Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan


dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu
sesungguhnya berjalan seperti dengan sejarah kemajuan dan perkembangan
ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai
periodesasi sejarah perkembangan ilmu: sejak zaman klasik, zaman
pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai
yang tidak putus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa
menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya.
Demikian semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah
perkembangan ilmu zaman kontenporer, tidak lain adalah mengamati
pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu
sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang mengalami perpecahan atau
bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu
sendiri.
Dunia kontemporer menunjukkan organisasi logis semakin kompleks
untuk memahami dan paradoks efek pada individu: rasanya semakin tunduk
pada logika, tetapi juga bebas untuk menafsirkan, mengekspresikan dan
membangun individualitas mereka sendiri, daripada di masa lalu. Masalah-
masalah yang dihadapi warga baik lokal maupun global adalah formulasi
teoretis dalam sejumlah inti filsafat yang menimbulkan masalah baru yang
jelas dan mendalam. Dan keterbatasan ini bukanlah refleksi dari realitas, tetapi
pada dasarnya adalah sebuah dialog antara masa lalu dan sekarang dalam
upaya untuk garis besar di masa depan. Jadi, filsafat kontemporer termasuk
membaca ulang, reinterpretasi, transformasi dan rekreasi yang merupakan kita
sebagai manusia dari zaman awal sampai sejarah kita saat ini. Silsilah kita
sekarang memungkinkan kita untuk maju, sehingga dalam mencari tambahan
dan cara berpikir yang baru. The Spesialisasi dalam Filsafat Kontemporer

1|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


merupakan sebuah ruang istimewa mungkin untuk mengatasi beberapa
perdebatan besar dan masalah kontemporer melalui pikiran filsuf yang paling
berpengaruh pada zaman sekarang
Dalam hubungannya dengan ilmu, kedua kata ini saling terkait baik
secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa
Yunani dan bangsa lain pada zamannya dari pandangan mitosentris menjadi
logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain beranggapan bahwa
semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa
harus ditakuti sekaligus dihormati kemudian disembah. Dengan filsafat, pola
pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang
tergantung pada rasio, (Achmadi, A. 2010 : 11).

2|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


BAB II
ISI
A. Pengertian Filsafat
Filsafat, secara etimologi merupakan kata serapan dari Yunani,
Philoshopia, yang berarti ‘Philo’ adalah Cinta, sedangkan ‘shopia’ berarti
kebijaksanaan atau hikmah. Jadi dapat kita tarik konklusi, cinta pada
kebijaksanaan ilmu pengetahuan itulah filsafat. Namun, ketika kita tilik dari
segi praktisnya, berarti alam pikiran atau alam berfikir, berfilsafat artinya
berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sedang kata “kontemporer” sendiri mempunyai korelasi sangat erat
dengan “modern”. Dua kata yang tidak mempunyai penggalan masa secara
pasti. “komtemporer” adalah semasa, pada masa yang sama dan kekinian .
Semenatara “modern” adalah kini yang sudah lewat, tapi bersifat relevansif
hingga sekarang. Karena tidak ada kepermanenan dalam era kontemperer,
modern yang telah lewat dari kekinian tidak bisa disebut kontemporer.
Filsafat Kontemporer juga bisa diartikan dengan cara seperti itu, yaitu cara
pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini.,
Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, dikarenakan
posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari
zaman kontemporer. Posmodernisme menyaratkan kebebasan, dan tidak selalu
harus simetris. Contohnya seni bangunan posmodern tidak terlalu
mementingkan aspek keseimbangan dalam bentuk bangunan, melainkan
sesuka hati yang membangun atau yang sesuai request. Kembali lagi kepada
pemikiran kontemporer yang beranjak dari seni bangunan tadi, sama halnya
dengan itu, pemikiran filsafat kontemporer ini bebas. Kebebasan dalam
memakai teori, menanggapi, dan mengkritik selama kebebasan tersebut
merupakan suatu hal original.
Oleh karenanya filsafat kontemporer merupakan ekstensifikasi dari
pemikiran manusia dari hal-hal yang umum menjadi yang sangat khusus dan
terkait dengan hal khusus lainnya.

