Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian penerapan STEM-R dalam pembelajaran yang


secara khusus di pilih sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah
kontekstual terkait pembelajaran. Pembelajaran yang efektif membutuhkan suatu
strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penelitian ini diterapkan
pendekatan STEM-R yang diintegrasikan dengan ayat Al-Qur’an dan hadits.
Pendekatan STEM-R dapat merangsang keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran karena di dalam aktivitas STEM-R yang student center memberikan
siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Selain dapat melatih siswa dari segi
kognitif, STEM-R dapat melatih afektif siswa seperti sabar, jujur, memiliki visi serta
rasa empati untuk melatih komunikasi siswa. Menurut Afriana (2016) Penerapan
Project Based Learning terintegrasi STEM merupakan salah satu pembelajaran aktif
yang menyajikan suatu permasalahan autentik untuk diselesaikan siswa, dengan
tujuan membangun pengetahuan secara mandiri, belajar menemukan inovasi,
menemukan penyelesaian dan melatih keterampilan tingkat tinggi. Pendekatan
STEM-R dalam penelitian ini diintegrasikan dengan nilai imtaq, sehingga dalam
pembelajaran Biologi senantiasa mengajak siswa agar merasakan kehadiran Allah
SWT, mengajak siswa memilki visi, memiliki rasa empati serta mengajarkan
kesabaran dalam proses belajar. Hal tersebut sangat penting diterapkan dalam
pembelajaran, selain untuk memperoleh prestasi belajar juga untuk mengisi nilai
religius dari setiap siswa agar memperoleh kebahagian dalam hidup.
Melaui pembelajaran STEM-R mampu meningkatkan EQ siswa, karena dalam
aktifitas pembelajaran pendekatan ini dapat merangsang siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran yang memerlukan kesabaran, ketekunan, kedisiplinan, dan
kejujuran sehingga siswa mampu mengambil hikmah dari setiap pembelajaran yang
telah dilalui. Selanjutnya pembelajaran tidak hanya mencapai aspek kognitif saja
akan tetapi membentuk sikap-sikap yang mencerminkan seseorang yang cerdas
secara tingkat kecerdasan emosional. Menurut Yani (2009: 3) EQ merupakan
kecerdasan interpersonal yang dimiliki tiap orang yang berasal dari dalam diri dan
berhubungan dengan kesadaran jiwa sehingga tujuan dalam penerapan STEM-R ini
dapat meningkatkan EQ siswa dan hasil belajar siswa.
Adapun pembahasan yang terkait dengan penelitian ini dibagi menjadi tiga
bagian yaitu penerapan STEM-R di kelas eksperiman, perbedaan peningkatan EQ
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta perbedaan peningkatan hasil
belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Penerapan STEM-R di kelas Eksperimen
Penerapan STEM-R merupakan pembelajaran baru Abad 21 yang akan
diintegrasikan dengan nilai-nilai imtaq yang bersumber dari ayat Al-Qur’an dan
hadist. Pembelajaran STEM-R diharapkan mampu memecahkan masalah yang ada
didalam masyarakat, membuat pembaruan (Innovation), menemukan atau
merangcang hal baru, memahami diri, melakukan pemikiran logis, serta menggali
nilai-nilai religius. Dalam penerapan STEM-R terdiri dari lima indikator yaitu 1)
orientasi pada masalah, 2) menemukan ide baru (new idea), 3) menemukan inovasi
(Innovation), 4) kreasi (Creativity) dan 5) nilai (Society).
Kegiatan pembelajaran dengan STEM-R dapat diamati melalui kegiatan
observasi. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pembelajaran STEM-R tergambar
ke dalam 9 aktifitas siswa yaitu 1) mengidentifikasi masalah dengan memberikan
argumentasi, 2) menemukan konsep, 3) mengumpulkan informasi, 4) memberikan
saran, 5) melakukan tugas penyelidikan, 6) mengerjakan tugas LKS, 7)
mempresentasikan hasil penyelidikan, 8) menanggapi hasil penyelidikan dan 9)
mengevaluasi hasil penyelidikan. Rekapitulasi hasil observasi pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua penerapan STEM-R lebih jelas dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Aktivitas siswa kelas Eksperimen
100 99 99 99 99 99
98 98
98 97 97 97
96 96
96 95 95
94 94
94 93
Prosentase

