Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No.

1, Juni 2016 : 1-54


ISSN 2442-7764 (Online)

GEOKIMIA BATUBARA UNTUK BEBERAPA INDUSTRI

Dessy Lestari S (1), M. Amril Asy’ari(1), Rachmat Hidayatullah(1)


(1) Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan Politeknik Negeri Banjarmasin
Ringkasan
Dewasa ini perkembangan batubara sebagai sumber energi alternatif mampu bersaing
dengan sumber daya utama yaitu minyak dan gas bumi. Banyak kerugian dan kerusakan
yang terjadi akibat tidak diketahuinya karakteristik batubara. Batubara yang tidak memenuhi
persyaratan dapat menghasilkan produktivitas yang rendah. Agar produktifitas industri yang
memakai batubara tetap terjaga efesiensi dan efektifitasnya maka karakteristik geokimia
batubara dari suatu daerah penambangan harus diketahui terlebih dahulu.
Untuk mengetahui karakteristik geokimia dilakukan dengan cara analisa proksimat yaitu
menentukan kandungan air, kandungan zat terbang, kandungan abu dan kandungan karbon
tetap, dan analisa ultimat untuk menentukan kandungan karbon, kandungan sulfur,
kandungan hidrogen dan kandungan oksigen. Selain kedua analisa tersebut juga terdapat
sifat-sifat penting batubara untuk industri yaitu coal size High Heating Value (HHV),
Hardgrove Grindability Index (HGI), ash funshion characteristic, nilai kalor (calorific value)
serta sifat caking dan coking.
Karakteristik geokimia batubara dalam bidang industri terutama Untuk PLTU diperlukan
spesifikasi batubara dengan rata-rata adalah HHV 5242 kcl/kg, moisture 23 %, volatile
matter 30,3 %, kandungan abu 7,8 %, kandungan sulfur 0,4 %, dan HGI-nya adalah 61,8.
Indusri semen adalah nilai kalor cukup tinggi > 6000 cl/gr, volatile matter medium maksimum
36-42 %, moisture maksimum 12 %, kadar abu maksimum 6 %, kadar sulfur maksimum 0,8
%, kadar alkali dalam abu maksimum 2 % dan variasi kualitas tidak lebih dari 10 % . Untuk
industri pengolahan logam, persyaratan batubaranya adalah nilai kalori tinggi > 6000 cl/gr,
kandungan C dan H dominan, volatile matter harus mengandung CO / C, kandungan abu
maksimal 6 %, sulfur kurang dari 0,0025 %, moisture dan fosfor rendah.
Kata Kunci : karakteristik geokimia, batubara, industri

1. PENDAHULUAN bakar batubara yang baik mempengaruhi


terhadap kerja peralatan industri. Banyak
Latar Belakang kerusakan-kerusakan dan kerugian yang
Dewasa ini perkembangan kebutuhan muncul dalam pemanfaatan batubara karena
akan batubara semakin meningkat sesuai tidak diketahuinya karakteristik dari batubara
dengan perkembangan pembangunan tersebut. Salah satunya adalah tidak
Indonesia. Dengan pembangunan yang diketahuinya karakteristik geokimia yang
berkembang di Indonesia diperlukan suatu berperan dalam pengoperasian industri.
sumber daya energi yang besar. Permintaan Batubara yang tidak memenuhi persyaratan
akan sumberdaya tersebut tidak dapat dapat menghasilkan produktivitas yang
terpenuhi bila hanya mengandalkan rendah. Oleh karena itu karakteristik geokimia
sumberdaya energi berupa minyak dan gas dalam penggunaan batubara sudah harus
bumi. Dengan alasan itu maka berkembanglah diketahui sebelum digunakan untuk suatu
berbagai industri pertambangan untuk industri.
mencari sumber energi alternatif pengganti
minyak dan gas bumi dengan nilai ekonomis Rumusan dan Tujuan Penelitian
yang tidak kalah bersaing dengan sumber Rumusan penelitian adalah bagaimana
energi minyak dan gas bumi. Batubara komposisi geokimia dari berbagai macam
sebagai sumberdaya energi alternatif lain batubara yang digunakan untuk industri.
selain minyak dan gas bumi, sangat Tujuan adalah mengetahui karakteristik
dibutuhkan dibidang industri. geokimia batubara yang cocok sesuai
Di bidang industri batubara digunakan digunakan untuk beberapa industri terutama
sebagai sumber energi terutama sebagai pembangkit listrik, industri semen dan
bahan bakar. Dengan alasan tersebut maka pengolahan logam.
kualitas batubara yang baik diperlukan untuk
berlangsungnya perkerjaan industri secara
efektif dan efesien. Bahan baku dan bahan
48
Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print)
ISSN 2442-7764 (Online)