3|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


B. Hubungan antara ilmu dan filsafat
1. Sekilas Tentang Filsafat
Berdasarkan berbagai pengertian sebagai hasil pendefinisian yang
diupayakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat
mengandung unsur-unsur 1) mempelajari hakikat ketuhanan, alam semesta
dan manusia sebagai objeknya; 2) mengkaji hakikat objeknya dengan
kebenaran sesungguhnya; dan 3) hakikat objek didekati sejauh dapat
dicapai oleh akal manusia. Dengan demikin, maka filsafat adalah
pengetahuan tentang metafisika, logika, fisika, estetika, etika, retorika,
politik, ekonomi, sosial, budaya, antropologi, dan agama.(Fuadihsan.
2010 : 70).
Filsafat sebagai suatu proses dapat melalui empat tahap berpikir.
Keempat tahap itu adalah: Logis, yaitu berpikir dengan menggunakan
logika. Dalam tahapan ini sedikitnya tiga jenjang yang harus dilalui, yakni
(a) pamahaman, (b) kaputusan, dan (c) argumentasi. Sistematis, yaitu
berpikir secara sistematik sehingga ditemukan adanya koherensi di antara
satu pernyataan dengan pernyataan lainnya. Radikal, yaitu berpikir sampai
ke akar masalah, jika filsafat dimulai dari pertanyaan apa, maka
jawabannya diupayakan terus sampai pada batas akhir jawaban di mana
tidak ditemukan lagi pertanyaan. Universal, yaitu berpikir secara umum
bukan khusus. Hal inilah yang membedakan jangkauan antara ilmu dan
filsafat. Ilmu berbicara hal-hal yang khusus, sedangkan filsafat berbicara
umum. Kemudian berkembang suatu teori bahwa filsafat adalah
generalisasi sedangkan ilmu spesialisasi, (Hadiwijono, H. 1990 : 70-71).
Selain dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas segala sesuatu
yang dipertanyakan manusia, filsafat juga dapat dimanfaatkan untuk
maksud seperti di bawah ini.:
a. Filsafat mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh atau
general terhadap suatu wujud atau ontologi, sekaligus memberikan
konsep kebenaran atau justifikasi terhadap wujud tersebut. Dari
kebenaran yang diproduksi melalui pemikiran yang maksimal,

4|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


manusia akan bertindak benar dan bijaksana, sesuai maksud
philosophia, cinta kebenaran/ kebijaksanaan.
b. Untuk memperoleh kebijaksanaan, karena filsafat di samping
mampu memberikan pengertian, ia juga mampu memberikan
gambaran dari suatu pengertian di balik pengertian. Artinya filsafat
tidak hanya puas dengan suatu konsep sebelum menemukan
konsep lain di balik konsep tersebut dalam merumuskan suatu
kebenaran. Hal ini sesuai dengan karakter filsafat, yaitu meragukan
setiap konsep sebelum menemukan argumen yang cukup untuk
kebenaran argumen tersebut.
c. Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi seorang filosof karena
kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang
sedang dan akan dihadapi.
d. Filsafat dapat dijadikan dasar pijakan untuk mengubah dunia. Jadi,
filsafat tidak hanya menjelaskan dunia, tetapi juga mengubahnya.
e. Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat dijadikan pendukung atau
penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya saja konsep
ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolut dengan
argumentasi naqli, maka filsafat akan memberikan rumusan-
rumusan yang rasional sehingga dapat diterima secara rasio pula
( Hanafi, 1990).
2. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu
kedokteran. Sedangkan objek formalnya adalah metode untuk memahami
objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat
sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek
material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu
yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam
kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang

