Pert 1
92 91 Pert 2
90
88
86
Akt 1 Akt 2 Akt 3 Akt 4 Akt 5 Akt 6 Akt 7 Akt 8 Akt 9
Berdasarkan tabel hasil rata-rata pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen
dan kontrol dapat diketahui bahwa pada rata-rata pretest EQ kelas eksperimen untuk
indikator EQ 1 (Science), EQ 2 (Technology), EQ 3 (Engineering), EQ 4
(Mathematics) dan EQ 5 (Religius) memiliki nilai rata-rata pretest EQ yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata pretest EQ kelas kontrol. Sedangkan perolehan
Skor pretest untuk kelas eksperimen EQ 1 (Science), EQ 2 (Technology), EQ 3
(Engineering), EQ 4 (Mathematics) dan EQ 5 (Religius), skor tertinggi yaitu pada
indikator EQ 4 (Mathematics) dan skor EQ terendah ada pada indikator EQ 1
(Science). Perolehan skor pretest EQ untuk kelas kontrol skor tertinggi yaitu pada
indikator EQ 3 (Engineering) dan skor EQ terendah ada pada indikator EQ 1
(Science).
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(tabel 4.2) menunjukan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest EQ kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya dari
pada pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen dan kontrol. Sementara itu
perolehan posttest EQ tertinggi ada pada kelas eksperimen disebabkan penerapan
pembelajaran yang berbeda diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat dari nilai gain yang telah dinormalisasikan dengan nilai tidak melebihi skor 1.
Perolehan N-gain dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik berikut.
N-gain rata-rata kelas Eksperimen dan Kontrol
0.6 0.51
0.5 0.3100000000
00001
0.4 N-Gain
0.3
0.2
0.1
0
Eksperimen Kontrol
Uji normalitas data N-gain pada kelas eksperimen diperoleh signifikansi sebesar
0.200* (kolmogorov) dan 0.060 (Shapiro) yang artinya data terdistribusi normal
karena lebih dari 0.05. Sedangkan N-gain pada kelas kontrol diperoleh signifikansi
0.094 (kolmogorov) dan 0.218 (Shapiro) yang berarti data terdistribusi normal
karena lebih dari 0.05. Perolehan uji homogenitas data N-gain mencapai 0.497
sehingga data N-gain tersebut homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat diketahui
bahwa data N-gain berditribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji parametik
yaitu uji Independent sample test
b) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian bertujuan untuk memberikan keputusan atas
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Uji hipotesis disesuaikan dengan data
yang telah diuji prasyarat, karena data berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji
Independent sample test. Hasil uji hipotesis untuk data N-gain dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis N-gain Tes EQ
Data Uji Hipotesis Signifikansi Keterangan
N-gain Independent sample test 0.000 Berbeda signifikan
Uji hipotesis dari data N-gain tersebut (tabel 4.4) menunjukkan hasil uji beda
dari data N-Gain secara umum. Nilai signifikansi N-Gain berdasarkan hasil Uji
Independent Sample Test sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan EQ siswa yang signifikan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Uji Statistik EQ untuk Setiap Indikator
Penelitian ini indikator EQ yang diukur sebanyak 5 indikator. Data yang diuji
untuk mengetahui peningkatan setiap indikator yantu data N-gain setiap indikator
EQ. Data N-gain tersebut dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis. Di bawah ini
adalah tabel hasil uji prasyarat untuk data N-gain setiap indikator EQ.
a) Uji Prasyarat
Setiap indikator EQ dianalisis untuk mengetahui peningkatan EQ siswa. Data
yang diuji merupakan data N-gain, adapun data tersebut harus melalui uji prasyarat
agar dapat dilakukan uji hipotesis. Berikut hasil uji prasyarat data N-gain.
Tabel 4.5 Uji Prasyarat N-gain Setiap Indikator EQ
Data Kelas Uji Normalitas Uji
Kolmogorov Shapiro Homogenitas
EQ 1 Eksperimen 0.200 0.172 0.313
Kontrol 0.218 0.141
EQ 2 Eksperimen 0.007 0.048 0.027
Kontrol 0.010 0.019
EQ 3 Eksperimen 0.029 0.013 0.002
Kontrol 0.000 0.000
EQ 4 Eksperimen 0.127 0.105
0.179
Kontrol 0.071 0.122
EQ 5 Eksperimen 0.007 0.001 0.003
Kontrol 0.000 0.000
Perolehan hasil Uji normalitas N-gain tersebut (tabel 4.5) menunjukan bahwa
untuk setiap indikator EQ baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara umum
tidak terdistribusi normal, Hal tersebut terjadi karena perolehan N-gain yang tidak
mencapai atau kurang dari 0.05. Kecuali pada indikator EQ 1 dan EQ 4 kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang terdistribusi normal karena nilai signifikansi lebih
dari 0.005. Adapun untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan uji Mann Whitney U
kecuali pada EQ 1 dan EQ 4 dilakukan uji Independent Sample Test.
