Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkurangnya pendidikan moral, budi pekerti, etika dan nilai agama
mengakibatkan kepribadian manusia kurang beradab. Hal ini ditandai dengan
manusia bebas melakukan apa saja yang berdampak negatif dan banyak generasi
muda yang melakukan ha-hal negatif misalnya tawuran antar pelajar, merokok,
pergaulan bebas, menyontek, membuang sampah sembarangan, mencoret-coret
kursi, meja dan dinding bahkan guru juga sudah dianggap seperti teman sebaya.
Kondisi ini menandakan seluruh agama dan moral yang sudah didapatkan disekolah
tidak menghasilkan perubahan prilaku siswa disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah lingkungan, proses pembelajaran, perangkat pembelajaran dan
kurang perhatian orangtua. Salah satu penyebab rendahnya mutu sumber daya
manusia Indonesia setidaknya diakibatkan oleh adanya pergeseran substansi
pendidikan ke pengajaran. Menurut (Mulyana, 2004: 5), maka pendidikan yang
syarat dengan muatan nilai-nilai moral bergeser pada pemaknaan pengajaran yang
berkonotasi sebagai transfer pengetahuan.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kemajuan suatu bangsa,
sebab melalui pendidikanlah negara ini memiliki harapan untuk selalu maju dan
berkembang. Namun sayangnya saat ini banyak sekali yang dihadapi dalam dunia
pendidikan seperti lemahnya moral siswa dalam bergaul dilingkungannya, sehingga
dari lemahnya moral siswa tersebut akan menimbulkan suatu ketertinggalan bagi
pendidikan yang diinginkan, namun hal tersebut merupakan pengaruh perkembangan
zaman. Oleh karenanya perbaikan nilai-nilai moral dan akhlak harus segera
dilaksanakan dalam dunia pendidikan yang sangat bergantung pada sistem kurikulum
yang ada saat ini.
Pendidikan nilai bertujuan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, nilai-
nilai yang diperoleh siswa di sekolah dapat menjadi bekal untuk pendidikan yang
lebih tinggi. Melalui pendidikan nilai yang diterapkan maka diharapkan setiap siswa
mampu mengintegrasikannya ke dalam setiap pelajaran. Tidak ada artinya jika
prestasi siswa sangat baik dalam hal akademik tidak disertai dengan akhlak mulia.
Dalam Alqur`an disebutkan bahwa:
)43(‫اس ۖ َو َما يَ ْعقِلُهَا ِإاَّل ْال َعالِ ُمون‬
ِ َّ‫َوتِ ْلكَ اَأْل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا لِلن‬
2

“Perumpamaan-perumpamaan itu Kami lukiskan untuk manusia, tetapi tiadalah


yang memahaminya, melainkan orang-orang yang berilmu,” (Q.S. Al-Ankabut: 43)
Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa
yang paling penting dalam sebuah pendidikan adalah pendidikan nilai, yang
memungkinkan seorang manusia untuk tumbuh dan mengembangkan kesadaran,
kehormatan, tanggungjawab dan kapasitas untuk mengajukan alasan dan kapasitas
untuk mencintai (Wisudawati, 2014: 179).
Pendidikan ini sangat erat kaitannya dengan proses belajar seseorang. Belajar
adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan
kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar
mengajar seperti pengorganisasian pengalaman belajar, meliputi proses dan hasil
belajar termasuk dalam cakupan tanggungjawab guru (Ahmadi, 1997: 17).
Muatan nilai dan sikap dapat diperoleh melalui pendekatan tertentu salah
satunya adalah STEM. Pembelajaran STEM (Sceince, Technology, Engineering, and
Mathematics). Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran baru dalam dunia
pendidikan. STEM juga telah menjadi topik utama diskusi dan perencanaan di
Amerika Serikat dalam beberapa tahun ini karena daya saing negara tergantung pada
progam pendidikan yang kuat. Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran Abad
ke-21 yang akan di intregasikan dengan nilai-nilai imtaq bersumber dari Al-quran
dan hadis (Andrew, 2016: 8).
Bangsa indonesia saat ini sedang mengalami krisis akhlak khususnya dikalangan
pelajar seperti tawuran antar pelajar, tindak kekerasan dalam kalangan pelajar dan
lain-lain sepertinya sudah menjadi penghias rutin setiap berita dimedia massa. Peran
guru sebagai agent of change (agen perubahan) sangatlah penting dalam pendidikan
dan pembelajaran. Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa
mendapatkan pengalaman belajar dalam membangun kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) untuk mencapai puncak
prestasi (Daud, 2012: 183).
Kecerdasan emosional adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini diperkuat oleh penelitian (Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa
kemampuan dalam mengelola emosi dalam diri lebih dikenal dengan kecerdasan
emosional (KE). Kecerdasan emosi dinilai memiliki peran yang cukup tinggi dalam
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3

Kecerdasan emosional (KE) telah disetarakan dengan kecerdasan intelektual


(KI) dalam menentukan tingkat keberhasilan. KI tidak berfungsi dengan baik tanpa
penghayatan emosional siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.
Kedua intelegensi tersebut saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan kunci
keberhasilan belajar siswa adalah kondisi optimumnya KI dan KE. Optimasi
keduanya merupakan kunci dalam pencapaian hasil belajar. KI dan KE termasuk
dalam input yang berperan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran Biologi berbasis Imtaq dapat diberikan secara eksplisit maupun
implisit. Pembelajaran berbasis Imtaq dapat diberikan secara eksplisit adalah
mempelajari materi Biologi dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-
dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang
relevan untuk melegitimasinya. Adapun pembelaran berbasis Imtaq secara implisit
adalah menggali sistem nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya
dikaitkan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk dianalogikan
dalam kehidupan manusia (Yudianto, 2005: 7).
Observasi awal dengan guru mata pelajaran Biologi kelas XI di MAN 1 Cirebon
menyatakan bahwa pembelajaran materi sistem eksresi cukup sulit bagi siswa karena
terkait proses-proses yang sebenarnya bersifat abstrak sehingga tidak bisa diamati
langsung. Siswa kurang mampu memahami keterkaitan antara organ penyusun
eksresi dan kelainan serta penyakit yang menyerangnnya dikaitkan dengan pola
hidup remaja saat ini. Hasil dari tes pada materi sistem eksresi hanya mencapai nilai
rata-rata. Hasil yang jauh untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebesar 75.
Pembelajaran materi sistem ekskresi manusia dalam mata pelajaran Biologi
berbasis STEM-R merupakan pembelajaran Abad ke-21 yang tepat untuk
menerapkan kemampuan tersebut. Sebab pembelajaran ini dikreasikan untuk
mengembangkan kemampuan mengintegrasikan pemahaman sains melalui nilai
religius untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Pembelajaran yang
menekankan siswa untuk mengenali potensi dalam dirinya dapat dilakukan dengan
menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajarannya, sehingga tujuan
pembelajaran yang berpacu pada kurikulum 2013 dapat tercapai. Atas dasar hal
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian berikut
“Penerapan STEM-R dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan
Kecerdasan Emosional Siswa pada Konsep Sistem Ekskresi pada Manusia”
4