Pert 1
92 91 Pert 2

90

88

86
Akt 1 Akt 2 Akt 3 Akt 4 Akt 5 Akt 6 Akt 7 Akt 8 Akt 9

Gambar 4.1 Grafik Hasil Observasi Aktifitas Siswa


Aktivitas siswa dalam memberikan argumentasi/pendapatnya terkait masalah
memiliki prosentase keterlaksanaan mencapai 95% pada pertemuan pertama dan
99% pada pertemuan kedua. Aktivitas siswa dalam menemukan konsep dalam
permasalahan, mengumpulkan informasi yang sesuai, memberikan saran, melakukan
tugas penyelidikan, mengerjakan LKS, mempresentasikan hasil penyelidikan,
menanggapi hasil, dan mengevaluasi proses penyelidikan secara umum meningkat
dari pertemuan pertama dengan kategori baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan STEM-R dapat terlaksana dengan baik setiap pertemuannya dan
keterlaksanaannya semakin meningkat pada pertemuan kedua.
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa secara umum aktivitas siswa
dengan penerapan STEM-R yang diintegrasikan ayat Al-Qur’an dan hadits
mengalami peningkatan dari setiap pertemuan pertama hingga mencapai 96% dengan
kategori baik, sedangkan pada pertemuan kedua hingga mencapai 99% dengan
kategori baik.
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan prilaku sebagai hasil interaksi
seseorang dengan lingkungannya. Pembelajaran di sekolah bertujuan agar mendidik
siswa untuk memahami segala fenomena yang ada di lingkungan sekitar, agar siswa
lebih peka baik terhdap orang lain maupun lingkungan tempat ia tinggal.
Pembelajaran di sekolah memerlukan suatu cara agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai salah satunya dengan pendekatan STEM-R. Salah satu tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas eksperimen.
Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen diamati melalui kegiatan observasi
yang dilakukan oleh oberserv yaitu guru mata pelajaran Biologi. Setiap observer
secara khusus mengamati aktivitas siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari 6
sampai 7 orang. Observasi dilakukan selama dua kali pertemuan. Setiap pertemuan
perkelompok mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang terdapat didalam modul
pembelajaran yang sudah dikaitkan dengan ayat Al-Qur’an dan hadits. Penerapan
pembelajaran melalui pendekatan STEM-R pada pokok bahasan sistem ekskresi
manusia di kelas XI MIA 6 diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih
kepada siswa tentang materi yang disampaikan.
Pengamatan secara spesifik pada aktifitas siswa ketika melakukan proses
pemecahan masalah yang secara garis besar terdapat lima langkah STEM-R yaitu 1)
orientasi pada masalah 2) menemukan ide baru dalam tugas belajar 3) menemukan
inovasi mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 4) Melakukan pengalaman
individu/kelompok dengan kreasi 5) menganalisis dan mengevaluasi proses
permasalahan dikaitkan dengan nilai religius. Kelima langkah pembelajaran tersebut
secara rinci dimasukkan ke dalam 9 aktifitas siswa yaitu 1) mengidentifikasi
masalah, 2) menemukan konsep, 3) mengumpulkan informasi, 4) memberikan saran,
5) melakukan tugas penyelidikan, 6) mengerjakan LKS, 7) mempresentasikan hasil
penyelidikan, 8) menanggapi hasil penyelidikan dan 9) melakukan evaluasi.
Aktivitas siswa dalam mengidentifikasi masalah yaitu berkaitan dengan topik
materi sistem ekskresi ginjal dan kulit. Hasil rekapitulasi aktivitas siswa pada
langkah ini menunjukkan bahwa seluruh siswa di kelas eksperimen melakukan
identifikasi masalah yang sudah ditentukan setiap kelompoknya. Secara keseluruhan
siswa sudah mampu mengolah informasi dari LKS yang dibagikan karena masalah
yang terdapat di LKS merupakan masalah yang sering dialami siswa, sehingga
mereka dengan mudah memahami masalah tersebut. Ketercapaian kegiatan ini pada
pertemuan kedua juga mengalami peningkatan dengan baik, karena semua siswa
terlibat dalam aktivitas mengidentifikasi masalah.
Aktivitas kedua yaitu menemukan konsep keterkaitan menahan buang air kecil
dalam sholat berjamaah dan konsep keterkaitan manfaat wudhu dengan menurunnya
jumlah bakteri di kulit. Siswa mampu menemukan konsep yang dimaksud dan
mengaitkannya dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuansiswa dalam memahami permasalahan yang terdapat di LKS
sduah baik pada pertemuan pertama dan pemahaman siswa meningkat pada
pertemuan kedua. Hal tersebut terjadi karena permasalahan yang diangkat sangat
kontekstual dan sering dialami siswa.
Aktivitas ketiga yaitu mengumpulkan informasi mengenai menahan buang air
kecil dalam sholat berjamaah dan konsep keterkaitan manfaat wudhu dengan
menurunnya jumlah bakteri di kulit. Secara keseluruhan ketercapaian untuk kegiatan
pertama sudah baik, namun belum maksimal hal ini disebabkan pada aktifitas
mengumpulkan informasi, siswa belum terbiasa mencari informasi dari jurnal atau
artikel terkait masalah dalam LKS, secara umum siswa mengumpulkan informasi
hanya melalui internet dengan jaringan wifi yang sudah tersedia di sekolah. Pada
pertemuan kedua kegiatan tersebut meningkat dengan sangat baik. Hal tersebut
terjadi karena beberapa kelompok dalam mencari informasi tidak hanya bersumber
dari internet, tetapi dari buku yang tersedia dalam perpustakaan sekolah.
Aktivitas siswa dalam memberikan saran dan tanggapan perencanaan kegiatan
penyelidikan kelompok dapat melatih kerjasama dan komunikasi siswa. Berdasarkan
data yang diperoleh pada aktifitas ini sebagian kecil siswa mampu memberikan saran
dan tanggapan dalam kegiatan diskusi kelompok, namun pada pertemuan pertama ini
siswa tidak semuanya aktif dalam diskusi. Keaktifan siswa dalam memberikan saran
dan tanggapan meningkat pada pertemuan kedua, hal tersebut terjadi karena siswa
semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan munculnya rasa
keingintahuan siswa dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan dan tanggapan siswa.
Aktivitas siswa melakukan kegiatan penyelidikan dilakukan melalui kegiatan
wawancara dengan narasumber yang setiap kelompok pilih. Kegiatan ini secara
umum meningkat dari prosentase keterlaksanaan pada pertemuan pertama. Kegiatan
penyelidikan secara keseluruhan sudah melakukan tugas wawancara dengan baik
sesuai arah penyelidikan yang ingin didapat. Seluruh siswa dalam kelompoknya
terlibat dalam kegiatan penyelidikan, namun pada pertemuan pertama masih ada
kelompok yang melakukan wawancara hanya kepada satu narasumber, sedangkan
pada pertemuan kedua seluruh kelompok melakukan penyelidikan tidak hanya
kepada satu narasumber sehingga hasilnya lebih maksimal dari pertemuan pertama.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa penerapan STEM dapat meningkatkan
kemampuan berpikir (metakognitif) siswa diberikan kesempatan untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya dan diberikan keluasan untuk menggunakan sarana
belajar yang diperlukan sehingga siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
Proses pemecahan masalah yang harus melalui proses penyelidikan menyebabkan
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran (Danial, 2010: 76).
Kegiatan mengembangkan dan menyajikan hasil karya terdiri dari tiga aktivitas
yaitu siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS), mempresentasikan hasil
penyelidikan dan aktivitas menanggapi hasil penyelidikan kelompok lain. Secara
keseluruhan ketercapaian untuk kegiatan ini meningkat pada pertemuan kedua. Saat
pertemuan pertama, semua siswa dapat menyelesaikan setiap pertanyaan dalam LKS
dengan baik sesuai hasil penyelidikan yang telah dilakukan, namun untuk aktivitas
mempresentasikan hasil penyelidikan dan menanggapi hasil penyelidikan kelompok
lain masih kurang, karena tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelas. Aktivitas ini
pada pertemuan kedua prosentase ketercapaian meningkat karena siswa yang terlibat
aktif dalam menanggapi hasil penyelidikan kelompok lain semakin banyak, mereka
semakin termotivasi untuk belajar beragumen sehingga tidak pasif dalam belajar.
Aktivitas siswa dalam mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa
melakukan evaluasi terhadap proses penyelidikan masalah yang telah dilakukan
bersama kelompoknya. Aktivitas siswa dalam dua pertemuan sudah baik dan
mengalami peningkatan pada saat pertemuan kedua. Aktivitas siswa tersebut pada
pertemuan pertama masih ada siswa yang kurang memahami kekurangan dan
kelebihan dari proses penyelidikan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran di
kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu mengevaluasi secara keseluruhan
dari proses penyelidikan yang telah dilakukan sehingga kedapannya akan lebih
maksimal lagi.
Aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan kedua memiliki prosentase
keterlaksanaan tertinggi yaitu pada aktivitas mengidentifikasi masalah, karena siswa
sudah mampu memahami permasalahan yang terdapat di LKS, selain itu pada
pertemuan kedua keterlaksanaan aktivitas yang mencapai 99% juga pada saat
mengevaluasi proses penyelidikan hal tersebut terjadi karena siswa mulai terbiasa
dengan pembelajaran berbasis masalah dan mereka bisa menilai kekurangan selama
proses pemecahan masalah. Aktivitas siswa terendah baik pada pertemuan pertama
dan kedua yaitu pada saat menanggapi hasil penyelidikan kelompok yang presentasi.
Berdasarkan data hasil rekapitulasi hasil observasi (gambar 4.1) tersebut secara
keseluruhan kegiatan pembelajaran penerapan STEM-R pada kelas eksperimen dapat
terlaksana dengan baik. Adpun rata-rata keterlaksanaan secara keseluruhan pada
pertemuan pertama dan kedua untuk seluruh aktivitas mencapai 90%. Selama
pembelajaran siswa antusias dan lebih aktif untuk berpendapat pada saat belajar di
kelas. Kegiatan pembelajaran menjadi tidak pasif dan siswa dilatih untuk memahami
masalah yang sangat kontekstual dan sering dihadapi siswa. Kegiatan pembelajajaran
juga mendorong siswa untuk selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan ajaran
islam. Sehingga mereka memahami bahwa segala sesuatu memiliki dasar, karena
ilmu itu saling berkaitan satu sama lain.
2. Perbedaan Peningkatan EQ Siswa Antara Kelas Eksperimen dengan Kelas
Kontrol
Kegiatan pembelajaran diantara dua kelas diberikan perlakuan yang berbeda.
Kelas Eksperimen diterapkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan STEM-R
sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan melalui metode ceramah
dan diskusi. Pembelajaran pada kedua kelas tersebut menggunakan metode diskusi,
namun pada kelas eksperimen diskusi yang dilakukan berbasis masalah yang
diintegrasikan dengan nilai religius. Perbedaan perlakuan tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan peningkatan EQ siswa yang diperoleh masing-masing siswa.
a. Peningkatan EQ Siswa di Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
Perbedaan peningkatan EQ siswa berdasarkan acuan dari penelitian yang
dilakukan dengan lima aspek yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina
hubungan dengan orang lain. Berdasarkan lima aspek penelitian terdapat indikator
STEM-R yaitu Science, Technology, Engineering, Mathematics dan Religius.
Berdasarkan nilai rata-rata EQ siswa yang diperoleh dari hasil pretest EQ dan
postest EQ kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 4.2.