Hasil analisis data uji homogenitas untuk setiap indikator EQ pada tabel (tabel
4.5) menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk setiap indikator berbeda-beda
secara umum ada dua indikator yang homogen yaitu pada EQ 1 dan EQ 4 dengan
perolehan signifikansi berada diatas 0.05 yang artinya homogen. Sementara untuk
indikator EQ 2, EQ 3 dan EQ 5 tidak homogen karena signifikansi kurang dari 0.05.
b) Uji Hipotesis
Peningkatan EQ siswa untuk setiap indikator EQ diuji dengan uji Mann Whitney
U dan uji Independent Sample Test. Berikut ini hasil uji hipotesis peningkatan EQ
setiap indikator.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis N-gain Setiap Indikator EQ
Data Uji Hipotesis Signifikans Keterangan
i
EQ 1 Independent Sample Test 0.004 Berbeda signifikan
EQ 2 Mann Whitney U 0.219 Tidak berbeda signifikan
EQ 3 Mann Whitney U 0.000 Berbeda signifikan
EQ 4 Independent Sample Test 0.008 Berbeda signifikan
EQ 5 Mann Whitney U 0.000 Berbeda signifikan
Hasil analisis uji hipotesis N-gain dari setiap indikator pada (tabel 4.6)
menunjukkan bahwa indikator EQ 1 (Science) menggunakan uji Independent Sample
Test dengan nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen
dan Gain Kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator EQ 2 (Technology) menggunakan uji Mann Whitney U dengan nilai
signifikan 0,219 lebih besar dari 0,05 sehingga Gain eksperimen dan Gain kontrol
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator 3 (Engineering) menggunakan Uji Mann Whitney U dengan nilai
Signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen dan Gain kontrol
terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator 4 (Mathematics) menggunakan Uji Independent Sample Test dengan
nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain eksperimen dan Gain
kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.
Indikator EQ 5 (Religius) menggunakan Uji Mann Whitney U dengan nilai
Signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Gain Eksperimen dan Gain kontrol
terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan peningkatan EQ siswa pada setiap indikatornya antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kecuali pada indikator EQ 2 (Technology) tidak terdapat
perbedaan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen dengan
Kelas Kontrol
Penerapan STEM-R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kelas
eksperimen dalam pelaksanaannya siswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan
kontekstual yang diangkat dari masyarakat. Jadi pemahaman siswa tidak hanya teori
yang diberikan oleh guru melainkan siswa belajar menggali berbagai penyelesaian
untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengaitkannya dengan prilaku hidup
sehat sesuai ajaran islam serta mengaitkannya dengan nilai religius, sedangkan di
kelas kontrol pembelajaran tidak dikaitkan dengan permasalahan yang kontekstual.
a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tes sistem ekskresi yang diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol
memuat soal-soal yang sudah terintegrasi STEM-R. Adapun indikator STEM-R yang
digunakan dalam soal terdiri atas (Science, Technology, Engineering, Mathematics
dan Religius). Data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.5.
Nilai Rata-rata Pretest-Posttest
86.2
90
73.8
80
70
60 47.5 44.8 Kelas Eksperimen
50 Kelas Kontrol
Nilai
40
30
20
10
0
Pretes Posttes
Uji hipotesis dari data N-gain tersebut (tabel 4.8) menunjukkan hasil uji beda
dari data N-Gain secara umum. Nilai signifikasi N-Gain berdasarkan hasil uji
Independent sample test sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Hasil
tersebut membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diterapkan pendekatan STEM-
R dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
yang diterapkan metode ceramah dan diskusi.
PEMBAHASAN EQ
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi sehingga dapat
melatih aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Keberhasilan siswa dalam
pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu
faktor internal yang mempengaruhi prestasi seseorang adalah kecerdasan. Menurut
Slameto (2010) kecerdasan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan
keberhasilan belajar siswa. Kecerdasan terdiri dari tiga hal yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan
tersebut harus dimiliki setiap orang karena dapat menunjukkan kualitas seseorang.