B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan di atas dapat di identifikasi beberapa masalah, diantaranya
yaitu:
a. Kurangnya EQ siswa dalam belajar, mereka kurang memahami dirinya sendiri
sehingga pembelajaran belum optimal.
b. Masih banyak siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran biologi yang berlaku di MAN 1 Cirebon.
c. Siswa belum mampu mengaitkan pembelajaran Biologi dengan Al-Quran dan
hadist.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut :
a. Subjek penelitiannya yaitu kelas XI semester genap di MAN 1 Cirebon
b. Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan STEM-R yang diintegrasikan
dengan nilai-nilai imtaq bersumber dari Al-quran dan hadis.
c. Materi Biologi dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi pada manusia.
d. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini dari aspek kognitif.
3. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian akan
dilakukan secara kuantitatif dengan merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat penerapan STEM-R dalam pembelajaran
Biologi untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa di MAN 1 Cirebon.
b. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa pada kelas
yang diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi dan kelas yang
tidak diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi pada konsep
sistem ekskresi manusia kelas XI di MAN 1 Cirebon?
c. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas
yang diberi penerapan STEM-R dan kelas yang tidak diberi penerapan STEM-R?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji aktivitas siswa pada saat penerapan STEM-R dalam
pembelajaran Biologi untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa di MAN 1
Cirebon.
2. Untuk mengkaji perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa pada kelas
yang diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi dan kelas yang
5

tidak diberikan penerapan STEM-R dalam pembelajaran Biologi pada konsep


Sistem Ekskresi pada manusia kelas XI di MAN 1 Cirebon.
3. Untuk mengkaji perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas
yang diberi penerapan STEM-R dan kelas yang tidak diberi penerapan STEM-R.
D. Manfaat penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, manfaatnya sebagai berikut :
1. Peneliti
a. Menambah wawasan, dan keterampilan peneliti dengan menggunakan
penerapan STEM-R.
b. Memberikan pengalaman berarti yang bisa menjadi sosok guru dimasa depan.
2. Guru
a. Sebagai alternatif guru memilih penerapan pembelajaran yang variatif,
sehingga siswa akan termotivasi belajar;
b. Guru diharapkan dapat memahami siswa dalam proses pembelajaran.
3. Sekolah
a. Sekolah dapat meningkatkan prestasi siswa dan menggali berbagai potensi
yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat eksis ke luar;
b. Sekolah mampu meningkatkan iklim belajar untuk meningkatkan berbagai
prestasi.
4. Siswa
a. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran;
b. Siswa dapat menilai diri sendiri dan orang lain sebagai bahan evaluasi.
E. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antar guru dengan siswa
dan adanya komunikasi yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, pembelajaran di MAN 1
Cirebon. Kegiatan pembelajaran di sekolah masih kurang bervariasi dan
pembelajaran di kelas lebih sering disampaikan melalui metode konvensional atau
ceramah. Proses pembelajaran secara konvensional tidak akan membentuk
kepribadian siswa, karena pada pembelajaran konvensional hanya terfokus pada
aspek kognitif saja. Dengan adanya perubahan kurikulum 2013 yang tidak hanya
terfokus pada aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomor siswa, sehingga
pada proses pembelajarannya diperlukan keaktifan siswa dan diintegrasikan nilai
religius sebagai wujud pendidikan karakter. Pembelajaran terintegrasi nilai tersebut
6

didukung oleh penerapan pembelajaran STEM-R, pembelajaran siswa, media


pembelajaran dan hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Terbentuknya karakter
siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri
seseorang meliputi EQ (Kecerdasan Emosional). Faktor yang berasal dari luar
seseorang meliputi dukungan dari lingkungan seperti guru, keluarga, sosial,
pengalaman dan fasilitas yang dimiliki. Secara sederhana kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Siswa

Kurikulum 2013 Penerapan Pembelajaran Media


STEM-R Pembelajaran

Faktor Internal Pendidikan Karakter Faktor Eksternal


EQ (Kecerdasan Guru
Emosional) Fasilitas
Siswa Keluarga
Sosial
Pengalaman
Hasil Belajar

Kognnitif Afektif Psikomotor

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir


F. Penelitian Terdahulu
Penelitian relevan dengan apa yang akan peneliti lakukan adalah pada
penelitiannya Tri Agustina (2017) dari Medan. Yaitu tentang: Hubungan Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada
Materi Sistem Saraf Di SMA Asy- Syafi’iyah Medan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kecerdasan emosi dan kecerdasan intelektual untuk hasil
pembelajaran biologi siswa tentang saraf sistem pada kelas XI-IPA sekolah haigh
senior di As-Syafi'iyah Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kecerdasan emosional termasuk
dalam kategori cukup (108-155), yang skor kecerdasan inteltual termasuk dalam
kategori cukup (80-109) dan siswa skor pembelajaran biologi termasuk dalam
kategori sedang. Untuk persyaratan data mengujinya diketahui bahwa populasi dari
7