Rata Rata Nilai EQ Siswa Pretest dan Posttest


79.41
80.00 68.33
70.00
57.62
54.05
60.00
Rata-rata Eksperimen
50.00
Rata-rata kontrol
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Pretes EQ Postes EQ

Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Posttest EQ Siswa


Berdasarkan grafik nilai rata-rata pretest EQ dan postest EQ (gambar 4.2) yang
diperoleh dari tes EQ sebelum pembelajaran dan tes EQ setelah pembelajaran di
kelas eksperimen dan kontrol dapat diketahui bahwa EQ awal siswa di kelas
eksperimen dengan rata-rata 57,62 lebih tinggi dibanding pada EQ awal kelas kontrol
yaitu 54,05. Namun berbeda pada saat setelah pembelajaran hasil perolehan posttest
EQ kelas eksperimen lebih tinggi dengan rata-rata 79,41 dibandingkan dengan
posttest EQ kelas kontrol yang mengalami peningkatan hanya mencapai rata-rata
68,33.
Perolehan hasil nilai rata-rata EQ siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dijelaskan secara rinci melalui tabel score rata-rata pretest EQ dan
posttest EQ setiap indikator. Adapun perolehan score rata-rata pretest EQ dan
posttest EQ setiap indikator EQ dapat disajikan dalam grafik berikut.
Tabel 4.1 Score Rata-rata pretest EQ setiap indikator
Perlakuan Indikator EQ
Kelas 1 2 3 4 5
Eksperimen 58 61. 59.4 62 58.2
2
Kontrol 53.6 54. 55.8 54.6 55
2
Tabel 4.2 Score Rata-rata posttes EQ setiap indikator
Perlakuan Indikator EQ
Kelas 1 2 3 4 5
Eksperimen 79.8 81.6 82 82.2 82
Kontrol 76.6 78.2 80.6 78.6 78.8

Berdasarkan tabel hasil rata-rata pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen
dan kontrol dapat diketahui bahwa pada rata-rata pretest EQ kelas eksperimen untuk
indikator EQ 1 (Science), EQ 2 (Technology), EQ 3 (Engineering), EQ 4
(Mathematics) dan EQ 5 (Religius) memiliki nilai rata-rata pretest EQ yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata pretest EQ kelas kontrol. Sedangkan perolehan
Skor pretest untuk kelas eksperimen EQ 1 (Science), EQ 2 (Technology), EQ 3
(Engineering), EQ 4 (Mathematics) dan EQ 5 (Religius), skor tertinggi yaitu pada
indikator EQ 4 (Mathematics) dan skor EQ terendah ada pada indikator EQ 1
(Science). Perolehan skor pretest EQ untuk kelas kontrol skor tertinggi yaitu pada
indikator EQ 3 (Engineering) dan skor EQ terendah ada pada indikator EQ 1
(Science).
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(tabel 4.2) menunjukan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest EQ kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya dari
pada pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen dan kontrol. Sementara itu
perolehan posttest EQ tertinggi ada pada kelas eksperimen disebabkan penerapan
pembelajaran yang berbeda diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat dari nilai gain yang telah dinormalisasikan dengan nilai tidak melebihi skor 1.
Perolehan N-gain dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik berikut.
N-gain rata-rata kelas Eksperimen dan Kontrol

0.6 0.51

0.5 0.3100000000
00001
0.4 N-Gain
0.3
0.2
0.1
0
Eksperimen Kontrol

Gambar 4.3 Grafik N-gain hasil tes EQ


Hasil perolehan N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol pada (gambar
4.3) menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan EQ yang lebih
tinggi dibanding kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami rata-rata peningkatan
EQ sebesar 0,51 sedangkan pada kelas kontrol mengalami rata-rata peningkatan
sebesar 0,31. Kriteria diperoleh dari N-gain kelas eksperimen adalah sedang,
sedangkan kriteria untuk kelas kontrol adalah rendah. Berikut hasil peningkatan EQ
siswa setiap indikator EQ.

