau terluka. Aku ingin kau bahagia. Aku ingin kau sehat. Itu sebabnya, Violet ... kau
harus hidup dan bebas. Keluar dari militer dan menjalani hidupmu. Kau akan baik-baik saja
walaupun aku tidak ada. Violet, aku cinta kau. Hiduplah "Gilbert mengulangi," Violet, aku
mencintaimu. "

Setelah pernyataan tersebut, satu-satunya hal yang bisa didengar adalah tangisan orang yang
menerima kata itu. "Aku tidak mengerti ... aku tidak mengerti ..." dia mengeluh melalui isak
tangisnya, "Aku tidak mengerti ... aku tidak mengerti cinta. Aku tidak mengerti ... apa yang
sedang dibicarakan Mayor. Jika begini jadinya, untuk apa aku bertarung? Mengapa kau
memberiku perintah? Aku ini... alat. Hanyalah alat. Aku ini milikmu. Aku tidak mengerti
cinta ... aku hanya ... ingin menyelamatkan ... kau, Mayor. Tolong jangan tinggalkan aku
sendiri. Mayor, tolong jangan tinggalkan aku sendiri. Tolong beri aku perintah! Bahkan jika
itu membebani hidupku ... tolong perintahkan aku untuk menyelamatkanmu! "
Anak kecil yang tidak bisa mendengarkan apa pun selain 'bunuh' meratapinya demi
mendengar perintah untuk membantunya. Pada saat dimana dia cukup dekat untuk dipeluk,
Gilbert hanya bisa menggumamkan satu kalimat saat kesadarannya memudar, "Aku
mencintaimu."
Dia bisa mendengar suara seseorang yang datang dari bawah, tapi tidak lagi bisa membuka
matanya.

Catatan gadis prajurit bernama Violet berakhir di sana.

Chapter 6 Selesai

Anda mungkin juga menyukai