Batasan Ruang Lingkup Permasalahan dinyatakan sampai 1 desimal dalam %


Karakteristik geokimia batubara kaitannya untuk kandungan air, zat terbang dan abu.
dengan pemanfatan dibeberapa industri ini b. Analisa Ultimat Analisa Ultimat meliputi
menggunakan analisa kualitas batubara penentuan kandungan karbon (C),
secara kimia. Adapun macam analisa yang kandungan hidrogen (H), kandungan
digunakan dalam tulisan ini adalah analisa belerang (S), kandungan oksigen (O). Dari
ultimat yang meliputi penentukan kandungan perhitungan ditentukan pula kandungan
H, S, O, dan CO2 dan analisa proksimat yang CO2 dan bentuk belerang untuk dikoreksi.
meliputi kandungan zat terbang, kandungan Analisa ultimat dapat disajikan dalam
air, kandungan abu, dan kandungan karbon berbagai basis diantaranya as analyzed
tetap. basis dry atau dry ash free basis. Dalam
Pemanfaatan batubara dalam tulisan ini as analyzed basis dry hasil analisa hanya
lebih ditekankan pada penggunaan batubara melaporkan saja bersama kandungan air
hanya di pembangkit tenaga listrik dan di (M) dan kandungan abu (A). Dalam dry
beberapa industri terutama industri semen, basis semua hasil analisa harus diubah
dan industri pengolahan logam. Dari ketiga dengan faktor 100 : (100-M) dan hasil
industri tersebut akan terlihat kaitan antara analisa disajikan tanpa kandungan air.
karakteristik geokimia batubara dengan Dalam dry ash free basis (daf) hasil analisa
pemanfaatanya dibeberapa industri. diubah dengan faktor 100 (100-M-A) dan
menyajikan hasil tanpa kandungan air dan
Analisa Geokimia dalam Batubara abu. Akan tetapi sebelum mengubah hasil
Geokimia batubara adalah suatu cara dengan faktor diatas, kandungan karbon
untuk mengetahui kandungan kimia yang perlu dikoreksi dahulu dengan karbon
terdapat didalam batubara yang nantinya sebagai CO2 dan belerang total dengan
dapat digunakan sesuai dengan belerang sulfat. Dalam basis terakhir ini
pemanfaatannya. hasil analisa ultimat yang disajikan adalah
Kualitas batubara merupakan indikasi dari kandungan C, H, N, S dan “ O + error”
tingkat kematangan yang sangat dipengaruhi sebagai selisih dengan 100%.
oleh kenaikan suhu, dan tekanan serta Pemanfaatan suatu jenis batubara tertentu
dipengaruhi lamanya waktu pembentukan perlu diketahui suatu set data kualitas
dalam hal ini waktu geologi. Batubara tingkat batubara yang diperlukan untuk suatu
tinggi akan terbentuk pada temperatur yang keperluan tertentu. Data ini dapat diperoleh
lebih tinggi dibandingkan batubara tingkat dari hasil suatu analisa pengujian.
rendah. Sumber panas yang menyebabkan Beberapa parameter kualitas yang akan
kenaikan suhu dapat diperoleh dari akibat sangat mempengaruhi dalam hal
aktifitas magmatik ataupun akibat gradient pemanfaatannya adalah (Sukandarrumidi,
geothermal sehingga terjadi perubahan 1995): Kandungan air, Kandungan abu, Zat
penimbunan sedimen diatasnya (overburden). terbang (volatile matter). Kandungan
Tekanan pada pembentukan batubara karbon tetap
merupakan fungsi linier dari perubahan waktu
dan ketebalan /volume sedimen penutup. Sifat-sifat penting batubara untuk industri
Dalam menentukan kualitas batubara yang Dalam industri yang menggunakan
potensial sebagai sumber energi dilakukan batubara sebagai sumber energi maka
beberapa analisa. Dalam analisa geokimia kualitas dari batubara akan sangat berperan
batubara lebih ditekankan pada analisa yang dalam menentukan peralatan yang
bersifat kimiawi yang kemudian diketahui sifat- dipergunakan.
sifat kualitas geokimianya. Untuk menentukan kualitas batubara ada
Adapun analisa geokimia batubara adalah: beberapa hal yang penting yang harus
diperhatikan antara lain :
a. Analisa Proksimat
Analisa yang meliputi kandungan air (as a. Moisture content
analyzed moisture), kandungan zat b. Volatil matter
terbang (volatile matter), kandungan abu c. Fixed carbon
(ash) dan kandungan karbon tetap (fixed d. Fuel ratio
carbon). Hasil analisa proksimat adalah e. Ash content dan komposisinya
rata-rata dari dua pekerjaan (duplo), f. Sulphur content
g. Coal size
h. High Healting Value (HHV)

