BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkurangnya pendidikan moral, budi pekerti, etika dan nilai agama
mengakibatkan kepribadian manusia kurang beradab. Hal ini ditandai dengan
manusia bebas melakukan apa saja yang berdampak negatif dan banyak generasi
muda yang melakukan ha-hal negatif misalnya tawuran antar pelajar, merokok,
pergaulan bebas, menyontek, membuang sampah sembarangan, mencoret-coret
kursi, meja dan dinding bahkan guru juga sudah dianggap seperti teman sebaya.
Kondisi ini menandakan seluruh agama dan moral yang sudah didapatkan disekolah
tidak menghasilkan perubahan prilaku siswa disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah lingkungan, proses pembelajaran, perangkat pembelajaran dan
kurang perhatian orangtua. Salah satu penyebab rendahnya mutu sumber daya
manusia Indonesia setidaknya diakibatkan oleh adanya pergeseran substansi
pendidikan ke pengajaran. Menurut (Mulyana, 2004: 5), maka pendidikan yang
syarat dengan muatan nilai-nilai moral bergeser pada pemaknaan pengajaran yang
berkonotasi sebagai transfer pengetahuan.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kemajuan suatu bangsa,
sebab melalui pendidikanlah negara ini memiliki harapan untuk selalu maju dan
berkembang. Namun sayangnya saat ini banyak sekali yang dihadapi dalam dunia
pendidikan seperti lemahnya moral siswa dalam bergaul dilingkungannya, sehingga
dari lemahnya moral siswa tersebut akan menimbulkan suatu ketertinggalan bagi
pendidikan yang diinginkan, namun hal tersebut merupakan pengaruh perkembangan
zaman. Oleh karenanya perbaikan nilai-nilai moral dan akhlak harus segera
dilaksanakan dalam dunia pendidikan yang sangat bergantung pada sistem kurikulum
yang ada saat ini.
Pendidikan nilai bertujuan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, nilai-
nilai yang diperoleh siswa di sekolah dapat menjadi bekal untuk pendidikan yang
lebih tinggi. Melalui pendidikan nilai yang diterapkan maka diharapkan setiap siswa
mampu mengintegrasikannya ke dalam setiap pelajaran. Tidak ada artinya jika
prestasi siswa sangat baik dalam hal akademik tidak disertai dengan akhlak mulia.
Dalam Alqur`an disebutkan bahwa:
)43(اس ۖ َو َما يَ ْعقِلُهَا ِإاَّل ْال َعالِ ُمون
ِ ََّوتِ ْلكَ اَأْل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا لِلن
2
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan di atas dapat di identifikasi beberapa masalah, diantaranya
yaitu:
a. Kurangnya EQ siswa dalam belajar, mereka kurang memahami dirinya sendiri
sehingga pembelajaran belum optimal.
b. Masih banyak siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran biologi yang berlaku di MAN 1 Cirebon.
c. Siswa belum mampu mengaitkan pembelajaran Biologi dengan Al-Quran dan
hadist.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut :
a. Subjek penelitiannya yaitu kelas XI semester genap di MAN 1 Cirebon
b. Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan STEM-R yang diintegrasikan
dengan nilai-nilai imtaq bersumber dari Al-quran dan hadis.
c. Materi Biologi dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi pada manusia.
d. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini dari aspek kognitif.
3. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian akan
dilakukan secara kuantitatif dengan merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat penerapan STEM-R dalam pembelajaran
Biologi untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa di MAN 1 Cirebon.
b. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa pada kelas
yang diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi dan kelas yang
tidak diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi pada konsep
sistem ekskresi manusia kelas XI di MAN 1 Cirebon?
c. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas
yang diberi penerapan STEM-R dan kelas yang tidak diberi penerapan STEM-R?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji aktivitas siswa pada saat penerapan STEM-R dalam
pembelajaran Biologi untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa di MAN 1
Cirebon.
2. Untuk mengkaji perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa pada kelas
yang diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi dan kelas yang
5
ketiga variabel terdistribusi normal dan memiliki varians homogen. Dari hasil
perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga rxy (0,539259) dengan kontribusi
50% yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi, kecerdasan
intellctual dan pembelajaran biologi siswa tentang sistem saraf di kelas XI-IPA SMA
di SMA As- Syafi'iyah Medan.
