ID None PDF
ID None PDF
49
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)
51
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)
karena itu pencampuran akan sukses bila Variasi kualitas diatas lebih dari 10%
batubara yang dicampur tersebut memiliki
harga HGI yang hampir sama keduanya. Batubara yang tidak memenuhi persyaratan
Suatu PLTU biasanya disiapkan diatas akan menghasilkan produktivitas yang
menggunakan kapasitas penggerusan untuk rendah. Persyaratan tersebut dapat dijelaskan
suatu jenis batubara dengan harga HGI sebagai berikut:
tertentu. Berdasarkan persyaratan PLTU
Suralaya maka rata-rata harga HGI adalah 1. Nilai bakar(kalor) net cukup tinggi, yaitu >
61,8. 6000 cl/gr, agar nantinya pemakaian
batubara dapat menghasilkan target-target
Ash Fushion Temperature yang diharapkan pada operasi
Ash Fushion Temperature akan pembakaran.
mempengaruhi tingkat fouling, slagging, Batubara yang dipergunakan sebagai
corrosion dan operasi soot blower. Ash bahan bakar dalam industri semen harus
Fushion Temperature ini didesain untuk diperhatikan panas pembakaran, hasil-
memberikan indikasi kecenderungan abu hasil dan sisa-sisa pembakaraan yang
untuk membentuk endapan di atas permukaan perlu diketahui terutama apabila hal-hal
ketel uap tersebut. tersebut dapat mengganggu kualitas
Untuk menghindari kerusakan peralatan semen yang akan dihasilkan.
pada PLTU maka penggantian pemasokan Nilai kalor net berupa nilai kalor
bahan bakar batubara dari daerah pembakaran dihitung dalam keadaan
penambangan satu dengan penambangan di semua air berwujud gas. Nilai kalor gross
daerah lain harus dilakukan spesifikasi berupa nilai kalor pembakaran diukur
batubara terlebih dahulu agar memiliki dalam keadaan semua berwujud cair
persamaan karakteristik geokimianya. Bila membakar batubara dengan fire grate
Contoh persyaratan batubara yang diizikan (panggang api) maka panjang nyala yang
untuk PLTU (mengacu pada PLTU Suralaya dihasilkan tergantung besarnya kandungan
sumber batubara Bukit Asam) adalah sebagai volatile matter-nya. Batubara dengan kadar
berikut: volatile matter yang tinggi, akan
menghasilkan nyala yang panjang di atas
Tabel .1 Persyaratan batubara yang fire grate dan batubara dengan kadar
diizinkan untuk operasi PLTU Suralaya volatile matter yang rendah, akan
dengan acuan batubara Bukit Asam menghasilkan nyala yang pendek. Oleh
(Sukandarrumidi, 1995) karena itu antrasit biasanya disebut
dengan shot flaming coal (batubara
bernyala pendek) dan bitumine sebagai
long flaming coal (batubara dengan nyala
panjang).
ebenarnya batubara akan menghaslkan
hasil yang berbeda bila dibakar dalam
bentuk batubara halus di dalam tanur
putar. Long flaming coal bila dibakar daam
tanur putar sebagai batubara halus akan
Dalam Industri Semen
terurai dengan cepat dan volatile matter
Pada industri semen energi panas
yang menguap akan terbakar dengan
merupakan kebutuhan utama. Yaitu untuk
cepat sehingga akan menghasilkan nyala
opersi pembakaran dalam tanur putar
pendek. Short flaming coal yang
(Sukandarrumidi, 1995)
mengandung sedikit volatile matter, bila
Persyaratan mutu batubara yang
dibakar dalam tanur putar, sebagai
dibutuhkan oleh industri semen unit operasi
batubara yang halus akan terurai secara
dengan efektifitas yang cukup tinggi, yaitu
lambat, sehingga akan terbakar dalam
(Sukandarrumidi, 1995):
jarak yang lebih panjang atau akan
Nilai bakar(kalor) net cukup tinggi, yaitu >
menghasilkan nyala api yang panjang
6000 cl/gr
(Sukanddarrumidi , 1995)
Volatil matter medium maksimum 36-42 %
2. Volatil matter medium maksimum 36-42 %
Total Mousture maksimum 12 %
agar dapat menghasilkan target-target
Kadar abu maksimum 6 %
yang diharapkan dari operasi pembakaran
Kadar sulfur maksimum 0,8 %
Kadar alkali dalam abu maksimum 2 %
52
Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print)
ISSN 2442-7764 (Online)
a. Total Mousture maksimum 12 % agar volatile matternya cukup, tetap nilai kalornya
tidak menyulitkan pada operasi pun relatif tinggi dan dapat menghasilkan suhu
Handling. nyala yang lebih tinggi. Akan tetapi bitumine
b. Kadar abu maksimum 6 % agar tidak yang banyak mengandung abu dan air juga
menyulitkan dalam operasi Handling. tidak disukai., karena hal tersebut akan
Kadar abu didapat dari analisa abu menurunkan suhu nyala disamping
padatan bercampur dengan klinker dan membutuhkan excees air yang lebih besar dan
mempengaruhi kualitas semen akibatnya efektifitas dan efisiensi operasi
walaupun demikina kadar abu batubara pembakaran dalam tanur putar menjadi
Indonesia biasanya berkisar antara 5 rendah.