49
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)

i.Hardgrove Grindability Index (HGI) (dalam bentuk karbon aktif ), pembuatan


j.Ash funshion characteristic kalsium karbida ( dalam bentuk kokas atau
k.Nilai Kalor (calorific value) semi kokas )
l.Sifat caking dan coking d. Bahan bakar industri kecil
2. KARAKTERISTIK GEOKIMIA Penggunaan batubara sebagai bahan
BATUBARA KAITANNYA DENGAN bakar pada industri kecil seperti industri
PEMANFAATAN DI BEBERAPA INDUSTRI bata merah, genteng dan kapur, serta
bahan bakar lokomotif, kokas
Tinjauan Penggunaan Batubara di berbagai konvensional dan bahan bakar tidak
Industri berasap.
Batubara merupakan sumber energi e. Rumah tangga
alternatif yang potensial sebagai pengganti Pemakaian batubara sebagai bahan bakar
minyak dan gas bumi. Penggunaan batubara untuk rumah tangga digunakan dalam
dirasakan perlu karena potensinya yang cukup bentuk bahan bakar sistensis seperti
melimpah dibandingkan potensi minyak dan bahan bakar padat (briket), bahan bakar
gas bumi. cair ( konversi jadi bahan bakar cair), dan
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu gas ( konversi menjadi bahan bakar gas ).
usaha pengembangan dan pemanfaaatan
batubara. Dengan dicanangkannya
pembangunan di bidang industri agar sejauh Karakteristik Geokimia Batubara kaitannya
mungkin menggunakan batubara sebagai dengan pemanfaatan di beberapa Industri
bahan bakar maka prospek pemanfaatan Dalam Pembangkit Listrik
batubara akan meningkat. Hal ini terlihat pada Dalam pembangkit listrik disini batubara
penggunaan batubara untuk kepentingan digunakan sebagai bahan bakar dalam
domestik yaitu pembangkit listrik, bahan baku pembangkit listrik tenaga uap. Dalam
disektor industri sekala kecil atau besar, penggunaan / perancangan mesin yang
kebutuhan rumah tangga maupun untuk mempergunakan batubara sebagai bahan
ekspor. bakar harus menyesuaikan dengan kualitas
Pengembangan pemanfaatan batubara batubaranya agar mesin yang digunakan
digunakan untuk industri dapat diuraikan tahan lama.
sebagai berikut: Konsumen terbesar dari batubara adalah
pembangkit listrik khususnya Pembangkit
a. Bahan bakar pembangkit listrik Listrik Tenaga Uap sekitar 6 juta per tahun.
Dalam pembangkit tenaga listrik, batubara Kebutuhan akan batubara untuk PLTU ini
digunakan untuk Pembangkit Listrik diperkirakan akan terus meningkat apabila
Tenaga Uap (PLTU). Sebagai bahan terus dibangun PLTU-PLTU baru untuk
bakar pembangkit listrik maka PLTU memasok kebutuhan listrik.
merupakan pengguna batubara terbesar. Hal-hal yang perlu diperhitungkan di dalam
Diperkirakan akan meningkat terus penggunaan batubara pada PLTU adalah:
permintaan batubara sebagai bahan  Performance ( unjuk Kerja)
bakar PLTU. Hal ini dikarenakan akan  Availability, reliabilty
banyaknya dibangun PLTU-PLTU yang  Dampak lingkungan
baru.  Kendala dan karakteristik operasi serta
b. Bahan bakar industri semen dampak terhadap pemeliharan
Industri ini menempati urutan kedua Tinjauan terhadap aspek tersebut diatas
dalam penggunaan batubara sebagai semata-mata mempertimbangkan peralatan
bahan bakar. Bila dilakukan perluasan terpasang sesuai dengan rancang bangunnya
industri semen ini maka akan mengalami dan seterusnya pengalaman tersebut menjadi
peningkatan kebutuhan pasokan dasar dalam penyempurnaan masa
batubara. mendatang.
c. Bahan baku industri Pengaruh kualitas batubara terhaadap
Batubara sebagai bahan baku industri peralatan PLTU harus selalu diperhatikan
seperti jenis antrasit digunakan bahan karena kualitas batubara yang baik tentu akan
produksi sebagai reduktor dipeleburan berbeda dengan kualitas batubara yang buruk
timah dan sebagai bahan bakar pada dalam pengaruhnya terhadap pemakaian
pengeringan bijih pada industri batubara sebagai bahan bakar PLTU.
pengolahan logam, bahan bakar dalam Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
industri penuangan logam (dalam bentuk adalah (Sukandarrumidi, 1995):\
kokas), pemurnian pada industri kimia  High Healting Value (HHV)
50
Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print)
ISSN 2442-7764 (Online)