Grafik N-gain Setiap Indikator EQ


0.730000000
0.710000000
0.700000000
0.8 0.690000000
0.670000000
000001 000001
0.650000000
0.7 0.610000000000001
000002 000001 000002
000001
0.6 0.57 0.57
0.49
0.5 N-gaian kelas Eksperimen
0.4 N-gaian kelas Kontrol
N-Gain
0.3
0.2
0.1
0
EQ 1 EQ 2 EQ 3 EQ 4 EQ 5

Gambar 4.4 Grafik N-gain Setiap Indikator EQ


Grafik N-gain (4.4) diatas menunjukkan perbandingan peningkatan tes EQ siswa
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol pada setiap indikator EQ. Hasil N-gain pada
keseluruhan indikator meliputi indikator EQ 1 (Science), EQ 2 (Technology), EQ 3
(Engineering), EQ 4 (Mathematics) dan EQ 5 (Religius) baik pada kelas eksperimen
maupun kontrol mengalami peningkatan. Adapun peningkatan EQ setiap indikator
secara keseluruahan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa perolehan rata-rata N-gain
tertinggi pada kelas eksperimen yaitu indikator EQ 5 (Religius) mencapai 0,73
sedangkan peningkatan terendah yaitu pada indikator EQ 1 (Science) mencapai 0,57.
Peningkatan EQ tertinggi pada kelas kontrol yaitu pada indikator EQ 4
(Mathematics) dengan N-gain 0,69, sedangkan peningkatan EQ terendah yaitu pada
indikator EQ 1 (Science) mencapai 0,49.
b. Analisis Uji Statistik Peningkatan EQ Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Statistik berperan penting dalam penelitian yang digunakan untuk mengolah
data, pengujian hipotesis, penyusunan desain penelitian serta analisis data. Sebelum
menguji hipotesis akan dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan
homogenitas. Jika uji prasyarat sudah terpenuhi maka dapat dilakukan uji hipotesis
yaitu uji T jika sampel terdistribusi normal, jika ternyata data tidak terdistribusi
normal maka dapat dilakukan uji Mann Withney U dengan tingkat kepercayaan
mencapai 95% dan ɑ = 0.05.
1) Uji Statistik EQ Siswa
Peningkatan EQ siswa dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
software SPSS 21, meliputi prasyarat dan uji hipotesis. Adapun hasilnya sebagai
berikut.
a) Uji Prasyarat EQ
Perbedaan peningkatan hasil tes EQ siswa harus dianalisis untuk mengetahui
bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak sehingga harus diuji
normalitasnya, serta data yang diperoleh homogen atau tidak sehingga harus di uji
homogenitasnya. Jika sudah melakukan uji prasyarat maka bisa dilakukan uji
hipotesis.
Tabel 4.3 Hasil Uji Prasyarat N-gain Tes EQ
Data Kelas Uji Normalitas Uji
Homogenitas
Kolmogorov Shapiro
N-gain Eksperimen 0.200* 0.060 0.497
Kontrol 0.094 0.218 (Homogen)

Uji normalitas data N-gain pada kelas eksperimen diperoleh signifikansi sebesar
0.200* (kolmogorov) dan 0.060 (Shapiro) yang artinya data terdistribusi normal
karena lebih dari 0.05. Sedangkan N-gain pada kelas kontrol diperoleh signifikansi
0.094 (kolmogorov) dan 0.218 (Shapiro) yang berarti data terdistribusi normal
karena lebih dari 0.05. Perolehan uji homogenitas data N-gain mencapai 0.497
sehingga data N-gain tersebut homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat diketahui
bahwa data N-gain berditribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji parametik
yaitu uji Independent sample test
b) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian bertujuan untuk memberikan keputusan atas
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Uji hipotesis disesuaikan dengan data
yang telah diuji prasyarat, karena data berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji
Independent sample test. Hasil uji hipotesis untuk data N-gain dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis N-gain Tes EQ
Data Uji Hipotesis Signifikansi Keterangan
N-gain Independent sample test 0.000 Berbeda signifikan

Uji hipotesis dari data N-gain tersebut (tabel 4.4) menunjukkan hasil uji beda
dari data N-Gain secara umum. Nilai signifikansi N-Gain berdasarkan hasil Uji
Independent Sample Test sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan EQ siswa yang signifikan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Uji Statistik EQ untuk Setiap Indikator
Penelitian ini indikator EQ yang diukur sebanyak 5 indikator. Data yang diuji
untuk mengetahui peningkatan setiap indikator yantu data N-gain setiap indikator
EQ. Data N-gain tersebut dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis. Di bawah ini
adalah tabel hasil uji prasyarat untuk data N-gain setiap indikator EQ.
a) Uji Prasyarat
Setiap indikator EQ dianalisis untuk mengetahui peningkatan EQ siswa. Data
yang diuji merupakan data N-gain, adapun data tersebut harus melalui uji prasyarat
agar dapat dilakukan uji hipotesis. Berikut hasil uji prasyarat data N-gain.
Tabel 4.5 Uji Prasyarat N-gain Setiap Indikator EQ
Data Kelas Uji Normalitas Uji
Kolmogorov Shapiro Homogenitas
EQ 1 Eksperimen 0.200 0.172 0.313
Kontrol 0.218 0.141
EQ 2 Eksperimen 0.007 0.048 0.027
Kontrol 0.010 0.019
EQ 3 Eksperimen 0.029 0.013 0.002
Kontrol 0.000 0.000
EQ 4 Eksperimen 0.127 0.105
0.179
Kontrol 0.071 0.122
EQ 5 Eksperimen 0.007 0.001 0.003
Kontrol 0.000 0.000