5|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada, (Hardiman, B
F. 2004).
Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena
ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan fisafat
mencakup yang empiris dan non-empiris. Objek ilmu terkait dengan
filsafat pada objek empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal
dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan
tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis. Setelah
berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris
semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi
dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu
secara berkesinambungan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan
spesialisasi masing-masing.( Maksum, 1996: 24).
3. Contoh perkembangan ilmu kontemporer
 Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang
sangat masyhur adalah dibidang rekayasa genetika berupa teknologi
kloning. Tekrnologi ini pertama sekali dilakukan oleh Dr. Gurdon dari
Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology, Universitas
Cambridge, Inggris, tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur
katak sehingga tumbuh menjadi kecebong yang identik (kecebong
kloning).
Tiga puluh dua tahun setelah itu, tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil
mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan (embryo
splitting technique) hanya saja, semua kloning yang di hasilkan saat itu
russak. Empat tahun kemudian tepatnya pada tanggal 23 februari 1997, Dr.
Ian Wilmut dari scotland’s Roslin Institute, berhasil melakukan kloning
mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly.
Teknik yang digunakan Dr, wilmut dikenal dengan alih inti sel somatik
atau somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT), yaitu mengambil inti sel
somatik dari domba jenis tertentu (sebut misalnya domba A) untuk
kemudian diinjeksikan kedalam sel telur domba jenis lainnya (misalnya

6|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


domba B). Sebelum injeksi dilakukan, sel telur tersebut sudah diambil
terlebih dahulu inti selnya (dikosongkan). Dengan suatu loncatan listrik,
inti sel domba A akan berkembang dan mebelah. Dan pada akhirnya akan
tumbuh menjadi individu baru.
Masih pada tahun 1997, lahir lembu kloning pertama yang diberi
nama Gene. Teknik yang digunakan sedikit berbeda dengan pembuatan
“Dolly”. Pembuatan Gene diawali dengan koleksi sel-sel janin yang sangat
mudah dari anak lembu. Sel-sel tersebut kemudian ditumbuhkan
sedemikian rupa sampai siap dimasukan kedalam sel telur lembu betina.
Setahun kemudian para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin
oleh Dr. Truhiko Wakayama berhasil melakukan poling terhadap tikus
hingga lebih dari lima generasi. Teknik yang digunakan kali ini juga
berbeda dengan sebelumnya. Mereka menggunakan teknik micro injection
dengan tingkat keberhasilan tiga persen. Peluang keberhasilan teknik
kloning ini lebih besar dari teknik SCNT yang tidak sampai satu persen.
Ditahun 2000, Prof. Gerald Schatten dari Oregon Health Sciences
University, amerika, berhasil membuat kera kloning yang diberi nama
Tetra. Teknik yang digunakan adalah pembagian embrio atau Embryo
Splitting Tecnique (EST). Pada dasarnya EST adalah penyempurnaan dari
teknik yang dipergunakan oleh Dr. Jerry Hall pada tahun 1993. Pada
teknik ini, telur dari betina dan sperma dari jantan dipakai untuk
membentuk telur yang terbuahi (fertilized egg). Setelah embrio tumbuh
menjadi ddelapan sel, para peneliti membaginya menjadi empat embrio
yang identik, masing-masing terdiri dari dua sel. Langkah selanjutnya, ke
empat embrio tersebut di implikasikan kedalam sorrrogete mother. Lalu,
lahirlah kemudian kera kloning. Individu yang dihasilkan dari teknik ini
100 persen identik dengan sel sumbernya. Karena itulah para ahli
menyebut teknik ini dengan artificial twinning atau kembar buatan.
Begitulah teknik rekayasa Genitika berkembang dari waktu kewaktu.
Dan setelah berbagai keberhasilan teknik Kloning yang telah pernah
dilakukan, para ahli malah ebih berencana menerapkan teknik kloning

7|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


pada manusia. Dari ide inilah, wacana kloning menjadi sesuatu yang
semakin kontroversial, (Wawan Setiawan, 2014).

C. Perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah


Perkembangan filsafat ilmu sejalan dengan perkembangan filsafat. Belajar
perkembangan ilmu dimaksudkan untuk mengetahui sejarah perkembangan
pemikiran mansia. Dengan mengetahui perkembangan pamikiran manusia,
banyak manfaat yang dapat diperoleh. Tingkat peradaban manusiapun dapat
diketahui melalui sejarah perkembangan ilmu. Perkembangan ilmu meliputi
zaman Yunani kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaissance dan modern,
dan zaman kontemporer,( Muzairi, 2009 : 87).
1. Filsafat ilmu pada zaman Yunani kuno (abad ke-7 SM)
Seperti telah disebut di atas, berdasarkan catatan sejarah bahwa zaman
Yunani kuno merupakan titik awal berpindahnya paradigma pemikiran dari
mitosentris ke logosentris. Pada masa ini bangsa Yunani tidak lagi
mempercayai mitos-mitos dan mulai senang menyelidiki sesuatu dengan
kritis. Sikap kritis ini melahirkan beberapa filosof yang berjaya dan
dikenal pada zamannya dan sesudahnya seperti Thales, Anaximander,
Heraclitos dan lain-lain. Oleh beberapa filosof pada zaman ini filsafat
diartikan sebagai bertanya secara rasional dan mencari jawaban atas
prinsip-prinsip pertama atau arkhe dari realitas. Dalam hal ini, Thales
beranggapan bahwa arkhe itu adalah air, Anaximandros mengemukakan
bahwa arkhe itu adalah tidak terbatas (to apeiron), sedangkan Heraclitos
melihat bahwa arkhe adalah api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu
itu terus mengalir,( Muzairi, 2009).
Pada tahun 470 SM lahir seorang filosof dengan metode dan sistem
pemikiran yang lebih berkembang berbanding pendahulunya, Socrates,
yang bisa diketahui pemikirannya berdasarkan naskah-naskah salah
seorang muridnya, Plato yang lazimnya disebut “dialog-dialog Plato”.
Sebagai seorang moralis, Socrates berusaha mengembangkan sikapnya
yang sangat mendasar mengenai hakikat hidup dan kehidupan manusia.
Socrates mengajarkan bahwa kebenaran dan kepastian dapat dicapai

8|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


melalui metode dialektika. Metode ini menurutnya dapat menuntun orang
untuk mempersoalkan kenyataan yang ada secara terus menerus sampai
akhirnya menemukan kepastian yang kokoh.
Berbeda dengan gurunya, Plato berkesimpulan bahwa sumber dari
segala pengetahuan adalah ide absolut. Dalam hal ini, Plato lebih menaruh
perhatian pada kualitas yang abstrak. Selain Plato, adapula Aristoteles
(384-322 SM) yang namanya tidak asing lagi di telinga para kademisi.
Sebagai seorang realis ia mendasarkan pemikirannya pada pengalaman.
Menurut Aristoteles, berdasarkan pengalaman berulah selanjutnya subjek
memberikan uraian mendasar mengenai data-data pengetahuan itu. Ia
memandang pengetahuan sebagai hubungan timbal balik antara subjek dan
objek dengan berbagai implikasinya, (Muzairi, 2009).
2. Filsafat ilmu pada zaman abad pertengahan
Perkembangan filsafat ilmu pada abad pertengahan ditandai dengan
kehadiran para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas
keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ‘abadi
agama’. Ajaran kristen merupakan problema kefilsafatan, karena
mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati,
sedangkan kegitan keilmuan praktis diarahkan untuk mendukung
kebenaran teologi.
Menurut Aholiab, zaman ini mengalami dua periode, yakni 1) periode
patristik, sebuah istilah yang diambil dari kata pater yang bermakna bapa
perintis gereja. Periode patristik ini terdiri pula atas dua tahap, yakni
permulaan agama Kristen dan Filsafat Agustinus yang melihat dogma-
dogma sebagai suatu keseluruhan. 2) periode skolastik. Periode ini
berlangsung dari tahun 800-1500 M. periode ini dibagi dalam tiga tahap,
yakni (a) periode skolastik awal ditandai dengan lahirnya metode-metode
hasil dari hubungan yang rapat antara agama dan filsafat; (b) periode
puncak perkembangan skolastik ditandai dengan keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles.

