Anda di halaman 1dari 17

PAPER

APPENDISITIS

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)

Disusun oleh:

Lucinta Luna (7112080250)

Ayu Ting (7112080282)

Pembimbing:

dr. Ilham Budiono, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)

SMF ILMU KEDOKTERAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobilalamin atas rahmat dan ridho dariNYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “Appendisitis”. Proses

penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka tidak lupa

saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Ilham Budiono, Sp.B selaku pembimbing dalam melaksanakan

Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) SMF Ilmu Kedokteran Bedah Rs.

Umum Haji Mina Medan, Sumatera Utara

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik

secara langsung ataupun tidak langsung

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Januari 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendix dan merupakan salah

satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Appendicitis paling banyak

disebabkan karena obstruksi dari lumen usus. Penyebab obstruksi lumen usus

yang tersering adalah fecalith. Hiperplasia jaringan limfe, tumor appendix dan

cacing ascaris juga dapat menimbulkan penyumbatan.

Insiden appendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan

dengan negara berkembang. Angka appendectomy di dunia masih tetap yaitu

sekitar 10 per 10.000 pasien per tahun. Appendisitis lebih sering ditemukan pada

usia 20 – 40 tahun dengan usia rata-rata 31.3 tahun. Angka kejadian pada pria dan

wanita hamper sama yaitu 1.3 dan 1.2:1.

Gejala yang timbul pada appendisitis yaitu nyeri pada epigastrium disertai

mual dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37.5oC sampai

38.5oC. Nyeri berpindah ke regio abdomen kanan bawah dan menunjukkan tanda

rangsang Mac Burney, nyeri lepas, nyeri tekan dan adanya defense muscular.

Karena appendicitis akut merupakan salah satu penyakit dengan gejala nyeri

abdomen yang paling sering dijumpai dan merupakan salah satu bentuk

kegawatdaruratan, maka sebagai calon dokter umum yang akan bekerja di Unit

Gawat Darurat harus bisa mendiagnosis appendicitis dan memberikan penanganan

awal yang tepat agar resiko terjadinya komplikasi dapat dihindari.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Appendiks

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-

kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit

dibagian proximal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek

dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya

biasanya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal.

Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan

caecum dan berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks.

Posisi apendiks terbanyak adalah retrocaecal (74%), pelvic (21%), patileal (5%),

paracaecal (2%), subcaecal (1,5%) dan preleal (1%). Apendiks mendapat

vaskularisasi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari arteri ileocolica.

Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe

melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaeca. Nodus limfe ini mulai

muncul saat 2 minggu setelah lahir dan jumlahnya akan terus meningkat sampai

pubertas.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti

a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal

dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula

disekitar umbilikus.

4
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke

caecum. Jika terjadi hambatan, maka akan terjadi apendisitis akut. GALT ( Gut

Assoiated Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A.

Namun jika apendiks diangkat, tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh

karena jumlahnya yang sedikit sekali.

2.2 Etiologi

Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan

oleh beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya radang apendiks, diantaranya :

 Faktor Obstruksi

Sekitar 60 % obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda

asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan

cacing.

 Faktor Bakteri
5
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada

apendisitis akut. Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli,

Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lacto-bacilus,Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus.

 Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang

herediter dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi

yang tidak baik dan letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.

 Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan

sehari-hari.

2.3 Epidemiologi

Insiden appendicitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan

dengan negara berkembang. Angka appendectomy di dunia masih tetap yaitu

sekitar 10 per 10.000 pasien per tahun. Appendicitis lebih sering ditemukan pada

usia 20 – 40 tahun dengan usia rata-rata 31.3 tahun. Angka kejadian pada pria dan

wanita hamper sama yaitu 1.3 dan 1.2:1.

2.4 Patofisiologi

Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang

disebabkan oleh bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus.

Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami


6
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding

apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan

intralumen. Tekanan di dalam sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi

di seikum dan peningkatan flora kuman di kolon mengakibatkan sembelit, hal

ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks. Perkembangan dari apendisitis

mukosa menjadi apendisitis komplit yang meliputi semua lapisan dinding

apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang

menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal

apendiks.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami

hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.

Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin

iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks).

Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut

dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan

menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum

setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut

dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi

infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan

7
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi

apendisitis perforasi.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan

mengalami eksaserbasi akut.

2.5 Diagnosis

Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

 Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan

anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila

suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.

 Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan

peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya

defans muskuler.

 Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada

tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah

kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan

Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi

a. Tidak ditemukan gambaran spesifik.

b. Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.


8
c. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses

periapendikuler.

d. Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan

 Palpasi

a. nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan

lepas.

b. defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

parietale.

c. pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam

untuk menentukan adanya rasa nyeri.

 Perkusi

a. pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.

 Auskultasi

a. biasanya normal

b. peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis

generalisata akibat apendisitis perforata

 Rectal Toucher

a. tonus musculus sfingter ani baik

b. ampula kolaps

c. nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12

d. terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).

9
 Uji Psoas

Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi

panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan

ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor,

tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.

 Uji Obturator

Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan

m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan

fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan

menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji

obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui

letak apendiks.

10
 Alvarado Score

Characteristic Score

M = Migration of pain to the RLQ 1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

L = Leukocytosis 2

S = Shift of WBC to the left 1

Total 10

Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada

kasus dengan komplikasi. pada appendicular infiltrat, LED akan

meningkat.

b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di

dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan

11
diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang

mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.