Perolehan hasil Uji normalitas N-gain tersebut (tabel 4.5) menunjukan bahwa
untuk setiap indikator EQ baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara umum
tidak terdistribusi normal, Hal tersebut terjadi karena perolehan N-gain yang tidak
mencapai atau kurang dari 0.05. Kecuali pada indikator EQ 1 dan EQ 4 kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang terdistribusi normal karena nilai signifikansi lebih
dari 0.005. Adapun untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan uji Mann Whitney U
kecuali pada EQ 1 dan EQ 4 dilakukan uji Independent Sample Test.
Hasil analisis data uji homogenitas untuk setiap indikator EQ pada tabel (tabel
4.5) menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk setiap indikator berbeda-beda
secara umum ada dua indikator yang homogen yaitu pada EQ 1 dan EQ 4 dengan
perolehan signifikansi berada diatas 0.05 yang artinya homogen. Sementara untuk
indikator EQ 2, EQ 3 dan EQ 5 tidak homogen karena signifikansi kurang dari 0.05.
b) Uji Hipotesis
Peningkatan EQ siswa untuk setiap indikator EQ diuji dengan uji Mann Whitney
U dan uji Independent Sample Test. Berikut ini hasil uji hipotesis peningkatan EQ
setiap indikator.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis N-gain Setiap Indikator EQ
Data Uji Hipotesis Signifikans Keterangan
i
EQ 1 Independent Sample Test 0.004 Berbeda signifikan
EQ 2 Mann Whitney U 0.219 Tidak berbeda signifikan
EQ 3 Mann Whitney U 0.000 Berbeda signifikan
EQ 4 Independent Sample Test 0.008 Berbeda signifikan
EQ 5 Mann Whitney U 0.000 Berbeda signifikan

Hasil analisis uji hipotesis N-gain dari setiap indikator pada (tabel 4.6)
menunjukkan bahwa indikator EQ 1 (Science) menggunakan uji Independent Sample
Test dengan nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen
dan Gain Kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator EQ 2 (Technology) menggunakan uji Mann Whitney U dengan nilai
signifikan 0,219 lebih besar dari 0,05 sehingga Gain eksperimen dan Gain kontrol
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator 3 (Engineering) menggunakan Uji Mann Whitney U dengan nilai
Signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen dan Gain kontrol
terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator 4 (Mathematics) menggunakan Uji Independent Sample Test dengan
nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain eksperimen dan Gain
kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator EQ 5 (Religius) menggunakan Uji Mann Whitney U dengan nilai
Signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen dan Gain kontrol
terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan peningkatan EQ siswa pada setiap indikatornya antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kecuali pada indikator EQ 2 (Technology) tidak terdapat
perbedaan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen dengan
Kelas Kontrol
Penerapan STEM-R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kelas
eksperimen dalam pelaksanaannya siswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan
kontekstual yang diangkat dari masyarakat. Jadi pemahaman siswa tidak hanya teori
yang diberikan oleh guru melainkan siswa belajar menggali berbagai penyelesaian
untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengaitkannya dengan prilaku hidup
sehat sesuai ajaran islam serta mengaitkannya dengan nilai religius, sedangkan di
kelas kontrol pembelajaran tidak dikaitkan dengan permasalahan yang kontekstual.
a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tes sistem ekskresi yang diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol
memuat soal-soal yang sudah terintegrasi STEM-R. Adapun indikator STEM-R yang
digunakan dalam soal terdiri atas (Science, Technology, Engineering, Mathematics
dan Religius). Data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.5.
Nilai Rata-rata Pretest-Posttest
86.2
90
73.8
80
70
60 47.5 44.8 Kelas Eksperimen
50 Kelas Kontrol
Nilai

40
30
20
10
0
Pretes Posttes

Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Posttest


Berdasarkan grafik nilai rata-rata Pretest-Posttest siswa kelas eksperimen dan
kontrol (gambar 4.5) terlihat perbedaan yang sangat jelas. Pengetahuan awal kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan awal kelas kontrol. Rata-
rata pretest kelas eksperimen 47.5 sedangkan untuk rata-rata pretest kelas kontrol
adalah 44.8. Setelah pembelajaran selama masing-masing dua kali pertemuan
diadakan posttest dengan hasil untuk kedua kelas mengalami kenaikan. Hasil
posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata 86.2, sedangkan perolehan hasil
posttest pada kelas kontrol 73.8.
Perbedaan peningkatan hasil belajar anatar kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dapat dilihat dari perolehan N-gain pretest dan posttest. N-gaian yang
digunakan sudah dinormalisasi sehingga tidak ada N-gain yang melebihi skor 1.
Lebih jelasnya rata-rata N-gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
gambar 4.6.
Grafik N-gain Hasil Belajar Siswa
0.7400000000
00003
0.8
0.7 0.52
0.6
N-gain
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kelas Eksperimen kelas Kontrol

Gambar 4.6 Grafik N-gain Hasil Belajar Siswa


Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai N-gain kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Perolehan N-gain kelas eksperimen mencapai
rata-rata 0.74 dengan kriteria tinggi, untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata N-gain
0,52 sehingga termasuk ke dalam kriteria sedang, sehingga dengan demikian
peningkatan hasil tes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan.
b. Uji Statistik Hasil Belajar Siswa
Pengolahan data penelitian memerlukan uji statistik yang bertujuan untuk
menguji hipotesis. Sebelum uji hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat.
1) Uji Prasyarat Hasil Belajar Siswa
Data N-gain yang telah diperoleh dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas, setelah itu bisa dilakukan uji hipotesis. Uji prasyarat dan uji
hipotesis untuk hasil N-gain diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 21. Berikut
hasil uji yang telah dilakukan.
Tabel 4.7 Hasil Uji Prasyarat N-gain Hasil Belajar Siswa
Data Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas
Kolmogorov Shapiro
Eksperimen 0.156 0.359 0,064
Kontrol 0.112 0.174 Homogen