9|Perkembangan Filsafat Sains Kontemporer


3. Filsafat ilmu pada zaman renaissance dan modern
Renissance berarti kebangkitan kembali, yakni kembali ke pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance merupakan zaman
peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas,(Arifin Banasura, 2013: 91).
Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat pada zaman renaissance
adalah astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti 1) Roger Bacon,
yang berpendapat bahwa pengalaman atau empiris menjadi landasan
utama bagi awal dan ujian akhir untuk semua ilmu pengetahuan.
Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengelola semua
pengetahuan.2) Copernicus, yang berpendapat bahwa bumi dan planet
semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat. 3)
Galileo Galilei, yang telah membuat teropong bintang yang terbesar pada
masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia
menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri,
melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.
Adapun untuk zaman modern ditandai dengan penemuan berbagai
bidang ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern dirintis
oleh Rene Descartes dan terkenal sebagai bapak filsafat modern. Ia
seorang ahli ilmu pasti, penemuannya dalam ilmu ini adalah sistem
koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar.
Selain Descartes ada Isaac Newton (1642-1727) yang terkenal dengan
teori grafitasinya. Walaupun penemuannya terdiri atas tiga buah, yakni
teori grafitasi, perhitungan calculus, dan optika, Newton pun memaksakan
pandangannya ke dalam bidang kehidupan kultural yang luas dan sampai
pada bidang psikologi. Ada pula charles darwin dengan teorinya
‘perjuangan untuk hidup’. Darwin dikenal sebagai penganut evolusi yang
fanatik. Ia mengatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di
bumi terjadi karena seleksi alam,( Surajiyo, 2008: 87-89).

10 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
4. Filsafat ilmu pada zaman kontemporer
Perkembangan filsafat ilmu pada zaman kontemporer ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan
informatika termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat.
Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet dan
sebagainya. Akibatnya, terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Salah
satu tokoh terkenal pada zaman ini adalah Albert Einstein. Ia menyatakan
bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga
tidak berubah totalitasnya atau bersifat dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta ini bersifat
kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam.
Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain
adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan dengan lainnya, sehingga
dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dikenal dengan
teknologi kloning. Demikian pula dengan sintesis antara psikologi dengan
dengan linguistik yang menghasilkan psikolinguistik dan juga
neurolinguistik. Sintesis antara ilmu komputer dengan linguistik
menghasilkan ilmu komputasional. (Rapar, 1996 : 94-95).

D. Filsafat kontemporer barat dan islam


1. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Barat.
Pada era “modern”—dilewati bangsa Barat pasca Immanuel Kant, dua
setengah abad yang lalu—bangsa Barat hidup dengan konsep sistem nilai
baru, struktur sosial-budaya pun sama, dengan sebelumnya pra-syarat
Rasional, juga dengan ciri-cirinya yang orisinil. Sejauh yang terkait
pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik, ada beberapa aliran
pemikiran yang dominan yang semarak.
Pertama,tipologi strukturalisme. Tipologi ini memusatkan
perhatiannya pada masyarakat sebagai sistem, di mana fenomena-
fenommena tertentu menggambarkan “suatu kenyataan sosial yang
menyeluruh.”, atau pada landasan epistemologi (canguilhen) akan
menggeser inti bahasan dari pemikiran esensialis tentang masyarakat dan