Kecerdasan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang terlihat dari tindakan
dan cara pemecahan masalah (Sabri, 2007: 116). Jadi kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk berpikir rasional dalam menghadapi berbagai tantangan. Salah satu
kecerdasan yang penting dimiliki seseorang adalah Kecerdasan Emosional (EQ).
Kecerdasan orang secara intelektual dan emosional harus dibarengi dengan emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Kecerdasan Emosional (EQ). Menurut
(Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam mengelola emosi dalam
diri lebih dikenal dengan kecerdasan emosional (KE). Kecerdasan emosional dinilai
memiliki peran yang cukup tinggi dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari data pretes EQ siswa yang telah
dianalisis dan diuji statistik. Berdasarkan grafik rata-rata pretes EQ siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol (gambar 4.2) menunjukkan bahwa EQ awal siswa kelas
eksperimen serta kelas kontrol berbeda. EQ awal siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan EQ awal kelas kontrol. Hal tersebut menggambarkan bahwa keadaan
EQ siswa setiap orangnya dapat berbeda. EQ awal memberikan suatu gambaran
kecerdasan personal yang terbentuk sebagai modal untuk dapat meningkatkan EQ
agar lebih baik terutama agar siswa memahami setiap proses pembelajaran di sekolah
dan lebih peka terhadap apa yang ada di lingkungan.
Perolehan tes awal EQ siswa ini perlu ditingkatkan lagi baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Adapun soal-soal dalam angket EQ ini terkait dengan sikap
terhadap proses pembelajaran STEM-R dan pengaplikasiannya setelah mempelajari
materi sistem ekskresi. Perolehan hasil tes EQ awal masih belum maksimal karena
kedua kelas sama-sama belum melewati pembelajaran mengenai sistem ekskresi,
sebab soal-soal didalam angket terkait dengan pembelajaran yang memang belum
dialami siswa sehingga hasilnya perlu ditingkatkan lagi.
Berdasarkan data tersebut pada dasarnya perolehan EQ pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol perlu ditingkatkan lagi salah satunya melalui proses pembelajaran.
Agar siswa memiliki dorongan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam belajar
dikelas. Karena EQ menunjukkan kualitas dalam diri seseorang, orang yang mampu
mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Cara belajar yang menyenangkan di kelas membuat siswa tidak tertekan atau ada
beban selama belajar di sekolah.
Pengukuran EQ siswa dalam penelitian ini sudah sesuai dengan indikator EQ.
Berkaitan dengan kecerdasan emosional, menurut Goleman (2000: 46) terdapat lima
aspek diantaranya yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang
lain. Berdasarkan lima aspek penelitian terdapat indikator STEM-R yaitu Science,
Technology, Engineering, Mathematics dan Religius.
Masih perlu ditingkatkan EQ siswa diawal pemebelajaran pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol dapat dipengaruhi oleh berbabgai faktor internal dan eksternal.
Faktor internal minat dan motivasi diri seseorang untuk mengikuti pembelajaran.
Menurut Slameto (2003) minat yaitu keinginan dalam diri dan dihubungkan dengan
kebutuhan diri sedangkan motivasi diri yaitu dorongan yang kuat dalam melakukan
sesuatu. Minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Sedangkan faktor eksternal yaitu
faktor yang berada diluar atau lingkungan, misalnya sarana prasarana yang memadai,
cara belajar guru yang bervariasi agar siswa tertarik untuk belajar.
Perolehan hasil posttest EQ meningkat baik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perolehan rata-rata posttest EQ kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol (gambar 4.2). Perbedaan perolehan hasil posttest EQ tersebut terjadi karena
perbedaan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan tersebut
karena siswa sudah melewati proses pembelajaran. Karena pada soal angket EQ
memuat kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan dan dikaitkan dengan materi
sistem ekskresi yang telah dipelajari oleh kedua kelas tersebut. Hasil posttest EQ
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi karena
telah diterapkan penerapan STEM-R. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah yang dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan hadits mampu
meningkatkan EQ siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran metode
ceramah dan diskusi.