 Moisture Content Fixedcarbon


 Volatil Matter Fuelratio 
 Fixed carbon
Volatilmatter
 Ash Content
 Sulphur Content Ash Content
Kandungan abu akan terbawa bersama
 Coal Size
 Hardgrove Grindability Index (HGI) gas pembakaran melalui ruang bakar dan
daerah konversi dalam bentuk abu terbang
 Ash Fushion Temperature
dan abu bakar. Semakin tinggi kandungannya
abu tergantung komposisinya, maka akan
High Healting Value (HHV)
HHV sangat berpengaruh terhadap semakin tingkat pengotor (fouling) keausan
dan korosi peralatan yag dilaluinya.
pengoperasian aspek pulverizer, wind box,
burner dan pipa batubara. Semakin tinggi HHV Berdasarkan persyaratan PLTU Suralaya
maka kandungan abu rata-rata adalah 7,8 %.
maka aliran batubara setiap jamnya semakin
rendah, sehingga keperluan coal feeder harus
Sulphur Content
disesuaikan, untuk batubara dengan moisture
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap
content dan HGI yang sama, dengan HHV
tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada
yang tinggi maka miil akan beroperasi di
elemen pemanas udara, terutama apabila
bawah kapasitas nominalnya (menurut
suhu kerja lebih rendah dari titik embun sulfur,
desain) atau dengan kata lain operating ratio-
di samping berpengaruh terhadap efektifitas
nya menjadi lebih rendah. Berdasarkan
penangkapan abu pada peralatan elecrostatic
persyaratan PLTU Suralaya rata-rata HHV
precipitator. Berdasarkan persyaratan PLTU
adalah 5,242 kgcal/kg.
Suralaya maka rata-rata kandungan sulfur
yang di gunakan adalah 0,4 %.
Moisture Content
Kandungan moisture mempengaruhi
Coal Size
jumlah pemakaian udara primernya. Pada
batubara dengan kandungan mouisture yang Ukuran butir batubara tidak boleh halus
minimal dibatasi< 3 mm karena bila tidak
tinggi akan membutuhkan udara primer lebih
memenuhi syarat tersebut debunya akan
banyak guna mengeringkan batubara
mengotori lingkungan sekitarnya.
tersebut pada suhu ke luar miil tetap. Rata-
rata kandungan moisture berdasarkan
Hardgrove Grindability Index (HGI)
persyaratan PLTU Suralaya adalah 23,6 %.
Kapasitas mill ( Pulverizer) dirancang pada
HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah
Volatile Matter
kapasitasnya harus lebih rendah dari nilai
Kandungan volatil matter mempengaruhi
patokannya agar menghasilkan finenees yang
kesempurnaan pembakaran dan intensitas
sama. Menurut Waterhouse (1995) banyak
api. Menurut Waterhouse (1995), komposisi
batubara yang mempunyai harga HGI 45-55
volatile matter yang dapat ditoleransi sebagai
yang diinginkan oleh konsumen dan harga
bahan bakar dengan batas minimum 40% bila
tersebut juga tergantung dari kepentingannya
tanpa bantuan minyak bumi, tetapi bila dengan
yang biasanya memakai standar harga
memakai sedikit minyak bumi umumnya batas
tertentu. Harga HGI bermacam-macam
35 % juga dapat ditoleransikan. Sebagai
tergantung dari kandungan moisture-nya. HGI
contoh, dalam satu perusahaan pembangkit
tidak bisa dipakai standar untuk menentukan
listrik memakai standar minimum 25 % volatile
tingkat kekerasan batubara. Sebagi contoh,
matter maka dinyatakan bahwa 23 % volatile
antrasit dan beberapa lignit mungkin salah
coal tidak terbakar karena hanya masalah
satu kasus yang unik, dimana harga HGI-nya
pada lower boiler loads (beban ketel uap
hampir sama dan keduanya juga sama-sama
terendah) menurun hingga 40 %. Bedasarkan
sulit untuk digerus, padahal secara umum
persyaratan PLTU Suralaya rata-rata volatile
antrasit merupakan batubara yang keras
matter adalah 30,3 %.
sedangkan lignit cenderung batubara yang
lunak. Ketika konsumen ingin batubara
Fixed carbon
tersebut dicampur, maka proses
Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang
pencampurannya dilakukan dengan
tidak terbakar semakin banyak
penekanan dan semakin mudah batubaranya
untuk digerus maka batubara tersebut harus
memiliki harga HGI yang semakin tinggi

51
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)