2. Radiologis

a. Foto polos abdomen

Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi

(misalnya peritonitis) tampak :

 scoliosis ke kanan

 psoas shadow tak tampak

 bayangan gas usus kanan bawah tak tampak

 garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak

 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak

b. USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan

USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan

USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti

kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.

c. Barium enema

Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon

melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-

komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk

menyingkirkan diagnosis banding.

12
d. CT-Scan

Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat

menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

e. Laparoscopi

Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang

dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara

langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila

pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix

maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix

(appendectomy).

2.6 TATALAKSANA

Perawatan Kegawatdaruratan

 Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi

atau septicemia.

 Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun

melalui mulut.

 Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.

 Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan

lakukan pengukuran kadar hCG

 Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia

dan pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.

13
Antibiotik Pre-Operatif

 Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam

menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.

 Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob

diindikasikan.

 Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.

Tindakan Operasi

 Apendiktomi, pemotongan apendiks.

 Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam

fisiologis dan antibiotika.

 Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika

IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase

dalam jangka waktu beberapa hari.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gejala utama pada appendicitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya

terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul dirasakan di daerah

umbilicus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul karena

appendix dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral

itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium lalu seterusnya akan menetap

di bagian perut kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri

somatic yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan

sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat apabila batuk

ataupun berjalan.

Hampir 75% penderita disertai dengan vomitus akibat dari aktivitas n.

vagus namun jarang menjadi berat. Penderita appendicitis akut juga mengeluh

obstipasi sebelum datangnya nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal

tersebut biasanya pada letak appendix pelvikal yang merangsang daerah rectum.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di kuadran kanan bawah

(MacBurney sign), nyeri lepas (+), nyeri kontra lateral (+), nyeri lepas

kontralateral/ Blumberg sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+), Durphy sign

(+). MacBurney sign karena rangsangan peritoneum, nyeri lepas kontralateral

terjadi karena adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi

yang berlawanan. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas

15
oleh peradangan yang terjadi pada appendix. Obturator sign menunjukkan bahwa

peradangan appendix terletak pada daerah hypogastrium.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderate

(10.000 - 20.000 /uL) dan pada pasien ini terjadi leukositosis yaitu 14.600/uL.

Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi perforasi.

Beberapa diagnosis banding appendicitis akut yang perlu dipikirkan adalah

diverticulitis, menunjukkan gejala yang hampir sama dengan appendicitis namun

lokasinya lebih ke medial. Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri

tajam pada perut bagian bawah, demam dan tenesmus. Obstruksi usus biasanya

nyeri timbul perlahan-lahan di daerah epigastrium, pada pemeriksaan fisiknya

akan menunjukkan distensi abdomen dan terdengar metallic sound pada

auskultasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004

2. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical

Practice. Edisi 16.USA: W.B Saunders companies.2002

3. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Kesembilan.USA:The Mcgraw-Hill

companies.2010

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.

5. Grace, Borley, At a Glance ILMU BEDAH. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit

Erlangga. 2006

6. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Bagiam 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2005.

7. Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC 2000

17

Anda mungkin juga menyukai

  • ANC Isi
    ANC Isi
    Dokumen34 halaman
    ANC Isi
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen2 halaman
    DAPUS
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Baru 2
    Baru 2
    Dokumen1 halaman
    Baru 2
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen13 halaman
    Kuesioner
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Pulang Paksa
    Surat Keterangan Pulang Paksa
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Pulang Paksa
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Surat Persetujuan Tindakan Medis
    Surat Persetujuan Tindakan Medis
    Dokumen2 halaman
    Surat Persetujuan Tindakan Medis
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Baru 3
    Baru 3
    Dokumen1 halaman
    Baru 3
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Baru 1
    Baru 1
    Dokumen1 halaman
    Baru 1
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Dokumen23 halaman
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Pidato Aldi
    Pidato Aldi
    Dokumen4 halaman
    Pidato Aldi
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Pidato Aldi
    Pidato Aldi
    Dokumen4 halaman
    Pidato Aldi
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Pidato Aldi
    Pidato Aldi
    Dokumen4 halaman
    Pidato Aldi
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • K
    K
    Dokumen1 halaman
    K
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Sampul Status
    Sampul Status
    Dokumen1 halaman
    Sampul Status
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • P
    P
    Dokumen1 halaman
    P
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Konsep Bunuh Diri
    Konsep Bunuh Diri
    Dokumen15 halaman
    Konsep Bunuh Diri
    Nurul Maliki Rayun Ittaqa
    Belum ada peringkat
  • f03 Roby
    f03 Roby
    Dokumen10 halaman
    f03 Roby
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • International Index of Erectile Function
    International Index of Erectile Function
    Dokumen2 halaman
    International Index of Erectile Function
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Halaman Sampul, Orisinilitas, Daftar Lampiran
    Halaman Sampul, Orisinilitas, Daftar Lampiran
    Dokumen14 halaman
    Halaman Sampul, Orisinilitas, Daftar Lampiran
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Paper Obstet - Ica
    Paper Obstet - Ica
    Dokumen6 halaman
    Paper Obstet - Ica
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Idol
    Idol
    Dokumen2 halaman
    Idol
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat
  • Cover FAJAR
    Cover FAJAR
    Dokumen1 halaman
    Cover FAJAR
    Ahmad Amn
    Belum ada peringkat