Pembelajaran metode ceramah yang disertai diskusi pada kelas kontrol bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan proses belajar pada kelas eksperimen. Pembelajaran
pada kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah dan diskusi menunjukkan hasil
posttest EQ yang meningkat, namun peningkatannya lebih rendah dibandingkan
kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan motivasi belajar siswa kurang tergali
dengan baik. Karena pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi tidak
membuat semua siswa terlibat dalam pembelajaran.
Perolehan hasil posttest EQ pada kelas kontrol lebih rendah karena pembelajaran
yang berlangsung kurang merangsang siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan ruang untuk siswa
berkreatifitas dalam menunjukkan tugas yang terkait dengan materi sistem ekskresi.
Oleh karena itu, minat dan motivasi siswa untuk belajar juga kurang tergali dengan
baik. Karena proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor kurangnya minat
dan motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran menyebabkan EQ yang terbentuk
kurang tergali dengan baik.
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ setiap indikator EQ pada kelas eksperimen
dan kontrol (tabel 4.2) menunjukkan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest
EQ kelas eksperimen dan kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya pada
kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelas yang diterapkan
pembelajaran STEM-R yang dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan hadits jauh lebih
baik, sebagai salah satu cara meningkatkan EQ siswa jika dibandingkan dengan
pembelajaran metode ceramah dan diskusi.
Perolehan hasil rata-rata posttest EQ pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(tabel 4.2) menunjukan hasil yang meningkat. Nilai rata-rata posttest EQ kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk 5 indikator mengalami peningkatan. Secara
umum perolehan hasil posttest EQ setiap indikator lebih tinggi perolehannya dari
pada pretest EQ (tabel 4.1) pada kelas eksperimen dan kontrol. Sementara itu
perolehan posttest EQ tertinggi ada pada kelas eksperimen disebabkan penerapan
pembelajaran yang berbeda diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peningkatan hasil tes EQ siswa dapat dilihat dari perolehan nilai N-gain yang
dihasilkan dari selisih nilai prestest EQ dan posttest EQ kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berdasarkan grafik perolehan nilai N-gain (gambar 4.3) menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan EQ yang lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil rata-rata N-gain yang telah diperoleh
dilakukan uji hipotesis dengan uji Independent sample test dengan hasil terdapat
perbedaan peningkatan EQ siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan EQ siswa tersebut terjadi karena perbedaan perlakuan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran STEM-R mampu membuat
siswa semangat untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa mampu melatih
kesabaran dengan mengerjakan tugas penyelidikan yang harus diselesaikan. Siswa
memahami permasalahan yang ada dikaitkan dengan Al-qur’an dan hadits. Sehingga
langkah-langkah pembelajaran yang dilalui siswa membangun EQ siswa lebih baik
dibandingkan kelas kontrol.
Perolehan nilai N-gain untuk setiap indikator EQ yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan peningkatan indikator
EQ antara kelas eksperimen dan kontrol. Adapun hasil uji Mann Whitney U dan uji
Independent sample test (tabel 4.6) menunjukkan bahwa secara keseluruhan semua
indikator EQ menunjukkan hasil yang berbeda signifikan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hanya satu indikator yang menunjukkan tidak berbeda signifikan
yaitu indikator EQ 2 (Technology).
Berdasarkan grafik hasil N-gain setiap indikator EQ (gambar 4.4) menunjukkan
bahwa peningkatan EQ tertinggi pada kelas eksperimen yaitu indikator EQ 5
(Religius), sedangkan peningkatan terendah yaitu pada indikator EQ 1 (Science).
Karena dalam STEM-R harus mencari solusi setiap permasalahan yang diselidiki
terkait materi sistem ekskresi yang dikaitkan dengan Al-qur’an dan hadits. Adapun
grafik hasil N-gain setiap indikator EQ kelas kontrol menunjukkan bahwa
peningkatan EQ yaitu indikator EQ 4 (Mathematics), sedangkan peningkatan EQ
terendah yaitu pada indikator EQ 1 (Science). Kecerdasan emosional adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat oleh penelitian
(Bahtiar, 2009) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam mengelola emosi dalam
diri lebih dikenal dengan kecerdasan emosional (KE). Kecerdasan emosi dinilai
memiliki peran yang cukup tinggi dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
PEMBAHASAN HASIL BELAJAR
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
informasi sehingga dapat merubah prilaku seseorang. Hasil dari aktifitas belajar
mengajar di sekolah salah satunya adalah nilai hasil tes yang merupakan pengukuran
keberhasilan pembelajaran dari aspek kognitif. Sebenarnya hasil belajar meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Hasil pengukuran EQ siswa adalah
salah satu hasil belajar siswa dari aspek afektif, sedangkan aspek psikomotor dapat
berupa tugas diskusi kelompok, tugas penyelidikan kelompok seperti pada penerapan
STEM-R dalam penelitian ini. Adapun hasil belajar dari aspek kognitif diukur
melalui pretest dan postest terkait sistem ekskresi.