karena itu pencampuran akan sukses bila  Variasi kualitas diatas lebih dari 10%
batubara yang dicampur tersebut memiliki
harga HGI yang hampir sama keduanya. Batubara yang tidak memenuhi persyaratan
Suatu PLTU biasanya disiapkan diatas akan menghasilkan produktivitas yang
menggunakan kapasitas penggerusan untuk rendah. Persyaratan tersebut dapat dijelaskan
suatu jenis batubara dengan harga HGI sebagai berikut:
tertentu. Berdasarkan persyaratan PLTU
Suralaya maka rata-rata harga HGI adalah 1. Nilai bakar(kalor) net cukup tinggi, yaitu >
61,8. 6000 cl/gr, agar nantinya pemakaian
batubara dapat menghasilkan target-target
Ash Fushion Temperature yang diharapkan pada operasi
Ash Fushion Temperature akan pembakaran.
mempengaruhi tingkat fouling, slagging, Batubara yang dipergunakan sebagai
corrosion dan operasi soot blower. Ash bahan bakar dalam industri semen harus
Fushion Temperature ini didesain untuk diperhatikan panas pembakaran, hasil-
memberikan indikasi kecenderungan abu hasil dan sisa-sisa pembakaraan yang
untuk membentuk endapan di atas permukaan perlu diketahui terutama apabila hal-hal
ketel uap tersebut. tersebut dapat mengganggu kualitas
Untuk menghindari kerusakan peralatan semen yang akan dihasilkan.
pada PLTU maka penggantian pemasokan Nilai kalor net berupa nilai kalor
bahan bakar batubara dari daerah pembakaran dihitung dalam keadaan
penambangan satu dengan penambangan di semua air berwujud gas. Nilai kalor gross
daerah lain harus dilakukan spesifikasi berupa nilai kalor pembakaran diukur
batubara terlebih dahulu agar memiliki dalam keadaan semua berwujud cair
persamaan karakteristik geokimianya. Bila membakar batubara dengan fire grate
Contoh persyaratan batubara yang diizikan (panggang api) maka panjang nyala yang
untuk PLTU (mengacu pada PLTU Suralaya dihasilkan tergantung besarnya kandungan
sumber batubara Bukit Asam) adalah sebagai volatile matter-nya. Batubara dengan kadar
berikut: volatile matter yang tinggi, akan
menghasilkan nyala yang panjang di atas
Tabel .1 Persyaratan batubara yang fire grate dan batubara dengan kadar
diizinkan untuk operasi PLTU Suralaya volatile matter yang rendah, akan
dengan acuan batubara Bukit Asam menghasilkan nyala yang pendek. Oleh
(Sukandarrumidi, 1995) karena itu antrasit biasanya disebut
dengan shot flaming coal (batubara
bernyala pendek) dan bitumine sebagai
long flaming coal (batubara dengan nyala
panjang).
ebenarnya batubara akan menghaslkan
hasil yang berbeda bila dibakar dalam
bentuk batubara halus di dalam tanur
putar. Long flaming coal bila dibakar daam
tanur putar sebagai batubara halus akan
Dalam Industri Semen
terurai dengan cepat dan volatile matter
Pada industri semen energi panas
yang menguap akan terbakar dengan
merupakan kebutuhan utama. Yaitu untuk
cepat sehingga akan menghasilkan nyala
opersi pembakaran dalam tanur putar
pendek. Short flaming coal yang
(Sukandarrumidi, 1995)
mengandung sedikit volatile matter, bila
Persyaratan mutu batubara yang
dibakar dalam tanur putar, sebagai
dibutuhkan oleh industri semen unit operasi
batubara yang halus akan terurai secara
dengan efektifitas yang cukup tinggi, yaitu
lambat, sehingga akan terbakar dalam
(Sukandarrumidi, 1995):
jarak yang lebih panjang atau akan
 Nilai bakar(kalor) net cukup tinggi, yaitu >
menghasilkan nyala api yang panjang
6000 cl/gr
(Sukanddarrumidi , 1995)
 Volatil matter medium maksimum 36-42 %
2. Volatil matter medium maksimum 36-42 %
 Total Mousture maksimum 12 %
agar dapat menghasilkan target-target
 Kadar abu maksimum 6 %
yang diharapkan dari operasi pembakaran
 Kadar sulfur maksimum 0,8 %
 Kadar alkali dalam abu maksimum 2 %

52
Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print)
ISSN 2442-7764 (Online)