ketiga variabel terdistribusi normal dan memiliki varians homogen. Dari hasil
perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga rxy (0,539259) dengan kontribusi
50% yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi, kecerdasan
intellctual dan pembelajaran biologi siswa tentang sistem saraf di kelas XI-IPA SMA
di SMA As- Syafi'iyah Medan.
Penelitian dari Bahtiyar, A.Y (2018) dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Yaitu
Tentang: Penerapan Pendekatan Klarifikasi Nilai Berbasis Nilai Islami Untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di
SMAN 1 Tanjung Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan skala Sikap
Ilmiah siswa dalam pembelajaran. Dan hasil yang diharapkan adalah adanya
peningkatan Sikap Ilmiah Siswa yang berbasis Nilai Islami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Aktivitas sikap ilmiah siswa
kelas Eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Kontrol. Dan ditunjukan
dengan hasil tes (Soal) skor rata-rata (Post-test) 75,69 pada kelas Eksperimen. dan
skor rata-rata (Post-test) 64,76 pada kelas Kontrol. Kemudian hasil belajar siswa
menjunjukan skor rata-rata (Post-test) 79,44 pada kelas Eksperimen. Dan kelas
Kontrol rata-rata (Post-test) 66,95.
Penelitian selanjutnya dari Khadizah, S (2017) dari Universitas Negeri Medan.
Yaitu tentang: Hubungan Konsep Diri dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Di Kelas XI IPA SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan konsep diri siswa dan kecerdasan emosional pada prestasi
siswa.
Hasil penelitian diketahui bahwa hubungan konsep diri dan kecerdasan
emosional terhadap prestasi siswa, yang dihitung dengan menguji koefisien
determinasi, persentase kontribusi yang diperoleh 59,29% untuk diri konsep siswa,
54,76% untuk kecerdasan emosional belajar, dan 62,4% untuk kecerdasan emosi dan
konsep diri pada prestasi biologi siswa.
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesisnya yaitu
H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan EQ yang signifikan antara kelas yang
diterapkan STEM-R dengan kelas yang tidak diterapkan STEM-R.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran STEM-R (Science, Technology, Engineering, Mathematics and


Religius)
Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran baru dalam dunia pendidikan.
STEM juga telah menjadi topik utama diskusi dan perencanaan di Amerika Serikat
dalam beberapa tahun ini karena daya saing negara tergantung pada progam
pendidikan yang kuat. Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran Abad ke-21
yang akan di intregasikan dengan nilai-nilai imtaq yang bersumber dari ayat al-
qur’an dan hadits. Pembelajaran STEM-R diharapkan mampu memecahkan masalah,
membuat pembaruan (Innovation) menemukan atau merancang hal baru, memahami
diri, melakukan pemikiran logis, serta menggali nilai-nilai religius.
Menurut Andrew (2016: 8) mengemukakan bahwa kurikulum STEM melibatkan
“4C” dari keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut meliputi creativity
(kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), collaboration (kolaborasi) dan
communication (komunikasi). Peserta didik bekerja sama untuk menciptakan solusi
inovatif pada masalah nyata dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. Salah
satu konsep dalam Biologi yang akan mengaitkan bidang sains dengan bidang
lainnya yaitu materi sistem ekskresi pada manusia. Pembelajaran STEM-R memiliki
keunggulan di bidang pendekatan yang mengintregasikan nilai Imtaq karena dalam
pembelajaran STEM-R yang mengintregasikan konten dan keterampilan ilmu
pengetahuan, teknologi, religius dan matematik. Tujuan dari pembelajaran STEM-R
adalah mempersiapkan peserta didik untuk memiliki ilmu sekunder dan keahlian di
abad 21.
Pendidikan STEM-R memberikan peluang bagi guru untuk memperlihatkan
kepada peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, religius,
enjiniring, dan matematika digunakan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran
Biologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mengembangkan
literasi STEM-R yang memampukan peserta didik bersaing dalam era abad 21 yang
berbasis pengetahuan. Ciri-ciri Pembelajaran STEM guru mengintegrasikan
pengetahuan, kemahiran dan nilai mata pelajaran tersebut untuk menyelesaikan tugas
atau masalah dalam konteks kehidupan harian, masyarakat dan alam sekitar seperti
yang dihasratkan dalam kurikulum.
9

Menurut Andew (2016 :17) Langkah-langkah pembelajaran STEM memiliki


beberapa tahap pelaksanaan dikelasnya yaitu:
1. Orientasi pada masalah
Guru memperkenalkan siswa pada masalah sehingga guru perlu menjelaskan
tujuan pembelajaran. Guru memberikan suatu permasalahan yang terdapat
dilingkungan sehari-hari yang mempunyai kaitannya dengan konsep sains yang
sedang diajarkan dalam materi pembelajaran. Motivasi siswa sangat diperlukan
dalam hal ini, agar siswa aktif dalam masalah yang dihadapi. Jadi peran guru untuk
mengarahkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah.
2. Menemukan ide baru (New idea)
Siswa mencari informasi tambahan mengenai berbagai fenomena atau isu yang
berhubungan dengan sains yang sedang dipelajari. Guru memberikan kesempatan
siswa belajar secara mandiri untuk menemukan konsep ide baru untuk memecahkan
suatu masalah. Langkah ini siswa diharapkan mempunyai kemahiran dalam
menemukan konsep ide baru dan berpikir keras. Guru berperan dalam membimbing
siswa untuk memahami dan mengelola tugas siswa dalam pemecahan masalah.
3. Menemukan Inovasi (Innovation)
Siswa harus mampu untuk membuat hipotesis dari permasalahan yang ditemui,
mengumpulkan informasi yang diperlukan, data yang relevan dengan tugas
pemecahan masalah untuk membuktikan hipotesisnya. Guru berperan dalam
membimbing investigasi kelompok. Siswa harus menguraikan hal-hal apa saja yang
harus dilakukan agar ide yang telah dihasilkan dapat diaplikasikan.
4. Kreasi (Creativity)
Siswa setelah membuktikan hipotesisinya melalui kegiatan yang diterapkan
STEM terintegrasi imtaq, mereka harus mampu membuat laporan sebagai suatu
karya yang nantinya akan didiskusikan, peran setiap anggota kelompok diperlukan
sehingga dapat melatih kekompakan.
5. Nilai (Society)
Siswa diharapakan mampu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi yang
dikaitkan dengan al-qur’an dan hadist. Guru memberikan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan siswa meliputi analisis dan hasil akhir
penyelesaian masalah.
10