Berdasarkan hasil analisis uji normalitas Kolmogorov dan Shapiro diperoleh


nilai signifikansi untuk data analisis N-gain. Tabel 4.7 menyajikan hasil uji
normalitas dan uji homogenitas data N-gain pada tes soal sistem ekskresi manusia.
Hasil uji normalitas kolmogorov dan uji normalitas shapiro kelas eksperimen
menghasilkan nilai siginifikan 0,156 dan 0,359 sehingga data N-gain berdistribusi
normal karena lebih besar dari 0,050. Uji normalitas kolmogorov dan uji normalitas
shapiro kelas kontrol menghasilkan nilai signifikan 0,112 dan 0,174 sehingga data N-
gain berdistribusi normal karena lebih besar dari 0,050. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa data N-gain kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi
normal. Hasil uji homogenitas data N-gain menunjukkan data yang homogen karena
nilai sig. 0,064 > 0,05. Berdasarkan hasil uji prasyarat diketahui bahwa data N-gain
berditribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji parametik yaitu uji Independent
sample test.
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk menguji adanya perbedaan
peningkatan hasil belajar yang diambil dari data N-gain. Perbedaan peningkatan hasil
belajar siswa dilakukan melalui uji Independent sample test. Berikut ini hasil analisis
uji hipotesis data N-gain
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis N-gain Hasil Belajar Siswa
Data Uji Hipotesis Signifikansi Keterangan
N-gain Independent sample test 0.000 Berbeda Signifikan