a. Total Mousture maksimum 12 % agar volatile matternya cukup, tetap nilai kalornya
tidak menyulitkan pada operasi pun relatif tinggi dan dapat menghasilkan suhu
Handling. nyala yang lebih tinggi. Akan tetapi bitumine
b. Kadar abu maksimum 6 % agar tidak yang banyak mengandung abu dan air juga
menyulitkan dalam operasi Handling. tidak disukai., karena hal tersebut akan
Kadar abu didapat dari analisa abu menurunkan suhu nyala disamping
padatan bercampur dengan klinker dan membutuhkan excees air yang lebih besar dan
mempengaruhi kualitas semen akibatnya efektifitas dan efisiensi operasi
walaupun demikina kadar abu batubara pembakaran dalam tanur putar menjadi
Indonesia biasanya berkisar antara 5 rendah.
%- 20 %.
c. Kadar sulfur maksimum 0,8 % agar Dalam Industri Pengolahan Logam
tidak terjadi gangguan dalam operasi Dalam industri pengolahan logam
tanur dan penurunan kualitas semen. pemanfaatan batubara untuk industri
d. Kadar alkali dalam abu maksimum 2 % pengolahan besi dan baja. Dalam pengolahan
untuk mencegah terjadinya penurunan logam khususnya pengolahan besi dan baja
kualitas semen. umumnya batubara digunakan untuk
e. Ukuran batubara ( raw coal). menghasilkan coke yang dipakai dalam
i. Diatas saringan 100 mm= 0% proses reduksi bijih besi menjadi besi didalam
ii. 100 mm-50 mm = 70% blast furnace (Waterhouse, 1995).
iii. 50 -25 mm = 25 % Proses destilasi penghancuran batubara di
iv. 25 - 15 mm = 15 % dalam oven, dipanaskan berkisar antara 950
v. lolos 15 mm = 0% hingga 11000 C untuk menghasilkan coke dan
Dengan ukuran batubara tersebut juga produk sampingan lainnya, sebagian
dimaksudkan agar tuidak terjadi besar coke oven gas digunakan sebagai
pembakaran selama pengumpanan pengganti minyak pada bagian rangkaian
makin banyak mengandung butiran- kerja baja lainnya. Biasanya 1 ton batubara
butiran halus maka batubara akan mampu menghsilkan sekitar 545-636 kg coke,
mudah terbakar 45-90 coke breeze, 270-325m3 coke oven gas,
f. Variasi kualitas diatas lebih dari 10% 36-55 liter tar, 9-13 kg ammonium sulfat, 65-