Penelitian dari Bahtiyar, A.Y (2018) dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Yaitu
Tentang: Penerapan Pendekatan Klarifikasi Nilai Berbasis Nilai Islami Untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di
SMAN 1 Tanjung Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan skala Sikap
Ilmiah siswa dalam pembelajaran. Dan hasil yang diharapkan adalah adanya
peningkatan Sikap Ilmiah Siswa yang berbasis Nilai Islami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Aktivitas sikap ilmiah siswa
kelas Eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Kontrol. Dan ditunjukan
dengan hasil tes (Soal) skor rata-rata (Post-test) 75,69 pada kelas Eksperimen. dan
skor rata-rata (Post-test) 64,76 pada kelas Kontrol. Kemudian hasil belajar siswa
menjunjukan skor rata-rata (Post-test) 79,44 pada kelas Eksperimen. Dan kelas
Kontrol rata-rata (Post-test) 66,95.
Penelitian selanjutnya dari Khadizah, S (2017) dari Universitas Negeri Medan.
Yaitu tentang: Hubungan Konsep Diri dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Di Kelas XI IPA SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan konsep diri siswa dan kecerdasan emosional pada prestasi
siswa.
Hasil penelitian diketahui bahwa hubungan konsep diri dan kecerdasan
emosional terhadap prestasi siswa, yang dihitung dengan menguji koefisien
determinasi, persentase kontribusi yang diperoleh 59,29% untuk diri konsep siswa,
54,76% untuk kecerdasan emosional belajar, dan 62,4% untuk kecerdasan emosi dan
konsep diri pada prestasi biologi siswa.
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesisnya yaitu
H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan EQ yang signifikan antara kelas yang
diterapkan STEM-R dengan kelas yang tidak diterapkan STEM-R.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan pendidikan karakter nilai imtaq tersebut maka dalam penelitian ini
nilai imtaq yang diintegrasikan yaitu memiliki visi, memiliki rasa empati, membina
hubungan dan memiliki kualitas sabar dengan mengaitkan Al-quran dan hadits.
Pembelajaran Biologi terintegrasi imtaq dapat membuat pembelajaran lebih
bermakna dan mendorong hasil belajar yang lebih baik (Sari, 2010)
D. Kecerdasan Emosional (Emotional Intellegence)
Kecerdasan emosional adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini diperkuat oleh penelitian (Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa
kemampuan dalam mengelola emosi dalam diri lebih dikenal dengan kecerdasan
emosional (KE). Kecerdasan emosi dinilai memiliki peran yang cukup tinggi dalam
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Kecerdasan emosional (KE)
menyumbang 80% dalam hasil belajar sedangkan kecerdasan intelektual (KI) hanya
20%.
Kecerdasan emosional (KE) telah disetarakan dengan kecerdasan intelektual
(KI) dalam menentukan tingkat keberhasilan. KI tidak berfungsi dengan baik tanpa
penghayatan emosional siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.
Kedua intelegensi tersebut saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan kunci
keberhasilan belajar siswa adalah kondisi optimumnya KI dan KE. Optimasi
keduanya merupakan kunci dalam pencapaian hasil belajar. KI dan KE termasuk
dalam input yang berperan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Indikator Kecerdasan Emosional (KE) menurut Goleman (2000: 46) ada 5 aspek
diantaranya yaitu:
1. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
2. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas
terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
14
darah berbentuk senyawa HCO3 (asam bikarbonat) dan sisanya dikat oleh Hb
membentuk senyawa HbCO2 (karboksi hemoglobin). Pada akhirnya CO2 akan
dikeluarkan melalui udara yang dihembuskan.