Slameto (2010), mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan suatu tindakan
evaluasi yang dapat terungkap dalam beberapa aspek yaitu aspek proses berpikir
(cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya seperti aspek
nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain)
yang tertanam pada diri setiap individu peserta didik. Menurut Widodo (2013)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan bentuk perbuatan, pembentukan nilai,
pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.
Selanjutnya Winataputra (2007), mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
objek penilaian kelas yang berupa pengetahuan dan kemampuan baru yang diperoleh
peserta didik setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan Pendidikan
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Data mengenai hasil belajar peserta didik didapatkan dari hasil Pretest dan
Posttes di kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sebelum pembelajaran dan setelah
pembelajaran diberikan. Pretest dan Posttes ini diberikan dengan acara objektif yaitu
berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal yang berkaitan dengan sistem
ekskresi manusia dan dikaitkan dengan ayat Al-qur’an dan Hadist. Soal tersebut
merupakan hasil dari validasi sebelum terjun kelapangan untuk penelitian. Penerapan
pendekatan STEM-R ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan
pada keaktifan siswa atau students center dan pengintegrasian nilai salah satunya
adalah nilai imtaq sebagai perwujudan dari Kompetensi inti 1.
Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari grafik rata-rata nilai pretes (gambar
4.5) terlihat perbedaan bahwa pengetahuan awal kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan pengetahuan awal kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena
pengetahuan konsep awal siswa mengenai sistem ekskresi pada kelas eksperimen dan
kontrol berbeda. Hasil pretest untuk kedua kelas tersebut menunjukkan masih
dibawah kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Biologi di MAN 1 Cirebon.
Berdasarkan perolehan hasil pretest tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan
siswa terkait sistem ekskresi masih kurang. Sehingga perlu untuk meningkatkan hasil
belajar siswa salah satunya dengan penerapan STEM-R. Melalui penerapan STEM-R
siswa diajak diberikan permasalahan kontekstual. Permasalahan terkait materi sistem
ekskresi yang dikaitkan dengan pola hidup sehat sesuai ajaran islam.
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masih sangat
rendah, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam diri meliputi kecerdasan, bakat, minat dan motovasi siswa
untuk belajar. Sedangkan menurut Syah (1996: 130) terdiri dari lingkungan sosial
meliputi guru, staff administrasi, teman sekelas dan masyarakat. Lingukungan non
sosial seperti sarana prasarana, pengelolaan pembelajaran dan waktu belajar. Faktor
dalam diri bisa pengaruhi oleh keadaan EQ siswa, sedangkan faktor eksternal secara
umum sarana untuk kegiatan belajar mengajar di MAN 1 Cirebon sudah lengkap dan
baik. Namun pengelolaan pembelajaran di kelas masih belum bervariasi, untuk itu
perlu diterapkannya pembelajaran STEM-R.
Hasil tes setelah pembelajaran materi sistem ekskresi dapat dilihat dari grafik
rata-rata posttest (gambar 4.5). Hasil posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman
siswa terhadap materi sistem ekskresi yang diberikan pada kelas eksperimen terdapat
pembelajaran STEM-R. Berbeda dengan hasil perolehan kelas kontrol, meskipun
sama-sama meningkat tapi peningkatannya tidak setinggi kelas eksperimen. Hasil
posttest yang diberikan untuk kedua kelas juga telah mencapai indikator pencapaian
kompetensi, tetapi pada kelas kontrol masih ada beberapa siswa yang belum tercapai.
Pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol sama-sama terdapat diskusi
sehingga mendorong siswa lebih aktif, melatih kerjasama dan komunikasi siswa, tapi
pada kelas eksperimen diskusi yang dilakukan berdasarkan permasalahan, sehingga
siswa dalam menjawab setiap pertanyaan harus terlebih dahulu melakukan
penyelidikan kelompok, terlebih siswa harus bisa menemukan konsep keterkaitan
masalah dengan nilai-nilai imtaq yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Oleh
karena itu pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.