Uji hipotesis dari data N-gain tersebut (tabel 4.8) menunjukkan hasil uji beda
dari data N-Gain secara umum. Nilai signifikasi N-Gain berdasarkan hasil uji
Independent sample test sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Hasil
tersebut membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diterapkan pendekatan STEM-
R dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
yang diterapkan metode ceramah dan diskusi.
PEMBAHASAN EQ
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi sehingga dapat
melatih aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Keberhasilan siswa dalam
pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu
faktor internal yang mempengaruhi prestasi seseorang adalah kecerdasan. Menurut
Slameto (2010) kecerdasan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan
keberhasilan belajar siswa. Kecerdasan terdiri dari tiga hal yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan
tersebut harus dimiliki setiap orang karena dapat menunjukkan kualitas seseorang.
Kecerdasan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang terlihat dari tindakan
dan cara pemecahan masalah (Sabri, 2007: 116). Jadi kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk berpikir rasional dalam menghadapi berbagai tantangan. Salah satu
kecerdasan yang penting dimiliki seseorang adalah Kecerdasan Emosional (EQ).
Kecerdasan orang secara intelektual dan emosional harus dibarengi dengan emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Kecerdasan Emosional (EQ). Menurut
(Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam mengelola emosi dalam
diri lebih dikenal dengan kecerdasan emosional (KE). Kecerdasan emosional dinilai
memiliki peran yang cukup tinggi dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari data pretes EQ siswa yang telah
dianalisis dan diuji statistik. Berdasarkan grafik rata-rata pretes EQ siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol (gambar 4.2) menunjukkan bahwa EQ awal siswa kelas
eksperimen serta kelas kontrol berbeda. EQ awal siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan EQ awal kelas kontrol. Hal tersebut menggambarkan bahwa keadaan
EQ siswa setiap orangnya dapat berbeda. EQ awal memberikan suatu gambaran
kecerdasan personal yang terbentuk sebagai modal untuk dapat meningkatkan EQ
agar lebih baik terutama agar siswa memahami setiap proses pembelajaran di sekolah
dan lebih peka terhadap apa yang ada di lingkungan.
Perolehan tes awal EQ siswa ini perlu ditingkatkan lagi baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Adapun soal-soal dalam angket EQ ini terkait dengan sikap
terhadap proses pembelajaran STEM-R dan pengaplikasiannya setelah mempelajari
materi sistem ekskresi. Perolehan hasil tes EQ awal masih belum maksimal karena
kedua kelas sama-sama belum melewati pembelajaran mengenai sistem ekskresi,
sebab soal-soal didalam angket terkait dengan pembelajaran yang memang belum
dialami siswa sehingga hasilnya perlu ditingkatkan lagi.
Berdasarkan data tersebut pada dasarnya perolehan EQ pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol perlu ditingkatkan lagi salah satunya melalui proses pembelajaran.
Agar siswa memiliki dorongan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam belajar
dikelas. Karena EQ menunjukkan kualitas dalam diri seseorang, orang yang mampu
mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Cara belajar yang menyenangkan di kelas membuat siswa tidak tertekan atau ada
beban selama belajar di sekolah.
Pengukuran EQ siswa dalam penelitian ini sudah sesuai dengan indikator EQ.
Berkaitan dengan kecerdasan emosional, menurut Goleman (2000: 46) terdapat lima
aspek diantaranya yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang
lain. Berdasarkan lima aspek penelitian terdapat indikator STEM-R yaitu Science,
Technology, Engineering, Mathematics dan Religius.
Masih perlu ditingkatkan EQ siswa diawal pemebelajaran pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol dapat dipengaruhi oleh berbabgai faktor internal dan eksternal.
Faktor internal minat dan motivasi diri seseorang untuk mengikuti pembelajaran.
Menurut Slameto (2003) minat yaitu keinginan dalam diri dan dihubungkan dengan
kebutuhan diri sedangkan motivasi diri yaitu dorongan yang kuat dalam melakukan
sesuatu. Minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Sedangkan faktor eksternal yaitu
faktor yang berada diluar atau lingkungan, misalnya sarana prasarana yang memadai,
cara belajar guru yang bervariasi agar siswa tertarik untuk belajar.
Perolehan hasil posttest EQ meningkat baik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perolehan rata-rata posttest EQ kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol (gambar 4.2). Perbedaan perolehan hasil posttest EQ tersebut terjadi karena
perbedaan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan tersebut
karena siswa sudah melewati proses pembelajaran. Karena pada soal angket EQ
memuat kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan dan dikaitkan dengan materi
sistem ekskresi yang telah dipelajari oleh kedua kelas tersebut. Hasil posttest EQ
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi karena
telah diterapkan penerapan STEM-R. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah yang dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan hadits mampu
meningkatkan EQ siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran metode
ceramah dan diskusi.
Pembelajaran metode ceramah yang disertai diskusi pada kelas kontrol bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan proses belajar pada kelas eksperimen. Pembelajaran
pada kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah dan diskusi menunjukkan hasil
posttest EQ yang meningkat, namun peningkatannya lebih rendah dibandingkan
kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan motivasi belajar siswa kurang tergali
dengan baik. Karena pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi tidak
membuat semua siswa terlibat dalam pembelajaran.
Perolehan hasil posttest EQ pada kelas kontrol lebih rendah karena pembelajaran
yang berlangsung kurang merangsang siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan ruang untuk siswa
berkreatifitas dalam menunjukkan tugas yang terkait dengan materi sistem ekskresi.
Oleh karena itu, minat dan motivasi siswa untuk belajar juga kurang tergali dengan
baik. Karena proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor kurangnya minat
dan motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran menyebabkan EQ yang terbentuk
kurang tergali dengan baik.
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ setiap indikator EQ pada kelas eksperimen
dan kontrol (tabel 4.2) menunjukkan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest
EQ kelas eksperimen dan kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya pada
kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelas yang diterapkan
pembelajaran STEM-R yang dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan hadits jauh lebih
baik, sebagai salah satu cara meningkatkan EQ siswa jika dibandingkan dengan
pembelajaran metode ceramah dan diskusi.
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(tabel 4.2) menunjukan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest EQ kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya dari
pada pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen dan kontrol. Sementara itu
perolehan posttest EQ tertinggi ada pada kelas eksperimen disebabkan penerapan
pembelajaran yang berbeda diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peningkatan hasil tes EQ siswa dapat dilihat dari perolehan nilai N-gain yang
dihasilkan dari selisih nilai prestest EQ dan posttest EQ kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berdasarkan grafik perolehan nilai N-gain (gambar 4.3) menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan EQ yang lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil rata-rata N-gain yang telah diperoleh
dilakukan uji hipotesis dengan uji Independent sample test dengan hasil terdapat
perbedaan peningkatan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan EQ siswa tersebut terjadi karena perbedaan perlakuan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran STEM-R mampu membuat
siswa semangat untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa mampu melatih
kesabaran dengan mengerjakan tugas penyelidikan yang harus diselesaikan. Siswa
memahami permasalahan yang ada dikaitkan dengan Al-qur’an dan hadits. Sehingga
langkah-langkah pembelajaran yang dilalui siswa membangun EQ siswa lebih baik
dibandingkan kelas kontrol.
Perolehan nilai N-gain untuk setiap indikator EQ yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan peningkatan indikator
EQ antara kelas eksperimen dan kontrol. Adapun hasil uji Mann Whitney U dan uji
Independent sample test (tabel 4.6) menunjukkan bahwa secara keseluruhan semua
indikator EQ menunjukkan hasil yang berbeda signifikan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hanya satu indikator yang menunjukkan tidak berbeda signifikan
yaitu indikator EQ 2 (Technology).
Berdasarkan grafik hasil N-gain setiap indikator EQ (gambar 4.4) menunjukkan
bahwa peningkatan EQ tertinggi pada kelas eksperimen yaitu indikator EQ 5
(Religius), sedangkan peningkatan terendah yaitu pada indikator EQ 1 (Science).
Karena dalam STEM-R harus mencari solusi setiap permasalahan yang diselidiki
terkait materi sistem ekskresi yang dikaitkan dengan Al-qur’an dan hadits. Adapun
grafik hasil N-gain setiap indikator EQ kelas kontrol menunjukkan bahwa
peningkatan EQ yaitu indikator EQ 4 (Mathematics), sedangkan peningkatan EQ
terendah yaitu pada indikator EQ 1 (Science). Kecerdasan emosional adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat oleh penelitian
(Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam mengelola emosi dalam
diri lebih dikenal dengan kecerdasan emosional (KE). Kecerdasan emosi dinilai