4. Hati
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
2. Waktu Penelitian
Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon ini merupakan salah satu sekolah berstatus
negeri di bawah naungan Kementrian Agama. Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon
beralamat di Jl. Kantor Pos No. 36 Kececamatan Weru Kabupaten Cirebon. MAN 1
Cirebon merupakan sekolah yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Ayam
Kabupaten Cirebon. Bahkan bisa dikatakan lokasinya sama dengan dengan Pasar
Ayam Kabupaten Cirebon. Di depan MAN 1 Cirebon, terdapat banyak pedagang
yang berjejer memenuhi sisi jalan. Ada pedagang makanan, minuman dan pedagang
hewan, seperti burung, kucing, ikan dan masih banyak lagi.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon merupakan sekolah dengan tata ruang yang
cukup luas. Di dalamnya terdapat dua lapangan, lapangan basket dan lapangan
basket. Lapangan basket juga biasa digunakan sebagai lapangan upacara. Selain itu,
19
MAN 1 Cirebon memiliki Aula yang cukup luas, Aula ini merupakan tempat
serbaguna, bisa dijadikan tempat olahraga, acara keagamaan, rapat para orang tua
dan sebagai tempat pengepakan hewan qurban. Fasilitas lain yang terdapat di MAN 1
Cirebon yaitu ruang auditorium yang cukup bagus dan lengkap.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA MAN 1
Cirebon dengan jumlah siswa sebanyak 250 siswa.
2. Sampel
Penggunaan sampel menggunakan teknik sampling dengan menggunakan
purposive sampling yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Kasiram, 2008: 265). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas MIA 6 sebagai
eksperimen berjumlah 39 siswa dan kelas XI MIA 5 sebagai kontrol berjumlah 40
siswa.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain penelitian Experimental Tipe Pretest-Posttest
Control Group Design (Creswell, 2012: 232), yang bertujuan untuk mengetahui
perbedaan peningkatan EQ kelas yang diterapkan STEM-R dengan kelas yang
diterapkan metode ceramah dan diskusi. Adapun gambaran desain penelitian tersebut
sebagai berikut:
Kelas Design
Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Tabel 3.2 Desain Penelitian Experimental Tipe Pretest-Posttest Control Group
Design
Keterangan:
X1 : pembelajaran menggunakan penerapan STEM-R.
X2 : pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi
O1 : tes awal pada kelas yang diterapkan STEM-R sebelum diberi penerapan STEM-
R.
O2 : tes akhir pada kelas yang diterapkan STEM-R sesudah diberi penerapan STEM-
R.
O3 : tes awal pada kelas yang diterapkan metode ceramah dan diskusi.
O4 : tes akhir pada kelas yang diterapkan metode ceramah dan diskusi
20
E. Prosedur Penelitian
Secara umum, langkah-langkah dalam penelitian dilakukan dalam beberapa
tahapan. Berikut ini akan dipaparkan setiap tahapan tersebut secara lebih jelas.
1. Langkah awal dalam penelitian ini mengidentifikasikan masalah pada objek
penelitian yang terdiri dari data empirik dan data teoritik.
2. Menyusun instrumen penelitian, adapun instrumen yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah observasi, tes tertulis dan angket. Observasi digunakan
untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tes
tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan angket
digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa. Bentuk
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Rating Scale yang
mengharuskan responden untuk memilih salah satu jawaban kuantitatif yang
sudah disediakan. Responden menjawab pertanyaan dengan pilihan ganda
jawaban A dengan nilai 4, B nilainya 3, C nilainya 2, dan D nilainya 1.
3. Uji coba instrumen yang dilakukan kepada kelas lain yang tidak dijadikan
sebagai kelas yang diterapkan STEM-R maupun kelas kontrol pada penelitian.
4. Validitas oleh tim ahli dilakukan dengan berkonsultasi kepada tim ahli yaitu
dosen pembimbing dan dosen biologi. Pengambilan data dengan menggunakan
angket, tes dan observasi.
5. Menganalisis data instrumen yang telah diujikan.
6. Menyusun laporan penelitian yang merupakan hasil akhir penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa pada saat
pembelajaran Biologi dengan penerapan STEM-R. Penulis menggunakan instrumen
lembar observasi. Observer diberikan lembar observasi terlebih dahulu sebelum
kegiatan belajar mengajar berlangsung dan terlebih dahulu diberikan arahan dalam
pengisian lembar observasi tersebut oleh peneliti.