B. Pendidikan Nilai Imtaq dalam Pembelajaran Biologi


Kata value (nilai), berasal dari bahasa latin valare atau bahasa prancis kuno
valoir yang artinya nilai. Sebatas arti denotatifnya, vaoir, value atau nilai dapat
dimaknai sebagai harga (Sumantri, 2006: 4). Menurut mulyana (2004: 11) nilai
adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu dapat berupa
norma, etika, peraturan undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan
lainnya yang memiliki harga serta dirasakan berharga bagi seseorang. Sedangkan
menurut Sumantri (2006: 5) nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani
manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari
keindahan dan efesiensi atau keutuhan kata hati (potensi).
Nilai juga merupakan suatu pengertian yang banyak digunakan orang, baik
dalam percakapan sehari-hari maupun dalam hubungannya dengan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia
yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai
berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak
indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil dan lain sebagainya (Sanjaya, 2009:
275).
Berdasarkan beberapa pengertian nilai dapat dikemukakan kembali bahwa nilai
merupakan sesuatu yang diyakini keberadaannya dan dianut serta dijadikan sebagai
acuan dasar individu dan masyarakat dalam menentukan sesuatu yang dipandang
baik, benar, bernilai maupun berharga. Nilai merupakan daya pendorong dalam
hidup yang memberi makna pada tindakan seseorang. Oleh karena itu nilai dalam
setiap individu dapat mewarnai kepribadian kelompok atau kepribadian bangsa,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya nilai adalah merupakan
“sesuatu” yang ada dalam benak atau fikiran seseorang, tersimpan dalam lubuk hati,
yang sewaktu-waktu tercermin dalam prilaku dan perbuatan dan muncul dengan
adanya komitmen emosi sehingga pada akhirnya membentuk kepribadian seseorang.
Pendidikan nilai menurut Winecoff (1985: 3) adalah pendidikan yang
mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut nonmoral yang meliputi
estetika yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi dan
etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan anatr pribadi.
Winecoff (1985: 3) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan nilai adalah
proses membantu siswa untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang keluar melalui
pemeriksaan kritis agar mereka bisa meningkatkan kualitas pemikirannya.
11

Pendidikan nilai ditujukan untuk membantu siswa menjelajahi dan


mengeksplorasi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Baik itu nilai dalam dirinya
sendiri maupun nilai budaya mereka. Proses tersebut dilakukan oleh pemikiran yang
kritis sehingga siswa memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas pemikiran
dan perasaannya. Pendidikan ini paling sedikit meliputi empat dimensi yaitu, mulai
dari identifikasi nilai-nilai inti personal, sosial dan religius, penemuan filosofi dan
rasional tentang nilai-nilai inti, respon afektif atau emotif terhadap nilai-nilai inti
tersebut.
Pendidikan nilai menurut Mulyana (2004: 119) adalah pengajaran atau
bimbingan kepada peserta didik agar menyadari kebenaran, kebaikan, dan keindahan
melalui proses pertimbangan nilai yang dapat tepat dan pembiasaan bertindak yang
konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami, menyadari dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya
secara integral dalam kehidupan.
Muatan nilai dan sikap dapat diperoleh melalui pendekatan tertentu salah
satunya adalah STEM. Pembelajaran STEM (Sceince, Technology, Engineering, and
Mathematics). Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran baru dalam dunia
pendidikan. STEM juga telah menjadi topik utama diskusi dan perencanaan di
Amerika Serikat dalam beberapa tahun ini karena daya saing negara tergantung pada
progam pendidikan yang kuat. Pembelajaran STEM merupakan pembelajaran Abad
ke-21 yang akan di intregasikan dengan nilai-nilai imtaq bersumber dari Al-quran
dan hadits.
C. Keimanan dan Ketaqwaan
1. Keimanan
Keimanan berasal dari kata “iman” yang berati: kepercayaan (yang berkenaan
dengan agama) kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, nabi dan rasul-rasul Allah,
kitab-kitab Allah, malaikat, hari kiamat dan takdir (Qadha dan Qadar) serta ketetapan
hati, dan keteguhan batin. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa iman adalah
suasan batin yang meyakini bahwa hidup harus dijalani sesuai dengan ajaran Tuhan,
dan hal itu diungkapkan dengan ucapan serta prilaku yang kesemuanya
menggambarkan seseorang taat kepada Tuhannya (Nashir, 2013: 58).
2. Ketaqwaan
Taqwa secara harfiah berarti “takut, waspada, hati-hati” atau “menjaga diri dari
sesuatu yang ditakuti”. Sedangkan secara terminologi ialah “ melaksanakan segala
12

perintah Tuhan, menjauhi larangan-larangannya dan mengikuti petunjuk-


petunjuknya. Taqwa itu tidak meninggalkan sesuatu yang seharusnya dikerjakan dan
tidak mengerjakan sesuatu yang seharusnya ditinggalkan (Nashir, 2013: 69).
Menurut Tasmara, terdapat keterkaitan antara taqwa dengan EQ dan dapat
diukur secara jelas jika dikaitkan dengan tanggung jawab karena bersifat aplikatif.
Taqwa adalah wujud tanggung jawab yang pelaksanaannya dibarengi perasaan cinta
dengan orientasi pengharapan Ridha Ilalhi. Menurut Tasmara indikator taqwa
sebagai berikut.
a. Memiliki visi
Menurut Tasmara (2001: 7) Setiap orang harus mampu memahami diri dan juga
emosi sendiri terkait tujuan hidup agar hidup bermakna. Orang yang memiliki EQ
tinggi selalu berpandangan jauh kedepan, tidak sempit pemikirannya. Mereka
menyadari bahwa hidup butuh perencanaan dan dilaksanakan sepenuh hati dengan
tanggung jawab (taqwa). Menjadikan masalalu sebagai hikmah dan membuat
proyeksi diri di masa depan.
b. Berdzikir kepada Allah
Mengingat tentang Allah disetiap dimensi waktu adalah suatu ciri orang berEQ
tinggi, ia senantiasa melibatkan Allah dalam perjalanan hidup. Dzikir membuat
orang sadar agar melaksanakan misi dalam hidup yang dinamis.
c. Memiliki kualitas sabar
Sabar merupakan fungsi jiwa yang berkaitan dengan harapan waktu dan proses
berikhtiar untuk merealisasikan cita-cita. Sabar harus dimiliki siswa dalam setiap
pembelajaran, dengan kesabaran melatih siswa untuk dapat mengelola emosinya
dalam belajar.
d. Memiliki rasa empati yang tinggi.
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memahami orang lain. Orang
yang memiliki empati, hatinya akan mudah merasakan suatu hal yang menimpa
orang lain. Melalui empati dapat melatih sensitivitas perasaan seseorang. Empati
perlu dimiliki setiap siswa agar bisa melihat keadaan disekitar, karena hidup bukan
hanya sendiri.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama.
13

