Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini membahas (1) penerapan model problem based learning pada
pembelajaran materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi pada siswa kelas V SDN
Gedog 1 Kota Blitar dan (2) hasil belajar materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi
melalui model problem based learning pada siswa kelas V SDN Gedog 1 Kota
Blitar yang dipaparkan sebagai berikut.

5.1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA


PEMBELAJARAN MATERI JENIS-JENIS USAHA BIDANG
EKONOMI DI KELAS V SDN GEDOG 1 KOTA BLITAR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model problem based
learning pada pembelajaran materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi di kelas V
SDN Gedog 1 Kota Blitar dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus
II dengan masing-masing siklus adalah dua pertemuan. Dari temuan pratindakan,
siklus I dan siklus II aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan.
Pelaksanaan pembelajaran IPS materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi
pada siklus I belum terlaksana dengan optimal karena ada langkah-langkah
pembelajaran yang belum diterapkan oleh guru. Pada siklus I pertemuan I langkah
pembelajaran yang belum diterapkan oleh guru yaitu guru belum memotivasi
siswa untuk terlibat aktif dalam memahami masalah, guru belum
menginstruksikan siswa untuk mengamati gambar permasalahan, dan guru belum
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Menurut Iskander (dalam
Fathurrohman, 2015:116) kegiatan pada sintak 1 dalam penerapan model problem
based learning adalah guru memovitasi siswa untuk untuk terlibat aktif dalam
aktivitas memahami masalah yang ditentukan serta bersedia bekerja sama dengan
kelompoknya dalam aktivitas pemecahan masalah. Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat diketahui bahwa guru belum menerapkan langkah model

47
48

pembelajaran problem based learning dengan baik. Pada siklus I pertemuan 2


guru memperbaiki kekurangan pada langkah menginstruksikan siswa untuk
mengamati gambar permasalahan namun masih belum melaksanakan dua
deskriptor langkah model problem based learning. Langkah yang belum
diterapkan yaitu guru belum memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam
memahami masalah dan guru belum membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan. Pada siklus I pertemuan 1 persentase aktivitas guru sebesar 70%
sedangkan pada siklus I pertemuan 2 persentase aktivitas guru sebesar 80%.
Pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik. Hal tersebut
dikarenakan guru telah mempelajari dan berlatih langkah-langkah model problem
based learning sesuai dengan yang dikemukakan oleh Iskander (dalam
Fathurrohman, 2015:116) sintak dalam model problem based learning yaitu
sebagai berikut: (1) mengorientasikan siswa terhadap masalah, (2)
mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing proses penyelidikan
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan laporan hasil penyelidikan, (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Persentase aktivitas
guru mencapai 100% dengan kategori sangat baik pada kedua pertemuan. Guru
telah menerapkan semua langkah model problem based learning dengan baik.
Sehingga persentase aktivitas guru pada siklus II sebesar 100% dengan kategori
sangat baik.
Sejalan dengan meningkatnya persentase aktivitas guru, persentase aktivitas
siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan 1 persentase aktivitas
siswa sebesar 61% dengan kategori kurang. Pada pertemuan ini masih ada
beberapa langkah pembelajaran yang belum diterapkan oleh guru sehingga
mempengaruhi aktivitas siswa. Kegiatan yang sama sekali belum dilaksanakan
oleh siswa adalah siswa belum termotivasi untuk terlibat aktif dalam memahami
masalah, kelompok lain belum menanggapi hasil kerja kelompok yang maju, dan
siswa dengan bimbingan guru belum membuat kesimpulan. Sejalan dengan itu,
pada kegiatan diskusi menyusun laporan hanya terdapat 19 dari 28 siswa yang
melakukan diskusi menyusun laporan. Menurut Oong Seng Tan (dalam
Fathurrohman, 2015:115) model problem based learning adalah model
pembelajaran yang menuntut siswa untuk membentuk suatu produk atau laporan
49

hasil kerja guna meningkatkan keterampilan menghasilkan karya. Berdasarkan


penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa secara klasikal siswa belum dapat
menyusun hasil diskusi dalam bentuk laporan. Sedangkan pada kegiatan
merefleksikan proses penyelidikan hanya 21 siswa yang mengikuti kegiatan
dengan baik. Pada siklus I pertemuan 2, persentase aktivitas siswa meningkat
sebesar 73% dengan kategori cukup. Namun masih ada kegiatan yang belum
dilaksanakan oleh siswa. Kegiatan yang belum dilaksanakan yaitu siswa belum
termotivasi untuk terlibat aktif dalam memahami masalah dan siswa dengan
bimbingan guru belum membuat kesimpulan. Pada kegiatan menanggapi hasil
kerja kelompok, terdapat 25 dari 33 siswa yang telah melaksanakan kegiatan
dengan baik. Sedangkan pada kegiatan merefleksi proses penyelidikan terdapat 24
dari 33 siswa yang mengikuti kegiatan dengan baik.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II, aktivitas siswa sudah lebih baik dari
siklus I. Pada siklus II pertemuan 1 persentase aktivitas siswa mencapai 94%
dengan kategori sangat baik. Aktivitas dengan persentase muncul paling besar
yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan
dilakukan, siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam memahami masalah, siswa
membentuk kelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan
siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan.Sedangkan pada siklus siklus
II pertemuan 2, persentase aktivitas siswa mencapai 98% dengan kategori sangat
baik. Hampir semua anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dari awal
hingga akhir pembelajaran. Setiap langkah kegiatan telah terlaksana secara
optimal namun ada dua kegiatan yang belum terlaksana secara optimal yaitu
kegiatan mengamati gambar yang dilaksanakan 29 dari 34 siswa dan kegiatan
menanggapi hasil diskusi kerja kelompok yang dilaksanakan 32 dari 34 siswa.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas guru
maupun siswa mengalami peningkatan secara bertahap. Peningkatan tersebut
karena guru telah memperbaiki kekurangan pada penerapan langkah pembelajaran
dan membimbing siswa dengan baik. Siswa juga telah terbiasa dengan model
Problem Based Learning. Peningkatan aktivitas siswa dalam penerapan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat
50