11 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
pengetahuan kepada wacana yang melihatnya sebagai ciri-ciri struktural
fenomena ini, baik ciri differensial atau pun relasional.
Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli
epistemologi, ahli filsafat ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah
tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah
perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan,
rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental.
Selanjutnya, bapak psikoanalis, Sigmund Freud (1856-1939 M.)
merupakan sosok yang amat kontroversial dengan hipotesanya yang amat
mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang melihat frued hanya
sebagai ateis, materialis. Selain para pemikir di atas, masih dapat kita
jumpai para pemikir semisal al-Thuser (1918-1990 M.), Pierre Bourdieu
(1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.).
Tipologi kedua, Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran
diwarnai dengan varietas pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus
meninjau tulisan sebagai sumber subjektivitas dan kultur yang bersifat
paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang bersifat sekunder.
Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa
(misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan
munculnya pemikiran ini, Tipologi ini diwakili oleh Nietzche (1844-1900
M.), prinsip yang diusulkan sebagai suatu kebenaran koheren dan
mendasar, beraneka ragam fakta serta penampilannya adalah bersifat
idealis. Selanjutnya adalah Michel Foucault (1926-1984 M.), seorang
sejarawan, psikolog dan sexolog yang paling cemerlang pada masanya.
Tipologi ketiga, post-marxisme. Tipologi ini merupakan elaborasi
lebih lanjut dari marxisme dengan karakter dan corak pemikiran yang
sangat berbeda. Mereka menggunakan Marx untuk untuk mengembangkan
sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada ‘kapitalisme
modern’. Para filsuf yang mempunyai kecenderungan berfikir post-
Marxisme adalah para pemikir seperti Hannah Arendt, Jurgen Habermas
dan Theodor Adorno.

12 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
2. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Islam.
Filsafat di dunia Islam merupakan benih pembaharuan, meski hasil
asimilasi dari budaya asing. Namun sangat disayangkan tak pernah
bernafas panjang. Di dunia Islam timur, filsafat lenyap atas jasa Hujjatul
Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut al-falasifah. Sedang di
dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya Ibnu Rusyd (1198 M.)
berakhir pula pengaruh filssafat paripatetik. Setelah ini, filsafat secara
geografis berpindah ke Negri para Mullah, Iran, sebagai akibat dari
pengaruh metafisika Yunani dan Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn
Arabim, al-Hallaj, dan Suhrawardi al-Maqtul sebagai pendekar filsafat
gnostik Persia ternama. Kemudian Islam mengalami masa skolastik
(kegelapan) yang berlangsung kurang lebih dua abad.
Islam terbangun dengan infasi Napoleon Bonaparte di Mesir tahun
1798 M, dengan disusul berdirinya negri-negri independen yang
mengatasnamakan Nasionalisme. Sementara dinasti Ottoman sebagai
representasi kekuatan Islam kala itu, telah dilumpuhkan dan digerogoti
luar-dalam. Datangnya Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan
pemikiran Arab-Islam.
Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-
Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi
keterbelakangan dan kolonialisme yang didasari dengan penafsiran-
penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.
Gerak radikal pemikiran barat yang menyematkan Immanuel kant
sebagai puncak modernisasi filsafat menorehkan berbagai macam
pertimbangan humanis-rasionalis yang semena-mena tidak boleh
dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud kolonialisme modern atas
dunia Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme adalah fakta
perjuangan cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah
pemikiran Islam dari stagnansi masa skolastik dimana agama, lapukan
sejarah dan literatur keilmuan telah menjadi Tuhan.
Ideologi yang digambarkan oleh al-Jabiri atas dunia Arab-Islam masih
saja dipahami secara literal dan melahirkan sikap antipati terhadap

13 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
perkembangan pemikiran Barat. Angan mitologis atau mistisisme yang
telah menghantui modernisme Islam sudah selayaknya dihancurlantakkan
lalu menaruh sikap inklusif sebagai jembatan pembaharuan,
E. Pilar-pilar filsafat kontemporer
Filsafat telah melahirkan apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah
pemikiran dan memunculkan pilar – pilar Filsafat Kontemporer.
Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi
moralitas yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan
oleh para filosof. Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni
hidup, atau menempatkan sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles),
dan kemudian pemikiran ini direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel
Kant menjadikan etika yang semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban,
dan ini melahirkan konsep sentral etika modern, yaitu konsep otonomi moral.
Pemikiran ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm
Friedrich Hegel dan dipadukan dengan teori dialektikanya.
Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund
Hussel (1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran
yang paling berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir
dari persoalan fenomena yang dibawa ke ruang publik --pertama kali-- oleh
Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu mendefinisikan fenomenologi
sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi Husserl berbicara
tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang
membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan
Kant. Para filosof yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida,
Kierkegard, Cascirer.
Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi
membahas pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih
menekankan masalah seputar eksistensi. Seorang filosof eksistensialis, semisal
Sartre, bekerja keras dalam permasalahan esensi dan eksistensi, yang
kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa "eksistensi mendahului esensi".
Dan ini membalik tradisi pemikiran filsafat Barat sejak Plato, yang selalu
mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi, (Tafsir, 2000).