Berdasarkan pendidikan karakter nilai imtaq tersebut maka dalam penelitian ini
nilai imtaq yang diintegrasikan yaitu memiliki visi, memiliki rasa empati, membina
hubungan dan memiliki kualitas sabar dengan mengaitkan Al-quran dan hadits.
Pembelajaran Biologi terintegrasi imtaq dapat membuat pembelajaran lebih
bermakna dan mendorong hasil belajar yang lebih baik (Sari, 2010)
D. Kecerdasan Emosional (Emotional Intellegence)
Kecerdasan emosional adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini diperkuat oleh penelitian (Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa
kemampuan dalam mengelola emosi dalam diri lebih dikenal dengan kecerdasan
emosional (KE). Kecerdasan emosi dinilai memiliki peran yang cukup tinggi dalam
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Kecerdasan emosional (KE)
menyumbang 80% dalam hasil belajar sedangkan kecerdasan intelektual (KI) hanya
20%.
Kecerdasan emosional (KE) telah disetarakan dengan kecerdasan intelektual
(KI) dalam menentukan tingkat keberhasilan. KI tidak berfungsi dengan baik tanpa
penghayatan emosional siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.
Kedua intelegensi tersebut saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan kunci
keberhasilan belajar siswa adalah kondisi optimumnya KI dan KE. Optimasi
keduanya merupakan kunci dalam pencapaian hasil belajar. KI dan KE termasuk
dalam input yang berperan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Indikator Kecerdasan Emosional (KE) menurut Goleman (2000: 46) ada 5 aspek
diantaranya yaitu:
1. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
2. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas
terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
14

3. Memotivasi diri sendiri


Meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4. Mengenali emosi orang lain (empati)
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan
empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain
5. Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama. Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan. Terkadang manusia sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan
sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

E. Pokok Bahasan Sistem Ekskresi Manusia


Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah
tidak digunakan oleh tubuh dan dapat dikeluarkan bersama urin, keringat atau
pernapasan. Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh dapat
melalui ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Selain berfungsi untuk mengeluarkan sisa-
sisa metabolism, dalam perannya sistem ekskresi juga berfungsi untuk mengatur
tekanan osmosis tubuh dengan tekanan osmosis lingkungan serta mengatur sebagian
besar penyusun cairan tubuh. Alat eksresi yang dimiliki manusia diantaranya ginjal,
kulit, paru-paru dan hati.
Allah telah mendesain organ-organ pada sistem ekskresi dengan begitu rapih
tertata serta memiliki struktur tersendiri yang berkaitan dengan fungsinya sehingga
proporsi kerjanya sungguh luar biasa. Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tiin
ayat 4 yakni:
15

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.”
1. Ginjal

Gambar 2.1 Struktur ginjal


Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri, Ginjal sebelah
kanan terletak lebih bawah dibanding ginjal kiri. Hal tersebut terjadi karena diatas
ginjal kanan terdapat organ hati. Jika letak kedua ginjal ini sejajar maka ginjal kanan
akan bertabrakan dengan hati. Begitulah Allah menciptakan segala sesuatunya,
Firman Allah Q.S Al-infitar ayat 6-8.
         
        
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu, lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam
bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (QS. Al Infithar: 6-8(
Ginjal merupakan organ penyaring darah termasuk zat-zat yang dikonsumsi
manusia akan mengalami penyaringan melalui organ ini sehingga hasil akhirnya
urin. Proses pembentukan urin terdiri dari tiga tahapan yakni filtrasi, reabsorpsi dan
augmentasi. Banyak molekul-molekul yang mengalir dalam darah meliputi protein,
glukosa, garam, air akan disaring di bagian glomerulus sehingga dihasilkan urin
primer sehingga pada tahap ini sudah tidak ada protein yang masuk.
Urin primer yang dihasilkan akan mengalami reabsorpsi yaitu penyaringan
kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh yaitu glukosa, asam amino, ion-
ion organic dan air, sehingga dihasilkan urin sekunder. Setelah proses penyaringan
selesai urin sekunder pada tahap augmentasi akan ditambahkan ion-ion H +, urea, ion-
ion K+ di pembuluh proksimal dan penambahan ion H+ dan NH3 di pembuuh distal,
lalu urin dikumpulkan dalam vesika urinaria dan dikeluarkan melalui saluran ureter
(Campbel, 2010: 124).
2. Kulit
16

Gambar 2.2 Struktur kulit


Kulit sebagai organ eksresi karena memiliki kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera) yang terletak di bagian dermis. Banyaknya keringat yang dikeluarkan
seseorang dipengaruhi oleh aktivitas, suhu, keadaan kelenjar keringat. Saat suhu
lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif, sedangka pembuluh
kapiler melebar. Melebarnya pembuluh kapiler ini akan memudahkan proses
pembuangan air dan sisa metabolisme.Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan
keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan.
3. Paru-paru