memiliki peran yang cukup tinggi dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
PEMBAHASAN HASIL BELAJAR
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
informasi sehingga dapat merubah prilaku seseorang. Hasil dari aktifitas belajar
mengajar di sekolah salah satunya adalah nilai hasil tes yang merupakan pengukuran
keberhasilan pembelajaran dari aspek kognitif. Sebenarnya hasil belajar meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Hasil pengukuran EQ siswa adalah
salah satu hasil belajar siswa dari aspek afektif, sedangkan aspek psikomotor dapat
berupa tugas diskusi kelompok, tugas penyelidikan kelompok seperti pada penerapan
STEM-R dalam penelitian ini. Adapun hasil belajar dari aspek kognitif diukur
melalui pretest dan postest terkait sistem ekskresi.
Slameto (2010), mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan suatu tindakan
evaluasi yang dapat terungkap dalam beberapa aspek yaitu aspek proses berpikir
(cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya seperti aspek
nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain)
yang tertanam pada diri setiap individu peserta didik. Menurut Widodo (2013)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan bentuk perbuatan, pembentukan nilai,
pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.
Selanjutnya Winataputra (2007), mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
objek penilaian kelas yang berupa pengetahuan dan kemampuan baru yang diperoleh
peserta didik setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan Pendidikan
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Data mengenai hasil belajar peserta didik didapatkan dari hasil Pretest dan
Posttes di kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sebelum pembelajaran dan setelah
pembelajaran diberikan. Pretest dan Posttes ini diberikan dengan acara objektif yaitu
berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal yang berkaitan dengan sistem
ekskresi manusia dan dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan Hadist. Soal tersebut
merupakan hasil dari validasi sebelum terjun kelapangan untuk penelitian. Penerapan
pendekatan STEM-R ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan
pada keaktifan siswa atau students center dan pengintegrasian nilai salah satunya
adalah nilai imtaq sebagai perwujudan dari Kompetensi inti 1.
Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari grafik rata-rata nilai pretes (gambar
4.5) terlihat perbedaan bahwa pengetahuan awal kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan pengetahuan awal kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena
pengetahuan konsep awal siswa mengenai sistem ekskresi pada kelas eksperimen dan
kontrol berbeda. Hasil pretest untuk kedua kelas tersebut menunjukkan masih
dibawah kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Biologi di MAN 1 Cirebon.
Berdasarkan perolehan hasil pretest tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan
siswa terkait sistem ekskresi masih kurang. Sehingga perlu untuk meningkatkan hasil
belajar siswa salah satunya dengan penerapan STEM-R. Melalui penerapan STEM-R
siswa diajak diberikan permasalahan kontekstual. Permasalahan terkait materi sistem
ekskresi yang dikaitkan dengan pola hidup sehat sesuai ajaran islam.
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masih sangat
rendah, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam diri meliputi kecerdasan, bakat, minat dan motovasi siswa
untuk belajar. Sedangkan menurut Syah (1996: 130) terdiri dari lingkungan sosial
meliputi guru, staff administrasi, teman sekelas dan masyarakat. Lingukungan non
sosial seperti sarana prasarana, pengelolaan pembelajaran dan waktu belajar. Faktor
dalam diri bisa pengaruhi oleh keadaan EQ siswa, sedangkan faktor eksternal secara
umum sarana untuk kegiatan belajar mengajar di MAN 1 Cirebon sudah lengkap dan
baik. Namun pengelolaan pembelajaran di kelas masih belum bervariasi, untuk itu
perlu diterapkannya pembelajaran STEM-R.
Hasil tes setelah pembelajaran materi sistem ekskresi dapat dilihat dari grafik
rata-rata posttest (gambar 4.5). Hasil posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman
siswa terhadap materi sistem ekskresi yang diberikan pada kelas eksperimen terdapat
pembelajaran STEM-R. Berbeda dengan hasil perolehan kelas kontrol, meskipun
sama-sama meningkat tapi peningkatannya tidak setinggi kelas eksperimen. Hasil
posttest yang diberikan untuk kedua kelas juga telah mencapai indikator pencapaian
kompetensi, tetapi pada kelas kontrol masih ada beberapa siswa yang belum tercapai.
Pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol sama-sama terdapat diskusi
sehingga mendorong siswa lebih aktif, melatih kerjasama dan komunikasi siswa, tapi
pada kelas eksperimen diskusi yang dilakukan berdasarkan permasalahan, sehingga
siswa dalam menjawab setiap pertanyaan harus terlebih dahulu melakukan
penyelidikan kelompok, terlebih siswa harus bisa menemukan konsep keterkaitan
masalah dengan nilai-nilai imtaq yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Oleh
karena itu pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.
Melalui pemebelajaran berdasarkan masalah siswa diarahkan untuk menemukan
penyelesaian masalah yang terdapat pada LKS, siswa harus mampu melakukan tugas
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kemudian mengevaluasi
hasil proses pemecahan masalah. Sehingga siswa bersama kelompoknya harus bisa
mandiri dalam menyelesaikan masalah tersebut, serta membutuhkan pemahaman
yang lebih untuk dapat memahami permasalahan dengan tepat. Itulah alasan
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen meningkat dibanding kelas
kontrol.
Berdasarkan data hasil posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dapat diketahui bahwa penerapan STEM-R sangat berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa dibandingkan kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah dan
diskusi. Menurut Anitah (2001) metode ceramah adalah metode yang lebih dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Artinya
siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan.
Dalam hal ini secara tidak langsung pemebelajaran menggunakan metode ceramah
membuat siswa mudah bosan karena bersifat monoton. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran STEM-R lebih efektif untuk diterapkan ke dalam pembelajaran
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif
jika dibandingkan dengan pembelajaran metode ceramah dan diskusi.
Kelas Eksperimen menunjukkan rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,72 dan rata-rata
nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 0,52. Hal tersebut menunjukkan perbedaan hasil
belajar siswa. Pembelajaran pendekatan STEM-R pada kelas Eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran konvensional.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari pencapaian N-gain untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perolehan N-gain tersebut dianalisis dengan uji
Independent sample test dengan hasil terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keberhasilan dalam
penerapan pendekatan STEM-R yang dikaitkan dengan ayat Al-Qur’an dan hadits ini
menunjukkan daya serap siswa terhadap materi sistem ekskresi membuat siswa lebih
memahami keterkaitan antara sistem ekskresi dengan pola hidup sesuai ajaran islam.
Melalui pendekatan STEM-R siswa belajar untuk memahami masalah, menyelidiki
setiap point-point penting untuk memperoleh jawaban, siswa mampu menuangkan
ide baru dan pembelajaran ini memberikan inovasi karena materi sistem ekskresi
tidak bertentangan dengan nilai-nilai imtaq.
Indikator memiliki visi dikaitkan dengan pembelajaran sistem ekskresi yaitu
membuktikan bahwa dalam penciptaan sistem ekskresi pasti memiliki tujuan tertentu
salah satunya proses pembuangan zat sisa yang bersifat racun yang harus dikeluarkan
oleh tubuh karena akan sangat berbahaya jika tidak dikeluarkan. Adapun pola hidup
sehat seperti perintah berolahraga, berpuasa, larangan tidur setelah makan, senantiasa
berwudhu merupakan ajaran agama islam yang sebenarnya dapat menjadikan sistem
ekskresi sehat. Siswa yang berhasil dalam pembelajaran ini maka dapat menerapkan
pola hidup sehat. Siswa harus memiliki visi hidup salah satunya adalah untuk hidup
sehat. Melalui pembelajaran ini maka dapat membentuk visi setiap siswa.
Indikator merasakan kehadiran Allah yang diterapkan dalam pembelajaran ini
mampu mengajak siswa untuk mentafakuri atas ciptaan Allah salah satunya sistem
ekskresi. Sistem ekskresi adalah salah satu wujud kebesaran Allah yang diciptakan
untuk kelangsungan hidup manusia. Pada indikator ini siswa diberikan kesempatan
berpikir bahwa kuasa Allah tidak ada tandingannya. Atas penciptaan organ-organ
ekskresi membuat siswa semakin mensyukuri atas kelengkapan jasmani bagi setiap
manusia yang memilikinya. Hal tersebut hendaknya diterapkan dalam pembelajaran
sehingga siswa akan terus belajar untuk memperoleh ilmu yang begitu luas. Karena
Allah selalu menyertai dari setiap aktivitas yang dilakukan.
Indikator sabar yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa belajar
memiliki waktu dan membutuhkan proses. Adapun setiap tugas berdasarkan masalah
dalam hal ini adalah proses yang harus dilalui, agar siswa paham terhadap materi dan
menerapkannya dalam kehidupan. Hal tersebut merupakan salah satu karakter atau
pendidikan nilai yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan STEM-R memang logis berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selain
itu, materi yang ada dalam Biologi tidak hanya berbatas pada pengetahuan semata,
melainkan aspek-aspek nilai Islami yang terdapat dalam konsep sistem ekskresi yang
akan memberikan dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan STEM-R mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi di kelas XI MIA 6
MAN 1 Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai