Biasanya penderita hipertensi adalah usia lanjut yakni diatas 40 tahun akibat adanya tekanan arteri yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadi regurgutasi aorta serta proses degenaratif yang sering terjadi pada usia tua. 2. Faktor keturunan (Yufita 2010) Riwayat keluarga (orang tua, kakek/nenek, dan saudara kandung) yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang akan datang. Penyebab hipertensi karena faktor riwayat keluarga ini diketahui disebabkan oleh pola hidup yang kurang baik, dikaitkan dengan pola makan, jika seseorang menerapkan pola makan yang baik, kemungkinan orang tersebut akan terhindar dari hipertensi. 3. Faktor obesitas (Yufita 2010) (Febby,Nanang 2013) Orang yang memiliki berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang yang memiliki berat badan normal atau kurus. Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri 4. Faktor pendidikan (Febby, Nanang 2013) (Lina, Chatarina 2013) Pendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya pengetahuan maupun kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dan mengakses sarana pelayanan kesehatan. Status pekerjaan yang terdiri dari bekerja dan tidak bekerja tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada wanita. 5. Faktor merokok (Febby,Nanang 2013) (Lina, Chatarina 2013) Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi karena zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun) dan jika dosis racunnya telah mencapai titik toksis gejala yang ditimbulkan akan terlihat. Nikotin dan Karbondioksida dalam rokok merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, elasitas pembuluh darah berkurang sehingga tekanan darah meningkat. 6. Faktor olahraga (Kiki,2013) (Febby,Nanang 2013) (Amir, 2002) Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, di mana pada orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Olahraga teratur bisa membuat jantung kita sehat sehingga terhindar dari hipertensi, karena penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung . 7. Faktor tingkat stress (Suhadak, 2010) (Kiki, 2013) Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Faktor stres seperti kurang tidur dapat memicu masalah hipertensi dan dapat turun lagi pada saat tidur. Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap. 8. Faktor asupan Na/garam (Febby,Nanang 2013) (Wijayakusuma, 2000) (Kiki,2013) Asupan Na yang sering mengakibatkan pompa jantung lebih keras mendorong volume darah yang tinggi melalui ruang yang sempit akhirnya menyebabkan tekanan darah tingi. Garam mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan dapat menaikkan tekanan darah. Oleh sebab itu sebaiknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi. 9. Faktor asupan Kalium (Febby, Nanang 2013) Asupan K adalah ion utama dalam cairan intraseluler. Cara kerja berbanding terbalik dengan Na. semakintinggi kalium konsentrasi cairan intraseluler semakin tinggi cairan ekstraseluler tinggi dan tekanan darah turun. Kalium merupakan mineral penting yang membantu ginjal berfungsi fisologis dan elektrolit sebagai listrik tubuh. Pada lansia terjadi penurunan kemampuan fungsi organ tubuh sehingga butuh kalium tinggi untuk fungsi jantung, otot rangka, dan kontraksi otot polos pada pencernaan dan gerak. 10. Faktor konsumsi alcohol (Febby, Nanang 2013) Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru Nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.