Gambar 2.3 Struktur Paru-paru


Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan, disisi lain paru-paru
juga merupakan organ eksresi. Hal ini dikarenakan pada proses respirasi diperoleh
zat hasil buangan berupa karbondioksida dan uap air. Menurut Campbell (2010: 81),
yang diterapkan metode ceramah dan diskusi pernapasan efektif hanya jika
terkoordinasi dengan yang diterapkan metode ceramah dan diskusi system
kardiovaskuler sehingga aliran darah masuk melalui kapiler-kapiler alveoli Saat
berolahraga misalnya, laju pernapasan meningkat dengan menghirup oksigen yang
banyak sehingga pembuangan karbondioksida juga meningkat.
Proses eksresi pada paru-paru diawali dengan karbondioksida dan air yang
dihasilkan dari proses metabolisme dibuang ke paru-paru dengan cara difusi di
alveolus, Terjadi pertukaran antara oksigen dan karbondioksida di alveolus. Oksigen
diperlohe dari proses respirasi. Sebanyak 75 % CO2 yang diangkut dalam plasma
17

darah berbentuk senyawa HCO3 (asam bikarbonat) dan sisanya dikat oleh Hb
membentuk senyawa HbCO2 (karboksi hemoglobin). Pada akhirnya CO2 akan
dikeluarkan melalui udara yang dihembuskan.
4. Hati

Gambar 2.4 Struktur Hati


Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati termasuk ke dalam alat
eksresi karena membantu fungsi ginjal dengan cara memecah senyawa yang bersifat
racun dan menghasilkan amoni, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen
dari asam amino. Hasil eksresi hai berpa empedu yang diperoleh dari perombakan
sel-sel darah merah yang sudah tua. Hb yang terkandung didalamnya dipecah
menjadi zat besi, globin dan heme. Untuk zat besi dan globin di daur ulang
sedangkan heme dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau
kebiruan.
18

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Cirebon. Kegiatan ini


dilakukan pada siswa kelas XI MIA 5 dan MIA 6 MAN 1 Cirebon.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019


tepatnya bulan Maret-Mei. Kelas yang akan diambil sampel penelitian adalah kelas
XI. Penelitian ini akan difokuskan pada materi Sistem Eksresi pada manusia.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan yang dilalui yaitu pengajuan judul
hingga penyusunan laporan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara
rinci terlihat pada Tabel 3.1 berikut.

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan


Persiapan penelitian, pengurusan
1. Januari 2019
perijinan
2. Pengkajian teori yang diperlukan Februari 2019
Kegiatan penelitian (pengambilan data
3. Maret 2019
lapangan)
Analisis data dan pembuatan laporan
5. April- Mei 2019
penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Kondisi Objektif Wilayah Penelitian

Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon ini merupakan salah satu sekolah berstatus
negeri di bawah naungan Kementrian Agama. Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon
beralamat di Jl. Kantor Pos No. 36 Kececamatan Weru Kabupaten Cirebon. MAN 1
Cirebon merupakan sekolah yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Ayam
Kabupaten Cirebon. Bahkan bisa dikatakan lokasinya sama dengan dengan Pasar
Ayam Kabupaten Cirebon. Di depan MAN 1 Cirebon, terdapat banyak pedagang
yang berjejer memenuhi sisi jalan. Ada pedagang makanan, minuman dan pedagang
hewan, seperti burung, kucing, ikan dan masih banyak lagi.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon merupakan sekolah dengan tata ruang yang
cukup luas. Di dalamnya terdapat dua lapangan, lapangan basket dan lapangan
basket. Lapangan basket juga biasa digunakan sebagai lapangan upacara. Selain itu,
19

MAN 1 Cirebon memiliki Aula yang cukup luas, Aula ini merupakan tempat
serbaguna, bisa dijadikan tempat olahraga, acara keagamaan, rapat para orang tua
dan sebagai tempat pengepakan hewan qurban. Fasilitas lain yang terdapat di MAN 1
Cirebon yaitu ruang auditorium yang cukup bagus dan lengkap.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA MAN 1
Cirebon dengan jumlah siswa sebanyak 250 siswa.
2. Sampel
Penggunaan sampel menggunakan teknik sampling dengan menggunakan
purposive sampling yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Kasiram, 2008: 265). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas MIA 6 sebagai
eksperimen berjumlah 39 siswa dan kelas XI MIA 5 sebagai kontrol berjumlah 40
siswa.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain penelitian Experimental Tipe Pretest-Posttest
Control Group Design (Creswell, 2012: 232), yang bertujuan untuk mengetahui
perbedaan peningkatan EQ kelas yang diterapkan STEM-R dengan kelas yang
diterapkan metode ceramah dan diskusi. Adapun gambaran desain penelitian tersebut
sebagai berikut:
Kelas Design
Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Tabel 3.2 Desain Penelitian Experimental Tipe Pretest-Posttest Control Group
Design
Keterangan:
X1 : pembelajaran menggunakan penerapan STEM-R.
X2 : pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi
O1 : tes awal pada kelas yang diterapkan STEM-R sebelum diberi penerapan STEM-
R.
O2 : tes akhir pada kelas yang diterapkan STEM-R sesudah diberi penerapan STEM-
R.
O3 : tes awal pada kelas yang diterapkan metode ceramah dan diskusi.
O4 : tes akhir pada kelas yang diterapkan metode ceramah dan diskusi
20

E. Prosedur Penelitian
Secara umum, langkah-langkah dalam penelitian dilakukan dalam beberapa
tahapan. Berikut ini akan dipaparkan setiap tahapan tersebut secara lebih jelas.
1. Langkah awal dalam penelitian ini mengidentifikasikan masalah pada objek
penelitian yang terdiri dari data empirik dan data teoritik.
2. Menyusun instrumen penelitian, adapun instrumen yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah observasi, tes tertulis dan angket. Observasi digunakan
untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tes
tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan angket
digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa. Bentuk
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Rating Scale yang
mengharuskan responden untuk memilih salah satu jawaban kuantitatif yang
sudah disediakan. Responden menjawab pertanyaan dengan pilihan ganda
jawaban A dengan nilai 4, B nilainya 3, C nilainya 2, dan D nilainya 1.
3. Uji coba instrumen yang dilakukan kepada kelas lain yang tidak dijadikan
sebagai kelas yang diterapkan STEM-R maupun kelas kontrol pada penelitian.
4. Validitas oleh tim ahli dilakukan dengan berkonsultasi kepada tim ahli yaitu
dosen pembimbing dan dosen biologi. Pengambilan data dengan menggunakan
angket, tes dan observasi.
5. Menganalisis data instrumen yang telah diujikan.
6. Menyusun laporan penelitian yang merupakan hasil akhir penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa pada saat
pembelajaran Biologi dengan penerapan STEM-R. Penulis menggunakan instrumen
lembar observasi. Observer diberikan lembar observasi terlebih dahulu sebelum
kegiatan belajar mengajar berlangsung dan terlebih dahulu diberikan arahan dalam
pengisian lembar observasi tersebut oleh peneliti.
21

2. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi sistem eksresi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum
dan sesudah pembelajaran materi sistem ekskresi. Tes yang digunakan merupakan
tes pilihan ganda obyektif yang berisi sebanyak 30 soal dengan tipe soal C1 sampai
C6. Tes sudah disesuaikan dengan indikator pencapaian yang harus dicapai siswa.
3. Angket
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Rating Scale
yang mengharuskan responden untuk memilih salah satu jawaban kuantitatif yang
sudah disediakan (Arikunto, 2006: 240)

No Jenis data Sumber Jenis Pelaksanaan


data instrumen
1 Aktivitas siswa Siswa Lembar Saat proses
observasi pembelajaran
berlangsung
2 Hasil belajar Siswa Tes Pilihan Pretest dan posttest
Ganda
3 Kecerdasan Siswa Angket Sebelum dan
Emosional setelah proses
pembelajaran
dilaksanakan
Tabel 3.3 Teknik pengumpulan data
G. Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, peneliti terlebih dahulu melakukan pengujian
terhadap instrumen penelitian soal tertulis yang akan diujikan kepada siswa. Kriteria
yang digunakan terhadap instrumen penelitian soal tertulis adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji cobakan.
Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau
tidaknya syarat-syarat instrumen sebagai alat pengumpul data yang baik, sehingga
instrumen ini dapat digunakan. Adapun kriteria yang harus diuji cobakan terhadap
instrumen penelitian adalah sebagai berikut.
22

a. Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan memenuhi validasi ini apabila instrumen tersebut
mampu mengukur tujuan tertentu yang sejajar dengan materi serta sesuai dengan
kurikulum. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan korelasi product moment.
Suatu instrumen test dikatakan valid jika koefisien korelasi antara skor tiap-tiap item
lebih besar dari koefisien korelasi tabel (rxy>rtabel).
Cara untuk mengetahui validitas dari setiap item tes penelitian maka perlu
adanya uji validitas yang menggunakan rumus korelasi product moment untuk
mencari korelasi antara skor item instrumen dengan menggunakan rumus person,
yaitu
N ƩXY −(ƩX ) ƩY
rxy=
√ NƩ X 2−¿¿ ¿ ¿
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Jumlah sampel
Ʃxy = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Ʃx = Jumlah seluruh skor X
Ʃy = Jumlah skor total
Ʃx2 = Jumlah kuadrat skor item
ƩY2 = Jumlah kuadrat skor total. (Arikunto, 2009: 146)
Setelah memperoleh nilai rxy maka dibandingkan dengan nilai r tabel, dengan
kriteria sebagai berikut.
Jika rxy> rtabel maka item soal tersebut valid, dan apabila rxy<rtabel maka soal tersebut
tidak valid.
rhitung diartikan sebagai koefisien korelasi dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 3.4 Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Keterangan
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Rendah
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Sedang
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
(Arikunto, 2011: 75)
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan dapat dipercaya, artinya suatu instrumen dapat
digunkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Salah
satu syarat bagi tes adalah adanya sifat reliable yang berhubungan dengan masalah
23

kepercayaan suatu tes dikatakan mempunyai suatu taraf kepercayaan yang tinggi
apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Begitu pula dengan instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini harus dihitung nilai reliabilitasnya. Untuk
menguji reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut.

Setelah nilai koefisien korelasi diketahui, maka langkah selanjutnya untuk


menghitung nilai indeks reliabilitas tes menggunakan rumus Spearman-Brown,
yaitu:

Rxy=
[ 2 .(rxy)
1+rxy ]
Jika r hitung > r tabel, maka instrumen tersebuat reliable, pada keadaan lain
instrumen tersebut tidak reliable.
Tabel 3.5 Kriteria Uji Reliabilitas

No Nilai r11 Interpretasi


1. 0,80 < r11< 1,00 Sangat tinggi

2. 0,60 < r11< 0,80 Tinggi

3. 0,40 < r11< 0,60 Sedang (Aripin, 2013: 40)


4. 0,20 < r11< 0,40 Rendah 3) Indeks Kesukaran
Baik buruknya tes
5. 0,00 < r11< 0,20 Sangat rendah
tergantung pada butir-butir
soal yang ada di dalamnya. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Rumus indeks kesukaran yaitu:

Keterangan:
TK = Indeks Kesukaran
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah (B)
NA= Jumlah siswa pada salah satu kelommpok A
NB = Jumlah siswa pada salah satu kelompok B.
24

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran

No Skor Interpretasi
1. 0 % - 15 % Sangat sukar

2. 16 % - 30 % Sukar

3. 31 % - 70 % Sedang
(Karno, 1996: 1)
4. 71 % - 85 % Mudah 4) Daya pembeda
Daya pembeda adalah
5. 86 % - 100 % Sangat mudah
kemampuan setiap butir soal untuk
memisahkan siswa yang sangat mahir dari siswa yang kurang mahir atau pandai.
Adapun rumus yang digunakan penulis dalam menghitung daya pembeda soal ini
adalah:
B A −B B
DP= x 100 %
NA
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertulis
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswa pada salah satu kelompok A atau B
Tabel 3.7 Kriteria Pembeda
No Nilai r11 Interpretasi
1. 0,00-0,20 Buruk
2. 0,20-0,40 Cukup
3. 0,40-0,70 Baik (Arikunto, 2009: 216)
4. 0,70-1,00 Baik sekali

2. Analisis Data Hasil Penelitian


Tahap ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari observasi, tes
dan angket. Tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut.
a. Analisi Instrumen Lembar Observasi
1) Menentukan skor setiap siswa pada seluruh pertanyaan dengan menggunakan rubrik
penilaian, adapun ketentuannya adalah untuk setiap pernyataan aktivitas siswa
diberi skor 4 (kuat), 3 (cukup), 2 (kurang) dan 1 (sangat kurang)
2) Menghitung prosentase setiap pernyataan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
25