Dengan nilai-nilai yaang tercantum, 160 liter ammoniacal liquor dan 11-18 liter light
dimaksudkan sebagai persyaratan fuel oil(Waterhouse,1995).
untuk mencapai operasi pembaakaran Coke oven gas biasanya digunakan pada
yang stabil dapat terpenuhi Cowper stoves untuk memanaskan udara
Operasi pembakaran dalam tanur putar agar diperoleh letupan-letupan penghancur
membutuhkan pembakaran dengan suhu pada blast furnace.
nyala yang sangat tinggi, karena proses Industri pengolahan baja banyak
klinkerisasi memerlukan suhu material sekitar memerlukan energi yang intensif. Gas
1450oC. Proses klinkerisasi tidak terlalu panas buangan dari salah satu proses harus dapat
dan kering, dan Waterhouse(1995) juga dimanfaatkan disetiap bagian/tempat kerja.
memperkenalkan adanya metode klinkerisasi Contoh terbaik adalah coke oven dan blast
basah walaupun tingkat efektifitas dan proses furnace gases. Nilai kalori dan pemanfaatan
pemanasannya tidak sehebat dry klin. gas buangan dari coke dan fuel injectant
Disamping ada suhu nyala yang lebih tinggi dalam blastfurnace mempertimbangkan
akan menghasilkan perpindahan panas yang prinsip kerja keseimbangan energi secara
lebih besar. Kedua hal ini sangat berpengaruh keseluruhan. Menurut Waterhouse( 1995) uap
dalam hal efektifitas dan efesiensi operasi batubara (steam coal) dapat dipakai sebagai:
pembakaran dalam tanur putar. Antrasit
memiliki nilai kalor tinggi, tetapi 1. Sebagai bahan bakar utama ketel uap
penggunaannya sebagai bahan bakar dalam (boiler fule)
tanur putar kurang disukai, karena antrasit Steam coal digunakan sebgai bubukan
menghasilkan nyala api yang panjang dengan batubara (pulverizer coal), selain sebagai
suhu yang relatif rendah. Lignit mempunyai penyubur tanaman.
kandungan volatile matter yang tinggi dan 2. Sebagai komponen pencampur minor
mempunyai healting value rendah, tidak dalam dalam proses pembuatan coke
disukai karena akan menghasilkan suhu nyala 3. Sebagai blast furnace injectant.
yang lebih rendah. Konsumen biasanya
banyak memilih bitumine, karena kandungan

53
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)