21
2. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi sistem eksresi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum
dan sesudah pembelajaran materi sistem ekskresi. Tes yang digunakan merupakan
tes pilihan ganda obyektif yang berisi sebanyak 30 soal dengan tipe soal C1 sampai
C6. Tes sudah disesuaikan dengan indikator pencapaian yang harus dicapai siswa.
3. Angket
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Rating Scale
yang mengharuskan responden untuk memilih salah satu jawaban kuantitatif yang
sudah disediakan (Arikunto, 2006: 240)
a. Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan memenuhi validasi ini apabila instrumen tersebut
mampu mengukur tujuan tertentu yang sejajar dengan materi serta sesuai dengan
kurikulum. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan korelasi product moment.
Suatu instrumen test dikatakan valid jika koefisien korelasi antara skor tiap-tiap item
lebih besar dari koefisien korelasi tabel (rxy>rtabel).
Cara untuk mengetahui validitas dari setiap item tes penelitian maka perlu
adanya uji validitas yang menggunakan rumus korelasi product moment untuk
mencari korelasi antara skor item instrumen dengan menggunakan rumus person,
yaitu
N ƩXY −(ƩX ) ƩY
rxy=
√ NƩ X 2−¿¿ ¿ ¿
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Jumlah sampel
Ʃxy = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Ʃx = Jumlah seluruh skor X
Ʃy = Jumlah skor total
Ʃx2 = Jumlah kuadrat skor item
ƩY2 = Jumlah kuadrat skor total. (Arikunto, 2009: 146)
Setelah memperoleh nilai rxy maka dibandingkan dengan nilai r tabel, dengan
kriteria sebagai berikut.
Jika rxy> rtabel maka item soal tersebut valid, dan apabila rxy<rtabel maka soal tersebut
tidak valid.
rhitung diartikan sebagai koefisien korelasi dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 3.4 Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Keterangan
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Rendah
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Sedang
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
(Arikunto, 2011: 75)
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan dapat dipercaya, artinya suatu instrumen dapat
digunkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Salah
satu syarat bagi tes adalah adanya sifat reliable yang berhubungan dengan masalah
23
kepercayaan suatu tes dikatakan mempunyai suatu taraf kepercayaan yang tinggi
apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Begitu pula dengan instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini harus dihitung nilai reliabilitasnya. Untuk
menguji reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut.
Rxy=
[ 2 .(rxy)
1+rxy ]
Jika r hitung > r tabel, maka instrumen tersebuat reliable, pada keadaan lain
instrumen tersebut tidak reliable.
Tabel 3.5 Kriteria Uji Reliabilitas
Keterangan:
TK = Indeks Kesukaran
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah (B)
NA= Jumlah siswa pada salah satu kelommpok A
NB = Jumlah siswa pada salah satu kelompok B.
24
No Skor Interpretasi
1. 0 % - 15 % Sangat sukar
2. 16 % - 30 % Sukar
3. 31 % - 70 % Sedang
(Karno, 1996: 1)
4. 71 % - 85 % Mudah 4) Daya pembeda
Daya pembeda adalah
5. 86 % - 100 % Sangat mudah
kemampuan setiap butir soal untuk
memisahkan siswa yang sangat mahir dari siswa yang kurang mahir atau pandai.
Adapun rumus yang digunakan penulis dalam menghitung daya pembeda soal ini
adalah:
B A −B B
DP= x 100 %
NA
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertulis
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswa pada salah satu kelompok A atau B
Tabel 3.7 Kriteria Pembeda
No Nilai r11 Interpretasi
1. 0,00-0,20 Buruk
2. 0,20-0,40 Cukup
3. 0,40-0,70 Baik (Arikunto, 2009: 216)
4. 0,70-1,00 Baik sekali
Keterangan:
25
No Skor Interpretasi
1. 0 % - 39 % Sangat kurang
2. 40 % - 55 % Kurang baik
(Arikunto, 2006: 240)
3. 56 % - 75% Cukup baik b. Analisis Instrumen Angket EQ
No Skor Interpretasi
1. 0 % - 39 % Sangat kurang
2. 40 % - 55 % Kurang baik
3. 56 % - 75% Cukup baik
4. 76 % - 100 % Baik (Arikunto, 2006: 240)
4) Menghitung N-gain
(Meltzer, 2002)
Peneliti menganalisis data hasil tes EQ belajar dengan rumus gain ternormalisasi
yaitu membandingkan skor pretest EQ dan posttest EQ. Adapun rumus gain yang
digunakan sebagai berikut.