Rusman (dalam Fathurrohman, 2015:112) yang menyatakan bahwa Problem


Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan problematika nyata
dalam kehidupan yang bersifat terbuka sebagai konteks pembelajaran bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah serta melatih
keterampilan beripikir kritis sistematis sekaligus membangun pengetahuan baru..

5.2 HASIL BELAJAR MATERI JENIS-JENIS USAHA BIDANG


EKONOMI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA
SISWA KELAS V SDN GEDOG 1 KOTA BLITAR
Penilaian hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari tahap
pratindakan, siklus I, dan siklus II. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui
pencapaian belajar siswa. Sejalan dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016
yang berbunyi Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar
dikelompokkan menjadi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Pada tahap pratindakan, rata-rata nilai pengetahuan siswa yaitu 65, siklus I
pertemuan 1 yaitu 76, siklus I pertemuan 2 yaitu 76, siklus II pertemuan 1 yaitu
80, siklus II pertemuan 2 yaitu 81. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada aspek pengetahuan meningkat secara bertahap dan peningkatan yang terjadi
juga tidak terlalu signifikan. Sedangkan untuk persentase ketuntasan aspek
pengetahuan pada tahap pratindakan hanya 32% dengan kategori sangat kurang,
pada siklus I pertemuan 1 meningkat manjadi 53,5% dengan kategori yang sama,
pada siklus I pertemuan 2 meningkat lagi menjadi 63% dengan kategori kurang,
kemudian pada siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 81,2% dengan kategori
baik, dan pada siklus II pertemuan 2 kembali meningkat menjadi 82,3% dengan
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan pada aspek
pengetahuan meningkat tajam dari tahap pratindakan yang hanya 32% meningkat
pada siklus II menjadi 82,3%.
Pada aspek keterampilan pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai
antara 86 - 100 sebanyak 6 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai antara 71 - 85
sebanyak 7 siswa. Dan siswa yang mendapat nilai dibawah 56 sebanyak 15 siswa.
Kemudian pada aspek keterampilan pada siklus II siswa yang mendapatkan nilai
51

antara 86 - 100 sebanyak 18 siswa. Kemudian siswa yang mendapatkan nilai


antara 71 – 85 sebanyak 16 siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun nilai rata-rata kelas tidak meningkat
secara siginifikan, namun keterampilan siswa dari siklus I hingga akhir siklus II
mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena guru senantiasa
memperbaiki pembelajaran dan membimbing jalannya diskusi kelompok serta
presentasi yang dilakukan oleh siswa sehingga keterampilan siswa dalam
menyampaikan laporan hasil diskusi juga meningkat..
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan model
Problem Based Learning pada pembelajaran materi jenis-jenis usaha bidang
ekonomi pada kelas V SDN Gedog 1 Kota Blitar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penerapan model
Problem Based Learning yang dilaksanakan dengan baik berdampak pada hasil
belajar siswa menjadi baik pula. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa
setelah mengikuti proses belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar
merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Adanya siswa yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan karena siswa
masih belum terbiasa belajar dengan menggunakan model Problem Based
Learning. Beberapa siswa juga belum terbiasa bekerja dalam kelompok sehingga
tidak melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan diskusi. Beberapa siswa
juga masih kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi kelompoknya
didepan kelas. Namun setelah diadakan siklus II siswa mulai terbiasa mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning sehingga hasil belajar siswa
kelas V materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi mengalami peningkatan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa model Problem
Based Learning dapat diterapkan dengan baik oleh guru dan siswa pada
pembelajaran IPS materi jenis-jenis usaha bidang ekonomi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sisdiknas tahun 2013 pasal 37
(dalam Zainuddin & Suwarti, 2017:14) yang berbunyi pembelajaran IPS memiliki
tujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
52

materi dan mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menganalisis kondisi


sosial di masyarakat. Yang didukung oleh pendapat Febriani dan Suminah (2017)
yang menyatakan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk
membentuk individu yang memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-
konsep dasar ilmu sosial, memiliki kepekaan terhadap masalah sosial, serta
memiliki keterampilan untuk mengkaji dan memecahkan masalah sosial.

Anda mungkin juga menyukai