P = Prosentase untuk setiap pernyataan


F = umlah skor total pernyataan
N= jumlah skor maksimum
100 %= Standar hitung (bilangan tetap) (Sudijono, 2007: 43)
3) Melakukan interpretasi setiap pernyataan. Adapun kriteria interpretasi skornya
sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Pernyataan Lembar Observasi

No Skor Interpretasi
1. 0 % - 39 % Sangat kurang

2. 40 % - 55 % Kurang baik
(Arikunto, 2006: 240)
3. 56 % - 75% Cukup baik b. Analisis Instrumen Angket EQ

4. 76 % - 100 % Baik 1) Menentukan skor setiap siswa pada


seluruh pertanyaan dengan
menggunakan Rating scale, adapun ketentuannya sebagai berikut.
2) Menghitung prosentase setiap pernyataan dengan menggunakan rumus:
F
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Prosentase untuk setiap pernyataan
F = Jumlah skor total setiap pernyataan
N = Jumlah skor maksimum
100 % = standar hitung (bilangan tetap)
3) Melakukan interpretasi setiap pernyataan. Adapun kriteria interpretasi skornya
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Pernyataan Tes EQ

No Skor Interpretasi
1. 0 % - 39 % Sangat kurang
2. 40 % - 55 % Kurang baik
3. 56 % - 75% Cukup baik
4. 76 % - 100 % Baik (Arikunto, 2006: 240)
4) Menghitung N-gain

(Meltzer, 2002)
Peneliti menganalisis data hasil tes EQ belajar dengan rumus gain ternormalisasi
yaitu membandingkan skor pretest EQ dan posttest EQ. Adapun rumus gain yang
digunakan sebagai berikut.
Tabel 3.10 Kriteria Nilai N-gain Tes EQ
26

No Skor Interpretasi
1. > 0,7 Tinggi
(Hake, 1999)
2. 0,3 – 0,7 Sedang
Setelah menghitung N-gain
3. < 0,3 Rendah dilanjutkan dengan perhitungan
menggunakan statistik, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi/p-value/sig.<0,05 artinya data tidak normal
Jika nilai signifikansi/p-value/sig.>0,05 artinya data normal
(Aripin, 2009: 15)
b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows. Adapun hipotesis untuk uji homogenitas adalah:
Ho = tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)
Ha = ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak gomogen)
Dengan ketentuan:
Jika nilai probabilitasnya atau sig.<0,05 artinya data tidak homogen
Jika nilai probabilitasnya atau sig >0,05 artinya data homogen.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam peneliian
ini. Jika data normal dan homogen maka dilakukan uji independent Sample T Test.
Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan tes
nonparametric yaitu uji Mann Whitney U, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi p <0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
Jika nilai signifikansi p >0,05 maka H0 diterima Ha ditolak
c. Analisis Instrumen Tes Tertulis
1) Menentukan skor jawaban
Tahap ini menentukan skor hasil pretest dan posttest kelas. Sebelum hasil
dianalisis, skor jawaban siswa ditentukan terlebih dahulu dengan criteria siswa yang
menjawab benar diberi skor 1 dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0.
2) Menghitung skor mentah
27

Menghitung skor mentah dari hasil tes baik pre test maupun post test, dengan
cara tanpa hukuman yaitu apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya
jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Adapun rumusnya sebagai berikut.

SK = B

Keterangan:
SK = Skor yang diperoleh siswa
B = jumlah jawaban yang benar
(Arikunto, 2009:227)
3) Menghitung N-gain
Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan statistic, terlebih
dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan N-gain yang nantinya nilai N-gain
tersebut akan dipakai dalam melakukan analisis menggunakan statistic. Adapun
fungsi dari perhitungan N-gain adalah untuk melihat besarnya peningatan hasil
belajar siswa. Peneliti menganalisis data hasil tes belajar dengan rumus gain
ternormalisasi yaitu membandingkan skor pretest dan posttest.
Uji gain dipergunakan untuk memproleh nilai gain yang netral, hal ini untuk
menghilangkan anggapan bahwa nilai gain yang terbesar menunjukan peningkatan
hasil belajar dan kecerdasan spiritual siswa yang paling baik. Adapun rumus gain
yang digunakan sebagai berikut.

(Meltzer, 2002)
Adapun kriteria nilai N-gain adalah sebagai berikut.
Tabel 3.11 Kriteria Nilai N-gain Hasil Belajar Siswa

No Skor Interpretasi
1. > 0,7 Tinggi
2. 0,3 – 0,7 Sedang
3. < 0,3 Rendah

Setelah menghitung N-gain dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan


statistik, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-wilk.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows. Dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi/p-value/sig.<0,05 artinya data tidak normal
28

Jika nilai signifikansi/p-value/sig.>0,05 artinya data normal


(Arifin, 2009: 15)

b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for
Windows. Adapun hipotesis untuk uji homogenitas adalah:
Ho = tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)
Ha = ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak gomogen)
Dengan ketentuan:
Jika nilai probabilitasnya atau sig.<0,05 artinya data tidak homogen
Jika nilai probabilitasnya atau sig >0,05 artinya data homogen.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam peneliian
ini. Jika data normal dan homogen maka dilakukan uji independent Sample T Test.
Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan tes
nonparametric yaitu uji Mann Whitney U, dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi p <0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
Jika nilai signifikansi p >0,05 maka H0 diterima Ha ditolak
29

H. Bagan Alur Penelitian

Observasi Pendahuluan

Data Empirik Data Teoretik

Perumusan Masalah

Pembuatan Masalah Tahap


Persiapan
perbaikan
Uji Coba Instrumen Penelitian

Analisis Instrumen

Pengambilan Data

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Tes Awal (Pre test) Tes Awal (Pre test)

Penerapan pembelajaran Biologi dengan tidak berbasis STEM-R


Penerapan pembelajaran Biologi berbasis STEM-R

Tahap
Observasi pelaksanaan Observasi

Angket
Test Akhir (Post test)

Test Akhit (Post test)


Pengumpulan Data Analisis Data Pembahasan
Kesimpulan

Tahap
pelaporan
kesimpulan

Laporan

Anda mungkin juga menyukai