Tabel 3.10 Kriteria Nilai N-gain Tes EQ
26
No Skor Interpretasi
1. > 0,7 Tinggi
(Hake, 1999)
2. 0,3 – 0,7 Sedang
Setelah menghitung N-gain
3. < 0,3 Rendah dilanjutkan dengan perhitungan
menggunakan statistik, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi/p-value/sig.<0,05 artinya data tidak normal
Jika nilai signifikansi/p-value/sig.>0,05 artinya data normal
(Aripin, 2009: 15)
b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows. Adapun hipotesis untuk uji homogenitas adalah:
Ho = tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)
Ha = ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak gomogen)
Dengan ketentuan:
Jika nilai probabilitasnya atau sig.<0,05 artinya data tidak homogen
Jika nilai probabilitasnya atau sig >0,05 artinya data homogen.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam peneliian
ini. Jika data normal dan homogen maka dilakukan uji independent Sample T Test.
Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan tes
nonparametric yaitu uji Mann Whitney U, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi p <0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
Jika nilai signifikansi p >0,05 maka H0 diterima Ha ditolak
c. Analisis Instrumen Tes Tertulis
1) Menentukan skor jawaban
Tahap ini menentukan skor hasil pretest dan posttest kelas. Sebelum hasil
dianalisis, skor jawaban siswa ditentukan terlebih dahulu dengan criteria siswa yang
menjawab benar diberi skor 1 dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0.
2) Menghitung skor mentah
27
Menghitung skor mentah dari hasil tes baik pre test maupun post test, dengan
cara tanpa hukuman yaitu apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya
jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Adapun rumusnya sebagai berikut.
SK = B
Keterangan:
SK = Skor yang diperoleh siswa
B = jumlah jawaban yang benar
(Arikunto, 2009:227)
3) Menghitung N-gain
Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan statistic, terlebih
dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan N-gain yang nantinya nilai N-gain
tersebut akan dipakai dalam melakukan analisis menggunakan statistic. Adapun
fungsi dari perhitungan N-gain adalah untuk melihat besarnya peningatan hasil
belajar siswa. Peneliti menganalisis data hasil tes belajar dengan rumus gain
ternormalisasi yaitu membandingkan skor pretest dan posttest.
Uji gain dipergunakan untuk memproleh nilai gain yang netral, hal ini untuk
menghilangkan anggapan bahwa nilai gain yang terbesar menunjukan peningkatan
hasil belajar dan kecerdasan spiritual siswa yang paling baik. Adapun rumus gain
yang digunakan sebagai berikut.
(Meltzer, 2002)
Adapun kriteria nilai N-gain adalah sebagai berikut.
Tabel 3.11 Kriteria Nilai N-gain Hasil Belajar Siswa
No Skor Interpretasi
1. > 0,7 Tinggi
2. 0,3 – 0,7 Sedang
3. < 0,3 Rendah
b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows. Adapun hipotesis untuk uji homogenitas adalah:
Ho = tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)
Ha = ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak gomogen)
Dengan ketentuan:
Jika nilai probabilitasnya atau sig.<0,05 artinya data tidak homogen
Jika nilai probabilitasnya atau sig >0,05 artinya data homogen.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam peneliian
ini. Jika data normal dan homogen maka dilakukan uji independent Sample T Test.
Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan tes
nonparametric yaitu uji Mann Whitney U, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi p <0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
Jika nilai signifikansi p >0,05 maka H0 diterima Ha ditolak
29
Observasi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Analisis Instrumen
Pengambilan Data
Tahap
Observasi pelaksanaan Observasi
Angket
Test Akhir (Post test)
Tahap
pelaporan
kesimpulan
Laporan