Persyaratan utama batubara dijadikankannya kandungan mouisture-nya dan kandungan


sebagai bahan bakar dan sumber panas untuk fosfor harus rendah.
industri pengolahan logam adalah:
 Nilai kalori batubara > 6000 cl/gr, 4. DAFTAR PUSTAKA
kandungan C dan H dominan karena
sebagai bahan reduksi yang bagus. [1] Hutton, A., dan Brian, J., Short Course on
 Volatile matter harus mengandung CO Coal Exploration, Manpower
atau C sebagai bahan reduktan yang baik Development Centre for mines (MDCM),
dan merupakan high volatile coal karena Bandung, hal 186-189.( 1995)
mampu meningkatkan kalori suatu blas
furnace gas. [2] Merit, Roy, D., Coal exploration, mine
 Kandungan abu sedikit maksimal 6% planning and development, Noyer
 Kandungan surfur kurang dari 0,025% Publication, New York, 258 p. (1986)
 Kandungan mouisture-nya harus rendah
 Kandungan fosfor rendah [3] Rully, A., Pengembangan Batubara di
daerah Kalimantan Timur dan Selatan,
3. PENUTUP dalam Kumpulan Makalah Pertemuan
Ilmiah Tahunan XI Ikatan Ahli Ilmu
Pemanfaatan batubara untuk beberapa Geologi Indonesia, Jakarta, hal 129-139.
industri terutama pembangkit listrik, industri (1982)
semen, dan pengolahan logam, harus
diketahui karakteristik geokimianya melalui [4] Suhala, S.,Yoesoef.,A.F., dan Muta’alim,
analisa proksimat yang menghasilkan , Teknologi Pertambangan di Indonesia,
kandungan air (moisture), kandungan zat Puslitbang Teknologi Mineral, Dirjen
terbang (volatil matter), kandungan abu (ash) Pertambangan Umum, Departemen
dan kandungan karbon tetap (fixed carbon), Pertambangan dan Energi, Jakarta, 569
dan analisa ultimat menghasilkan kandungan hal. (1995)
karbon (C), kandungan hidrogen (H)
kandungan belerang (S), kandungan oksigen [5] Sukandarrumidi, Batubara dan Gambut,
(O), dan kandungan CO2. Cetakan Pertama, Gajah Mada
Disamping menggunakan hasil analisis Unyversity Press, Yogyakarta, 150 hal.
geokimia dalam menggunakan batubara di (1995)
bidang di industri dan pembangkit listrik
sangat penting diketahui pula coal size high [6] Sukandarumidi, Prof, IR, Msc, Phd,
healting value (HHV), hardgrove grindability Batubara dan Pemanfaatannya (
index (HGI), ash funshion characteristic, nilai pengantar Teknologi Batubara Menuju
kalor (calorific value) serta sifat caking dan Lingkungan Besih, Gadjah Mada
coking. University Press.( 2006)
Untuk PLTU diperlukan spesifikasi
batubara dengan rata-rata adalah HHV 5242 [7] Waterhouse, George., W., GWC
kgcl/kg, moisture 23 %, volatile matter 30,3 %, International Steam Coal Qualities:
kandungan abu maksimum 7,8 %, kandungan Spesification for Best Performance in
sulfur maksimum 0,4 %, dan HGI-nya adalah Power Generation, Iron, and Steel,
61,8. Cement and other Industries, Goerge
Untuk industri semen persyaratan Waterhouse Consultans Ltd,
geokimianya adalah nilai kalor cukup tinggi > Linconnshire, 87 p. (1995)
6000 cl/gr, volatil matter medium maksimum
36-42 %, total mouisture maksimum 12 %,
kadar abu maksimum 6 %, kadar sulfur
maksimum 0,8 %, kadar alkali dalam abu
maksimum 2 %, dan variasi kualitas yang ada
lebih dari 10%.
Untuk industri pengolahan logam,
persyaratan batubaranya adalah nilai kalori
batubara > 6000 cl/gr, kandungan C dan H
dominan, volatil matter harus mengandung
CO atau C, kandungan abu sedikit maksimal
6%, kandungan surfur kurang dari 0,025%,

54

Anda mungkin juga menyukai