Anda di halaman 1dari 4

2.

Menganalisis Jurnal Model Pembelajaran


Jawaban :
2. Menganalisis Jurnal Model Pembelajaran
a. Jurnal Model Pembelajaran Langsung
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matamatika pada pokok
bahasan sudut, keliling persegi dan persegi panjang.
Model pembelajaran langsung ini sering disamakan dengan metode ceramah, karena
sifatnya sama-sama memberi informasi, pembelajaran berpusat pada guru (teacher
centered). Namun dalam pelaksanaannya model pembelajaran langsung dominasi guru
banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada
bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya pada permulaan pelajaran, pada topik yang
baru, pada waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya, selanjutnya peserta
didik diminta untuk menyelesaikan soal-soal di papan tulis atau di meja masing-masing.
Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan
peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas
yang harus diberikan pada peserta didik.
Dari analisis data terjadi peningkatan baik dari aktivitas guru, aktivitas siswa, maupun
hasil belajar siswa, yaitu aktivitas guru pada pertemuan 1 siklus I persentasenya adalah
75% (Baik) dan pada pertemuan 2 meningkat 5% menjadi 80% (Amat Baik). Rata-rata
persentase aktivitas guru pada siklus I adalah 77,5% (Baik). Pada siklus II pertemuan 3
meningkat 10% dari 80% (Baik) menjadi 90% (Amat Baik) dan pada pertemuan 4
meningkat 5% dari 90% (Amat Baik) menjadi 95% (Sangat Baik). Rata-rata Persentase
Aktivitas guru pada siklus II adalah 92,5% (Sangat Baik). Dilihat dari aktivitas siswa
juga meningkat dari pada pertemuan 1 siklus I adalah 60% (Cukup) dan pada pertemuan
2 meningkat 15% menjadi 75% (Baik). Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I
adalah 67,5% (Cukup). Pada siklus II pertemuan 3 meningkat 10% dari 75% (Baik)
menjadi 85% (Amat Baik) dan pada pertemuan 4 meningkat 5% dari 85% (Sangat Baik)
menjadi 90% (Sangat Baik). Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus II adalah
87,5% (Sangat Baik). Rata-rata skor dasar 51,88 meningkat menjadi 68,44 pada siklus I
besar peningkatannya 16,56 poin kemudian pada siklus II meningkat menjadi 88,75 pada
sikus II besar peningkatannya 36,87 poin. Dari analisis data terjadi peningkatan baik dari
aktivitas guru, aktivitas siswa, maupun hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran langsung
peneliti tidak menemukan kendala yang berarti.

b. Jurnal Model Pembelajaran Kooperatif


Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui pengaruh proses
pembelajaran dengan menggu nakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair
Checks pemecahan masalah terhadap peningkatan social skill siswa.
Pada proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks
pemecahan masalah siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan satu kelompok
terdiri dari dua orang. Setiap kelompok berdis kusi untuk menyelesaikan suatu
masalah, kemudian hasil diskusi kelompok akan dicek oleh pasangan dari kelompok
lain. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dua siklus. Metode pengumpulan data menggunakan tes dan angket
skala sikap, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data
kuantitatif
Social Skill siswa dari siklus I ke siklus II mengalami pening katan. Hal ini
didapatkan dari data angket skala sikap siklus I ke siklus II ketuntasan klasikalnya
meningkat dan sebagian besar siswa sudah memiliki social skill yang baik. Hasil
belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan. Model pembelajaran kooperatif
tipe Pair Checks pemecahan masalah dapat meningkatkan social skill siswa.
Pada Siklus I 42,42% siswa social skill nya masih kurang dan 57,5% siswa
sudah memiliki social skill yang baik. Pada Siklus II 36,36% siswa social skilnya
masih kurang dan 63,64% siswa sudah memiliki social skill yang baik. Hasil yang
diperoleh belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 75%. Hal ini dikare nakan
strategi yang diterapkan mungkin hanya cocok pada sebagian siswa saja. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Anni (2007: 64) bah wa penentuan strategi belajar
umumnya tidak seluruhnya efektif bagi setiap orang, artinya mungkin strategi yang
digunakan itu efektif un tuk seseorang namun tidak efektif bagi orang lain. Oleh
karena itu, guru harus memastikan tiap anggota kelompok berpartisipasi dalam
kegiatan diskusi. Kesiapan siswa dalam pro ses pembelajaran juga menyebabkan
diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Akan tetapi peningkatan
perolehan nilai rata-rata social skill dari siklus I ke siklus II me nunjukan bahwa
social skill siswa berkembang dengan baik.
Adapun kendala yang dihadapi penulus yaitu Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas,
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Jurnal Model Pembelajaran Pemecahan Masalah


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) pengaruh signifikan dari
Problem Based Metode Pembelajaran (PBL) terhadap motivasi belajar PPKn, (2)
signifikansi berpengaruh Metode PBL terhadap hasil belajar PPKn, (3) pengaruh
signifikan PBL terhadap hasil belajar dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran
PPKn, dan (4) untuk mengetahui efektifitas antara Metode PBL, Inkuiri dan Metode
Pembelajaran Konvensional di PT belajar PPKn.
Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang dilakukan oleh kelompok kontrol
pretest-posttest rancangan. Pesertanya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pacet
Mojokerto Tahun akademik 2016/2017. Hasil penelitian: (1) terdapat pengaruh signifikan
dari PBL Metode motivasi belajar PPKn; (2) ada efek signifikan dari PBL Metode hasil
belajar PPKn; (3) ada efek signifikan dari Problem-Based Pembelajaran hasil dan
motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran PPKn; (4) itu Metode pembelajaran
PPKn yang paling efektif adalah Pembelajaran Berbasis Masalah.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji anava dapat diketahui besar F hitung
adalah 10,933 dan nilai F tabel dengan db 2:95 pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,09
atau Nilai p lebih kecil dari 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
motivasi belajar antara peserta didik yang menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (eksperimen 1), model pembelajaran inquiry (eksperimen 2) dan model
pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan gain score menunjukkan bahwa peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memperoleh gain score
sebesar 0,35 dalam kategori sedang. Peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran inquiry memperoleh gain score sebesar 0,16 dalam kategori rendah dan
perolehan gain score pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional sebesar 0,03 dalam kategori rendah. Selanjutnya untuk mengetahui
keefektifan dari tiga model pembelajaran yang telah digunakan dalam penelitian ini
dilihat dari hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari perolehan gain score hasil belajar
peserta didik.
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.

Anda mungkin juga menyukai