%- 20 %.
c. Kadar sulfur maksimum 0,8 % agar Dalam Industri Pengolahan Logam
tidak terjadi gangguan dalam operasi Dalam industri pengolahan logam
tanur dan penurunan kualitas semen. pemanfaatan batubara untuk industri
d. Kadar alkali dalam abu maksimum 2 % pengolahan besi dan baja. Dalam pengolahan
untuk mencegah terjadinya penurunan logam khususnya pengolahan besi dan baja
kualitas semen. umumnya batubara digunakan untuk
e. Ukuran batubara ( raw coal). menghasilkan coke yang dipakai dalam
i. Diatas saringan 100 mm= 0% proses reduksi bijih besi menjadi besi didalam
ii. 100 mm-50 mm = 70% blast furnace (Waterhouse, 1995).
iii. 50 -25 mm = 25 % Proses destilasi penghancuran batubara di
iv. 25 - 15 mm = 15 % dalam oven, dipanaskan berkisar antara 950
v. lolos 15 mm = 0% hingga 11000 C untuk menghasilkan coke dan
Dengan ukuran batubara tersebut juga produk sampingan lainnya, sebagian
dimaksudkan agar tuidak terjadi besar coke oven gas digunakan sebagai
pembakaran selama pengumpanan pengganti minyak pada bagian rangkaian
makin banyak mengandung butiran- kerja baja lainnya. Biasanya 1 ton batubara
butiran halus maka batubara akan mampu menghsilkan sekitar 545-636 kg coke,
mudah terbakar 45-90 coke breeze, 270-325m3 coke oven gas,
f. Variasi kualitas diatas lebih dari 10% 36-55 liter tar, 9-13 kg ammonium sulfat, 65-
Dengan nilai-nilai yaang tercantum, 160 liter ammoniacal liquor dan 11-18 liter light
dimaksudkan sebagai persyaratan fuel oil(Waterhouse,1995).
untuk mencapai operasi pembaakaran Coke oven gas biasanya digunakan pada
yang stabil dapat terpenuhi Cowper stoves untuk memanaskan udara
Operasi pembakaran dalam tanur putar agar diperoleh letupan-letupan penghancur
membutuhkan pembakaran dengan suhu pada blast furnace.
nyala yang sangat tinggi, karena proses Industri pengolahan baja banyak
klinkerisasi memerlukan suhu material sekitar memerlukan energi yang intensif. Gas
1450oC. Proses klinkerisasi tidak terlalu panas buangan dari salah satu proses harus dapat
dan kering, dan Waterhouse(1995) juga dimanfaatkan disetiap bagian/tempat kerja.
memperkenalkan adanya metode klinkerisasi Contoh terbaik adalah coke oven dan blast
basah walaupun tingkat efektifitas dan proses furnace gases. Nilai kalori dan pemanfaatan
pemanasannya tidak sehebat dry klin. gas buangan dari coke dan fuel injectant
Disamping ada suhu nyala yang lebih tinggi dalam blastfurnace mempertimbangkan
akan menghasilkan perpindahan panas yang prinsip kerja keseimbangan energi secara
lebih besar. Kedua hal ini sangat berpengaruh keseluruhan. Menurut Waterhouse( 1995) uap
dalam hal efektifitas dan efesiensi operasi batubara (steam coal) dapat dipakai sebagai:
pembakaran dalam tanur putar. Antrasit
memiliki nilai kalor tinggi, tetapi 1. Sebagai bahan bakar utama ketel uap
penggunaannya sebagai bahan bakar dalam (boiler fule)
tanur putar kurang disukai, karena antrasit Steam coal digunakan sebgai bubukan
menghasilkan nyala api yang panjang dengan batubara (pulverizer coal), selain sebagai
suhu yang relatif rendah. Lignit mempunyai penyubur tanaman.
kandungan volatile matter yang tinggi dan 2. Sebagai komponen pencampur minor
mempunyai healting value rendah, tidak dalam dalam proses pembuatan coke
disukai karena akan menghasilkan suhu nyala 3. Sebagai blast furnace injectant.
yang lebih rendah. Konsumen biasanya
banyak memilih bitumine, karena kandungan
53
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8 No. 1, Juni 2016 : 1-54
ISSN 2442-7764 (Online)
54