14 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut
pandang filosofis akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana
dimensi subyektif adalah daya yang menjadikan produk (alam) menjadi
produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif adalah hasil dari kegiatan
daya tadi. (Abadi. 2010).

F. Aliran-aliran filsafat kontemporer


1. Eksistensialisme
Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti
berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan
sebagai berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme
tidak sama dengan eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya
yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema pokok.
2. Fenomonologi
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu
atau lawan bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut
fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan
indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani, tanpa melewati
indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut
filsafat fenomenologi, fenomen adalah “apa yang menampakkan diri
dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan diri seperti apa adanya,
apa yang jelas di hadapan kita.
3. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma
berasal dari bahasa Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.
Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan
dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.
4. Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar
daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas,

15 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem
dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain
perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan,
yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas)
dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx
menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas
oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.
(Abadi. 2010).

16 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai main point dari makalah ini, yakni sebagai berikut :
1. Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu,
karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja,
sedangkan fisafat mencakup yang empiris dan non-empiris.
Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di
samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat
karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan
tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan
logis.
2. Sejarah perkembangan filsafat ilmu sejalan dengan
perkembangan filsafat. Dengan mengetahui perkembangan
pamikiran manusia, banyak manfaat yang dapat diperoleh,
seperti tingkat peradaban manusia dan lainnya. Perkembangan
filsafat ilmu meliputi zaman Yunani kuno, zaman abad
pertengahan, zaman renaissance dan modern, serta zaman
kontemporer.
3. Filsafat Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa
kekinian atau sedang terjadi pada saat ini yang tidak terikat
dengan aturan aturan jaman dulu dan berkembang sesuai
dengan jaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama
dengan modern, karena modern adalah masa kini yang sudah
lewat.
4. Setelah era moderen atau pasca Immanuel Kant, muncul aliran
aliran filsafat Kotemporer diantaranya tipologi strukturalisme,
Tipologi Post-Strukturalisme, Tipologi post-marxisme. Filsafat
Arab Islam bankit setelah kedatangan kolonialis – imperialis di
wilayah Timur Tengah, dengan metransformasikan filsafat
filsafat barat ke Mesir khususnya. Dari refleksi moralitas yang

17 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
melahirkan aliran alira filsafat tercipta dari pilar-pilar filsafat
yaitu etika, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat budaya dan
hermeneutika.

18 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, A. (2010). Filsafat umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


Fuadihsan. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hadiwijono, H. (1990). Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta: Kanisius.
Hanafi, A. (1990). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Hardiman, B F. (2004). Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia.
Maksum, A. (1996). Pengantar Filsafat; dari Masa klasik hingga
Postmodernisme. Yogyakarta . AR-RUZZ MEDIA.
Muzairi. (2009). Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.
Rapar, J H. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.
Tafsir, A. (2000). Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Salam, B. (2008). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarna, C. (2004). Filsafat Ilmu Dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
Abadi. (2010). Fenomenologi Edmund Husserl. (online). Tersedia:
http://ahnafiabadi.blogspot.com/2010/08/fenomenologi-edmund-
husserl.html. Diakses tanggal 11 November 2018

19 | P e r k e m b a n g a n F i l s a f a t S a i n s K o n t e m p o r e r

Anda mungkin juga menyukai