Melalui pemebelajaran berdasarkan masalah siswa diarahkan untuk menemukan
penyelesaian masalah yang terdapat pada LKS, siswa harus mampu melakukan tugas
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kemudian mengevaluasi
hasil proses pemecahan masalah. Sehingga siswa bersama kelompoknya harus bisa
mandiri dalam menyelesaikan masalah tersebut, serta membutuhkan pemahaman
yang lebih untuk dapat memahami permasalahan dengan tepat. Itulah alasan
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen meningkat dibanding kelas
kontrol.
Berdasarkan data hasil posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dapat diketahui bahwa penerapan STEM-R sangat berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa dibandingkan kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah dan
diskusi. Menurut Anitah (2001) metode ceramah adalah metode yang lebih dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Artinya
siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan.
Dalam hal ini secara tidak langsung pemebelajaran menggunakan metode ceramah
membuat siswa mudah bosan karena bersifat monoton. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran STEM-R lebih efektif untuk diterapkan ke dalam pembelajaran
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif
jika dibandingkan dengan pembelajaran metode ceramah dan diskusi.
Kelas Eksperimen menunjukkan rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,72 dan rata-rata
nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 0,52. Hal tersebut menunjukkan perbedaan hasil
belajar siswa. Pembelajaran pendekatan STEM-R pada kelas Eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran konvensional.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari pencapaian N-gain untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perolehan N-gain tersebut dianalisis dengan uji
Independent sample test dengan hasil terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keberhasilan dalam
penerapan pendekatan STEM-R yang dikaitkan dengan ayat Al-Qur’an dan hadits ini
menunjukkan daya serap siswa terhadap materi sistem ekskresi membuat siswa lebih
memahami keterkaitan antara sistem ekskresi dengan pola hidup sesuai ajaran islam.
Melalui pendekatan STEM-R siswa belajar untuk memahami masalah, menyelidiki
setiap point-point penting untuk memperoleh jawaban, siswa mampu menuangkan
ide baru dan pembelajaran ini memberikan inovasi karena materi sistem ekskresi
tidak bertentangan dengan nilai-nilai imtaq.
Indikator memiliki visi dikaitkan dengan pembelajaran sistem ekskresi yaitu
membuktikan bahwa dalam penciptaan sistem ekskresi pasti memiliki tujuan tertentu
salah satunya proses pembuangan zat sisa yang bersifat racun yang harus dikeluarkan
oleh tubuh karena akan sangat berbahaya jika tidak dikeluarkan. Adapun pola hidup
sehat seperti perintah berolahraga, berpuasa, larangan tidur setelah makan, senantiasa
berwudhu merupakan ajaran agama islam yang sebenarnya dapat menjadikan sistem
ekskresi sehat. Siswa yang berhasil dalam pembelajaran ini maka dapat menerapkan
pola hidup sehat. Siswa harus memiliki visi hidup salah satunya adalah untuk hidup
sehat. Melalui pembelajaran ini maka dapat membentuk visi setiap siswa.
Indikator merasakan kehadiran Allah yang diterapkan dalam pembelajaran ini
mampu mengajak siswa untuk mentafakuri atas ciptaan Allah salah satunya sistem
ekskresi. Sistem ekskresi adalah salah satu wujud kebesaran Allah yang diciptakan
untuk kelangsungan hidup manusia. Pada indikator ini siswa diberikan kesempatan
berpikir bahwa kuasa Allah tidak ada tandingannya. Atas penciptaan organ-organ
ekskresi membuat siswa semakin mensyukuri atas kelengkapan jasmani bagi setiap
manusia yang memilikinya. Hal tersebut hendaknya diterapkan dalam pembelajaran
sehingga siswa akan terus belajar untuk memperoleh ilmu yang begitu luas. Karena
Allah selalu menyertai dari setiap aktivitas yang dilakukan.
Indikator sabar yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa belajar
memiliki waktu dan membutuhkan proses. Adapun setiap tugas berdasarkan masalah
dalam hal ini adalah proses yang harus dilalui, agar siswa paham terhadap materi dan
menerapkannya dalam kehidupan. Hal tersebut merupakan salah satu karakter atau
pendidikan nilai yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan STEM-R memang logis berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selain
itu, materi yang ada dalam Biologi tidak hanya berbatas pada pengetahuan semata,
melainkan aspek-aspek nilai Islami yang terdapat dalam konsep sistem ekskresi yang
akan memberikan dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan STEM-R mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi di kelas XI MIA 6
MAN 1 Cirebon.